Ketebalan (mm)
6
Hardness (gram)
1527,50
Bakso curah
14
2934,50
Biskuit Roma
1439,5
Bakso
15
2647,00
bermerek
Apel kuning
25
641,50
Apel malang
24
727
B. Pembahasan
Tekstur makanan dapat didefinisikan sebagai cara bagaimana berbagai
unsur komponen dan unsur struktur ditata dan digabung menjadi mikro dan
makrostruktur dan pernyataan struktur ini keluar dalam segi aliran dan
deformasi (De Man, 1997). Menurut Midiyanto dan Yuwono (2014), tekstur
merupakan ciri suatu bahan sebagai akibat perpaduan dari beberapa sifat fisik
yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah dan unsur-unsur pembentukan bahan
yang dapat dirasakan oleh indera peraba dan perasa, termasuk indera mulut
dan penglihatan. Produk pangan dibuat dan diolah tidak semata-mata untuk
tujuan peningkatan nilai gizi, tetapi juga untuk mendapatkan karakteristik
fungsional yang menuruti selera organoleptik bagi konsumen. Karakteristik
fungsional tersebut diantaranya berhubungan dengan sifat tekstural produk
pangan olahan seperti kerenyahan, keliatan, dan sebagainya.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah LFRA texture
analyzer dengan merk Brooklyn. Fungsi dari alat ini yaitu untuk
mengidentifikasi permukaan tekstur suatu sampel yang akan digunakan.
Program yang digunakan pada pengukuran texture analyzer di komputer
adalah tekstur prolite V1.0. Prinsip kerja dari texture analyzer adalah dengan
Revisi
cara menekan atau menarik sample, melalui sebuah Probe yang sesuai dengan
aplikasi yang dikehendaki (Rahardjo, 2008). Komponen-komponen dari
LFRA texture analyzer dengan merek Brooklyn adalah :
1. Display
Berfungsi untuk menampilkan proses dari alat LFRA texture analyzer
2. Tombol on/off
Berfungsi untuk mengaktifkan atau mematikan LFRA texture analyzer
dan terletak di bagian belakang
3. Keypad
Berfungsi untuk megatur nilai data di layar dengan cara diputar,
terletak di bagian bawah display
4. Meja benda
Berfungsi untuk meletakkan sampel yang akan diukur teksturnya
5. Scroll
Berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan sampel atau objek yang
diletakkan pada meja benda
6. Tempat probe
Berfungsi untuk meletakkan probe yang spesifik sesuai dengan sampel
yang digunakan
7. Reset stop
Berfungsi untuk mengehentikan saat tes sedang berlangsung dan akan
langsung kembali ke keadaan awal
8. Start
Berfungsi sebagai tombol yang
digunakan
untuk
memulai
pengoperasian
Berikut ini adalah keterangan gambar dari LFRA texture analyzer
merek Brooklyn :
Displ
Reset
stop
Keypa
Start
Tempa
t
scro
Meja
benda
Revisi
Revisi
Revisi
memiliki nilai hardness yang lebih kecil daripada apel malang. Perbedaan
tekstur tersebut dipengaruhi oleh kadar air, kandungan lemak, jenis serta
jumlah dari karbohidrat struktur, dan protein yang terkandung pada biskuit
tersebut.
Setiap sampel yang digunakan memiliki nilai hardness yang berbeda-beda.
Menurut Pratama dkk. (2014), tekstur makanan sebagian besar ditentukan
oleh kadar air, kandungan lemak, jenis serta jumlah karbohidrat struktur
(selulosa, pati dan bahan berpektin) dan protein. Menurut Purnomo (1995),
faktor yang mempengaruhi tekstur bahan pangan antara lain perbandingan
kandungan protein-lemak, jenis protein, suhu pengolahan dan kadar air.
Semakin besar nilai hardnessnya maka semakin kenyal tekstur sampel
tersebut. Sebaliknya, semakin kecil nilai hardnessnya maka semakin keras
tekstur sampel tersebut. Pada sampel bakso curah memiliki nilai hardness
yang paling besar. Sedangkan sampel yang memiliki nilai hardness yang
rendah yaitu apel malang. Menurut Soekarto (1990), sifat kenyal merupakan
sifat fisik produk dalam hal daya tahan untuk pecah akibat gaya tekan. Sifat
kenyal dan keras sebenarnya sama-sama menyatakan daya tahan untuk pecah.
Perbedaannya adalah sifat keras untuk menyatakan sifat benda atau produk
pangan yang tidak deformasi, sedangkan sifat kenyal adalah sifat reologi pada
produk pangan plastis yang bersifat deformasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran tekstur adalah kadar air.
Semakin tinggi kadar air pada sampel maka tekstur sampel akan lebih lunak.
Sebaliknya, jika kadar air semakin rendah maka tekstur sampel semakin
keras. Adanya gula pereduksi juga mempengaruhi tekstur suatu sampel.
Semakin tinggi jumlah gula pereduksi maka sampel akan lebih keras
(Szczesniak dan Kleyn, 1963).
Revisi