PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang paling sering terjadi
serta berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Kejadian-kejadian
yang bersifat akut dan memiliki risiko kematian tinggi telah dikategorikan ke dalam
sindroma koroner akut (SKA) atau acute coronary syndrome (ACS).Penyakit
kardiovaskuler merupakan penyakit yang menyebabkan 12 juta kematian di dunia
tiap tahunnya, data ini didasarkan menurut laporan pengawasan ketiga dari WHO
(WorldHealthOrganization) 1991-1993.1
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu masalah kesehatan
terbesar di dunia dengan prevalensi 213 kasus dari setiap 100.000 orang berusia di
atas 30 tahun.2 Menurut data statistik American Heart Association (AHA) 2008, pada
tahun 2005 jumlah penderita yang menjalani perawatan medis di Amerika Serikat
akibat PJK hampir mencapai 1,5 juta orang dengan 1,1 juta orang (80%)
menunjukkan kasus Angina Pectoris Tidak Stabil (APTS) atau Infark Miokard Tanpa
Elevasi ST (NSTEMI).1
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keadaan darurat jantung dengan
manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia
miokardium. SKA terdiri atas angina pektoris tidak stabil, Infark miokard akut (IMA)
yang disertai elevasi segmen ST dan penderita dengan infark miokardium tanpa
elevasi ST.3Keluhan utama pada SKA adalah nyeri dada dan dengan gambaran
elektrokardiografi (EKG) digolongkan berdasarkan ada atau tidaknya elevasi segmen
ST. Sindroma Koroner Akut (SKA) tanpa elevasi segmen ST dibagi lagi berdasarkan
hasil pemeriksan enzim jantung. Jika terjadi peningkatan enzim didiagnosis dengan
NSTEMI dan jika tidak terjadi peningkatan enzim didiagnosis dengan UAP. Non STsegment
Elevation
Myocardial
Infarction
(NSTEMI)
dan
UAP
berat ringannya. Pada NSTEMI, iskemia yang terjadi cukup berat untuk
mengakibatkan kerusakan miokard dan pertanda kerusakan miokard tersebut dapat
diperiksa secara kuantitatif. Sedangkan pada UAP, iskemia tidak mengakibatkan
kerusakan miokard.Dengan meluasnya iskemia miokard, UAP/NSTEMI dapat
berubah menjadi STEMI.4
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. J
Umur
: 46 tahun
No. CM
: 1-01-03-36
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tanggal Masuk
Tanggal Pemeriksaan
: 14 Juli 2014
2.2 ANAMNESIS
a.
Keluhan Utama
: Nyeri dada
b.
Keluhan Tambahan
c.
: Mual
dengan keringat dingin saat nyeri dada muncul. Nyeri dada dikeluhkan
dengan durasi > 20 menit. Nyeri dada muncul pertama kali saat pasien
tidur siang.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
k.
Status Present
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 126/76 mmHg
Nadi (HR)
: 74 x/menit
Frekuensi Nafas
: 25 x/menit
Temperatur
: 36,5 C
Status General
Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Ikterus
: (-)
3
Pucat
: (+)
Sianosis
: (-)
Oedema
: (-)
Kepala
Bentuk
: Kesan Normocephali
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
Gigi geligi
: Karies (-)
Lidah
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Peningkatan TVJ
: R-2 cmH2O
Axilla
Thorax
1. Thoraks depan
a) Inspeksi
Bentuk dan Gerak
Tipe pernafasan
: Torako-abdominal.
Retraksi
: (-)
b) Palpasi
Stem premitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
c) Perkusi
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Paru kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap.Paru tengah
Lap.Paru bawah
Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Paru kiri
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
2. Thoraks Belakang
a) Inspeksi
Bentuk dan Gerak
Tipe pernafasan
: Thorako-abdominal
Retraksi
: interkostal (-)
b) Palpasi
Stem Fremitus
Lap. Paru Atas
Lap. Paru Tengah
Lap. Paru Bawah
c) Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Parutengah
Lap.Paru bawah
d) Auskultasi
Suara pokok
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Paru kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kanan
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Paru kiri
Rh(-),Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi :
midclavicula sinistra
- Perkusi
: Batas atas
Auskultasi
Abdomen
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genetalia
Anus
Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Superior
Kanan
-
Inferior
Kiri
-
Kanan
-
Kiri
-
Edema
Ikterik
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Tonus otot
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Sensibilitas
Atrofi otot
Gerakan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Haemoglobin
8,3 gr/dl
13 - 17 gr/dl
Leukosit
8,9 3/ul
4,1-10,5.103/ul
150-400.103/ul
4.5 6.0 .103/ul
40-55%
0-15 mm/jam
80-100 fl
27-32 pg
32-36 g/dl
1-7 menit
5-15 menit
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
20 mg/dl
0,8 mg/dl
10-50 mm/dl
0,5-1,1 mg/dl
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit
LED
MCV
MCH
MCHC
Waktu perdarahan
Waktu pembekuan
Fungsi Ginjal
Jenis pemeriksaan
Ureum
Creatinin
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Troponin I
CKMB
< 0.10
21
< 1,5
<25
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Bilirubin Total
Bilirubin Direct
Alk. Posfatase
Protein Total
0,32 mg/dl
0.15 mg/dl
7.0 mg/dl
1.1 mg/dl
0-0.25 mg/dl
100-230 mg/dl
6.3-8.3 mg/dl
Globulin
2.8 mg/dl
1.3-3.2 g/dl
Albumin
4.1 mg/dl
3.2-5.2g/dl
7.1 mg/dl
1.5-6 mg/dl
SGOT
26 U/I
0-31 U/I
SGPT
23 U/I
0-37 U/I
Total kolesterol
136 mg/dl
<200 mg/dl
HDL kolesterol
16 mg/dl
>45 mg/dl
LDL kolesterol
85 mg/dl
<150 mg/dl
Trigliserida
179 mg/dl
30-200 mg/dl
GDP
140 mg/dl
60-100 mg/dl
Na
143 meq/L
135-145 meq/L
3.6 meq/L
3.5-4.5 meq/L
Cl
107 meq/L
98-110 meq/L
Kimia Darah
Tanggal 14 juli 2014
Jenis pemeriksaan
Foto thoraks
-
Elektrokardiogram
14 Juli 2014
2.6 DIAGNOSIS
1. Unstable Angina Pektoris
2.7 PENATALAKSANAAN
Ascardia 1 x 80 mg
Plavix 1 x 75 mg
Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Simvastatin 1 x 40 mg
Lansoprazol cap
Ulsicral syr 3 x i
2.8 PLANNING
Foto Thorax
EKG
Echocardiography
2.9 PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: Dubia ad bonam
2.10
-
: Dubia ad bonam
Olahraga teratur, pilih jenis olahraga yang bersifat aerobik dan sesuai
dengan kemampuan
Tetap minum obat pulang dengan teratur sampai waktu yang telah
ditentukan
10
BAB III
DISKUSI
11
3.1 Definisi
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keadaan darurat jantung dengan
manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia
miokardium.
1,2
SKA terdiri atas angina pektoris tidak stabil, Infark miokard akut
(IMA) yang disertai elevasi segmen ST dan penderita dengan infark miokardium
tanpa elevasi ST.3 Keluhan utama pada SKA adalah nyeri dada dan dengan gambaran
elektrokardiografi (EKG) digolongkan berdasarkan ada atau tidaknya elevasi segmen
ST. Sindroma Koroner Akut (SKA) tanpa elevasi segmen ST dibagi lagi berdasarkan
hasil pemeriksan enzim jantung. Jika terjadi peningkatan enzim didiagnosis dengan
NSTEMI dan jika tidak terjadi peningkatan enzim didiagnosis dengan UAP. Non STsegment
Elevation
Myocardial
Infarction
(NSTEMI)
dan
UAP
12
isi
granulanya
yang
berisi
substansi
yang
dapat
13
Ruptur plak
Ruptur plak aterosklerotik diangap penyebab penting NSTEMI, sehingga tiba-
tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner yang sebelumnya
mempunyai penyempitan yang minimal. Plak aterosklerotik terdiri dari intin yang
mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik. (fibrotic cap). Plak yang
tidak stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel
makrofag.Biasanya rupture terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima
yang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Kadang-kadang keretakan timbul
pada dinding plak yang paling lemak karena adanya enzim protease yang dihasilkan
makrofag dan secara enzimatik melemahkan dinding plak (fibrous cap).2
14
Vasospasme
15
merokok, peningkatan kadar lipid serum, hipertensi, diabetes mellitus, gaya hidup
yang tidak aktif, obesitas, dan peningkatan kadar homosistein.
UAP/NSTEMI dapat diperkirakan dengan melakukan penilaian risiko kuantitatif.
Penilaian ini bertujuan untuk penentuan keputusan klinis dan memprediksi risiko
kejadian iskemik jangka pendek dan menengah. Skor risiko yang paling banyak
dipakai diantaranya adalah Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMI) risk
score.4,8
3.4
Diagnosis
1. Anamnesis
Nyeri dada merupakan keluhan utama sebagian besar pasien dengan
UAP/NSTEMI. Nyeri dada biasanya berlokasi retrosternal, sentral, atau di dada kiri,
menjalar ke rahang atau lengan atas.4Gejalanya dapat bervariasi, dapat berupa gejala
khas angina, yaitu nyeri dada tipikal yang berlangsung selama 20 menit atau lebih
yang terasa seperti ditusuk-tusuk, ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, rasa
diperas dan terpelintir. Keluhan dapat pula berupa nyeri atipikal seperti nyeri
epigastrium, nyeri dada tajam, atau sesak nafas memberat.16
16
Pada beberapa pasien dapat ditemukan tanda-tanda gagal ventrikel kiri akut.
Gejala yang timbul seperti rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, dan rasa tidak
nyaman di epigastrium. Mual muntah dapat terjadi terutama pada wanita, penderita
diabetes mellitus, atau pasien usia lanjut. Kecurigaan harus lebih besar pada pasien
dengan faktor risiko kardiovaskular multipel agar tidak terjadi kesalahan diagnosis.7
2. Pemeriksaan Fisik
Temuan pada pemeriksaan fisik biasanya normal. Tujuan penting pemeriksaan
fisik adalah menyingkirkan penyebab nyeri dada non kardiak dan kelainan jantung
non iskemik.1Pemeriksaan fisik juga penting untuk mengidentifikasi faktor pencetus
dan kondisi lain sebagai konsekuensi dari UAP/NSTEMI.4
3. Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG 12 lead saat istirahat merupakan perangkat diagnostik utama
dalam penilaian pasien dengan dugaan UAP/NSTEMI. Pada gambaran EKG normal,
gelombang T biasanya positif pada sadapan I, II, dan V3 sampai dengan V6, terbalik
pada sadapan aVR, bervariasi pada sadapan III, aVF, aVL, dan V1, jarang didapatkan
terbalik pada V2. Jika terjadi iskemia, gelombang T menjadi terbalik (inversi),
simetris, dan biasanya bersifat sementara (saat pasien simptomatik).1
Gambaran EKG secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal
penting yang menentukan risiko pada pasien. Jumlah sadapan yang menunjukkan
depresi segmen ST berkorelasi dengan beratnya iskemia. Depresi segmen ST 0,5
mm (0,05 mV) pada dua atau lebih sadapan berurutan dalam konteks klinis yang
sesuai sangat sugestif untuk UAP/NSTEMI. Akan tetapi, gambaran EKG normal juga
tidak menyingkirkan kemungkinan UAP/NSTEMI.1,8
17
4.Biomarker Jantung
Sejak tahun 1960 pemeriksaan Creatine Kinase isoenzime MB(CK-MB) telah
diterima secara luas sebagai standar emas untuk penetapan diagnosis infark miokard.
Sampai saat ini CK-MB masih direkomendasikan sebagai protein penanda infark
miokard. CK-MB terlepas dalam sirkulasi setelah infark, paling cepat terdeteksi 3-4
jam setelah onset gejala dan tetap meningkat kira-kira 65 jam pasca infark.6
Cardiac Troponin T atau I (cTnT atau cTnI) merupakan petanda biokimia yang
lebih disukai untuk mendeteksi jejas miokard, karena hampir spesifik absolut jaringan
miokard dan mempunyai sensitivitas yang tinggi, bahkan dapat menunjukkan adanya
nekrosis miokard kecil yangtidak terdeteksi pada EKG maupun oleh CK-MB. Pada
pasien dengan infark miokard akut, peningkatan awal troponin pada daerah perifer
setelah 3-4 jamdan dapat menetap sampai 2 minggu. Pada NSTEMI peningkatan
troponin minor biasanya membaik dalam 48-72 jam.Pemeriksaan enzim jantung yang
lain
yaituaspartateaminotransferase
(AST),
lactate
dehydrogenase
(LDH),myoglobin,carbonic anhydrase III (CA III), dan myosin light chain (MLC).
Pada UAP tidak terjadi peningkatan enzim jantung.4
18
19
dan 160 mg. Proxime (produksi Sanbe) adalah kombinasi aspirin 100 mg dengan
glicine 45 mg yang dilaporkan lebih kurang menyebabkan iritasi lambung.7
Aspirin dapat berinteraksi dengan berbagai obat lainnya apabila diberikan
bersamaan. Interaksi ini dapat bersifat potensiasi atau inhibisi; aspirin meningkatkan
efek warfarin, heparin, digoksin, oral antidiabetik sulfonil urea. Sebaliknya
menghambat efek diuretik seperti furosemid dan spironolakton serta obat
antihipertensi.7
Aspirin dikatakan sebagai salah satu obat yang paling cost effective untuk
pencegahan sekunder PJK. Sebagai antiplatelet, aspirin menurunkan infark berulang
dan mortalitas sesudah pasien mengalami infark miokard. Kesimpulan ini merujuk
pada The Second International Study of Infarct Survival (ISIS-2) percobaan pada
tahun 1988 dimana pemberian aspirin 160 mg/hari pada pasien infark miokard
menurunkan mortalitas 23% pada minggu kelima dan terus bermanfaat selama 10
tahun. Dalam uji klinik ini juga diperlihatkan bahwa aspirin menurunkan kejadian
strok 36% dan infark berulang 44%.13
Antagonis reseptor glikoprotein IIb/IIIa, misalnya tirofiban atau eptifibatide
merupakan inhibitor kuat agregasi platelet. Obatobat tersebut menghambat
pembentukan fibrinogen pada platelet. Walaupun antagonis reseptor glikoprotein
IIb/IIIa menghambat pembentukan thrombus, uji klinik menunjukkan bahwa mereka
hanya efektif untuk pasien UAP/NSTEMI resiko tinggi, atau untuk pasien yang
potensial mendapat PCI yang ditunda, jika digunakan bersama dengan aspirin dan
heparin/LMWH.10
3. Antikoagulan
LMWH lebih banyak digunakan daripada unfractionated heparin karena untuk
membatasi perluasan thrombosis koroner pada UAP/NSTEMI. Enoxaparin 1mg/kg 2
kali/hari lebih baik daripada unfractinated heparin. Biaya enoxaparin lebih tinggi,
tetapi mempunyai aktivitas antifaktor Xa lebih besar, tidak memerlukan monitor
terus menerus, dan dapat diberikan dengan mudah 2 kali/hari sehingga menjadi
pilihan terapi yang cukup popular. Enoxaparin diberikan terus sampai pasien bebas
dari angina atau paling sedikit selama 24 jam. Durasi terapi yang dianjurkan adalah
28 hari. Jika pasien memiliki gangguan fungsi ginjal, enoxaparin diberikan 1 mg/kg
sekali sehari.11
20
3.6 Komplikasi
Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang sering
memberikan komplikasi adalah ventrikel fibrilasi. Ventrikel fibrilasi 95% meninggal
sebelum sampai rumah sakit. Komplikasi lain meliputi disfungsi ventrikel kiri/gagal
jantung dan hipotensi/syok kardiogenik.12
BAB IV
KESIMPULAN
21
22