JAKARTA
JOURNAL READING
CATARACT AND QUALITY OF LIFE IN PATIENTS WITH GLAUCOMA
Disusun untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarwa
Diajukan Kepada :
Pembimbing Klinik
Disusun Oleh :
Eka Henny Suryani
1420221123
Disusun Oleh:
Eka Henny Suryani
1420221123
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Mata
ABSTRAK
Latar Belakang: Untuk menilai dampak katarak pada kualitas hidup pasien dengan
glaukoma.
Desain: Penelitian cross-sectional.
Peserta: Dua ratus empat puluh dua pasien glaukoma ringan (n = 67), penyakit
glaukoma sedang (n = 80) atau penyakit glaukoma berat (n = 45) dan 50 kontrol
(dugaan glaukoma). Pasien dengan berbagai tingkat keparahan katarak dilibatkan.
Metode:
Data
berikut
dikumpulkan:
informasi
sosiodemografi,
status
kabur, silau, diplopia monokuler, perubahan persepsi warna dan sensitivitas kontras.
Hal ini mempengaruhi kegiatan seperti menulis, membaca, dan menonton televisi.
Disfungsi saraf optik pada penderita glaukoma ditandai dengan berkurangnya
sensitivitas kontras, sensitivitas terhadap cahaya dan defek lapang pandang yang
terbatas. Katarak telah terbukti memengaruhi tajam penglihatan terkait dengan
kualitas hidup pasien glaukoma, namun, dampak dari katarak belum pernah dianalisis
sebelumnya dengan menggunakan kuesioner Rash. Selain itu, tidak diketahui apakah
katarak memiliki pengaruh yang lebih besar atau lebih kecil pada morbiditas visual
pada berbagai tingkat keparahan glaukoma. Informasi ini dapat digunakan dalam
praktik klinis untuk membantu dokter untuk melihat pengaruh dari katarak pada
kualitas hidup pasien glaukoma dan menentukan waktu yang optimal untuk operasi
katarak pada pasien glaukoma. Hal ini juga dapat berguna dalam studi klinis untuk
mengevaluasi beban visual yang berhubungan dengan glaukoma dan katarak.
Oleh karena itu, kami meneliti hubungan antara adanya dan tingkat keparahan
katarak, fungsi visual dan kualitas hidup pada pasien glaukoma sudut terbuka
menggunakan
kuesioner
Glaucoma
Activity
Limitation-9
(GAL-9).
METODE
Pasien dan Peserta populasi penelitian
Peserta diambil dari klinik subspesialisasi glaukoma di rumah sakit pendidikan
universitas besar di Cambridge, UK, pada tahun 2013. Peserta yang diambil tersebut
ditemui berturut-turut selama kunjungan reguler dan diundang untuk berpartisipasi
dalam penelitian. Izin kerjasama penelitian diperoleh dari setiap peserta, dan
persetujuan kode etik diberikan oleh rumah sakit pada bagian Penelitian dan Komite
Kode
Etik.
Studi
berpegang
pada
prinsip-prinsip
Deklarasi
Helsinki.
pada satu atau kedua matanya. Glaukoma sudut terbuka didiagnosis berdasarkan
perubahan karakteristik optik disc dan/atau kehilangan lapang pandang visual dengan
glaukoma berdasarkan Analis Lapang Pandang Humphrey atau Humphrey Visual
Field Analyzer (Humphrey Instruments, Inc., Zeiss Humphrey, San Leandro, CA,
USA) dan sudut bilik anterior terbuka pada genioskopi. Sebagai kontrolnya adalah
pasien datang ke klinik dengan hipertensi okular atau dugaan tanpa kehilangan lapang
glaukoma atau perubahan saraf optik untuk didiagnosis dengan glaukoma.
Standar The Humphrey Visual Field Analyzer Swedish Interactive Threshold
Algorithm uji 24-2 digunakan untuk melakukan perimeter akromatik. Untuk semua
parameter visual yang diukur, mata yang lebih baik ditentukan berdasarkan indeks
lapang pandang atau visual field index (VFI), ketika mata seimbang, selisih rata-rata
atau mean deviasi (MD) digunakan. Ketajaman penglihatan Snellen atau Snellen
visual acuity (VA) dicatat dan dikonversi ke logaritma sudut minimum resolusi
(logMAR).
Nilai klinis fungsi visual yang baik dan buruk mata memengaruhi kualitas
hidup, namun nilai mata yang lebih baik lebih berpengaruh. Untuk alasan ini, kami
menggunakan nilai klinis fungsi visual (VA, MD, selisish pola standar atau pattern
standard deviation [PSD] dan VFI) dari mata yang lebih baik dalam model regresi.
Tingkat keparahan glaukoma ditentukan berdasarkan derajat stadium glaukoma
menurut Nelson. Sistem ini melibatkan tiga kelompok pasien yaitu 'ringan' (defisit
unilateral kurang dari setengah dari lapang pandang), 'sedang' (defisit unilateral lebih
dari setengah dari lapang pandang, atau defisit kurang dari setengah dari lapang
pandang pada setiap mata) atau 'berat' (kehilangan lebih dari setengah lapang
pandang pada mata). Derajat stadium glaukoma ini berhubungan dengan parameter
MD dan PSD yang dihitung dari data kesatuan binokuler.
Pasien dengan katarak di berbagai tingkat keparahannya dilibatkan dalam
penelitian ini. Pasien dengan kondisi non-glaukoma yang mempengaruhi fungsi
visual seperti optik neuropati non glaukoma, patologi retina atau makula, atau laser
mata atau operasi dalam 3 bulan sebelumnya tidak masuk dalam kriteria dari
penelitian ini, seperti pasien tanpa indeks uji lapang pandang (berdasarkan kriteria
yang telah dijelaskan sebelumnya).
Kekeruhan lensa diklasifikasikan dan dinilai oleh pemeriksaan biomikroskopik
berdasarkan Lens Opacities Classification System III (LOCs III). Setiap fitur (katarak
nuklear atau nuclear cataract [NC], katarak kortikal atau cortical cataract [CC] dan
katarak subkapsular posterior atau posterior subcapsular catarak [PSC]) telah dinilai
melalui perbandingan dengan skala keparahan fotografi berbasis warna. Nilai LOCs
untuk NC, CC dan PSC masing-masing antara 0,0-6,9, 0,1-5,9 dan 0,1-5,9. Konsisten
dengan penelitian sebelumnya, setiap tingkat LOCs 3, atau PSC 2 dianggap
sebagai katarak yang tampak. Status lensa (fakia vs pseudofakia) untuk setiap mata
dicatat. Kriteria berikut ini digunakan sebagai variabel pencahayaan yaitu adanya
katarak yang tampak setidaknya pada salah satu mata, di kedua bola mata dan nilai
rata-rata NC, CC, PSC binokuler dan total nilai LOCs.
Penilaian kualitas hidup
Kualitas hidup dinilai oleh GAL-9 yang diperoleh dari kuesioner kualitas hidup
pasien glaukoma. Kualitas hidup pasien glaukoma dirancang sebagai 15 item
pertanyaan kuesioner di mana pasien mengevaluasi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Lima belas item pada kuisioner ini selanjutnya
kembali dianalisis dengan menggunakan analisis Rasch dan dimasukkan ke dalam
kriteria kuesioner GAL-9 dengan peningkatan psikometri. GAL-9 terdiri dari
sembilan item yang berhubungan dengan tingkat kehilangan tajam penglihatan.
Setiap tingkatan item diberi kode skala 1-5 dengan penafsiran skala satu menandakan
tidak ada kesulitan dan skala lima menandakan sangat mengalami kesulitan.
Penilaian faktor risiko lain
Detil sosiodemografi diperoleh dari data pribadi seperti usia (tahun), jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, dan etnis.
Analisis Rasch
Analisis Rasch digunakan untuk menilai sifat psikometrik dari GAL-9 dengan
menggunakan model skala Andrich dengan software Winsteps (versi 3,81, Winsteps
(R), Chicago, IL, USA). Pada saat analisis Rasch, skor kuesioner ordinal diubah
menjadi nilai interval (dinyatakan dalam log dari unit odds, atau logits) untuk
menjadikan analisis parametrik ditampilkan pada data. Untuk GAL-9, meningkatnya
ukuran per orang (dalam logits) menunjukkan kualitas hidup yang lebih buruk.
Analisis Rasch memeriksa apakah skala tersebut 'cocok' pada model Rasch
melalui penilaian dari parameter psikometri berikut ini: (i) penggunaan yang tepat
dari kategori respon; (ii) pengukuran ketelitian; (iii) Item 'cocok' pada sifat pokok;
(iv) unidimensionality (ketidakmatraan); (v) target kesulitan item dengan kemampuan
pasien; (vi) fungsi item yang berbeda, yang terjadi ketika subkelompok peserta yang
merespon secara berbeda terhadap item tertentu walaupun memiliki tingkat
kemampuan dasar yang sama; dan (vii) orang yang cocok.
Pada awalnya, GAL-9 menampilkan kesesuian yang baik dengan model Rasch,
dengan permulaan yang dilakukan, tidak ada bukti multidimensionality
(multidimentionalitas) dan tidak ada perbedaan fungsi item untuk kelompok umur,
jenis kelamin, keparahan glaukoma atau adanya katarak yang tampak untuk setiap
itemnya. Namun, ketelitian dan penargetan suboptimal (pemisahan index per orang
1,69 dan perbedaan antara orang dan rata-rata item 2,34). Setelah penghapusan
beberapa orang dengan tanggapan 'ekstrim' (yaitu mereka yang menanggapi 'tidak ada
kesulitan' untuk semua item, n = 52), ketelitian meningkat ke tingkat yang dapat
diterima (indeks pemisahan per orang 2,25) dan penargetan juga meningkat (-1,57).
Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan statistik untuk ilmu sosial
(SPSS, Inc, Chicago, IL, USA) untuk Mac (versi 21.0, Microsoft Corporation,
Redmond, WA, USA). Variabel demografi, parameter visual mata yang lebih baik
(VA, VFI, MD, PSD), nilai rata-rata LOCs binokuler dan nilai GAL-9 (logit)
dibandingkan dengan empat keparahan glaukoma (glaukoma kontrol, ringan, sedang
dan berat). Penilaian antar kelompok dinilai dengan menggunakan analisis Kruskall-
Wallis non parametrik dan analisis varians untuk data parametrik. Nilai P disesuaikan
dengan usia dengan menggunakan analisis kovarians untuk data parametrik dan
analisis Kruskall-Wallis pada data non-parametrik untuk usia (kurang dari 60, 60-69,
70-79 dan 80 atau lebih tua). Kehomogenan antar kelompok regresi dinilai sebelum
analisis kovarians.
Analisis regresi linear univariat dilakukan untuk menguji hubungan antara
GAL-9 dan variabel-variabel berikut: usia, skor LOCs, adanya katarak yang tampak
pada satu atau kedua mata, parameter lapang pandang viual mata yang baik (MD,
PSD, VFI dan VA) dan tingkat keparahan glaukoma. Semua variabel dianalisis untuk
hubungan dengan menggunakan uji Pearson untuk uji hubungan parametrik dan
Spearman dan Kendal tau b untuk data non-parametrik. Variabel hubungan yang kuat
dengan yang lainnya (> 0,8) dididentifikasi, dan satu dari pasangan yang
berhubungan tidak dilibatkan dari model regresi. Faktor yang berhubungan dengan
GAL-9 (logit) dan nilai (P <0,05) kemudian dimasukkan dalam model regresi linear
multivariat. Statistik koefisien regresi individual diuji menggunakan statistik Wald
chi-square. Semua variabel dinilai untuk normalitas dan linearitas serta dapat berubah
apabila diperlukan, dan analisis residual juga dilakukan.
HASIL
Dua ratus empat puluh dua peserta terdaftar dalam penelitian ini: 50 (20,7%) subjek
kontrol, 67 (27,7%) ringan, 80 (33,1%) sedang dan 45 (16,6%) pasien glaukoma yang
berat. Seratus tiga puluh (53,7%) adalah laki-laki; usia rata-rata adalah 70,8 tahun
(standar deviasi 10,3).
Parameter lapang pandang mata yang baik (MD, PSD dan VFI) memburuk ketika
keparahan glaukoma meningkat (Tabel 1, semua P <0,001). Mata yang baik VA juga
memburuk secara signifikan akibat keparahan glaukoma meningkat: signifikansi
tetap pada usia sub stratifikasi pada pasien berusia kurang dari 60 dan 70-79 (P
<0,05). Skor GAL-9 (logit) meningkat seiring dengan meningkatnya keparahan
glaukoma; signifikansi dipertahankan untuk usia (P <0,001).
Lima puluh enam pasien (23,2%) setidaknya memiliki katarak yang tampak.
Penyebarannya tidak berbeda secara signifikan di antara empat kelompok pasien
dengan glaukoma. Individu dengan katarak yang tampak memiliki GAL-9 (logit)
skor lebih besar daripada mereka yang tidak menderita katarak (Gambar. 1). Hal ini
tetap pada kontrol dan setiap tingkatan keparahan glaukoma.
MD dikeluarkan dari analisis regresi berdasarkan korelasi yang tinggi dengan VFI
(koefisien korelasi = 0,836). Analisis univariat menjelaskan bahwa glaukoma yang
berat, usia, parameter lapang pandang visual yang baik (VA, PSD dan VFI), skor
binokuler CC, jumlah skor binocular LOCs, katarak yang tampak setidaknya pada
satu mata dan pada kedua mata berhubungan dengan skor GAL-9 (logit) (P <0,05,
Tabel 2). Variabel-variabel berikut tidak memiliki hubungan yang signifikan:
glaukoma ringan, glaukoma moderat, NC, PSC, jenis kelamin, status perkawinan,
tingkat pendidikan, etnis dan status pekerjaan.
Analisis multivariat menunjukkan bahwa adanya katarak yang tampak setidaknya
pada satu mata (koefisien regresi []: 1,19, 95% Interval kepercayaan diri: 1.041.34, P = 0,011) dan mata yang lebih baik VFI (: 1,47, 95% Interval kepercayaan
diri: 1.36 -1,88, P <0,001) adalah prediktor independen dari skor GAL-9 (logit).
Pembahasan
Penelitian ini menemukan bahwa adanya katarak secara signifikan terkait dengan
nilai GAL-9 (logit) yang rendah pada pasien dengan glaukoma, independen
keparahan glaukoma, dan parameter klinis lainnya. Katarak merupakan penyebab
kebutaan yang berpotensi pada pasien glaukoma dan harus ditangani dengan tepat
untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan mereka.
Penglihatan pada pasien katarak menggunakan LOCs III secara independen terkait
dengan kualitas hidup pada penelitian kami, setelah mengendalikan parameter klinis
lainnya. Secara khusus, pada LOCs III penglihatan pada katarak lebih kuat yang
behubungan dengan nilai GAL-9 dari VA. Hal ini berhubungan pengaruh tajam
penglihatan lainnya (mis silau, sensitivitas kontras dan diplopia monokuler) yang
memperburuk kualitas penglihatan. LOCs III pada pasien katarak lebih berguna
Pengaruh katarak pada skor GAL-9 (logit) relatif konsisten pada semua tingkatan
glaukoma (Gbr. 1). Hal ini menunjukkan bahwa pasien glaukoma dari semua
tingkatan
keparahan
dengan
katarak
harus
melakukan
pengobatan
untuk
fungsi tajam penglihatan menyeluruh pada pasien glaucoma adalah untuk menilai
sejaun mana disfungsi dari tajam penglihatan mereka.
Ketika dievaluasi sebagai variabel lanjutan, skor LOCs pada katarak nuclear dan PSC
tidak prediksi dari nilai GAL-9 (logit) pada analisis regresi, dan CC diprediksi pada
model univariat. Ini mendukung studi yang dilakukan oleh Chew dan rekannya, yang
menemukan bahwa meskipun setiap bentuk katarak berkontribusi menyebabkan
gangguan penglihatan, faktor kombinasilah yang memiliki pengaruh dan fungsi dari
penglihatan. Analisis univariat bentuk katarak kortikal dibandingkan dengan bentuk
lain bertentangan dengan pengalaman klinis. Hal ini dapat palsu atau mungkin
mencerminkan bahwa katarak nuklear dan PSC akan dihapus dalam studi kelompok
ini, yang di antaranya 63 orang (26%) menjalani operasi katarak.
Kekuatan dari penelitian kami termasuk penggunaan analisis Rasch untuk
memastikan analisis kami kualitas hidup secara statistik yang kuat, kuantifikasi dari
pengaruh katarak pada kualitas hidup pada tingkat glaukoma keparahan yang berbeda
dan koleksi ketat tanda-tanda klinis tujuan yang saling melengkapi dan parameter
fungsi visual klinis. Penelitian kami memiliki keterbatasan potensial. Desain nonacak tidak melindungi terhadap beberapa pembaur untuk kualitas hidup; ini bisa
menarik temuan dari atau menuju hipotesis nol. Banyak data yang subjektif, seperti
hasil tes lapangan visual yang fi dan survei yang dilaporkan sendiri; yang terakhir
khususnya dapat dipengaruhi oleh suasana hati, mengingat bias dan non-klinis di fl
uences. Untuk meminimalkan ini pengaruh-pengaruh, analisis Rasch dilakukan.
Untuk mencapai presisi skala memuaskan, lebih dari 50 pasien dengan skor
'sempurna' telah dihapus dari analisis. Ini adalah membenarkan fi mampu sebagai
orang unanchored dengan skor ekstrim tidak memberikan informasi untuk
memperkirakan tindakan item, dan penghapusan mereka secara substansial
ditingkatkan pengukuran precision. Bahkan setelah menghapus mereka dengan skor
'sempurna', menargetkan item Kesulitan dengan kemampuan orang tetap suboptimal,
menunjukkan bahwa peserta kami terlalu mampu untuk item dalam skala. Hal ini
mungkin karena sebagian besar sampel kami termasuk kontrol dan pasien dengan
glaukoma keparahan ringan yang tidak memiliki atau disfungsi visual yang ringan.
Meskipun penargetan miskin GAL-9 dalam sampel kami, semua 'fi t' lainnya statistik
yang baik, dan hasil kami tetap kuat.
Pasien kami dengan lebih glaukoma maju lebih tua. Meskipun ulang ini proyek-fl
sejarah alam kondisi, memperkenalkan usia sebagai faktor pengganggu ketika
REFERENCES
27. Richter GM, Chung J, Azen SP, Varma R, Los Angeles Latino Eye Study
Group. Prevalence of visually signicant cataract and factors associated with
unmet need for cataract surgery: Los Angeles Latino Eye Study.
Ophthalmology 2009; 116: 232735.
28. Stifter E, Sacu S, Benesch T, Weghaupt H. Impairment of visual acuity and
reading performance and the relationship with cataract type and density.
Invest Ophthalmol Vis Sci 2005; 46: 20715.
29. Khadka J, Pesudovs K, McAlinden C, Vogel M, Kernt M, Hirneiss C.
Reengineering the glaucoma quality of life-15 questionnaire with Rasch
analysis. Invest Ophthalmol Vis Sci 2011; 52: 69717.
30. Linacre JM. A Users Guide to Winsteps/Ministeps RaschModel Programs.
Chicago, IL: MESA Press, 2005.
31. Mallinson T. Why measurement matters for measuring patient vision
outcomes. Optom Vis Sci 2007; 84: 675 82.
32. Lamoureux E, Pesudovs K. Vision-specic quality-oflife research: a need to
improve the quality. Am J Ophthalmol 2011; 151: 1957 e2.
33. Artes PH, OLeary N, Hutchison DM et al. Properties of the statpac visual
eld index. Invest Ophthalmol Vis Sci 2011; 52: 40308.
34. Bengtsson B, Heijl A. A visual eld index for calculation of glaucoma rate of
progression. Am J Ophthalmol 2008; 145: 34353.
35. Gutierrez PWM, Johnson C, Gordon M et al. Inuence of glaucomatous
visual eld loss on healthrelated quality of life. Arch Ophthalmol 1997; 115:
777 84.
36. Kulkarni K, Mayer JR, Lorenzana LL, Myers JS, Spaeth GL. Visual eld
staging systems in glaucoma and the activities of daily living. Am J
Ophthalmol 2012; 154: 44551.
37. Lin JC, Yang MC. Correlation of visual function with health-related quality of
life in glaucoma patients. J Eval Clin Pract 2010; 16: 13440.
38. Chew M, Chiang PP, Zheng Y et al. The impact of cataract, cataract types, and
cataract grades on visionspecic functioning using Rasch analysis. Am J
Ophthalmol 2012; 154: 2938 e2.
39. Warrian KJ, Spaeth GL, Lankaranian D, Lopes JF, Steinmann WC. The effect
of personality on measures of quality of life related to vision in glaucoma
patients. Br J Ophthalmol 2009; 93: 3105.
40. Lundstrom M, Barry P, Henry Y, Rosen P, Stenevi U. Visual outcome of
cataract surgery; study from the European Registry of Quality Outcomes for
Cataract and Refractive Surgery. J Cataract Refract Surg 2013; 39: 6739.
41. Hayashi K, Hayashi H, Nakao F, Hayashi F. Inuence of cataract surgery on
automated perimetry in patients with glaucoma. Am J Ophthalmol 2001; 132:
416.