Anda di halaman 1dari 14

Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah

kekebalan tubuh manusia. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital
sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik.
HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ dan
menyebabkan jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (L) darah, maka
kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akhirnya akan menyebabkan AIDS.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan
kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme
yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi
oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem
kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita
kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang
disebut limfoma.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik;


seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan,
merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang diderita
pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah
geografis tempat hidup pasien.
Selain menyebabkan AIDS, penderita yang terinfeksi HIV juga dapat mengalami komplikasi
berupa toxoplasmosis. Toxoplasmosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Toxoplasma gondii. Toxoplasmosis tidak selalu menyebabkan keadaan patologis pada
hospesnya, penderita seringkali tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi sebab seringkali
asymptomatis, terutama pada penderita yang mempunyai imunitas tubuh yang baik.
Toxoplasmosis akan memberikan gejala yang jelas pada penderita yang mengalami
penurunan imunitas.
Toxoplasmosis akan memberikan kelainan yang jelas pada penderita yang mengalami
penurunan imunitas misalnya pada penderita penyakit keganasan , HIV-AIDS serta penderita
yang mendapatkan obat obat imunosupresan.
Dengan merebaknya kasus penyakit HIV-AIDS, saat ini toxoplasmosis dihubungkan pula
dengan kemampuan untuk memperparah penyakit HIV-AIDS oleh karena sifat dari parasit ini
yang opportunistic. Dikalangan penderita HIV- AIDS ditengarai toxoplasmosis merupakan
penyebab paling sering dari kelainan Susunan Saraf Pusatnya.
pada manusia yang terinfeksi dapat diketemukan adanya tachizoite pada masa infeksi akut
serta tachizoite ini dapat memasuki setiap jenis sel yang berinti. Bentuk tachizoite
menyerupai bulan sabit dengan satu ujungnya meruncing dan ujung yang lainnya agak
membulat dengan ukuran sekitar 4 8 mikron dan mempunyai 1 inti yang terletak kira kira
ditengah. Tachizoite ini bersifat obligat intraseluler. Tachizoite berkembangbiak dalam sel

secara endodiogeni. Bila sel menjadi penuh dengan adanya tachizoite maka sel tersebut akan
pecah dan tachizoite akan keluar serta memasuki sel-sel disekitarnya atau terjadi fagositosis
terhadap tachizoite tersebut oleh makrofag. Kista jaringan dibentuk di dalam sel hospes
apabila tachizoite yang membelah telah membentuk dinding dan kista jaringan ini dapat
diketemukan terutama di dalam jaringan otak, otot jantung dan otot bergaris hospes seumur
hidup (latent). Di otak, kista jaringan akan berbentuk oval sedangkan di sel otot bentuk kista
jaringan akan mengikuti bentuk sel otot.
Toxoplasma gondii dapat menyerang semua sel yang berinti sehingga dapat menyerang
semua organ dan jaringan tubuh hospes kecuali sel darah merah. Bila terjadi invasi oleh
parasit ini yang biasanya di usus , maka parasit ini akan memasuki sel hospes ataupun
difagositosis. Sebagian parasit yang selamat dari proses fagositosis akan memasuki sel,
berkembangbiak yang selanjutnya akan menyebabkan sel hospes menjadi pecah dan parasit
akan keluar serta menyerang sel - sel lain. Dengan adanya parasit ini di dalam sel makrofag
atau sel limfosit maka penyebaran secara hematogen dan limfogen ke seluruh bagian tubuh
menjadi lebih mudah terjadi.
Kista jaringan akan terbentuk apabila telah ada kekebalan tubuh hospes terhadap parasit ini.
Kista jaringan dapat ditemukan di berbagai organ dan jaringan dan dapat menjadi laten
seumur hidup penderita. Derajat kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh tergantung pada
umur penderita , virulensi strain parasit ini, jumlah parasit ini dan jenis organ yang diserang.
Toxoplasmosis sistemik pada penderita dengan imunitas yang normal dapat bermanifestasi
dalam bentuk hepatitis, pericarditis dan meningoencephalitis. Penyakit ini dapat berakibat
fatal walaupun itu sangat jarang terjadi. Pada penderita dengan keadaan
immunocompromised misalnya pada penderita HIV AIDS atau pada orang orang yang
mengkonsumsi imunosupresan, infeksi oleh parasit ini mungkin dapat meluas yang ditandai

dengan ditemukannya proliferasi tachizoite di jaringan otak, mata, paru, hepar, jantung dan
organ organ lainnya sehingga dapat berakibat fatal. Apabila infeksi oleh parasit ini tidak
diobati dengan baik dan penderita masih tetap hidup, maka penyakit ini akan memasuki fase
kronik yang ditandai dengan terbentuknya kista jaringan yang berisi bradizoite dan ini
terutama didapatkan di jaringan otak serta kadang kadang tidak memberikan gejala klinik
yang jelas. Fase kronik ini dapat berlangsung lama selama bertahun- tahun bahkan dapat
berlangsung seumur hidup.
Sumber:
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol1.no2.Juli2011/TOXOPLASMOSIS
%20DAN%20KEMUNGKINAN%20PENGARUHNYA%20TERHADAP
%20PERUBAHAN%20PERILAKU.pdf

Komplikasi saraf apa yang terkait AIDS?


Kelainan sistem saraf terkait AIDS mungkin secara langsung disebabkan oleh HIV,
oleh kankerdan infeksi oportunistik tertentu (penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur
dan virus lain yang tidak akan berdampak pada orang dengan sistem kekebalan yang
sehat), atau efek toksik obat yang dipakai untuk mengobati gejala. Kelainan saraf lain terkait
AIDS yang tidak diketahui penyebabnya mungkin dipengaruhi oleh virus tetapi tidak sebagi
penyebab langsung.
AIDS dementia complex (ADC), atau ensefalopati terkait HIV, muncul terutama pada orang
dengan infeksi HIV lebih lanjut. Gejala termasuk ensefalitis (peradangan otak), perubahan
perilaku, dan penurunan fungsi kognitif secara bertahap, termasuk kesulitan berkonsentrasi,
ingatan dan perhatian. Orang dengan ADC juga menunjukkan pengembangan fungsi motor
yang melambat dan kehilangan ketangkasan serta koordinasi. Apabila tidak diobati, ADC
dapat mematikan.
Limfoma sususnan saraf pusat (SSP) adalah tumor ganas yang mulai di otak atau akibat
kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain. Limfoma SSP hampir selalu dikaitkan dengan
virus Epstein-Barr (jenis virus herpes yang umum pada manusia). Gejala termasuk sakit
kepala, kejang, masalah penglihatan, pusing, gangguan bicara, paralisis dan penurunan

mental. Pasien AIDS dapat mengembangkan satu atau lebih limfoma SSP. Prognosis adalah
kurang baik karena kekebalan yang semakin rusak.
Meningitis kriptokokus terlihat pada kurang lebih 10% pasien AIDS yang tidak diobati dan
pada orang lain dengan sistem kekebalannya sangat tertekan oleh penyakit atau obat.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans, yang umum ditemukan pada
tanah dan tinja burung. Jamur ini pertama-tama menyerang paru dan menyebar ke otak dan
saraf tulang belakang, menyebabkan peradangan. Gejala termasuk kelelahan, demam, sakit
kepala, mual, kehilangan ingatan, bingung, pusing dan muntah. Apabila tidak diobati, pasien
meningitis kriptokokus dapat jatuh dalam koma dan meninggal.
Infeksi cytomegalovirus (CMV) dapat muncul bersamaan dengan infeksi lain. Gejala
ensepalitis CMV termasuk lemas pada lengan dan kaki, masalah pendengaran dan
keseimbangan, tingkat mental yang berubah, demensia, neuropati perifer, koma dan
penyakitretina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Infeksi CMV pada urat saraf tulang
belakang dan saraf dapat mengakibatkan lemahnya tungkai bagian bawah dan beberapa
paralisis, nyeri bagian bawah yang berat dan kehilangan fungsi kandung kemih. Infeksi ini
juga dapat menyebabkan pneumonia dan penyakit lambung-usus.
Infeksi virus herpes sering terlihat pada pasien AIDS. Virus herpes zoster yang
menyebabkan cacar dan sinanaga, dapat menginfeksi otak dan mengakibatkan ensepalitis
dan mielitis (peradangan saraf tulang belakang). Virus ini umumnya menghasilkan ruam,
yang melepuh dan sangat nyeri di kulit akibat saraf yang terinfeksi. Pada orang yang
terpajan dengan herpes zoster, virus dapat tidur di jaringan saraf selama bertahun-tahun
hingga muncul kembali sebagai ruam. Reaktivasi ini umum pada orang yang AIDS karena
sistem kekebalannya melemah. Tanda sinanaga termasuk bentol yang menyakitkan (serupa
dengan cacar), gatal, kesemutan (menggelitik) dan nyeri pada saraf.
Pasien AIDS mungkin menderita berbagai bentuk neuropati, atau nyeri saraf, masingmasing sangat terkait dengan penyakit kerusakan kekebalan stadium tertentu. Neuropati
perifermenggambarkan kerusakan pada saraf perifer, jaringan komunikasi yang luas yang
mengantar informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke setiap bagian tubuh. Saraf
perifer juga mengirim informasi sensorik kembali ke otak dan saraf tulang belakang. HIV
merusak serat saraf yang membantu melakukan sinyal dan dapat menyebabkan beberapa
bentuk neropati. Distal sensory polyneuropathy menyebabkan mati rasa atau perih yang
ringan hingga sangat nyeri atau rasa kesemutan yang biasanya mulai di kaki dan telapak
kaki. Sensasi ini terutama kuat pada malam hari dan dapat menjalar ke tangan. Orang yang
terdampak memiliki kepekaan yang meningkat terhadap nyeri, sentuhan atau rangsangan
lain. Pada awal biasanya muncul pada stadium infeksi HIV lebih lanjut dan dapat berdampak
pada kebanyakan pasien stadium HIV lanjut.
Neurosifilis, akibat infeksi sifilis yang tidak diobati secara tepat, tampak lebih sering dan
lebih cepat berkembang pada orang terinfeksi HIV.Neurosifilis dapat menyebabkan
degenerasi secara perlahan pada sel saraf dan serat saraf yang membawa informasi
sensori ke otak. Gejala yang mungkin baru muncul setelah puluhan tahun setelah infeksi
awal dan berbeda antar pasien, termasuk kelemahan, refleks yang menghilang, jalan yang

tidak mantap, pengembangan degenerasi sendi, hilangnya koordinasi, episode nyeri hebat
dan gangguan sensasi, perubahan kepribadian, demensia, tuli, kerusakan penglihatan dan
kerusakan tanggapan terhadap cahaya. Penyakit ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Penyakit ini umum biasa mulai pada usia setengah baya.
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML) terutama berdampak pada orang
dengan penekanan sistem kekebalan (termasuk hampir 5%pasien AIDS). PML disebabkan
oleh virus JC, yang bergerak menuju otak, menulari berbagai tempat dan merusak sel yang
membuat mielin lemak pelindung yang menutupi banyak sel saraf dan otak. Gejala
termasuk berbagai tipe penurunan kejiwaan, kehilangan penglihatan, gangguan berbicara,
ataksia (ketidakmampuan untuk mengatur gerakan), kelumpuhan, lesi otak dan terakhir
koma. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan ingatan dan kognitif, dan mungkin
muncul kejang. PML berkembang terus-menerus dan kematian biasanya terjadi dalam enam
bulan setelah gejala awal.
Kelainan psikologis dan neuropsikiatri dapat muncul dalam fase infeksi HIV dan AIDS
yang berbeda, dan dapat berupa bentuk yang beragam dan rumit. Beberapa penyakit
misalnya demensia kompleks terkait AIDS yang secara langsung disebabkan oleh infeksi
HIV pada otak, sementara kondisi lain mungkin dipicu oleh obat yang dipakai untuk
melawan infeksi. Pasien mungkin mengalami kegelisahan, depresi, keingingan bunuh diri
yang kuat, paranoid, demensia, delirium, kerusakan kognitif, kebingungan, halusinasi,
perilaku yang tidak normal, malaise, dan mania akut.
Stroke yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah otak jarang dianggap sebagai
komplikasi AIDS, walaupun hubungan antara AIDS dan stroke mungkin jauh lebih besar dari
dugaan. Para peneliti di Universitas Maryland, AS melakukan penelitian pertama berbasis
populasi untuk menghitung risiko stroke terkait AIDS dan menemukan bahwa AIDS
meningkatkan kemungkinan menderita stroke hampir sepuluh kali lipat. Para peneliti
mengingatkan bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi HIV, infeksi lain atau reaksi sistem
kekebalan terhadap HIV, dapat menyebabkan kelainan pembuluh darah dan/atau membuat
pembuluh darah kurang menanggapi perubahan dalam tekanan darah yang dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan stroke.
Ensefalitis toksoplasma, juga disebut toksoplasmosis otak, muncul pada kurang lebih 10%
pasien AIDS yang tidak diobati. Hal ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang
dibawa oleh kucing, burung dan hewan lain yang dapat ditemukan pada tanah yang
tercemar oleh tinja kucing dan kadang pada daging mentah atau kurang matang. Begitu
parasit masuk ke dalam sistem kekebalan, ia menetap di sana; tetapi sistem kekebalan
pada orang yang sehat dapat melawan parasit tersebut hingga tuntas, mencegah penyakit.
Gejala termasuk ensefalitis, demam, sakit kepala berat yang tidak menanggapi pengobatan,
lemah pada satu sisi tubuh, kejang, kelesuan, kebingungan yang meningkat, masalah
penglihatan, pusing, masalah berbicara dan berjalan, muntah dan perubahan kepribadian.
Tidak semua pasien menunjukkan tanda infeksi.

Mielopati vakuolar menyebabkan lapisan mielin yang melindungi untuk melepaskan diri
dari sel saraf di saraf tulang belakang, membentuk lubang kecil yang disebut vakuol dalam
serat saraf. Gejala termasuk kaki lemas dan kaku serta tidak berjalan secara mantap.
Berjalan menjadi sulit dan penyakit semakin parah dan lama-kelamaan pasien
membutuhkan kursi roda. Beberapa pasien juga mengembangkan demensia terkait AIDS.
Mielopati vakuolar dapat berdampak pada hampir 30% pasien AIDS dewasa yang tidak
diobati dan kejadiannya tersebut mungkin lebih tinggi pada anak yang terinfeksi HIV.

http://spiritia.or.id/cst/bacacst.php?artno=1089

Infeksi HIV dapat mengakibatkan berbagai gejala sisa neuropsikiatri, baik oleh infeksi
sistem saraf sekarang rentan oleh organisme, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu
sendiri.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal yang
disebut Toxoplasma gondii''''; biasanya menginfeksi otak, menyebabkan ensefalitis
toxoplasma, tetapi juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paruparu. Kriptokokus meningitis adalah infeksi pada selaput (membran yang menutupi otak dan
sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans''''. Hal ini dapat
menyebabkan demam, sakit kepala, kelelahan, mual, dan muntah. Pasien juga dapat
mengembangkan kejang dan kebingungan; tidak diobati, dapat mematikan.
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML) adalah penyakit demielinasi, di mana
penghancuran bertahap dari selubung mielin yang menutupi akson sel saraf merusak
transmisi impuls saraf. Hal ini disebabkan oleh virus yang disebut virus JC yang terjadi pada
70% dari populasi dalam bentuk laten, menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan
tubuh sudah sangat lemah, seperti halnya untuk pasien AIDS. Ini berlangsung cepat, biasanya
menyebabkan kematian dalam bulan setelah diagnosis.
AIDS dementia complex (ADC) adalah ensefalopati metabolik yang disebabkan oleh
infeksi HIV dan didorong oleh aktivasi imun makrofag otak yang terinfeksi HIV dan
mikroglia. Sel-sel ini produktif terinfeksi oleh HIV dan mengeluarkan neurotoksin kedua host
dan asal virus. Gangguan neurologis khusus diwujudkan oleh kognitif, perilaku, dan motor
kelainan yang terjadi setelah bertahun-tahun infeksi HIV dan berhubungan dengan CD4
rendah + sel T dan tingkat viral load yang tinggi.
Prevalensi 10-20% di negara-negara Barat tetapi hanya 1-2% dari infeksi HIV di India.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh subtipe HIV di India. AIDS mania terkait kadangkadang terlihat pada pasien dengan penyakit HIV lanjut, tetapi menyajikan dengan lebih
mudah marah dan penurunan kognitif dan euforia kurang dari satu episode manik yang terkait
dengan gangguan bipolar benar. Berbeda dengan kondisi yang terakhir, mungkin memiliki
program yang lebih kronis. Sindrom ini kurang sering terlihat dengan munculnya multi-obat
terapi.

MANIFESTASI ORAL PADA PASIEN AIDS


- Oral candisiasis
- Oral hairy leukoplakia
- Penyakit periodontal
- oral kaposis sarcoma
- oral non-Hodgkins lymphoma.

ORAL CANDIDIASIS

Candida adalah jamur flora normal yg terletak di mukosa rongga mulut --> akan berubah menjadi
patogen apabila sistem kekebalan tubuh host menurun--> pada px yang sedang menjalani terapi
immunosuppressive.
Infeksi candidiasis didominasi oleh Candida albicans
Candidiasis merupakan lesi di dalam mulut karena infeksi HIV dan
dijumpai 90 % pada penderita AIDS.

ADA 4 TIPE INFEKSI CANDIDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIDS :


1. PSEUDOMEMBRAN CANDIDA AKUT (THRUSH)
tidak terasa sa kit, lesi putih halus sepert i susu, lunak, dapat diangkat atau dikerok dari permukaan
mukosa rongga mulut. Biasanya terjadi pada palatum durum, palatum molle, mukosa pipi / mukosa
labial.

2. ORAL HA

IRY LEUKOPLAKIA

Oral Hairy Leukoplakia (OHI) adalah suatu bercak putih, permukaannya kasar, bervariasi mulai dari
lapisan vertikal sampai plak keriput. Saat mulut dalam keadaan kering akan tampak berbulu hairy.
Lesi ini biasanya bilateral pada bagian ventrolateral lidah atau menyerang pada permukaan dorsal
lidah, mukosa bukal, dasar mulut, area retromolar, dan palatum molle. Karakteristik yang paling khas
adalah proyeksi seperti-jari yang tersebar dari dasar lesi.

3. ERYTHEMATOSIS CANDIDIASIS
Bercak merah pada mukosa pipi atau mukosa palatal, terkadang juga terjadi pada papila lidah.

4. HYPERPLASTIC CANDIDIASIS
dapat terjadi pada mukosa pipi dan mukosa lidah. Jenis ini paling susah dibersihkan dibandingkan
dengan jenis candidiasis yang lain.
eritema pada permukaan fisur dan bersisik

KAPOSI'S SARKOMA

Kaposis Sarcoma disebabkan oleh virus yang dulu bernama KS-herpes virus, tapi sekarang
bernama Human Herpes Virus-8 (HHV-8). Transmisi melalui kontak sesksual, melalui ibu kepada
anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi berupa makula berwarna merah-keunguan pada mukosa
mulut, tidak sakit,tidak memucat saat dipalpasi. Lesi ini berkembang menjadi nodul dan
membingungkan antara kelainan pada mulut yang berhubungan dengan vaskularisasi seperti
hemangioma, hematoma, varicosity, dan pyogenic granuloma (jika terjadi pada gingiva). Lesi ini

muncul pada mukosa rongga mulut terutama pada mukosa palatal dan gingival. Dalam infeksi HIV,
lesi ini lebih sering ditemukan pada pria. Kaposis Sarcoma ditemukan pada penderita HIV .
PENYAKIT PERIODONTAL
Besar hubungan terkait antara penyakit periodontal dengan gigi pada penderita HIV. Terdapat bukti
menunjukkan bahwa penyakit HIV biasanya terjadi pada penggunaan jarum suntik intravena (IV). Hal
ini berhubungan dengan buruknya kebersihan mulut dan kurangnya perhatia
n pada kesehatan rongga mulut sehingga memicu menurunnya jumlah sel CD4.

NECROTIZIN

G ULCERATIVE PER

IODONTITIS
Nekrosis, ulserasi, merupakan bentuk dari periodontitis yang tumbuh cepat secara progresif pada
penderita HIV. NUP dapat digambarkan sebagai pemanjangan proses dari NUG dimana dalam
keadaan ini terjadi lepasnya tulang alveolar, kehilangan perlekatan jaringan periodontal. Ciri-ciri NUP:
nekrosis jaringan lunak, destruksi jaringan periodontal, dan lepasnya jaringan tulang interproksimal.
Pada individu imunokompeten, kerusakan jaringan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terjadi,
namun hanya terjadi dalam beberapa bulan pada penderita yang terinfeksi HIV
jika tidak dilakukan perawatan yang tepat. Kehilangan tulang secara cepat ini juga cenderung terjadi
pada individu berusia muda. Penderita kadang-kadang langsung mengalami lesi nekrosis, tidak ada
rasa nyeri, terdapat lubang dalam yang sulit dibersihkan, yang merupakan tanda terjadinya
periodontitis konvensional. Terdapat pembentukan poket karena hilangnya jaringan lunak
ataupunjaringan keras. Destruksi jaringan dapat meluas sampai ke muco-gingival junction.
NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS

http://manifestasioralpadapasienaids.blogspot.co.id/

Penderita yang terinfeksi virus HIV biasanya ditandai dengan adanya lesi pada mulut (oral lesions).
Penderita AIDS juga mengalami manifestasi pada daerah kepala dan leher. Manifestasi di mulut
seringkali merupakan tanda awal infeksi HIV.
Lesi mulut yang terjadi dan sangat berkorelasi dengan infeksi HIV adalah oral candisiasis, oral hairy
leukoplakia, penyakit periodontal, oral kaposis sarcoma, dan oral non-Hodgkins lymphoma.
Lesi mulut yang kurang berkorelasi dengan infeksi HIV adalah melanotic hyperpigmentation, infeksi
mycobakterial, nekrosis ulser stomatitis, macam-macam ulser mulut lainnya, dan infeksi virus
(herpes simplex virus, herpes zoster, condyloma acuminatum).
Lesi mulut biasanya terlihat (menetap) pada orang yang terinfeksi HIV, namun terkadang tidak
terlihat. Hal ini tergantung pada frekuensi virus yang menginfeksi. Virus yang menetap misalnya
pada stomatitis aphtosa rekuren dan bacillary angiomatosis. Virus yang tidak menginfeksi berulangulang misalnya cyromegalovirus, molluscum contagiosum.

Oral Hairy Leukoplakia


Oral Hairy Leukoplakia (OHI) terjadi pertama kali penderita infeksi HIV. Oral hairy leukoplakia
adalah suatu bercak melekat berwarna putih dan permukaannya kasar, yang bervariasi mulai dari
lapisan vertikal sampai plak keriput. Saat mulut dalam keadaan kering akan tampak berbulu
hairy. Lesi ini biasanya ditemukan bilateral pada bagian ventrolateral lidah namun dapat juga
menyerang permukaan dorsal lidah, mukosa bukal, dasar mulut, area retromolar, dan palatum
molle. Karakteristik yang paling khas adalah proyeksi seperti-jari yang tersebar dari dasar lesi.

Oral Candidiasis
Candida adalah jamur (fungus) flora normal yg terletak pada mukosa rongga mulut. Tapi, ia akan
berubah menjadi patogen apabila sistem kekebalan tubuh host menurun, terutama pada penderita
yang sedang menjalani terapi immunosuppressive. Infeksi candidiasis penyebabnya didominasi oleh
Candida albicans, spesies candida yang lain juga berperan dalam candidiasis meskipun kecil
jumlahnya.
Candidiasis merupakan lesi di dalam mulut karena infeksi HIV dan
dijumpai 90 % pada penderita AIDS.
Terdapat empat tipe infeksi kandida yang berhubungan dengan infeksi HIV:
- pseudomembranous candidiasis (trush)
tidak terasa sakit, lesi putih halus seperti susu, lunak, dapat diangkat atau dikerok dari permukaan
mukosa rongga mulut. Biasanya terjadi pada palatum durum, palatum molle, mukosa pipi / mukosa
labial.
- erythematous candidiasis
bercak merah pada mukosa pipi atau mukosa palatal, terkadang juga terjadi pada papila lidah.

- hyperplastic candidiasis
bentuk dari candidiasis yang sedikit terjadi, dapat terjadi pada mukosa pipi dan mukosa lidah. Jenis
ini paling susah dibersihkan dibandingkan dengan jenis candidiasis yang lain.
- angular cheilitis
eritema pada permukaan fisur dan bersisik

Banyak penderita infeksi HIV disertai dengan oral candidiasis, biasanya juga berisiko terserang
esophageal candidiasis.
Kaposis Sarcoma
Kaposis Sarcoma disebabkan oleh virus yang dulu bernama KS-herpes virus, tapi sekarang bernama
Human Herpes Virus-8 (HHV-8). Transmisi melalui kontak sesksual dan dapat melalui ibu kepada
anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi berupa makula berwarna merah-keunguan pada mukosa
mulut dan tidak menimbulkan rasa sakit, serta tidak memucat saat dipalpasi. Lesi ini dapat
berkembang menjadi nodul dan membingungkan antara kelainan pada mulut yang berhubungan
dengan vaskularisasi seperti hemangioma, hematoma, varicosity, dan pyogenic granuloma (jika
terjadi pada gingiva). Lesi ini muncul pada mukosa rongga mulut terutama pada mukosa palatal dan
gingival. Dalam infeksi HIV, lesi ini lebih sering ditemukan pada pria. Kaposis Sarcoma ditemukan
pada penderita HIV yang akan memasuki kategori C (outright AIDS). Diagnosis lainnya yang
ditemukan pada KS meliputi pyogenic granuloma, hemangioma, atypical hyperpigmentation,
sarcoidosis, bacillary angiomatosis, angiosarcoma, pigmented nevi, dan cat-scratch disease pada
kulit.

Bacillary (Epitheloid) Angiomatosis


BA mrepakan infeksi yang menyerang pembuluh darah yang secara klinis dan histologi mirip dengan
KS. BA disebabkan oleh organisme rickettsia, Bartonellaciae henselia, quintana, dll. Lesi kulit (catscratch disease) terjadi seperti pada KS. Gingiva pada BA tampak merah, ungu, biru dan bengkak.
Lesi jaringan ini juga menyababkan kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar. Kondisi
ini biasa terjadi pada penderita HIV yang mengalami penurunan sel CD4. Perbedaan antara KS dan
BA, pada penelitian mikroskopik BA tampak sel epiteloid berproliferasi disertai dengan inflamasi
akut dan terjadi infiltrasi. Hal ini disebabkan karena spesimen organisme ini bereaksi dengan
Warthen-Starry silver stain.
Oral Hyperpigmentation
Peningkatan insiden hyperpigmentasi oral berhubungan dengan penderita HIV. Area mulut pada
mukosa pipi, palatal, gingiva, atau lidah tampak adanya bercak (spot). Pigmentasi akan berlangsung
lama pada pemakaian obat-obatan seperti zidovudine, ketoconazole, clofazimine. Adanya
pigmentasi pada mulut mungkin disebabkan karena kekurangan adrenokortikoid pada penderita HIV
dengan penggunaan ketoconazole dalam jangka panjang atau karena infeksi virus Pneumocystis
carinii, cytomagalovirus, dll

Atypical Ulcers and Delayed Healing


Ulserasi mulut nonspesifik penderita HIV dapat disebabkan karena neoplasma. Neoplasma
mencakup lymphoma, KS, dan karsinoma sel skuamosa. HIV berhubungan dengan neutropenia yang
juga menyebabkan ulser pada mulut. Pada penderita HIV sering dijumpai adanya lesi herpes
rekuren dan stomatitis aphtosa. Kira-kira 10% penderita HIV juga terinfeksi virus herpes dan
biasanya terus berlanjut. Aphtosa dan lesi aphtosa juga biasa djumpai karena terjadi imunosupresi
pada seluruh tubuh.
Pada individu yang sehat, ulser herpes simpleks dan lesi aphtosa cenderung sembuh sendiri (selflimiting) dalam periode yang singkat dan mudah didiagnosa (misalnya herpes pada mukosa
berkeratin, dan aphtosa pada permukaan nonkeratin). Pada penderita HIV, herpes terletak pada

semua permukaan mukosa dan memanjang sampai kulit yang berlangsung lama. Pada penderita
AIDS herpes pada kulit terjadi lebih dari 1 bulan.
Ulser mulut juga berkorelasi dengan organisme enterobakterial seperti Klebseilla pneumoniae,
Enterobacter cloacae, dan Escherechia coli. Infeksi dari bakteri ini berhubungan dengan penyakit
sistemik.
Herpes Simplex Virus (HSV), varicella-zoster virus (VZV), cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr virus
(EBV) merupakan etiologi yang sering terjadi pada oral ulser nonspesifik.
Atypical ulcers (ulser yang tidak teratur) ditemukan pada HSV, CMV, EBV,CMV. Ulser ini biasa
ditemukan pada penderita neutropenia yang juga penderita infeksi HIV. Neutropenia juga
disebabkan karena obat-obatan seperti zidovodine, trimetoprim-sulfamethoxazole, dan gancyclovir.
Atypical ulcers akan semakin parah dan persisten pada individu yang mempunyai jumlah sel CD4
yang rendah.
Stomatitis aphtosa rekuren (RAS) dapat tejadi pada penderita HIV. RAS bisa menjadi initial akut
pada pemeriksaan serokonversi HIV. RAS dapat meningkat pada orofaring, esofagus, dan area
traktus gastrointestinal.
Efek obat-obatan yang merugikan (Adverse Drug Effects)
Obat-obatan untuk penderita infeksi HIV dapat memicu terjadinya efek merugikan bagi rongga
mulut, sebagai seorang dokter gigi kita harus mengetahuinya. Pemakaian didanosine (DDI) dicurigai
menimbulkan oral ulserasi dan eritema. Zidovudine dan ganciclovir yang menyebabkan terjadinya
leukopenia dan menimbulkan ulserasi mulut. Dithiocarb (diethyldithiocarbamate) dapat
menyebabkan xerostomia dan perubahan pada pengecapan. Penderita HIV umumnya mengkonsumsi
obat yang efeknya rentan dapat menimbulkan mucositis dan lichenoid. Kombinasi obat terapi dapat
menimbulkan sirosis hepatis parah pada individu yang menderita hepatitis C / ko-infeksi HIV. Dokter
gigi harus mengetahui efek berbahaya dari gejala penggunaan obat yang merugikan dan
berpengaruh pada jaringan mulut (misal : mual, muntah, diabetes mellitus).
PENYAKIT PERIODONTAL
Besar hubungan terkait antara penyakit periodontal dengan gigi pada penderita HIV. Terdapat bukti
menunjukkan bahwa penyakit HIV biasanya terjadi pada penggunaan jarum suntik intravena (IV).
Hal ini berhubungan dengan buruknya kebersihan mulut dan kurangnya perhatian pada kesehatan
rongga mulut sehingga memicu menurunnya jumlah sel CD4.
Linear Gingival Erythema
Keras, bergaris, mudah terjadi pendarahan, erythematous gingivitis (LGE) merupakan ciri-ciri
individu terinfeksi HIV. Hal ini merupakan tanda pertumbuhan terjadinya necrotizing ulcerative
periodontitis (NUP) secara cepat. Lesi gingivitis linear mungkin dapat dilokalisir atau merata.
Erythematous gingivitis dibatasi sampai marginal tissue, memanjang sampai attached gingiva
dengan ciri-ciri diffuse erythema, memanjang sampai ke dalam mukosa alveolar. Tanda khas LGE ini
adalah tidak memberikan respon terhadap perawatan rutin biasa.
Necrotizing Ulcerative Gingivitis
Insiden peningkatan NUG juga terjadi pada penderita HIV, namun hal ini tidak dibenarkan dalam
studi lain.
Necrotizing Ulcerative Stomatitis
Destruksi parah, nyeri akut merupakan gejala dari NUS pada penderita HIV positif. Karakteristik
NUS adalah nekrosis area yang signifikan seperti pada jaringan lunak mulut dan jaringan tulang.
NUS tidak dapat dipisahkan dari NUP dan sangat erat dengan penurunan sel imunitas CD4. Kondisi
ini identik pada cancrum oris (noma), namun jarang terjadi, merupakan proses destruksi karena
kurangnya nutrisi pada individu. NUS terjadi karena menurunnya serangan imunodefisiensi.

Necrotizig Ulcerative Periodontitis


Nekrosis, ulserasi, merupakan bentuk dari periodontitis yang tumbuh cepat secara progresif pada
penderita HIV. NUP dapat digambarkan sebagai pemanjangan proses dari NUG dimana dalam
keadaan ini terjadi lepasnya tulang alveolar, kehilangan perlekatan jaringan periodontal. Ciri-ciri
NUP: nekrosis jaringan lunak, destruksi jaringan periodontal, dan lepasnya jaringan tulang
interproksimal. Pada individu imunokompeten, kerusakan jaringan membutuhkan waktu bertahun-

tahun untuk terjadi, namun hanya terjadi dalam beberapa bulan pada penderita yang terinfeksi HIV
jika tidak dilakukan perawatan yang tepat. Kehilangan tulang secara cepat ini juga cenderung
terjadi pada individu berusia muda. Penderita kadang-kadang langsung mengalami lesi nekrosis,
tidak ada rasa nyeri, terdapat lubang dalam yang sulit dibersihkan, yang merupakan tanda
terjadinya periodontitis konvensional. Terdapat pembentukan poket karena hilangnya jaringan
lunak ataupunjaringan keras. Destruksi jaringan dapat meluas sampai ke muco-gingival junction.

http://sylviajessy.blogspot.co.id/2009/03/manifestasi-hiv-aids-pada-jaringan.html

Anda mungkin juga menyukai