ISOLASI KARAGINAN
I.
Tujuan Percobaan
Mempelajari cara isolasi karaginan dari rumput laut Eucheuma cottoni.
II. Tinjauan Pustaka
Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah
(Rhodophyceae) penghasil karaginan, jenis karaginan yang dihasilkan dari
rumput laut Eucheuma cottonii adalah kappa karaginan. Eucheuma cottonii
memiliki ciri-ciri fisik seperti thallus silindris, permukaan licin, cartilogineus.
Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning,
abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor
lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan
(Aslan, 1998).
Gambar rumput laut Eucheuma cottoni dapat dlihat sebagai berikut :
: Plantae
Divisio
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Solieraceae
Genus
: Eucheuma cottonii
Karaginan yaitu getah rumput laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi
rumput laut merah dengan menggunakan air panas (hot water) atau larutan
alkali pada temperatur tinggi. Karaginan merupakan nama yang diberikan
untuk keluarga polisakarida linear yang diperoleh dari alga.
tersebut
tersusun
Polisakrida
menyebabkan
terjadinya
transeliminasi
gugusan
6-sulfat,
yang
. Secara umum karaginan membentuk gel yang keras pada suhu antara 45 0C dan
2
650C dan meleleh kembali jika suhu dinaikkan sampai 10-200C dari suhu yang
telah ditetapkan tadi. Gel yang lebih lemah terbentuk jika terdapat ion NH 4+, Ca++,
Sr++ dan Ba++. Kappa karaginan mempunyai tipe gel yang rigid atau mudah pecah
dicirikan dengan tingginya sineresis, yaitu adanya aliran cairan pada permukaan
gel. Aliran ini berasal dari pengerutan gel sebagai akibatnya meningkatnya
gumpalan pada daerah penghubung. Sineresis tergantung pada konsentrasi kationkation yang ada dan harus dicegah dalam jumlah yang berlebih (Anonim 1977).
Gel yang terbentuk dari kappa karaginan berwarna agak gelap dan mempunyai
tekstur mudah retak (Fardiaz 1989).
D-galaktosa.
Iota karaginan mempunyai sifat larut dalam air dingin dan larutan garam
natrium. Di dalam larutan garam kation lain seperti K + dan Ca2+ tidak dapat larut
dan hanya menunjukkan pengembangan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu jenis dan konsentrasi kation, densitas karaginan, suhu, pH, adanya ion
penghambat dan yang lainnya. Larutan iota karaginan stabil pada lingkungan
elektrolit kuat seperti NaCl 20-25% (Angka dan Suhartono 2000).
jumlah dan posisi ester sulfat dan kandungan 3,6 anhidro-D-galaktosa. Ketiganya
berbeda dalam sifat gel dan reaksinya terhadap protein. Kappa karaginan
menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan iota-karaginan membentuk gel
yang halus (flaccid) dan mudah dibentuk (Anggadiredja, 1996).
Kelarutan karaginan dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
tipe karaginan, temperatur, pH, kehadiran jenis ion tandingan dan zat-zat terlarut
lainnya. Gugus hidroksil dan sulfat pada karaginan bersifat hidrofilik sedangkan
gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa lebih hidrofobik. Lambda karaginan mudah larut
pada semua kondisi karena tanpa unit 3,6-anhidro-D-galaktosa dan mengandung
gugus sulfat yang tinggi. Karaginan jenis iota bersifat lebih hidrofilik karena
adanya gugus 2-sulfat dapat menetralkan 3,6-anhidro-D-galaktosa yang kurang
hidrofilik. Karaginan jenis kappa kurang hidrofilik karena lebih banyak memiliki
gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa (cPKelco ApS, 2004).
Karakteristik daya larut karaginan juga dipengaruhi oleh bentuk garam dari
gugus ester sulfatnya. Jenis sodium umumnya lebih mudah larut, sementara jenis
potasium lebih sukar larut. Hal ini menyebabkan kappa karaginan dalam bentuk
garam potasium lebih sulit larut dalam air dingin dan diperlukan panas untuk
mengubahnya menjadi larutan, sedangkan dalam bentuk garam sodium lebih
mudah larut. Lambda karaginan larut dalam air dan
dan membentuk gel kembali jika didinginkan. Proses pemanasan dengan suhu
yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer
karaginan dalam larutan menjadi random coil (acak). Bila suhu diturunkan, maka
polimer akan membentuk struktur
penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang secara
kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang
bertanggung jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat (Glicksman, 1969). Jika
diteruskan, ada kemungkinan proses pembentukan agregat terus terjadi dan gel
akan mengerut sambil melepaskan air. Proses terakhir ini disebut sineresis
(Fardiaz, 1989).
Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium,
natrium, magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa
kopolimer. Karaginan adalah suatu bentuk polisakarida linear dengan berat
molekul di atas 100 kDa atau berkisar antara 100-800 ribu Da. Karaginan tersusun
dari
perulangan
unit-unit
galaktosa
dan
3,6-anhidrogalaktosa
(3,6-AG).
Keduanya, baik yang berikatan dengan sulfat atau tidak, dihubungkan dengan
ikatan glikosidik 1,3 dan -1,4 secara bergantian (Winarno, 1996).
Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida
rhodophyceae. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai karaginan, polisakarida
tersebut harus mengandung 20 % sulfat berdasarkan berat kering membedakan
karaginan berdasarkan kandungan sulfatnya, yaitu kappa karaginan yang
mengandung sulfat kurang dari 28 % dan iota karaginan jika lebih dari 30 %.
Sementara membagi karaginan menjadi 3 fraksi berdasarkan unit penyusunnya
yaitu kappa, iota dan lambda karaginan. Kappa-karaginan dihasilkan dari rumput
laut jenis Kappaphycus alvarezii, iota-karaginan dihasilkan dari Eucheuma
spinosum, sedangkan lambda-karaginan dari Chondrus crispus, Kappa-karaginan
tersusun dari (1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan (1,4)-3,6-anhidro-D-galaktosa.
Kappa-karaginan juga mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3,6-anhidro-Dgalaktosa-2-sulfat ester. Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi
dari kappa-karaginan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan
terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan 3,6-anhidro-D-
berpengaruh pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan. Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan garam natrium,
untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium sedangkan garam kalium
menghasilkan gel yang keras. Untuk kappa karaginan lebih sensitif terhadap ionion kalium sedangkan iota karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium .
Towle (1973), menyatakan bahwa larutan alkali mempunyai dua fungsi
yaitu membantu ekstraksi polisakarida dari rumput laut dan berfungsi untuk
mengkatalisis hilangnya gugus-6-sulfat dari unit monomernya dengan membentuk
3,6-anhidrogalaktosa sehingga mengakibatkan kenaikan kekuatan gelnya. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Sheng Yao et al. (1986), ekstraksi yang dilakukan
dengan NaOH 2 % mempunyai gel 3 5 kali lebih kuat jika dibanding dengan
air. Disamping itu alkali berfungsi untuk mencegah terjadinya hidrolisis karaginan
(Guiseley et a.l, 1980). KOH dipilih karena efek kation terhadap kappa karaginan
yang menghasilkan gel lebih kuat dibandingkan dengan alkali lain seperti NaOH
dan Ca(OH)2.
Jenis karaginan yang terdapat pada rumput laut Eucheuma cottoni adalah
kappa karaginan yang sifatnya larut dalam air panas pada suhu 70 oC dan memiliki
kekuatan gel yang sangat tinggi, jika ekstraksinya dilakukan dalam larutan kalium
hidroksida encer. Seperti halnya senyawa lain, kelarutan karaginan semakin tinggi
dengan meningkatnya volume larutan pengestrak. Ekstraksi karaginan dari rumput
laut Eucheuma cottoni berlangsung pada rasio pelarut/rumput laut 50:1 atas dasar
volume per berat (v/b). Karaginan dalam ekstrak diendapkan menggunakan etanol
95 % atau kalium klorida (Tim Dosen Modifikasi Karbohidrat, 2014).
III.
IV.
Prosedur Kerja
1. Menimbang rumput laut kering sebanyak 20 g, kemudian merendam
dalam larutan kalium hidroksida 0,15 % selama 24 jam, selanjutnya
memasaknya hingga semua rumput laut hancur.
2. Menghancurkan rumput laut menggunakan blender dalam keadaan panas,
kemudian menyaring dengan kain saring dan menampung filtratnya.
3. Memekatkan filtrat yang dihasilkan hingga setengah dari filtrat awal, dan
mendinginkannya.
dan
menentukan
rendemennya
x 100 %
Uji Karaginan
Uji karaginan dilakukan untuk mengetahui bahwa yang diisolasi adalah
karaginan dengan cara sebagai berikut:
1. Menimbang bubuk karaginan sebanyak 0,1 g dan memasukkan ke dalam
tabung reaksi dan menambahkan 10 ml aquadest.
2. Kemudian memanaskan tabung berisi karaginan dalam penangas air
dengan suhu 90oC-95oC selama 15 menit.
3. Mendinginkan campuran, lalu mengamati terbentuknya gel yang kaku
yang menunjukkan hasil ekstraksi adalah karaginan.
V. Hasil Pengamatan
V.1 Hasil Pengamatan
No.
1.
Perlakuan
Hasil
20 g rumput laut kering + perendaman Rumput laut yang semula
dengan KOH 0,15 % selama 24 jam + kering menjadi lunak
2.
pemanasan
Menghancurkan
rumput
laut Filtrat
kental
berwarna
dengan
tekstur
karaginan
gel
kering
berwarna
8
pemanaskan
dalam
penangas
2, 978 g
20 g
x 100 %
x 100 %
=14,89 %
V.3 Pembahasan
Karaginan yaitu getah rumput laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi
rumput laut merah dengan menggunakan air panas (hot water) atau larutan
alkali pada temperatur tinggi. Karaginan merupakan nama yang diberikan
untuk keluarga polisakarida linear yang diperoleh dari alga.
tersebut
tersusun
Polisakrida
karaginan
serta
berfungsi
sebagai
katalisis
yang
dapat
menyebabkan
sifat
anhidrofilik
dan
meningkatkan
pembentukan struktur heliks rangkap sehingga terbentuk gel yang tinggi. Saat
proses ekstraksi berlangsung terjadi transformasi gugus sulfat yang terikat
pada gugus galaktosa oleh ion K+ sehingga terbentuknya garam K2SO4.
Larutan alkali mempunyai dua fungsi yaitu membantu ekstraksi
polisakarida dari rumput laut dan berfungsi untuk mengkatalisis hilangnya
gugus-6-sulfat
dari
unit
monomernya
dengan
membentuk
3,6-
karaginan
murninya.
Kemudian
pada
tahap
selanjutnya,
10
VI.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini antara
lain:
1. Karaginan
merupakan
kelompok
polisakarida
galaktosa
yang
11
Daftar Pustaka
Anonim, 1977. Carragenan. USA: Marine Colloids Division, FMC. Corporation.
1-35P.Dalam Pengaruh Pencampuran Kappa dan Iota Karagenan
Terhadap Viskositas dan Kekuatan Gel Karagenan Campuran. Institut
Petanian. Bogor.
Anggadiredja, J.T., 1992. Etnobotany and Etnopharmacology Study of Indonesian
Marine Marco Algae. Study Report BPP Technology. Jakarta.
Anggadiredja, J.T., 1996. Potensi dan Manfaat Rumput Laut Indonesia dalam
Bidang Farmasi, Prosiding Seminar Nasional Rumput Laut, APBIRI.
Jakarta.
Anggadiredjo, J.T., 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Angka, S. L., Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian. Bogor.
Aslan, L.M. 1998. Seri Budidaya Rumpu Laut. Kanisius. Yogyakarta.
cP Kelco Aps. 2004. Carrageenan. Denmark. http://www.cPKelco.com. Diakses
pada tanggal 15 Agustus 2004.
Doty, MS., Santos, GA., 1987. The Production and Uses of Eucheuma Dalam :
Studies of Seven Commercial Seaweeds Resources. Ed. By : M.S. Doty,
J.F. Caddy and B. Santelices. FAO Fish. Tech. Paper No. 281 Rome.
Fardiaz, D., 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Glicksman, 1983. Seaweed extracts. Di dalam Glicksman M (ed). Food
Hydrocolloids Vol II. CRC Press, Boca Raton, Florida.
12
13