Anda di halaman 1dari 15

FISIOLOGI VETERINER II

MIKROORGANISME RUMEN

OLEH
RISCHI ROBINSON MALE HERE
1209005139
KELAS A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan rahmatNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul

Mikroorganisme

Rumen
Ibaratkan pepatah bahwa tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan paper ini masih
banyak kesalahan ataupun kekurangannya serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis berharap kepada pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan dan petunjuk yang
bersifat membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam menambah wawasan kita
bersama.

Denpasar, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................1
HEWAN RUMINANSIA............................................................................................................1
PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA..............................................................................1
MIKROORGANISME RUMEN...............................................................................................2

1. BAKTERI DALAM RUMEN.............................................................................................2


1.1 Bakteri Selulolitik...........................................................................................................3
1.2 Bakteri Hemiselulolitik...................................................................................................3
1.3 Acid Utilizer Bacteria (bakteri pemakai asam)...............................................................3
1.4 Bakteri Amilolitik............................................................................................................4
1.5 Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai gula).............................................................4
1.6 Bakteri Proteolitik...........................................................................................................5
1.7 Bakteri Methanogenik.....................................................................................................5
1.8 Bakteri Lipolitik..............................................................................................................5
1.9 Bakteri Ureolitik..............................................................................................................5
2. Protozoa Rumen...................................................................................................................7
2.1 Oligotricha......................................................................................................................7
2.2 Holotricha.......................................................................................................................8
3. Jamur Rumen.......................................................................................................................8
3.1 Spesies Jamur Pada Rumen............................................................................................9
3.1.1 Spesies Monosentris...............................................................................................9
3.1.2 Spesies Jamur Polisentris.....................................................................................10
3.2 Jenis Bahan Yang Dirombak Pada Rumen...................................................................10
3.2.1 Jamur Perombak lignin.........................................................................................10
3.2.1 Jamur Perombak selulosa.....................................................................................10
3.2.3 Jamur Perombak hemiselulosa.............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................12

PEMBAHASAN
HEWAN RUMINANSIA
Hewan ruminansia merupakan kelompok hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang
mencerna makanannya dalam dua langkah: pertama dengan menelan bahan mentah (rumput),
kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya dan
mengunyahnya lagi. Hewan yang termasuk ruminansia (memamah biak) adalah sapi, kerbau,
kambing, domba, jerapah, bison, rusa, kancil, gnu, dan antilop.
PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA
Pencernaan hewan ruminansia sangat berbeda dengan hewan monogastrik. Pada hewan
ruminansia terjadi dua proses penting dalam melakukan pencernaan yaitu pada tahap pertama
pencernaan secara mekanik yang terjadi dalam mulut dengan bantuan gigi dan saliva.didalam
mulut makanan yang berupa serat ddihaluskan dan dicampur dengan saliva, kemudian
dilanjutkan ketahapan pencernaan kedua berupa pencernaan fermentative yang melibatkan
mikroorganisme yang terdapat di dalam organ pencernaan. Alat pencernaan ruminansia terdiri
dari rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Proses pencernaan fermentative di dalam
reticulum-rumen terjadi sangat intensif dan dalam kapasitas yang sangat besar. Proses
pencernaan tersebut terletak sebelum usus halus atau organ penyerapan utama , hal tersebut
sangat menguntungkan karna makanan yang didapatkan dapat diubah dan disajikan dalam
bentuk produk fermentasi yang mudah diserap oleh hewan ruminansia, serta menjadikan
kemampuan pemanfaatan pakan serat dalam jumlah lebih banyak akan lebih efisien.
Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum pakan mengalami
pencernaan yang sebenarnya. Di dalam rumen , pakan yang telah ditelan akan mengalami

fermentasi dan penguraian oleh enzim yang dihasilkan mikroorganisme anaerobic, yang
terdapat secara alami di dalam rumen.
MIKROORGANISME RUMEN
Peranan mikroorganisme rumen dalam proses pencernaan pakan berserat adalah mengurai
senyawa-senyawa kompleks seperti selulosa dan hemiselulosa menjadi senyawa-senyawa
sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh hewan tersebut senagai sumber energi, protein, vitamin
untuk proses pertumbuhannya. Mikroorganisme di dalam rumen menghasilkan enzim yang
mampu menghidrolisis selulosa dan hemiselulosa serta pati dengan adanya simbiosis dengan
mikroorganisme lain yang terdapat dalam rumen. Hasil hidrolisis yang berupa rantai karbon
sederhana dimanfaatkan menjadi asam lemak volatile (lemak terbang) yang mampu diserap oleh
tubuh dan dijadikan sumber energi bagi hewan ruminansia.
Secara garis besar di dalam rumen terdapat 3 kelompok utama mikroba rumen, yaitu:
bakteri, protozoa, dan jamur. Mikroorganisme di dalam retikulo-rumen mempunyai peranan
penting dalam proses fermentasi pakan. Mikroorganisme utama yang terdapat dalam rumen
adalah bakteri, protozoa, dan jamur (yeast). Proses fermentasi oleh mikroorganisme pada
rurninansia memegang peranan sangat penting, karena produk akhir fermentasi yang bagi
mikroorganisme itu sendiri merupakan limbah, yakni lemak volatile (asam lemak terbang) dan
beberapa vitamin. Mikroorganisme yang terdapat dalam rumen akan dijelaskan sebagai berikut,
1. BAKTERI DALAM RUMEN
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Sebagian besar
bakteri rumen berbentuk cocci kecil, morfologinya tidak dapat dipakai sebagai dasar klasifikasi
untuk membedakan spesies. Sebagai gantinya bakteri rumen diklasifikasikan atas dasar macam
substrat yang digunakan sebagai sumber energi utama, yakni:
2

1.1 Bakteri Selulolitik


Bakteri ini menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glukosida 1,4, selulosa,
dan dimer selobiosa. Sepanjang yang diketahui tak satupun hewan yang mampu memproduksi
enzim selulase sehingga pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di
sepanjang saluran pencernaan pakan. Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama
ternak berupa serat kasar. Contoh bakteri selulolitik antara lain adalah :
Bacteriodes succinogenes
Ruminicoccus flavefaciens
Ruminicoccus albus
Cillobacterium cellulosolvens
1.2 Bakteri Hemiselulolitik
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan pentosa , gula heksosa
serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang penting dalam
dinding sel tanaman. Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa biasanya juga dapat
menghidrolisa hemiselulosa. Meskipun demikian ada beberapa spesies yang dapat
menghidrolisa hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa. Contoh bakteri
hemiselulolitik antara lain:
Butyrivibrio fibriosolven
Bacteriodes ruminicola
1.3 Acid Utilizer Bacteria (bakteri pemakai asam)
Beberapa janis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam laktat meskipun jenis bakteri
ini umumnya tidak terdapat dalam jumlah yang berarti. Jenis lainnya dapat menggunakan asam
suksinat, malat dan fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasi oleh bakteri jenis lainnya.
Asam format dan asetat juga digunakan oleh beberapa spesies, meskipun mungkin bukan
3

sebagai sumber enersi yang utama. Asam oksalat yang bersifat racun pada mamalia akan
dirombak oleh bakteri rumen, sehingga menyebabkan ternak ruminansia mampu mengkonsumsi
tanaman yang beracun bagi ternak lainnya sebagai bahan makanan. Beberapa spesies bakteri
pemakai asam laktat yang dapat dijumpai dalam jumlah yang banyak setelah ternak
mendapatkan tambahan jumlah makanan butiran maupun pati dengan tiba-tiba adalah :
Peptostreptococcus bacterium
Propioni bacterium
Selemonas lactilytica
1.4 Bakteri Amilolitik
Beberapa bakteri selulolitik juga dapat memfermentasi pati, meskipun demikian beberapa
jenis bakteri amilolitik tidak dapat menggunakan/memfermentasi selulosa. Bakteri amilolitik
akan menjadi dominan dalam jumlahnya apabila makanan mengandung pati yang tinggi, seperti
butir-butiran. Bakteri amilolitik yang terdapat di dalam rumen antara lain:
Bacteriodes amylophilus
Butyrivibrio fibrisolvens
Bacteroides ruminicola
Streptococcus bovis
1.5 Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai gula)
Hampir semua bakteri pemakai polisakarida dapat memfermentasikan disakarida dan
monosakarida. Tanaman muda mengandung karbohidrat siap terfermentasi dalam konsentrasi
yang tinggi yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai di retikulo-rumen. Kesemua
ini merupakan salah satu kelemahan/kerugian dari sistem pencernaan ruminansia. Sebenarnya
gula akan lebih efisien apabila dapat dicerna dan diserap langsung di usus halus.

1.6 Bakteri Proteolitik


Bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat pada saluran
pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora (carnivora). Didalam rumen, beberapa
spesies diketahui menggunakan asam amino sebagai sumber utama enersi. Beberapa contoh
bakteri proteolitik antara lain:
Bacteroides amylophilus
Clostridium sporogenes
Bacillus licheniformis
1.7 Bakteri Methanogenik
Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah gas methan. Bakteri
pembentuk gas methan lambat pertumbuhannya. Contoh bakteri ini antara lain:
Methanobacterium ruminantium
Methanobacterium formicium
1.8 Bakteri Lipolitik
Beberapa spesies bakteri menggunakan glycerol dan sedit gula. sementara itu beberapa
spesies lainnya dapat menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian lagi dapat menetralisir
asam lemak rantai panjang menjadi keton. Enzim lipase bakteria dan protozoa sangat efektif
dalam menghidrolisa lemak dalam chloroplast. Contoh bakteri lipolitik antara lain:
Anaerovibrio lipolytica
Selemonas ruminantium var. lactilytica(soetanto, 2007)
1.9 Bakteri Ureolitik
Sejumlah

spesies

bakteri

rumen

menunjukkan

aktivitas

ureolitik

dengan

jalan

menghidrolisis urea menjadi CO2 dan amonia. Beberapa jenis bakteri ureolitik menempel pada
epithelium dan menghidrolisa urea yang masuk kedalam rumen melalui difusi dari pembuluh
5

darah yang terdapat pada dinding rumen. Oleh karena itu konsentrasi urea dalam cairan rumen
selalu rendah. Salah satu contoh bakteri ureolitik ini misalnya adalah Streptococcus sp. Di
dalam rumen yang normal biasanya jumlah bakteri ini mencapai antara 15 80 x 10 9 isi rumen.
Meskipun demikian jumlah ini mngkin dapat menurun sampai hanya 4 x10 9 permililiter pada
ternak yang diberi pakan wheat straw. Beberapa contoh ukuran dan bentuk sel bakteri rumen
disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar ragam morfologi bakteri rumen.


A. Rossete Quins organism dan Selenomonas ; B. bentuk sarkina ; C. rantai cocci besar ; D.
Oscillospira guillermondii ; E. bentuk clostridia dari Clostridia lochheadii ; F. rantai cocci yang
amat panjang.
6

2. Protozoa Rumen
Sebagian besar protozoa yang terdapat didalam rumen adalah cilliata dan flagellata. Cilliata
adalah mikroorganisme non patogen dan anaerobik. Pada kondisi rumen yang normal dapat
dijumpai ciliata sebanyak 105 - 106 ml dalam rumen.
Hal ini pertama kali ditemukan oleh David Gruby dan Delafond (1843), dan telah banyak
dilakukan penelitian tentang taksonomi, fisiologi dan nutrisi cilliata. Seperti halnya bakteri,
cilliata juga mampu memfermentasi hampir seluruh komponen tanaman yang terdapat didalam
rumen seperti: selulosa, hemiselulosa, fruktosan, pektin, pati, gula terlarut dan lemak. Jika
dibandingkan ciliata mempunyai peranan yang lebih baik daripada bakteri yaitu sebagai sumber
protein dengan keseimbangan kandungan asam amino sebagai makanan ternak ruminansia.
Menurut morfologinya protozoa diklasifikasikan mennjadi 2 yaitu :
2.1 Oligotricha
Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula terlarut sebagai makananannya, akan tetapi
butir-butir pati akan menjadi sasaran utama untuk dimangsanya. Beberapa spesies juga
memangsa amilopektin. Namun hasil penelitian terakhir diragukan tentang kemampuan
protozoa rumen untuk dapat mencerna selulosa. Pencernaan selulosa dapat dilakukan karena
protozoa memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan enzim selulosa didalam
tubuh protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat dicerna. Bakteri selulolitik juga
diketahui hidup secara simbiosis dengan Oligotricha didalam selnya.
Spesies penting dari Oligotricha antara lain:
-

Diplodinium dentatum

Eudiplodinium bursa

Polypastron multivesiculatum

Entodinium caudatum
7

2.2 Holotricha
Karakteristik Holotricha adalah pergerakannya yang cepat dan bentuk sel oval. Ciliata
memiliki peran penting dalam metabolisme karbohidrat dengan menelan gula ketika masuk ke
rumen dan menyimpannya sebagai amilopektin. Amilopektin akan dirilis ke rumen ketika
Holotricha dalam fase pertumbuhan atau dalam kondisi lisis. Mekanisme ini memiliki efek
positif bagi ternak ruminansia. Misalnya, ketika ternak beristirahat, tidak ada lebih banyak
karbohidrat dalam rumen, sehingga amilopektin akan difermentasi. Ada beberapa spesies
Holotricha seperti:
-

Isotricha intestinal

Isotricha prostoma

Dasytricha rumiantium
Sebagian besar protozoa dengan cepat akan memangsa dan menghidrolisis bermacam-

macam protein dengan menghasilkan amoniak berasal dari kelompok amida dan akan
melepaskan asam-asam amino serta peptida.
Protozoa di ruminansia menyimpulkan dalam simbiosis mutualisme. Protozoa dapat melakukan
proses metabolisme dalam tubuh ternak ruminansia dan ruminansia bisa mendapatkan gizi
dengan mencerna makanan dengan lebih mudah.
3. Jamur Rumen
Selain protozoa dan bakteri, dalam perut hewan ruminansia juga terdapat jamur. Kehadiran
fungi di dalam rumen berperan dalam pencernaan serat tahap awal, karena rizoid fungi tersebut
dapat tumbuh menembus dinding sel tanaman, sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh
enzim bakteri rumen dan juga rizobium atau hifa jamur rumen mampu masuk ke dalam jaringan
xylem, sclerenchym dan kutikula tanaman dan secara parsial. Jadi jika ada pakan yang belum
dapat dicerna

oleh jamur rumen akan dicerna oleh bakteri. Berbagai hasil penelitian
8

menunjukkan bahwa jamur terbukti dapat ditemukan di dalam saluran pencernaan herbivora,
rumen sapi, domba, rusa, kambing dan ruminansia lainnya serta sekum kuda dan gajah semua
mengandung jamur meskipun jumlahnya sedikit. Namun jamur dari saluran pencernaan
herbivora memiliki tipe berbeda dengan jamur dari tanah maupun lingkungan perairan.
Jamur pada rumen ruminansia pada umumnya bersifat anaerob atau mutlak tidak
memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya dan juga kondisi ini mendukung untuk proses
terbentuknya senyawa hidrogen (H) dalam proses fermentasi selulosa. Jamur rumen dapat
tumbuh dengan baik pada temperatur antara 33 41 oC tanpa oksigen. Siklus hidupnya antara
24 - 30 jam dan hidupnya bergantung sepenuhnya pada proses fermentasi untuk mendapatkan
energi.
3.1 Spesies Jamur Pada Rumen
Spesies jamur yang terdapat pada rumen ruminansia pada umumnya berbeda dengan jenis
jamur yang hidup pada tanah maupun pada tempat lain. Jamur rumen dibagi menjadi dua
kelompok spesies yaitu monosentris dan polisentris.
3.1.1 Spesies Monosentris
Spesies jamur monosentris hanya memiliki satu spora dalam rizobiumnya, jamur
monosentris pada rumen dikelompokkan menjadi tiga tipe morfologis yaitu :
(1) Neocallimastic sp. dengan spora poliflagella dan rizobium bercabang banyak,
(2) Piromonas sp. dengan spora monoflagella dan rizobium bercabang.
(3) Sphaeromonas sp. dengan zoospora monoflagella dan rizobium membengkak.
Contoh spesies jamur monosentrik adalah Neocallimastix frontalis, Neocallimastix
patriciarum, Piromonas commuunis, Sphaeromonas commuunis, dan Sphaeromonas equi.
3.1.2 Spesies Jamur Polisentris
Spesies jamur polisentris mengandung beberapa spora dengan inti di dalamnya. Contoh
jamur polisentris adalah Neocallimastix joyonii.pada umumnya Jamur anaerob banyak
ditemukan di dalam rumen hewan ruminansia, sekum kuda dan feses gajah (Akin dan
9

Borneman, 1990). Namun hasil temuan lainnya menunjukkan bahwa jenis jamur polisentris
pada kerbau, sapi dan domba berbeda antara satu dengan yang lainnya. (Jouany, 1991).
3.2 Jenis Bahan Yang Dirombak Pada Rumen
3.2.1 Jamur Perombak lignin.
Selain jamur di alam yang berfungsi sebagai perombak lignin,jamur yang ada pada rumen
hewan ruminansia juga berperan dalam perombakan lignin. Ciri khas jamur rumen terletak pada
kemampuannya dalam mengkoloni dinding sel tanaman pakan yang mengandung lignin dan
merombaknya. Spesies jamur perombak lignin dikelompokkan atas dasar warna saat fermentasi
substrat menjadi soft rot, brown rot dan white rot.
3.2.1 Jamur Perombak selulosa.
Jamur anaerob perombak selulosa terbukti ada di dalam rumen dan diketahui berperan
aktif pada proses pencernaan serat kasar pakan. Semua jamur rumen perombak lignoselulosa
adalah perombak selulosa. Hasil fermentasi jamur rumen bermanfaat bagi hewan inang maupun
mikrobia lainnya di dalam rumen.
Spesies jamur rumen perombak selulosa umumnya bergantian antara bentuk thallus dan
flagella. Jamur rumen perombak selulosa diduga tidak esensial karena jumlahnya sangat sedikit,
namun diyakini memiliki peran sangat penting dalam perombakan serat kasar pakan kualitas
rendah, oleh karena itu diperlukan penelitian perannya di dalam rumen.
Beberapa kelebihan jamur selulolitik rumen menurut Akin dan Borneman, (1990) adalah :
(1) mampu menghasilkan enzim selulase dan silanase kadar tinggi,
(2) mampu mengkoloni jaringan dinding sel tanaman lebih baik dibandingkan bakteri,
(3) hasil inkubasi pakan berserat oleh jamur rumen lebih lunak dibandingkan oleh bakteri
3.2.3 Jamur Perombak hemiselulosa.
Jamur rumen berperan penting dalam proses perombakan hemiselulosa. Semua jamur
perombak selulosa umumnya adalah juga perombak hemiselulosa. Jamur rumen mampu
menghasilkan enzim silanase lebih tinggi dibandingkan jamur anaerob lainnya. Namun produksi
10

silanase tersebut dipengaruhi oleh adanya gula, jika terdapat gula maka produksi silanase
terhambat. Beberapa jenis jamur seperti Trichoderma reesei dan Penicillium chrysoporium
menghasilkan -xylosidase yang memiliki ukuran lebih besar ( antara 90 - 122 kDa), namun
umumnya kurang populer dibandingkan endosilanase lainnya. Endosilanase dan endoglukanase
dari jamur rumen Neocallimastix frontalis mempunyai aktivitas beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan endosilanase dan endoglukanase dari jamur anaerobik lainnya.

11

DAFTAR PUSTAKA
Siswanto. 2013, Handout Fisiologi Veteriner II sistem pencernaan, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana, Denpasar.
Suwiti. N.K. 2013, Handout Histologi Veteriner II sistem pencernaan, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana, Denpasar.
http://peternakanjunaedi.blogspot.com/2011/06/peranan-bakteri-dalam-rumen-pada-ternak.html
http://irenzobeckham.wordpress.com/2006/11/15/mikroba-dalam-rumen-sapi/
http://id.wikipedia.org/wiki/pencernaan-ruminansia

12

Anda mungkin juga menyukai