PENDAHULUAN
Encephalitis adalah merupakan suatu proses inflamasi pada otak dengan memberikan
efek yaitu disfungsi dari neurologi. 1 Ensefalitis terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk primer
dan bentuk sekunder. Ensefalitis Primer melibatkan infeksi virus langsung dari otak dan
sumsum tulang belakang. Sedangkan ensefalitis sekunder, infeksi virus pertama terjadi di
tempat lain di tubuh dan kemudian ke otak. 2
Cerebritis menunjukkan tahap pembentukan abses dan infeksi bakteri yang sangat
merusak jaringan otak, sedangkan ensefalitis akut umumnya infeksi virus dengan kerusakan
parenkim bervariasi dari ringan sampai dengan sangat berat. 1
Ensefalitis terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk primer dan bentuk sekunder.
Ensefalitis Primer melibatkan infeksi virus langsung dari otak dan sumsum tulang belakang.
Sedangkan ensefalitis sekunder, infeksi virus pertama terjadi di tempat lain di tubuh dan
kemudian ke otak. 2
Mengingat bahwa ensefalitis lebih melibatkan susunan saraf pusat dibandingkan
meningitis yang hanya menimbulkan rangsangan meningeal, seperti kaku kuduk, maka
penanganan penyakit ini harus diketahui secara benar.Karena gejala sisanya pada 20-40%
penderita yang hidup adalah kelainan atau gangguan pada kecerdasan, motoris, penglihatan,
pendengaran secara menetap.
I.
II.
ETIOLOGI
Penyebab ensefalitis yang paling sering adalah infeksi karena virus. Beberapa contoh
termasuk:
Herpes virus
Arbovirus ditularkan oleh nyamuk kutu dan serangga lainnya
Rabies ditularkan melalui gigitan hewan 1,2
Ensefalitis mempunyai dua bentuk, yang dikategorikan oleh dua cara virus dapat
menginfeksi otak :
Ensefalitis primer. Hal ini terjadi ketika virus langsung menyerang otak dan saraf tulang
belakang. Hal ini dapat terjadi setiap saat (ensefalitis sporadis), sehingga menjadi
pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. 1,2
Arboviruses
Virus yang ditularkan oleh nyamuk dan kutu (arboviruses) dalam beberapa tahun
terakhir, menghasilkan epidemi ensefalitis. Organisme yang menularkan penyakit hewan
dari satu host ke yang lain disebut vektor. Nyamuk adalah vektor untuk transmisi ensefalitis
dari burung atau tikus ke manusia. Jenis ensefalitis ini cukup jarang. 2
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang menyebabkan risiko lebih besar adalah:
* Umur. Beberapa jenis ensefalitis lebih lazim atau lebih parah pada anak-anak atau orang
tua.
* Sistem kekebalan tubuh semakin lemah. Jika memiliki defisiensi imun, misalnya karena
AIDS atau HIV, melalui terapi kanker atau transplantasi organ, maka lebih rentan
terhadap ensefalitis.
* Geografis daerah. Mengunjungi atau tinggal di daerah di mana virus nyamuk umum
meningkatkan risiko epidemi ensefalitis.
* Kegiatan luar. Jika memiliki pekerjaan outdoor atau mempunyai hobi, seperti berkebun,
joging, golf atau mengamati burung, harus berhati-hati selama wabah ensefalitis.
* Musim. Penyakit yang disebabkan nyamuk cenderung lebih menonjol di akhir musim
panas dan awal musim gugur di banyak wilayah Amerika Serikat.2
III. ANATOMI
Cerebrum (Telencephalon)
Cerebral Hemisper
Otak adalah pusat integrasi tertinggi dari SSP dan merupakan segmen yang paling
dibedakan dari otak manusia. Pada dasarnya terdiri dari dua struktur: dua cerebral hemisfer
dan beberapa ganglia basalis. Yang terakhir ini memiliki beberapa peranan dalam aktivitas
motorik, terutama inisiasi dan gerakan lamban. Mereka terletak jauh di dalam hemisfer dan
4
tidak dapat dilihat sampai otak dipotong. Kedua cerebral hemisfer dipisahkan oleh fisura
longitudinal dan terdiri dari bagian utama dari substansi yang terlihat pada otak. 5
Gambar 1. Susunan otak. Potongan sagittal kepala pada orang dewasa; dilihat dari sisi kiri medial. Otak
tengah, pons, dan medula oblongata bersama-sama membentuk batang otak
( dikutip dari kepustakaan 5 )
Lobus Cerebral
Permukaan otak dibentuk oleh gyri yang dipisahkan oleh sulcus. Kedua sulcus
lateral dan sulcus sentralis dapat membagi hemisfer menjadi empat lobus :
- Lobus frontal
- Lobus parietalis
- Lobus temporal
- Lobus occipital
Lobus frontal terletak di depan sulcus sentralis, lobus parietalis terletak dibelakang.
Lobus temporal terletak di bawah sulcus lateral, dan sulcus parieto-occipital memisahkan
parietalis lobus dari lobus occipital. Jauh di dalam sulcus lateral terletak insula, dilindungi
oleh lobus frontal, parietal, dan temporal. Insula ini sering dianggap sebagai lobus kelima.
Tidak diketahui fungsinya pada otak manusia. 5
5
merupakan awal dan keluarnya jalur proyeksi. Contohnya, sebagian besar tractus
pyramidalis berasal dari gyrus presentralis, dan tractus sensoris dari thalamus berakhir di
gyrus postsentralis. Sekitar 80% dari permukaan otak diambil oleh daerah asosiasi yang
mengelilingi daerah terisolasi primer serta proses informasi. 5
Medulla Oblongata
Medula oblongata (myencephalon, medula), sekitar 4 cm, antara otak dan tulang
belakang pada foramen magnum. Pada anterior memiliki alur median (sulcus media, fissura
mediana anterior), dari traktus-traktus pyramidalis. 5
IV. PATOFISIOLOGI
Virus / Bakteri
Mengenai CNS
Ensefalitis
nyeri kepala
- gangguan penglihatan
kejang spastic
- gangguan bicara
mual, muntah
- gangguan pendengaran
resiko cedera
- kelemahan gerak
BB turun
- gangguan sensorik
motorik
nutrisi kurang
saraf (neuronal spread)2. Penyebaran hematogen terjadi karena penyebaran ke otak secara
langsung melalui arteri intraserebral. Penyebaran hematogen tak langsung dapat juga
dijumpai, misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteri tersebut itu
kuman dapat tiba di likuor dan invasi ke dalam otak dapat terjadi melalui penerobosan
dari pia mater.
Selain penyebaran secara hematogen, dapat juga terjadi penyebaran melalui
neuron, misalnya pada encephalitis karena herpes simpleks dan rabies. Pada dua penyakit
tersebut, virus dapat masuk ke neuron sensoris yang menginnervasi port dentry dan
bergerak secara retrograd mengikuti axon-axon menuju ke nukleus dari ganglion sensoris.
Akhirnya saraf-saraf tepi dapat digunakan sebagai jembatan bagi kuman untuk tiba di
susunan saraf pusat.
Sesudah virus berada di dalam sitoplasma sel tuan rumah, kapsel virus
dihancurkan. Dalam hal tersebut virus merangsang sitoplasma tuan rumah untuk
membuat protein yang menghancurkan kapsel virus. Setelah itu nucleic acid
virus
berkontak langsung dengan sitoplasma sel tuan rumah. Karena kontak ini sitoplasma dan
nukleus sel tuan rumah membuat nucleic acid yang sejenis dengan nucleic acid virus.
Proses ini dinamakan replikasi
Karena proses replikasi berjalan terus, maka sel tuan rumah dapat dihancurkan.
Dengan demikian partikel-partikel viral tersebar ekstraselular. Setelah proses invasi,
replikasi dan penyebaran virus berhasil, timbullah manifestasi-manifestasi toksemia yang
kemudian disususl oleh manifestasli lokalisatorik. Gejala-gejala toksemia terdiri dari sakit
kepala, demam, dan lemas-letih seluruh tubuh. Sedang manifestasi lokalisatorik akibat
kerusakan susunan saraf pusat berupa gannguan sensorik dan motorik (gangguan
penglihatan, gangguan berbicara,gannguan pendengaran dan kelemahan anggota gerak),
serta gangguan neurologis yakni peningkatan TIK yang mengakibatkan nyeri kepala, mual
dan muntah sehinga terjadi penurunan berat badan.
V.
DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinis
9
2.
3.
4.
junction). 8
Bisa ditemukan edema cerebri.
Kadang disertai tanda-tanda perdarahan.
10
3.
11
Gambar 15. MRI pasien, perempuan, 8 tahun, dengan ensefalitis Rasmussen. A. Desember 2008, pasien datang
dengan keluhan kepala dan continu epilepsia parsial. Terdapat lesi dengan pembengkakan otak lokal di lobus
parietal dan oksipital kanan serta cerebellar hemisphere kanan. B. April 2009, pasien yang sama, sekarang
hilang kesadaran dengan continua epilepsia partialis. Terdapat perkembangan ensefalitis - hemispher otak kiri
telah terlihat dengan pembengkakan otak yang parah dan pergeseran struktur garis tengah
( Dikutip dari kepustakaan 10)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
- Pemeriksaan darah lengkap, ditemukan jumlah leukosit meningkat.
- Pemeriksaan cairan serobrospinal :cairan jemih, jumlah sel diatas normal, hitung jenis
didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa normal atau meningkat
Pemeriksaan lainnya :
- EEG didapatkan gambaran penurunan aktivitas atau perlambatan.
VI. KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi ensefalitis termasuk kejang, kerusakan otak yang
menyebabkan hilangnya sensasi, koordinasi dan kontrol di daerah-daerah tubuh tertentu,
dan / atau kesulitan bicara, dan kematian. Selaput yang mencakup dan melampirkan otak
12
(meninges) juga mungkin terlibat, dan membran ini dapat mengalami peradangan
(meningoencephalitis). 2,15
VII. PENATALAKSANAAN
1. Ensefalitis supurativa
-
2. Ensefalitis syphilis
-
Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral
selama 14 hari.
3. Ensefalitis virus
-
Pengobatan simptomatis
Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg
Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
Malaria serebral
Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak
perbaikan.
Toxoplasmosis
Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
13
Amebiasis
Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
6. Riketsiosis serebri
VII.
PROGNOSIS
Angka kematian untuk ensefalitis berkisar antara 35-50%. Pasien yang
pengobatannya terlambat atau tidak diberikan antivirus (pada ensefalitis Herpes Simpleks)
angka kematiannya tinggi bisa mencapai 70-80%. Pengobatan dini dengan asiklovir
akan menurukan mortalitas menjadi 28%. 6
Sekitar 25% pasien ensefalitis meninggal pada stadium akut. Penderita yang
hidup 20-40%nya akan mempunyai komplikasi atau gejala sisa. 6
Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada ensefalitis yang tidak
diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk,
demikian juga koma. Pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh
dengan gejala sisa yang berat. 6
Banyak kasus ensefalitis adalah infeksi dan recovery biasanya cepat ensefalitis
ringan biasanya pergi tanpa residu masalah neurologi. Dan semuanya 10% dari kematian
ensefalitis dari infeksinya atau komplikasi dari infeksi sekunder . 6
Beberapa bentuk ensefalitis mempunyai bagian berat termasuk herpes ensefalitis
dimana mortality 15-20% dengan treatment dan 70-80% tanpa treatment. 6
BAB II
14
LAPORAN KASUS
I.
II.
Identitas
Nama
: An. R
Anak Ke
:2
Umur
: 2.9 Bulan
Agama
: Kristen
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Ruangan
: ICU
Anamnesis
Keluhan Utama : Kesadaran Menurun
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Poso pada hari senin tanggal 1
september 2014 dengan penurunan kesadaran sejak hari sabtu (30 Agustus 2014).
Pasien masuk dengan keluhan demam dan kejang. Demam dirasakan sejak kurang
lebih 3 minggu yang lalu.demam naik turun dan hilang timbul, pasien mengalami
kejang sekitar 6 kali. Durasi setiap kali kejang sekitar kurang dari 5 menit.
Sebelumnya pasien pernah minum obat penurun panas yang didapatkan dari
puskesmas di Tentena tetapi tidak ada perubahan. Ibu pasien juga mengeluh pasien
tidak pernah buang air besar selama 1 minggu. Sebelumnya dirasakan penurunan
nafsu makan dan berat badan. Pasien sering mengalami demam, batuk dan flu yang
berulang. Pasien pernah muntah 1 kali pada saat diperjalanan menuju ke Palu dari
Poso.
III.
Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum
Tanda vital
Status Gizi
: BB : 9 kg
PB :
CM,
Kulit
Kepala
Telinga
Hidung
Mulut
Faring
Tonsil
Leher
Paru-paru
Jantung
: ictus cordis terlihat dan teraba pada ICS V linea mid clavicularis
sinistra, batas jantung normal, BJ I & II murni regular, tidak
dijumpai adanya bising dan gallop.
Abdomen
Anggota gerak
:
-
Resume
16
Pasien masuk dengan keluhan Febris dan seizure. febris dirasakan sejak kurang lebih
3 minggu yang lalu.febris naik turun dan hilang timbul, pasien mengalami seizure sekitar
6 kali. Durasi setiap kali seizure sekitar kurang dari 5 menit. Sebelumnya pasien pernah
minum obat penurun panas yang didapatkan dari puskesmas di Tentena tetapi tidak ada
perubahan. an. R tidak pernah buang air besar selama 1 minggu. penurunan nafsu makan
+ dan berat badan turun +. Pasien sering mengalami feebris, cough dan flu yang berulang.
Muntah 1 kali. memiliki kelainan kongenital pada genital. tampak sakit Berat, kesadaran
Delerium Gcs : 6 Nadi = 128 kali/menit, frek. napas= 30 kali/menit, S = 39.4 0 C Status
Gizi : BB : 9 kg PB :
Laboratorium
Darah lengkap :
HCT : 34 %
Electrolit
K + : 4.13 mmol/L
Na + : 141.32 mmol/L
Cl - : 101.76 mmol/L
17
Terapi:
IVFD RL 18 TPM
Cefriaxon 500 mg/12j/IV
Gentamisin 30mg/12j/IV
Dexametason 2mg/8j/IV
Novalgin 80 mg/8j/IV
Piracetam 150mg/2mg/IV
Stesolid Rectal 5 mg (bila Kejang)
18
Follow Up
No.
1.
Vital Sign
N : 120x/mnt
P : 32 x/mnt
S : 38,5o C
Follow Up
S : Kaku (-), panas (+), batuk (+),
sesak (+),muntah (-), BAB
biasa.
O : KU sakit Berat, Delerium
Leher : Kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris,retraksi +/+, rh +/
+, wh-/A : Meningitis Tuberculosis
P : 02 0,5-2 Lpm
IVFD RL 18 TPM
Cefriaxon 500 mg/12j/IV
Gentamisin 30mg/12j/IV
Dexametason 2mg/8j/IV
Novalgin 80 mg/8j/IV
Piracetam 150mg/2mg/IV
Stesolid Rectal 5 mg (bila
Kejang)
No.
2.
Vital Sign
N : 117x/mnt
P : 32 x/mnt
S : 38 o C
Follow Up
S : Kaku (-), panas (+), batuk (+),
sesak (+),muntah (-), BAB
biasa.
O : KU sakit Berat, Delerium
Leher : Kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris,retraksi +/+, rh +/
+, wh-/A : Meningitis Tuberculosis
P : 02 0,5-2 Lpm
IVFD RL 18 TPM
Cefriaxon 500 mg/12j/IV
Gentamisin 30mg/12j/IV
Dexametason 2mg/8j/IV
Novalgin 80 mg/8j/IV
19
Piracetam 150mg/2mg/IV
Stesolid Rectal 5 mg (bila
Kejang)
18.5.14
N : 128x/mnt
P : 32 x/mnt
S : 38,4 o C
DAFTAR PUSTAKA
1. Lazoff M. Encephalitis. [ Online ] February 26, 2010 [ Cited April 5, 2010 ]. Available
from : URL ; www.emedicine.medscape.com/article/791896/overview/htm
20
2. Anonymous. Encephalitis. [ Online ] May 5, 2009 [ Cited April 13, 2010 ]. Available
from : URL ; www.mayoclinic.com/health/encephalitis/DS00226
3. Anonymous. Definition of encephalitis. [ Online ] 26 March, 1998 [ Cited April 13,
2010]. Available from : URL ; www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=3231
4. Anonymous. Encephalitis. [ Online ] September 25, 2002 [ Cited April 13, 2010 ].
Available from : URL ; www.neurologychannel.com/encephalitis/index.shtml
5. Faller A, Schuenke M, Schuenke G. The central and peripheral nervous systems. In : The
human body - an introduction to structure and function. New York : Thieme ; 2004. p.
538-53
6. Fransisca SK. Ensefalitis. [ Online ] Februari 19, 2009 [ Cited April 5, 2010 ]. Available
from : URL ; http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/ensefalitis2.pdf
7. Hendrik F. Toksoplasmosis serebri sebagai manifestasi awal AIDS. [ Online ] September
23,
2009
Cited
April
24,
2010
].
Available
from
URL
http://neurology.multiply.com/journal/item/19
8. Anonymous. Rasmussens encephalitis. [ Online ] April 16, 2010 [ Cited April 20, 2010].
Available from : URL ; http://en.wikipedia.org/wiki/Rasmussen%27s_encephalitis
9. Anonymous. Encephalitis. [ Online ] December 21, 2004 [ Cited April 13, 2010 ].
Available from : URL ; http://www.mdguidelines.com/encephalitis/differential-diagnosis
10. Lee EJ. Unusual findings in cerebral abscess. British journal of radiology; 2006. 79,e156e161.
21