Oleh :
Jasmine Nabilah
1110312045
Preseptor :
dr. H. Yerizal Karani, Sp.PD, Sp.JP (K)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Kelenjar Tiroid
Tiroid berasal dari bahasa Yunani yaitu thyreos yang berarti pelindung dan eidos yang
berarti bentuk.1 Kelenjar tiroid terletak di leher bawah, yaitu setinggi vertebrae servikal 5
hingga thorakal 1, anterior dari trakea, menutupi cincin trakea ke-2 hingga ke-4, di antara
kartilago krikoid dan takik suprasternal. Tiroid terdiri dari dua lobus lateral dengan kutub
superior dan inferior yang dihubungkan oleh isthmus. Normalnya ia berukuran 12 hingga
15 mm, kaya vaskularisasi, berwarna cokelat kemerah-merahan dan berkonsistensi lunak.
1,2
posterior dari tiap kutub tiroid. Saraf laringeal recurrent berjalan melewati pinggir lateral
kelenjar tiroid dan harus diidentifikasi saat operasi tiroid untuk mencegah paralisis pita
suara.1
oleh sel-sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel tersebut. Unsur
utama dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar yang mengandung hormon tiroid
di dalam molekul-molekulnya. Begitu hormon yang disekresikan sudah masuk ke dalam
folikel, hormon itu harus diabsorpsi kembali melalui epitel folikel ke dalam darah, sebelum
dapat berfungsi dalam tubuh.3
Persarafan kelenjar tiroid diatur oleh sistem saraf otonom. Serabut parasimpatis berasal
dari nervus vagus, dan serabut simpatis berasal dari ganglion superior, media dan inferior
dari trunkus simpatis. Saraf-saraf kecil ini memasuki kelenjar bersamaan dengan pembuluh
darah. Regulasi saraf otonom dari sekresi kelenjar tidak belum sepenuhnya dipahami, tetapi
kebanyakan efek berasal dari pembuluh-pembuluh darah.2
Perdarahan arteri pada kelenjar tiroid berasal dari arteri tiroid superior dan inferior dan
kadang-kadang dari ima tiroid. Arteri-arteri ini mempunyai banyak anastomosis kolateral
satu sama lain, secara ipselateral dan kontralateral. Arteri tiroid ima merupakan pembuluh
tunggal yang berasal dari arkus aorta atau arteri inominata dan memasuki kelenjar tiroid
dari batas inferior isthmus.2
II. Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid
Untuk membentuk tiroksin dalam jumlah normal, setiap tahunnya dibutuhkan kira-kira
50 mg yodium yang ditelan dalam bentuk iodida, atau kira-kira 1mg/minggu. Agar tidak
terjadi defisiensi yodium, garam dapur diiodisasi dengan kira-kira 1 bagian natrium iodida
untuk setiap 100.000 bagian natrium klorida.3
Iodida yang ditelan per oral akan diabsorpsi dari saluran cerna ke dalam darah dengan
cara yang sama seperti klorida. Normalnya sebagian besar iodida tersebut akan segera
diekskresikan oleh ginjal, tetapi hanya setelah seperlima bagiannya secara selektif
dipindahkan dari sirkulasi ke dalam kelenjar tiroid dan digunakan untuk sintesis hormon
tiroid.3 Membran sel tiroid mempunyai kemampuan spesifik untuk memompakan iodida
secara aktif ke bagian dalam sel. Kemampuan ini disebut penjeratan iodida (iodide
trapping). Pada kelenjar tiroid yang normal, pompa iodida dapat memekatkan iodida kirakira 30 kali dari konsentrasinya di dalam darah. Bila kelenjar tiroid menjadi sangat aktif,
maka rasio konsentrasi tadi dapat meningkat menjadi 250 kali dari nilai normal. Kecepatan
penjeratan iodida oleh tiroid dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang paling penting adalah
konsentrasi TSH dimana TSH merangsang sedangkan hipofisektomi menghilangkan
aktivitas pompa iodida di sel tiroid.3
3
Kelenjar tiroid tidak seperti kelenjar endokrin lainnya karena ia mampu menyimpan
hormon dalam jumlah besar. Setelah proses sintesis hormon tiroid selesai, masing-masing
tiroglobulin mengandung lebih dari 30 molekul tiroksin dan beberapa molekul
triiodotironin. Dalam bentuk ini, hormon tiroid disimpan dalam folikel dalam jumlah yang
cukup untuk menyuplai tubuh dengan kebutuhan normal selama 2-3 bulan. Oleh karena itu,
bila sintesis hormon tiroid berhenti, efek fisiologis akibat defisiensi belum tampak selama
beberapa bulan.3
Saat sekresi hormon tiroid, tiroglobulin sendiri tidak dilepas ke dalam sirkulasi darah,
justru tiroksin dan triiodotironin harus dipecah dari molekul tiroglobulin dan kemudian
dilepaskan sebagai hormon bebas dalam sirkulasi darah. Kira-kira tirosin yang telah
diiodisasi dalam tiroglobulin tidak akan pernah menjadi hormon tiroid tetapi tetap menjadi
monoiodotirosin atau diiodotirosin. Selama proses pencernaan molekul tiroglobulin untuk
melepaskan hormon tiroid, tirosin teriodisasi juga dibebaskan dari tiroglobulin tetapi tidak
dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Sebaliknya, dengan bantuan enzim deiodinase,
molekul iodin dilepas dari tirosin sehingga iodin tersedia lagi untuk pembentukan hormon
tiroid selanjutnya. Pada kelainan kongenital yang menyebabkan tidak adanya enzim
deiodinase ini, banyak orang mengalami defisiensi iodin karena gagal dalam proses daur
ulang iodin tersebut.3
Sewaktu memasuki darah, 99% tiroksin dan triiodotironin segera berikatan dengan
protein plasma terutama globulin pengikat-tiroksin (thyrozine-binding globulin/TBG) dan
dalam jumlah lebih sedikit transthyretin (TTR) dan albumin. Mekanisme Oleh karena
afinitasnya yang tinggi, hormon tiroid khususnya tiroksin dilepaskan sangat lambat ke sel
jaringan. Sewaktu memasuki sel, hormon tiroid kemudian berikatan dengan protein intrasel
dan sekali lagi disimpan dan dipakai secara lambat selama berhari-hari hingga bermingguminggu.3
III. Struma
3.1 Definisi dan Klasifikasi
Struma atau biasa disebut goiter merupakan pembengkakan abnormal dari
kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi secara menyeluruh dan halus
yang disebut struma difusa atau ia dapat menjadi besar oleh karena pertumbuhan satu
atau lebih benjolan (nodul) di dalam kelenjar tersebut sehingga disebut struma noduler.4
5
Struma dapat terus menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah normal, yang mana
dalam kasus ini disebut struma eutiroid atau non toksik. Tetapi struma juga dapat
berkembang menghasilkan overproduksi hormon tiroid yang dinamakan struma toksik
atau ketidakmampuan memproduksi hormon tiroid sama sekali yang disebut
hipotiroidisme.4
3.2 Penyebab
Terdapat tiga kategori penyebab pembesaran kelenjar tiroid, yaitu :
1. Insufisiensi produksi hormon tiroid
Ketika kelenjar tidak efesien dalam menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang
cukup, ia mengkompensasi dengan cara memperbesar ukurannya. Di seluruh dunia,
penyebab paling sering adalah defisiensi asupan iodin, yang diperkirakan mengenai
hampir 100 juta manusia yang tinggal dalam kemiskinan.4
2. Inflamasi kelenjar (Tiroiditis)
Inflamasi kelenjar dapat membuat kelenjar tersebut membengkak. Beberapa jenis
penyebab inflamasi kelenjar tiroid yang umum yaitu tiroiditis autoimun dan tiroiditis
postpartum. Tiroiditis autoimun atau yang disebut juga tiroiditis Hashimoto terjadi
ketika sistem imun seseorang berbalik menyerang kelenjar tiroidnya sendiri,
membuatnya meradang sehingga kelenjar membengkak.4
3. Tumor kelenjar
Struma juga dapat berasal dari tumor yang biasanya jinak tetapi kadang bisa jadi
ganas. Kebanyakan tumor tiroid muncul sebagai nodul-nodul diskret, tetapi terdapat
beberapa jenis kanker tiroid yang dapat menimbullkan pembesaran secara umum pada
kelenjar.
Tabel 3.2.1 Tipe, penyebab dan tanda serta gejala struma
Tipe Struma
Penyebab
Tipe Struma
Penyebab
Graves disease
(Struma difusa toksik)
Stimulasi autoimun
kelenjar tiroid
Struma
Hipertiroidisme
Tiroiditis autoimun
(Hashimoto, limfositik
kronik)
Tiroiditis subakut
(de Quervain)
Infeksi virus
Struma noduler
Hipertiroidisme
Tidak ada gejala
Gejala lokal pada leher
Gejala penyebaran tumor
3.3 Patofisiologi
Kelenjar tiroid menyekresikan dua macam hormon utama, yaitu tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Kedua hormon ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme
tubuh. Kekurangan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan
sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sampai 60
hingga 100 persen di atas normal. Selain itu kelenjar tiroid juga menyekresikan
kalsitonin, hormon yang mengatur metabolisme kalsium.3
Derajat 0
Derajat 1
IA
ditengadahkan maksimal
IB
Derajat 2
Derajat 3
: Subjek dengan struma yang besar sekali, dan terlihat dari jarak
beberapa meter.
Selain pemeriksaan tiroid itu sendiri, pemeriksaan fisik keseluruhan harus
dilakukan untuk mencari tanda-tanda fungsi tiroid abnormal dan gambaran
ekstratiroidal oftalmopati dan dermopati.1 Tanda-tanda hipertiroidisme sudah
dirangkum dalam indeks Wayne yang berguna untuk menegakkan diagnosis secara
klinis, dan membedakan antara keadaan klinis hipertiroidisme dengan eutiroidisme.
Tabel 3.4.1. Indeks Wayne : sistem skoring tanda dan gejala hipertiroidisme6
Gejala yang baru
Skor
Tanda
Ada
muncul dan/atau
Tidak
ada
bertambah berat
Sesak saat beraktivitas
+1
Tiroid teraba
+3
-3
Palpitasi
+2
Bruit tiroid
+2
-2
Kelelahan
+2
Eksoftalmus
+2
-5
+2
+5
Lid lag
+1
Keringat berlebihan
+3
Hiperkinesis
+4
-2
Gugup
+2
Tangan panas
+2
-2
+3
Tangan basah
+1
-1
-3
Denyut nadi :
-3
>80/menit
-3
>90/menit
+3
Fibrilasi atrium
+4
+3
= Toksik
11-19 = Meragukan
<11
= eutiroid/normal
125
I,
131
I) dan
sering dengan struktur yang abnormal dan terdapat area multipel dengan peningkatan
dan penurunan ambilan pelacak. Tiroiditis subakut ditandai dengan ambilan yang
rendah oleh karena kerusakan sel folikuler dan penekanan kadar TSH. Tiroroksikosis
factitia juga ditandai dengan rendahnya ambilan radioisotop.1
3.6 Hipertiroidisme
Hipertiroidisme merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid overaktif dan
menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang berlebihan. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya tirotoksikosis yaitu kondisi medis dimana terjadi peningkatan
kadar hormon tiroid dalam darah.7 Penyebab utama hipertiroidisme yaitu struma difusa
toksik atau penyakit Grave, struma multinoduler toksik atau penyakit Plummer dan
adenoma toksik.1,8
Tabel 3.6.1. Penyebab tirotoksikosis1
Hipertiroidisme primer
Penyakit Grave
Penyakit Plummer
Adenoma toksik
Metastasis karsinoma tirois yang aktif
Mutasi aktif reseptor TSH
Sindroma McCune-Albright
Struma ovarii
Obat : yodium berlebih (fenomena Jod-Basedow)
Tirotoksikosis
hipertiroidisme
Silent thyroiditis
Penyebab destruksi tiroid lainnya : amiodaron, radiasi,
adenoma infark
Ingesti hormon tiroid berlebihan (tirotoksikosis factitia)
Hipertiroidisme sekunder
resistensi
hormon
tiroid
beberapa
12
Tanda dan gejala pada setiap penyakit penyebab tirotoksikosis sama. Gejala
klinis yang muncul tergantung pada tingkat keparahan tirotoksikosis, durasi penyakit,
kerentanan individu dan usia. Pada orang tua, gambaran tirotoksikosis dapat meragukan
dan pasien mungkin hanya menunjukkan kelelahan dan penurunan berat badan saja,
disebut hipertiroid apatetik.1
Tabel 3.6.2. Tanda dan gejala tirotoksikosis1
Gejala
Tanda
Tremor
Palpitasi
Struma
Penurunan
berat
badan
Poliuria
Ginekomastia
13
hipertiroidisme
pada
penyakit
Grave
yaitu
dengan
menurunkan sintesis hormon tiroid, menggunakan obat anti tiroid, atau dengan
mengurangi jumlah jaringan tiroid dengan terapi radioiodin, atau tiroidektomi subtotal.
Obat anti tiroid merupakan terapi utama di banyak pusat kesehatan di Eropa dan Jepang,
dimana radioiodin lebih sering menjadi terapi lini pertama di Amerika Utara. Perbedaan
ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun pendekatan terapi yang optimal dan bahwa
pasien membutuhkan terapi multipel untuk mencapai remisi.1
Terdapat tiga bahan substansi anti tiroid yang paling dikenal yakni tiosianat,
propiltiourasil, dan iodida inorganik.
a. Ion Tiosianat
Pompa aktif yang sama yang menghantarkan ion iodida ke dalam sel-sel tiroid juga
dapat memompakan ion tiosianat, ion perklorat, dan ion nitrat. Oleh karena itu,
pemberian ion tiosianat (atau salah satu ion lainnya) yang konsentrasinya cukup tinggi
dapat menyebabkan timbulnya penghambatan persaingan (competitive inhibition)
14
langkah pertama dalam pelepasan hormon tiroid dari tempat penyimpanan koloid,
sekresi hormon tiroid ke dalam darah hampir segera dihentikan.3
Oleh karena iodida yang berkonsentrasi tinggi itu menurunkan semua tahap
aktivitas tiroid, maka iodida ini mengurangi ukuran kelenjar tiroid dan terutama
mengurangi suplai darahnya, yang berlawanan dengan efek-efek yang disebabkan oleh
sebagian besar bahan antitiroid lainnya. Karena sebab inilah maka iodida sering
diberikan pada pasien selama 2 atau 3 minggu sebelum pengangkatan kelenjar tiroid
untuk menurunkan jumlah pembedahan yang diperlukan, terutama untuk menurunkan
jumlah perdarahan.3
Obat antitiroid utama yang biasa dipakai yaitu tionamid, seperti propiltiourasil,
karbimazol, dan metimazol. Semuanya menghambat fungsi TPO, mengurangi oksidasi
dan organifikasi iodida. Obat-obatan ini juga menurunkan kadar antibodi tiroid dengan
mekanisme yang masih belum jelas.1
Terdapat beberapa variasi regimen obat antitiroid. Dosis awal karbimazol atau
metimazol biasanya 10-20 mg setiap 8-12 jam, tetapi dosis tunggal mungkin digunakan
setelah tercapai eutiroidisme. Propiltiourasil diberikan dengan dosis 100-200 mg setiap
6-8 jam, dan dosis terbagi biasanya digunakan. Dosis awal setiap obat antitiroid dapat
diturunkan bertahap (regimen titrasi) seiring tirotoksikosis membaik. Cara alternatif,
dosis tinggi diberikan dengan dikombinasikan dengan levotiroksin (regimen blockreplace) untuk mencegah hipotiroidisme akibat obat. Laporan yang ada menunjukkan
bahwa regimen block-replace memiliki laju remisi yang lebih tinggi.1
Tes fungsi tiroid dan manifestasi klinis ditinjau ulang 3-4 minggu setelah mulai
terapi, dan dosis dititrasi berdasarkan kadar free T4. Sebagian besar pasien belum
mencapai eutiroid hingga 6-8 minggu setelah terapi dimulai. Kadar TSH sering tetap
ditekan selama beberap bulan dan oleh karena itu tidak menghasilkan indeks respon
terapi yang sensitif. Dosis pemeliharaan sehari-hari obat antitiroid biasanya dalam
regimen titrasi yaitu 2,5-10 mg karbimazol atau metimazol dan 50-100 mg
propiltiourasil. Dalam regimen block-replace, dosis awal obat antitiroid dipertahankan
konstan dan dosis levotiroksin yang disesuaikan untuk mempertahankan kadar free T4
normal. Ketika penekanan TSH berkurang, kadar TSH dapat digunakan untuk
memonitor terapi.1
16
Propanolol (20-40 mg setiap 6 jam) atau beta blocker kerja-lama, seperti atenolol,
dapat membantu mengontrol gejala adrenergik, terutama ketika tahap awal terapi
dimana obat antitiroid belum berefek. Kebutuhan antikoagulan, warfarin, harus
dipertimbangkan untuk semua pasien dengan fibrilasi atrial. Jika digoksin digunakan,
peningkatan dosis sering dibutuhkan dalam keadaan tirotoksikosis.1
Radioiodin menyebabkan destruksi sel-sel tiroid dan dapat digunakan sebagai terapi
awal atau untuk kasus relaps setelah percobaan dengan obat antitiroid. Terdapat sedikit
risiko kemungkinan terjadi krisis tiroid setelah radioiodin, yang dapat diminimalkan
dengan terapi awalan obat antitiroid selama minimal 1 bulan sebelum. Obat ini harus
dihentikan 3 hari sebelum penggunaan radioiodin untuk mencapai ambilan iodin yang
maksimal.1
Tiroidektomi subtotal merupakan pilihan pada pasien dengan kasus relaps setelah
obat antitiorid. Beberapa ahli merekomendasikan operasi untuk pasien yang muda,
terutama jika struma sangat besar. Kontrol hati-hati tirotoksikosis dengan obat
antitiroid, diikuti potassium iodida dibutuhkan sebelum operasi untuk menghindari
krisis tirotoksis dan mengurangi vaskularisasi kelenjar.1
3.7 Hipotiroidisme
Hipotiroidisme merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid tidak mampu
menghasilkan hormon tiroid yang cukup agar tubuh dapat berfungsi normal.9 Defisiensi
yodium masih tetap merupakan penyebab utama hipotiroidisme di seluruh dunia. Pada
area yang cukup asupan yodium, penyakit autoimun (tiroiditis Hashimoto) dan
penyebab iatrogenik paling sering terjadi.1
Tabel 3.7.1. Penyebab hipotiroidisme1
Hipotiroidisme primer
17
infiltratif
amiloidosis,
sarcoidosis,
131
penyakit Grave
Hipotiroidisme
sekunder
Seperti halnya pada hipertiroid, tanda dan gejala pada hipotiroid dari berbagai
penyebab serupa.1
Tabel 3.7.1. Tanda dan gejala hipotiroidisme1
Gejala
Kelelahan, lemah
Tanda
Kulit kering bersisik; ekstrimitas perifer
dingin
Kulit kering
Wajah,
tangan
dan
kaki
udem
(miksedema)
Merasa kedinginan
Alopesia difus
Rambut rontok
Bradikardia
18
Suara serak
Menorrhagia,
kemudian
kadar TSH, dengan tujuan pengobatan yaitu kadar normal TSH. Respon TSH bertahap
dan harus diukur dalam 2 bulan setelah mulai pengobatan atau setelah perubahan dosis
levotiroksin. Efek klinis dari penggunaan levotiroksin seringkali lambat muncul. Pasien
tidak akan mencapai perbaikan penuh hingga 3-6 bulan setelah kadar TSH normal
tercapai. Penyesuaian levotiroksin dibuat dengan penambahan 12,5 atau 25 g jika TSH
tinggi; penurunan dengan dosis yang sama juga mesti dilakukan jika TSH rendah.
Pasien dengan TSH yang rendah akibat penyebab apapun, termasuk terapi berlebihan
T4, memiliki risiko fibrilasi atrium dan berkurangnya densitas tulang.1
20
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama
: Rusmaini
Nomor MR
: 942355
II.
Umur
: 53 tahun
Alamat
Anamnesis
Autoanamnesis didapatkan dari pasien sendiri.
Seorang pasien perempuan berusia 53 tahun datang ke IGD RSUP dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 4 April 2016 dengan :
Keluhan Utama
Sesak nafas meningkat sejak 2 minggu yang lalu
Sesak nafas meningkat sejak 2 minggu yang lalu. Sesak nafas dirasakan
hilang timbul, muncul saat beraktivitas. Sesak tidak dipengaruhi makanan,
dan cuaca. Riwayat terbangun tiba-tiba karena sesak ada.
Batuk berdahak sejak 4 hari yang lalu, berdahak, berwarna putih, darah (-).
Batuk tidak disertai berkeringat malam.
21
Pasien sudah dikenal menderita hipertiroid sejak tahun 1994, dan sudah
mendapat obat Propiltiourasil (PTU) dengan dosis 3x100 mg per hari dan
obat Propanolol dengan dosis 3x1.
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran
Composmentis
Tekanan darah :
160/80 mmHg
Frekuensi nadi :
96 kali/ menit
Frekuensi napas :
28 kali/ menit
Suhu
36,7oC
Tinggi badan
cm
Berat badan
kg
Keadaan gizi
Kurang
Sianosis
Tidak ada
Oedema
Tidak ada
22
Ikterus
Tidak ada
Kulit
Kepala
normocephal
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Karies (+)
Leher
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
jantung
kiri
jari
lateral
linea
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Punggung
Genitalia
IV.
Pemeriksaan Penunjang
-
Laboratorium
o Di RSUD H. Hanafie
21 Maret 2016
Hb
10,4 mg/dL
Ht
31 %
Leukosit
4.300 /mm3
Trombosit
116.000 /mm3
Ureum
36 mg/dL
Kreatinin
0,7 mg/dL
125 mg/dL
Total kolesterol
106 mg/dL
Trigliserida
86 mg/dL
SGOT
58 U/L
SGPT
25 Maret 2016
33 U/L
T3
>9,00 nmol/L
T4
>320,00 nmol/L
28 Maret 2016
24
T3
8,47 nmol/L
T4
>320,00 nmol/L
10,5 g/dL
Ht
34%
Leukosit
6900 /mm3
Trombosit
110.000 /mm3
Albumin
3 mg/dL
Globulin
2,5 mg/dL
Ureum
23 mg/dL
Kreatinin
0,4 mg/dL
121 mg/dL
7,57
pCO2
40 mmHg
pO2
190 mmHg
HCO3-
35,5
BeEcf
14,6
SO2
100%
25
EKG
Kesan : Sinus aritmia/HR 100x/menit / aksis (+) / gelombang P (-) / Interval PR sulit
dinilai / Komplek QRS 0,08s / T inverted di lead II, III, avF / Q patologis (-) / LVH (+),
RVH (-), gelombang U (+)
-
Indeks Wayne
Skor
Tanda
Ada
Tidak ada
muncul dan/atau
bertambah berat
Sesak saat beraktivitas
+1
Tiroid teraba
+3
-3
Palpitasi
+2
Bruit tiroid
+2
-2
Kelelahan
+2
Eksoftalmus
+2
-5
+2
+5
Lid lag
+1
Keringat berlebihan
+3
Hiperkinesis
+4
-2
Gugup
+2
Tangan panas
+2
-2
+3
Tangan basah
+1
-1
-3
Denyut nadi :
26
-3
>80/menit
-3
>90/menit
+3
+4
+3
Fibrilasi atrium
Total
+3
Total
+4
Total skor : +7
Kesan : Eutiroid
Skor
25-34 th
35-44 th
45-54 th
12
>55 th
15
Psychological precipitant
-5
Frequent checking
-3
-5
+5
Tiroid teraba
+3
Bruit
+18
Eksoftalmus
+19
Lid retraction
+9
Hiperkinesis
+4
Tremor halus
+4
Nadi
>90
+16
80-90
+8
<80
Total Skor
45
Kesan : Hipertiroid
27
V.
Diagnosis Kerja
VI.
Tatalaksana
-
Bisoprolol 1x5 mg
Candesartan 1x4 mg
Metimazol 2x10 mg
28
BAB III
KESIMPULAN
Telah dirawat seorang perempuan usia 53 tahun sejak tanggal 4 April 2016 di bangsal
penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis :
Acute Decompensated Heart Failure, wet and warm, ec thyroid heart disease
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. Harrisons
Principles of Internal Medicine. Edisi ke-16. New York: McGraw-Hill; 2005. h.2104
2. Dorion
D.
Thyroid
Anatomy.
Diunduh
dari
PW.
Goiter
and
Thyroid
Nodule.
Diunduh
dari
G.
Hyperthyroid
Overview.
Diunduh
dari
SL.
Hyperthyroidism.
Diunduh
dari
30