oleh KELOMPOK v :
JULYANDO AKBAR
133210480
JOVAN FAISAL
133210232
MuHAMMAD AL HAFIZH
133210003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk
memberikan
masukan-masukan
yang
bersifat
membangun
untuk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Tujuan utama dari suatu pengujian sumur gas adalah untuk menentukan
BAB II
PEMBAHASAN
Deliverabilitas
berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik (Pr2 Pwf2) vs Qsc. Uji
deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untuk
menentukan produktivitas sumur gas. Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran
dengan laju alir, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute Open Flow
Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere ( 14,7 psia). Hal ini tidak
dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.
Pada masa awal tes penentuan deliverabilitas ini sudah dikenal persamaan
empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini menyatakan bahwa
hubungan antara Qsc terhadap p2 pada kondisi aliran yang stabil.
Qsc =C (Pr2 Pwf2)n
Dimana :
Qsc = laju aliran gas (Mscf/d)
C
= bilangan
eksponen,
deliverability yang
merupakan
dari garis
kurva
inverse slope
umumnya
berharga antara
Pr
Gambar 2.1
Grafik Deliverabilitas
2.2.1. Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test , metode
ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
kemampuan
sumur
berproduksi
dengan
memberikan
tekanan
balik
(back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini
dimulai dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga Pr. Selanjutnya
sumur diproduksi dengan laju sebesar Qsc sehingga aliran mencapai stabil,
sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
tidak didahului dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses back pressure test diperlihatkan pada
Gambar 4.2. Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil.
Untuk keperluan ini diambil tekanan alir di dasar sumur (Pwf), pada akhir
dari periode suatu laju produksi.
Lama
waktu
pencapaian
kondisi
stabil
dipengaruhi
oleh
Gambar 2.2
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Back Pressure Test
Prosedur pelaksanaan Back Pressure Test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan kesetimbangan statik, tekananterukur
dicatat sebagai tekanan rata rata reservoir (Pr).
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) hingga mencapai tekanan
stabil dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q1dan Pwf1.
3. Kemudian ubah laju aliran menjadi q2 hingga mencapai tekanan stabil dan catat
laju alir serta tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
dari
kelemahan
back-pressure
test,
maka
Cullender
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang waktu
yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai P = Pr, bukannya selang waktu yang
sama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai keadaan
stabil, tetapi hal ini tidak mutlak.
Gambar 2.3
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Isochronal Test
ini
merupakan
pengembangan
dari
metoda
isochronal,
perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil.
Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk(1959)
telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil
tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu,
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas tes modified isochronal sama
seperti pada metode isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws, yaitu
harga tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Dari
Gambar 4.4. terlihat bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan p2 dengan
kondisi sebagai berikut :
q1= (Pws1)2- (Pwf1)2
q2= (Pws2)2- (Pwf2)2
q3= (Pws3)2- (Pwf3)2
q4= (Pws4)2- (Pwf4)2
Sedangkan pengolahan kurva deliverabilitas yang stabil diperoleh
dengan jalan menggambarkan sebuah garis sejajar yang melalui (Pws2- Pwf2).
Gambar 2.4
Diagram Tekanan Dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
Prosedur pelaksanaan dari modified isochronal test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir
Pwf1 (=Pr). Selama periode penutupan sumur, tekanan statik sumur akan
membentuk beberapa harga Pws yang mana harga Pws ini akan semakin kecil
untuk periode aliran berikutnya.
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q 1) selama waktu t1 dan catat
laju aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan Pwf1.
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya sebagai Pwf2.
4. Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat titik)
dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t1 hingga mencapai
kondisi extended flow.
.
LAMA
Tutup
Buka-1
Tutup
Buka-2
Tutup
Buka-3
Tutup
Buka-4
Buka-5
Tutup
48 jam
12 jam
15 jam
12 jam
17 jam
12 jam
18 jam
12 jam
72 jam
100 jam
P
(Psia2)
1952
1761
1952
1657
1952
1510
1952
1320
1151
1952
Q
(MMSCF/D)
32,810
3,101
3,810
2,746
3,810
2,280
3,810
1,742
1,325
3,810
TENTUKAN AOF ?
Pada kertas log-log diplot antara Q (MMSCF/D) terhadap P2 (MMPsi2)
P2
(MMPsi2)
0,709 (A)
1,064 (B)
1,530 (C)
2,068 (D)
2,485 (X)
2,485
ja
12
t=
t=
2
Log AP (MMPsi )
72
ja
m
10
3,55
1,0
stabil
0,23
0,1
1,0
10
Log Qsc (MMSCF/D)
Garis stabil berasal dari titik (X) yang ditarik sejajar dengan garis ( t = 12
jam). Jika garis stabil diekstrapolasi, maka didapat pasangan harga Qsc dan
P2. Untuk Qsc = 10 MMSCF/d, harga P2 = 3,55 MMPsi2, dan untuk Qsc =
1,0 MMSCF/D,harga P2 = 0,23 MMPsi2.
Sehingga harga n dapat ditentukan.
Log 10 = Log C + n.Log (3,55)
Log 1 = Log C + n.Log (0,23) 1
1
= 0
= n. (1,1185)
Maka, n = 0,894
Harga C diperoleh dari hasil perpotongan garis stabil dengan sumbu Qsc
(0,415 MMSCF/D)
C=
= 0,00001406
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1. Isochronal test ialah pengujian sumur yang dilakukan dengan hingga
tekanan sumur (Pr) mencapai stabil
2. Modified test ialah pengujian sumur yang dilakukan tidak mencapai
tekanan stabil, namun memiliki konsep yang hamper sama dengan
isochronal test