Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bakteri banyak digunakan dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
manusia. Pemanfaatan tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan karakterisasi
pada bakteri yang telah dikembangbiakan. Beberapa karakterisisasi meliputi bentuk
morfologi, uji katalase, dan uji motilitas.

Bakteri memiliki bentuk basil, coccus,

spirilum. Bakteri yang berbentuk basil maupun coccus dibagi menjadi beberapa macam.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui
serangkaian pengecatan atau pewarnaan.
Pewarnaan yang digunakan berupa pewarnaan negatif, pewarnaan gram, dan
pewarnaan sederhana. Pewarnaan negatif berguna dalam menentukan mikroorganisme
yang hidup dan mati dengan mewarnai lingkungan sekitarnya. Sedangkan pewarnaan
sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel bakteri. Pada pewarnaan gram,
pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang menggunakan 4 reagen kimia
dan kemudian diaplikasikan ke preparat mikroskopis. Pewarnaan ini dapat membedakan
bakteri menjadi 2 kelompok utama, yaitu gram positif dan ram negatif. Reagen yang
digunakan dalam pewarnaan gram adalah pewarnaan primer (crystal violet), mordant
(grams iodine), agen pendekolorisasi (ethyl alcohol 95%), dan warna penutup (safranin).
Pembagian bakteri menjadi gram negatif dan gram positif berdasarkan pada susunan
peptidoglikan yang terdapat di dalam membran selnya.
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji.
Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H 2O2 menjadi
H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H 2O2 yang
dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel
mikroba. Motilitas merupakan salah satu ciri penting pengkarakterisasian bakteri. Sifat ini
diakibatkan oleh adanya flagella sehingga sel bakteri dapat berenang di dalam lingkungan
air. Pergerakan suatu mikroba dapat diamati dengan menggunakan metode preparat
basah gantung dan motility test medium.
Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka disusun laporan praktikum
terkait pewarnaan, uji katalase, dan uji motilitas guna menunjang karakteristik bakteri
yang telah dibiakkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah berupa berikut:
a. Bagaimana prosedur umum melakukan pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif,
b.
c.
d.
e.

dan pewarnaan gram?


Bagaimana prosedur umum melakukan uji katalase dan uji motilitas?
Bagaimana bentuk sel bakteri yang terdapat dalam biakan?
Bagaimana membedakan mikroba katalase positif dan katalase negatif?
Bagaimana motilitas mikroba yang ada?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui prosedur umum pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif, dan
b.
c.
d.
e.

pewarnaan gram.
Dapat mengetahui prosedur umum melakukan uji katalase dan uji motilitas.
Dapat mengetahui bentuk sel bakteri yang terdapat dalam biakan.
Dapat membedakan mikroba katalase positif dan katalase negatif.
Dapat mengetahui motilitas mikroba yang ada.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Praktikum yang kami lakukan dengan harapan akan memberi manfaat, baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
praktikum ini adalah bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana
prosedur umum pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif, pewarnaan gram, uji katalase,
serta uji mortilitas mikroba. Dengan begitu, kami dapat mengetahui bentuk sel bakteri
serta susunan sel bakteri tersebut, jenis katalase, serta kemotilan dari mikroba tersebut.
Secara praktis, setelah mengetahui prosedur tersebut dengan benar, dapat diaplikasikan
dalam praktikum mikrobiologi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan metode pengecetan
atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pewarnaan (Jimmo,2008)
2

Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna
ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga
kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam
atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut
kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang
berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak
digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat
warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite
Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri sebagai berikut:
1. Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna merekatkan sel
bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan granula (butiran) protein
menjadi gugusan reaktif (NH3+) membuat sel-sel lebih kuat, mencegah terjadinya otolisis
sel, mengubah avinitas, fiksasi dapat dilakukan secara fisik atau dengan bahan kimia.
2. Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik pada
bayangan mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih mudah
pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai akan lebih sukar
3.

dilunturkan warnanya.
Substrat
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa
tertentu. Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat, lemak
dan asam nukleat akan mempengaruhi pewarnaan. Berdasarkan jenis zat warna yang
diserap oleh sel, maka dapat dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill

dan sudanofil.
4. Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan, yaitu zat
kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih intensif karena zat
warna terikat lebih kuat daripada jaringan sel. Mordan dibagi atas dua macam, yaitu
mordan asam dan mordan basa. Mordan asam adalah mordan yang bereaksi dengan zatzat warna basa. Sedangkan mordan basa adalah mordan yang bereaksi dengan anion zat
warna asam.
5. Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya dengan zat
warna mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk memberikan warna pada selsel yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna penutup diberikan
3

pada akhir pewarnaan dengan tujuan untuk memberikan kontras pada sel-sel yang tidak
menyerap zat warna utama (Sutedjo, 1991).
3.1 Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram
negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel
mereka.

A. Bakteri Gram Negatif


Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri
gram negative tidak.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki
selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan
kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol
sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
B. Bakteri Gram Positif
4

Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah
muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010).
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi
terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu
dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negative (Manurung, 2010).
Sifat
Komposisi dinding sel
Ketahanan terhadap
penisilin
Penghambatan oleh
pewarna basa (VK)
Kebutuhan nutrisi
Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
3.2Pewarnaan Sederhana

Bakteri garam (+)


Kandungan lipid rendah
(1-4%)

Bakteri gram negatif(-)


Kandungan lipid tinggi

Lebih sensitif

Lebih tahan

Lebih dihambat

Kurang dihambat

Kebanyakan spesies relatif


kompleks
Lebih tahan

Relatif sederhana
Kurang tahan

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan,


karena hanya menggunakan satu jenis pewarna serta sel bakteri bersifat basofilik (suka
terhadap basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya
bersifat alkolin. Dengan Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana
adalah methylen blue, gentiana violet, karbol fuchsin, dan safranin.
3.3 Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif merupakan salah satu teknik pewarnaan bakteri, tetapi teknik ini
bukan untuk mewarnai sel bakteri, hanya mewarnai latar belakangnya menjadi gelap. Zat
warna yang digunakan tidak mewarnai sel, tetapi mewarnai lingkungan sekitar sehingga
bakteri nampak transparan. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel bakteri
cenderung bermuatan negatif dan senyawa pewarna juga bermuatan yang sama sehingga
akan ditolak oleh dinding sel. Pewarna yang biasa digunakan antara lain nigrosin, eosin,
dan asam pikrat. Spesimen seperti bakteri dalam cairan disebar dalam preparat kaca yang
5

dicampur dengan pewarna negatif dan dibiarkan kering. Ketika diamati dengan
mikroskop, bakteri atau sporanya terlihat bersinar dengan latar belakang yang gelap.
3.4 Uji Katalase
Uji fisiologis biasanya identic dengan uji biokimia. Uji-uji biokimia yang biasanya
dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorgannisme yang antara lain uji
katalase, koagulase, uji nitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrilisis kanji, uji hydrogen sulfit dan
lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia
mikrobiologi. (Lim, 1998). Kebanyakan bakteri aerobic dan anaerobic fakultatif akan
memproduksi hydrogen peroksida yang bersifat toksik terhadap bakteri yang masih
hidup. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sejumlah bakteri mampu menghasilkan
enzim katalase yang memecah H2O2 menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya
hilang (Pelczar dan Chan, 1986).
Pada uji katalase, kebanyakan bakteri aerob dan anaerob menggunakan oksigen
H2O2 yang sesungguhnya bersifat racun bagi system-sistem enzim sendiri. Namun
mereka dapat tetap hidup dengan adanya racun tersebut karena akan menghasilkan enzim
katalase (Hadieotomo, 1993). Uji katalase merupakan suatu penguraian terhadap bakteri
tertentu untuk mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob
fakultatif, atau anaerob obligat. Bakteri yang memerlukan oksigen menghasilkan
hydrogen peroksida (H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka
dapat tetap hidup dengan adanya antimetabolite tersebut, karena mereka menghasilkan
enzim katalase yang dapat mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Volk
& Wheeler, 1993)
3.5 Uji Motilitas
Motilitas merupakan salah satu ciri penting pengkarakterisasian bakteri. Sifat ini
diakibatkan oleh adanya flagella sehingga sel bakteri dapat berenang di dalam lingkungan
air. Pergerakan suatu mikroba dapat diamati dengan menggunakan metode preparat
basah gantung dan motility test medium.
Menurut Hastuti (2002) kebanyakan sel bakteri dapat bergerak dengan
menggunakan flagel, akan tetapi ada bakteri yang dapat bergerak tidak memiliki flagel.
Hal ini senada dengan pernyataan Taringan (1988) yang menyatakan bahwa gerak bakteri
terjadi pada bakteri yang mempunyai flagell, karena flagel ini merupakan alat gerak bagi
sel bakteri. Flagel merupakan bulu-bulu cambuk yang dimiliki oleh beberapa jenis bakteri
6

dan letaknya berbeda-beda tergantung kepada spesiesnya. Berdasarkan jumlah dan posisi
flagel, menurut Taringan (1988) dibedakan menjadi:
a. Monotrikh : mempunyai satu flagel
b. Diatrikh: mempunyai dua flagel
c. Pentrikh: mempunyai banyak flagel pada permukaan tubuhnya
d. Lopotrikh: mempunyai flagel pada salah satu ujung tubuh bakteri yang berjumlah
lebih dari dua buah
e. Amfiarikh: mempunyai flagel pada sisi tubuh yang berlawanan
f. Artikh: tidak memiliki flagel.
Menurut Gross (1995) struktur bakteri yng berflagel itu kakudan dilengkapi dengan
gelondong yang berbentuk spiral. Gelondong spiral tersusun atas protein yang disebut
dengan flagelin yang merupakan unit dasar penyusun flagella.
Untuk mengamati gerak bakteri dengan baik maka bisa menggunakan metode
tetesan bergantung (Hastuti, 2002). Dalam pengamatan gerak bakter, ada dua hal yang
harus diperhatikan yaitu motilitas bakteri dan gerak brown. Bakteri yang bersifat motil
akan nampak jelas bergerak, dan bergeraknya menuju kearah tertentu. Motilitas dapat
diamati dengan baik pada biakan yang masih baru. Pada biakan yang sudah lama akan
dapat menjadi penuh sesak dengan makhluk hidup yang giat dan banyak bakteri yang
sudah mati, sehingga sangat sukar untuk mendapatkan sel yang motil, selain itu produksi
asam dan produk yang bersifat racun dapat menyebabkan hilangnya motilitas sel bakteri
pada biakan (Volk, 1988).
Menurut Taringan (1988) beberapa bakteri dapat melakukan gerakan meluncur
yang sangat mulus, yang hanya terjadi kelau persentuhan dengan benda padat.
Kebanyakan bakteri yang dapat berenang dapat mendekati atau menjauhi berbagai
senyawa kimia yang disebut kemotaksis.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pewarnaa Sederhana


A. Alat dan Bahan
Alat:
1
2
3

Lampu spirtus
Jarum inokulasi (ose)
Staining tray (nampan untuk

4
5
6
7
8

pewarnaan)
Mikroskop
Kertas lensa
Kertas bibolous
Botol semprot
Kaca benda

Bahan:

B. Cara kerja :
8

Biakan murni umur 24 jam dalam

2
3
4

medium agar miring.


Methylene blue
Crystal violet
Carbol fuchsin.

Mengambil kaca benda dan membersihkan dengan alkohol sampai bersih dan

2
3

tidak ada lemak yang melekat pada kaca benda tersebut.


Mentetesi kaca benda tersebut dengan setetes akuades steril.
Lalu dengan teknik aseotis (karena didekat lampu spiritus) amengambil satu ose
biakan bakteri umur 24 jam dan mensuspensikan dalam akuades steril pada

gelas benda
Mengering-anginkan dan setelah kering kemudian memfiksasinya (melewatkan
bagian bawah kaca benda di atas api lampu spirtus). Langkah 1-4 biasa disebut
dengan pembuatan sediaan mikroskopik, langkah ini biasa dilakukan pada saat

melakukan pewarnaan.
Setelah dingin, mentetesi preparat dengan methylene blue 1 atau 2 tetes (larutan
zat

warna

harus

menutupi

seluruh

permukaan

sediaan)

kemudian

membiarkannya selama 1-2 menit.


Mencuci kaca benda dengan air mengalir, air yang dialirkan tidak boleh terkena

7
8

preparat langsung.
Mengkering-anginlan preparat
Mengamati preparat di bawah mikroskop perbesaran kuat dengan minyak

imersi.
Menggambar dan menuliskan data hasil pengamatan.

3.2 Pewarnaan Negatif


A. Alat dan Bahan
Alat:
1
2
3
4
5

Bahan:

Mikroskop
Kaca benda
Lampu spirtus
Botol semprot
Jarum inokulasi

1
2

Biakan bakteri
Larutan 10 g nigrosin dalam 100 ml

3
4

akuades
Alkohol
Minyak imersi

B. Cara kerja :
1 Mengambil dua buah kaca benda, dan membersihkannya dengan alkohol hingga
2

bersih dan bebas lemak.


Mengambil biakan bakteri dengan ose secara aseptik dan letakkan di atas kaca

benda dekat ujung kanan kaca benda.


Menteteskan satu tetes nigrosin/tinta bak di atas biakan bakteri, kemudian
menyuspensikan.
9

Meleetakkan kaca benda yang satunya dengan sudut 45 o terhadap kaca yang ada
suspensi zat warna dan biakan sehingga cairan menyebar pada ujung kaca benda
tersebut. Mendorong kaca benda kedua menuju ujung kiri kaca benda yang

5
6

satunya sehingga diperoleh lapisan yang tipis sekali.


Mengeringanginkan preparat.
Mengamati preparat di bawah mikroskop perbesaran kuat dengan minyak
imersi, kemudian menggambar dan menuliskan hasil pengamatan.

3.3 Pewarnaan Gram


A. Alat dan Bahan
Alat:
1
2
3
4
5
6
7

Bahan:

Lampu spirtus
Ose
Botol untuk zat warna
Kaca benda
Kertas hisap
Kertas lensa
Mikroskop

1.
2.
3.
4.
5.

Biakan bakteri
Crystal violet
Grams- iodine
Ethyl alcohol 95%
Safranin

B. Cara kerja :
1 Mengambil kaca benda dan menbersihkannya dengan alkohol sampai bersih dan
2

tidak ada lemak yang melekat pada kaca benda tersebut.


Meneteskan 1 tetes akuades di atas kaca benda dan menyususpensikan masingmasing biakan bakteri satu persatu (secara terpisah) dengan ose pada tetesan

3
4

akuades tersebut.
Mencampur dan meratakan bakteri dengan gerakan memutar menggunakan ose.
Melakukan fiksasi (melewatkan bagian bawah kaca benda diatas api lampu

spirtus).
Kemudian mentetesi preparat mikroskopis tersebut dengan larutan crystal-violet

6
7

dan menunggu selama beberapa menit.


Mencuci dengan air mengalir.
Mentetesi preparat tersebut dengan grams iodine mordant dan membiarkan

8
9

selama 1 menit.
Mencuci dengan air mengalir.
Mendekolorisasi dengan ethyl alkohol 95%. Menambahkan reagen setetes demi

setetes sampai crystal violet tercuci dari preparat.


10 Mencuci dengan air mengalir.
11 Mentetesi dengan pewarna penutup dan membiarkan selama 1 menit.
10

12 Mencuci dengan air mengalir.


13 Mengeringanginkan.
14 Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan minyak imersi kemudian
menggambar dan menuliskan hasil pengamatan.

3.4 Uji Katalase


A. Alat dan Bahan
Alat:
1.
2.
3.
4.
5.

Bahan:

Kaca benda
Lampu spirtus
Pipet tetes
Mikroskop
Jarum Ose

1
2

H2O2 3%
Biakan bakteri dalam agar miring

B. Cara kerja:
1 Mengambil kaca benda dan membersihkan dengan alkohol hingga bersih dan
2

tidak ada lemak yang melekat pada kaca benda tersebut.


Mengambil biakan dari agar miring menggunakan ose dan meletakkannya pada

3
4

kaca benda bagian tengah


Mentetesi biakan tersebut dengan H2O3 3%.
Mengamati dengan mikroskop perbesaran lemah dan memperhatikan

terbentuknya gelembung.
Terbentuknya gelembung gas O2 menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu
menghasilkan enzim katalase (katalase +) dan sebaliknya.

3.5 Uji Motilitas


A. Alat dan Bahan
Alat:

Bahan:

1 mikroskop
1. biakan murni
2 kaca benda (cekung)
2. aquades steril
3 kaca penutup
4 pipet steril
B. Cara kerja:
1 Mengambil kaca benda cekung dan kaca penutup, kemudian membersihkan
2

dengan alkohol hingga bersih.


Membuat preparat basah tetes gantung dengan cara meneteskan setetes air pada
gelas penutup dan menambahkan bakteri yang dikehendaki pada tetesan tersebut

11

dengan menggunakan jarum ose. Dalam kegiatan ini, tetesan air tersebut harus
3

dalam keadaan masih berbentuk embun (tidak melebar).


Meletakkan gelas penutup tersebut di atas gelas benda cekung, kemudian
membaliknya

dengan

hati-hati

sehingga

cairan

menggantung.
Mengamati pergerakan mikroba di bawah mikroskop.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
12

harus

dalam

keadaan

Karakterisasi morfologi sel bakteri terkait dengan bentuk sel, susunan sel, dan warna
sel didapatkan dari hasil pewarnaan. Masing-masing teknik pewarnaan memiliki tujuan
tertentu, dimana akan membantu dalam karakterisasi. Berikut adalah hasil pengamatan
karakterisasi morfologi mikrobia dengan pewarnaan:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakterisasi Morfologi Bakteri dengan Pewarnaan
No.

Mikroorganisme

Karakterisasi

Bentuk

Bakteri 1

sel
Susunan
sel
Warna
sel
Bentuk

Bakteri 2

sel
Susunan
sel
Warna
sel
Bentuk

Bakteri 3

sel
Susunan
sel
Warna
sel
Bentuk

Bakteri 4

sel
Susunan
sel
Warna
sel
Bentuk

Bakteri 5

Bakteri 6

sel
Susunan
sel
Warna
sel
Bentuk

Pewarnaan
Negatif

Gram

Basil

Basil

Basil

Mono

Mono

Mono

Biru

Transparan

Merah (-)

Basil

Basil

Basil

Strepto

Strepto

Strepto

Biru

Transparan

Merah (-)

Basil

Basil

Basil

Strepto

Strepto

Strepto

Biru

Transparan

Merah (-)

Basil

Basil

Basil

Strepto

Strepto

Strepto

Biru

Transparan

Merah (-)

Basil

Basil

Basil

Strepto

Strepto

Strepto

Biru

Transparan

Merah (-)

Basil

Basil

Basil

Sederhan
a

13

Keterangan

sel
Susunan
sel
Warna

Strepto

Strepto

Strepto

Biru
Transparan Merah (-)
sel
Karakterisasi pula dapat mencakup penggunaan oksigen dan pergerakannya.
Penggunaan oksigen pada bakteri dapat diuji melalui uji katalase, dimana bakteri akan
memecah hidrogen peroksida menjadi H2O + O2 dengan adanya enzim katalase.
Sedangkan pergerakan bakteri dapat diketahui dengan menggunakan uji motilitas berupa
tetes gantung. Pergerakan bakteri terbagi menjadi dua, yakni motile (bergerak) atau
immotile (tidak bergerak). Berikut adalah hasil pengamatan karakterisasi uji katalase dan
uji motilitas mikrobia:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Karakterisasi Uji Katalase dan Uji Motilitas Bakteri
No.

1
2
3
4
5
6

Mikroorganisme

Bakteri 1
Bakteri 2
Bakteri 3
Bakteri 4
Bakteri 5
Bakteri 6

Uji katalase

Uji motilitas

Katalase (+)
Katalase (+)
Katalase (+)
Katalase (+)
Katalase (+)
Katalase (+)

Immotile
Immotile
Immotile
Immotile
Immotile
Immotile

14

4.2 Pembahasan
Untuk mengkarakterisasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi dilakukan
dengan menentukkan morfologi sel, sifat-sifat pengecatan, morfologi koloni, sifat
biokimiawi (fisiologi), pathogenesis dan serologi (Asri, 2015). Pengecatan pada bakteri
pada umumnya dilakukan melalui beberapa tahapan dan hasil pengecatan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: fiksasi, subtract, pelintur cat (dekolorisasi) dan
lain-lain.
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan bakteri yang menggunakan satu macam
pewarna. Kebanyakan sel bakteri dapat diwarnai dengan mudah menggunakan teknik
pewarnaan ini karena sel bakteri bersifat basofilik. Zat warna yang digunakan adalah
methilen blue. Pewarnaan ini digunakan untuk melihat bentuk sel bakteri. Sebelum
diwarnai, terlebih dahulu dilakukan fiksasi terhadap suspensi pada gelas benda (Asri,
2015). Pada pewarnaan sederhana, bakteri yang terlihat dibawah mikroskop berwarna
biru, seperti warna larutan pewarna methylen blue. Hal ini disebabkan bakteri menyerap
larutan warna methylen blue sehingga bakteri terwarnai. Bentuk sel bakteri yang
didapatkan dari sampel tanah rhizosfer tanaman Ficus benjamina starlight memiliki
bentuk sel yang sama yaitu basillus. Namun, memiliki susunan yang berbeda yakni monodan strepto. Dari 6 bakteri yang diuji, didapatkan 1 bakteri yang tersusun monobacillus
yakni bakteri 1, sedangkan bakteri 2 hingga 6 tersusun streptobacillus.
Hasil pengamatan bakteri pada pewarnaan negatif, yang terlihat berwarna
transparan dan tampak jelas diantara medan yang gelap ialah bakteri. Hal tersebut
dikarenakan pewarna yang digunakan tidak mewarnai sel bakteri, yang terwarnai adalah
latar belakangnya yang menjadi hitam/gelap. Pada pewarnaan negatif yang dilakukan
dalam praktikum ini larutan warna yang digunakan adalah larutan nigrosin. Pada
pewarnaan negatif, isolat dioleskan di kaca benda. Kemudian, meneteskan cairan nigrosin
di kaca benda. Cairan di ratakan pada seluruh permukaan kaca benda dengan menggeser
45 derajat kaca benda lain. Sehingga nantinya di dapatkan lapisan yang tipis. Hal tersebut
mengakibatkan bakteri tersebar merata di permukaan kaca benda. Tersebarnya bakteri di
permukaan kaca benda yang sebelumnya telah ditetesi oleh negrosin dapat mempermudah
dalam melihat bakteri, dikarenakan bakeri tidak dalam keadaan bertumpuk. Pada
pewarnaan negatif, susunan bakteri tidak dapat diidentifikasi. Namun, pewarnaan ini
dapat mengidentifikasi mikroorganisme yang hidup dan bentuk mikroorganisme. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat (Asri, 2015) bahwa pada pewarnaan negatif juga tidak
dilakukan fiksasi sehingga dapat digunakan untuk mengamati bentuk sel bakteri yang
sesungguhnya karena sel tidak mengalami perubahan bentuk.
15

Pada pewarnaan gram bakteri dapat dibedakan jenis dan struktur sel bakteri
berdasarkan warna yang tertinggal (diserap) pada pewarnaan ini. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa, bakteri pada masing-masing media miring memiliki tipe bakteri
dengan gram negatif (-) yang terlihat dari pewarnaan yang diserap oleh bakteri yaitu
berwarna merah. Melalui pewarnaan gram dapat menunjukkan bentuk dan susunan
bakteri, yani monobacillus pada bakteri 1 dan streptobacillus pada bakteri2, 3, 4, 5, dan 6.
Pada pewarnaan ini larutan pewarna yang digunakan adalah larutan warna cristal violet
(pewarna primer), grams iodine/lugol iodine, ethyl alkohol 95% sebagai pendekolorisai
dan safranin sebagai pewarna penutup (asri, 2015). Grams iodine/lugol iodine berfungsi
sebagai mordant (pemerkuat ikatan pewarna primer). Sedangkan ethyl alkohol diteteskan
pada bakteri bertujuan untuk mendekolorisasi. Dikarenakan ethyl alkohol merupakan
reagen yang memiliki fungsi sebagai pelarut lemak dan agen dehidrasi protein sehingga
dapat membedakan antara bakteri gram negatif dan positif melalui kandungan lemaknya.
Bakteri gram negatif memiliki kandungan lemak yang tinggi pada membran luar dinding
sel, ketika ditetesi oleh alkohol maka lemak tersebut akan larut dan menyebabkan
terbentuknya pori. Pori tersebut susah ditutup oleh protein membran yang terdehidrasi
dan menyebabkan ikatan kompleks CV-I terlepas sehingga sel menjadi transparan.
Sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Sedangkan pada
bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah
pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh
alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
Karakterisasi bakteri selanjutnya adalah uji katalase bakteri. Hasil pengamatan
yang kami lakukan diperoleh data bahwa bakteri yang terdapat pada tanah rhizosfer
tanaman Ficus benjamina starlight, memiliki sifat sebagai katalase. Bakteri yang
memiliki sifat katalase adalah bakteri yang memiliki sifat atau dapat berfungsi sebagai
suatu enzim katalase (pemercepat suatu reaksi). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri yang memiliki sifat katalase akan
menghasilkan oksigen (gelembung) ketika bakteri ditetesi oleh hydrogen peroksida
(H2O2). Uji katalase merupakan suatu penguraian terhadap bakteri tertentu untuk
mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau
anaerob obligat. Bakteri yang memerlukan oksigen menghasilkan hydrogen peroksida
(H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup
dengan adanya antimetabolite tersebut, karena mereka menghasilkan enzim katalase

16

yang dapat mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Volk & Wheeler,
1993).
Uji yang dilakukan selanjutnya adalah uji motilitas suatu bakteri. Motilitas
merupakan salah satu ciri penting pengkarakterisasian bakteri. Sifat ini diakibatkan oleh
adanya flagella sehingga sel bakteri dapat berenang di dalam lingkungan air. Uji
motilitas dilakukan untuk mengetahui pergerakan suatu bakteri. Menurut Hastuti (2002)
kebanyakan sel bakteri dapat bergerak dengan menggunakan flagel, akan tetapi ada
bakteri yang dapat bergerak tidak memiliki flagel. Hal ini senada dengan pernyataan
Taringan (1988) yang menyatakan bahwa gerak bakteri terjadi pada bakteri yang
mempunyai flagell, karena flagel ini merupakan alat gerak bagi sel bakteri. Hasil
pengamatan yang kami lakukan didapatkan hasil bahwa bakteri yang terdapat pada tanah
rhizosfer tanaman Ficus benjamina starlight, memiliki sifat yang immotile atau tidak
bergerak. Pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode yang disebut
preparat basah tetes gantung yaitu suatu metode yang dibuat dengan cara memberi
setetes cairan yang mengandung mikroba (akuades + mikroba) pada gelas penutup
kemudian gelas penutup untuk diletakkan pada gelas benda cekung dengan permukaan
yang diberi tetesan menghadap ke bagian yang cekung (Asri, 2015). Kemudian, tetesan
tersebut diamati di bawah mikroskop.

BAB V
17

PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan maka didapatkan
simpulan sebagai berikut:
1 Bakteri 1 memiliki susunan monobacillus dan ke-5 bakteri lainnya memiliki susunan
streptobacillus, hasil tersebut didapatkan melalui pewarnaan sederhana dan
2

pewarnaan gram.
Berdasarkan pewarnaan gram pada bakteri 1 hingga 6, menunjukkan bahwa bakteri

tersebut merupakan bakteri gram negatif.


Bakteri 1 hingga 6 memiliki sifat immotile dan positif terhadap uji katalase.

5.2 Saran
1 Sebaiknya, saat melakukan uji katalase pengamatan melalui mikroskop dilakukan
dengan segera. Dikarenakan, saat substrat berupa hydrogen peroksida yang
direaksikan oleh enzim katalase telah habis, maka tidak akan muncul produk berupa
2

oksigen. Sehingga nantinya dapat mempengaruhi hasil pengamatan.


Sebaiknya, tidak menteteskan ethyl alkohol lebih dari setetes. Dikarenakan
dekolorisasi berlebihan dapat mengakibatkan bakteri gram positif akan memiliki
warna seperti gram negatif.

DAFTAR PUSTAKA

18

Aneja KR, Jain Pranay, dan Aneja Raman. 2008. A Text Book of Basic and
Apllied Microbiology. New York: New York Age International.
Asri, Tri Mahanani, dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar.
Surabaya: Unipress
Gross, Trevor dkk. 1995. Introoductory Microbiology. London: Chapmaan &
hall University and

Proffesion

Hadieotomo,R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan


Prosedur Dasar

Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hastuti, Sri Utami. 2002. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang:UM


Press
Irawan, 2008. Teknik Pewarnaan
Lim.D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. Mc Grow-hill book, New York
Pelczar. J. Michael dan Chan E.S.C. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi.
Universitas Indonesia: Jakarta
Suriawiria. 2005. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia. Jakarta.
Sutedjo, M.1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rhineka Cipta.
Taringan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud
Volk, Swisley A & Margareth F Whceler. 1988. Mokrobiologi Dasar. Jakarta:
Erlangga
Document.tips/documents/laporan-praktikum-mikrobiologi-umum-5.html.

Diakses

pada

tanggal 24 Maret 2016 pukul 22.00 WIB


Fitria,

Bayu.

2009.

Pewarnaan

Gram

(Gram

positif

dan

Gram

Negatif).

http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-positif-dan-gramnegatif. Diakses pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 21.40 WIB


https://www.scribd.com/doc/110396093/Laporan-Uji-Katalase-Uji-Motilitas Diakses pada
tanggal 23 Maret 2016 pukul 21.44 WIB

19

LAMPIRAN
PEWARNAAN SEDERHANA

Data 1

Data 2

Data 3

Data 4

20

Data 5

Data 6
PEWARNAAN NEGATIF

Data 1

Data 2

Data 3

Data 4

21

Data 5

Data 6

22

PEWARNAAN GRAM

Data 1

Data 2

Data 3

Data 4

Data 5

Data 6

23

UJI KATALASE

Data 1

Data 2

Data 3

Data 4

Data 5

Data 6

24

UJI MOTILITAS

Data 1

Data 2

Data 3

Data 4

Data 5

Data 6

25

Anda mungkin juga menyukai