Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN

Gangguan keseimbangan merupakan gangguan yang sering dijumpai dan


terdapat pada semua usia. Pasien dengan gangguan keseimbangan sebagian besar
datang berobat walaupun tingkat gangguan keseimbangannya masih dalam
kategori ringan. Hal ini dikarenakan gangguan ini menyebabkan terganggunya
aktivitas sehari-hari dan menimbulkan rasa tidak nyaman.1
Pemeriksaan gangguan keseimbangan meliputi pemeriksaan
neurologis, pemeriksaan kepala dan leher dan system cardiovascular.2,3
1. Uji Romberg
Pasien berdiri dengan kedua lengan dilipat di dada dengan kedua kaki
dirapatkan dan kedua mata tertutup. Biarkan posisi tersebut selama 20-30 detik.
Pada orang normal dapat berdiri lebih dari 30 detik. 1,4 Pada kelainan vestibuler
hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada
mata terbuka maupun pada mata tertutup.4
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun
masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki
instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. Walaupun Rombergs
sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat
dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive
untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih
serius dari dizziness (tidak hanya terbatas pada vertigo) misalnya drug related
vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event.2,3

Gambar 1. Uji Romberg5

2. Unterberger's stepping test


Pada uji ini, pasien berjalan ditempat 50 langkah dengan mata tertutup,
bila posisi pasien berubah melebihi 1 meter dari tempat awal dan badan pasien
berputar lebih dari 30 derajat, berarti pada pasien ini sudah terdapat gangguan
keseimbangan.1 Pada test ini, penguji tetap berada di dekat penderita secara diamdiam untuk melindungi penderita jika terjatuh. Ruang pemeriksaan harus tenang
dan sedikit pencahayaan agar mencegah mata penderita dapat berorientasi melalui
suara atau cahaya. Penguji hendaknya melakukan pengujian pada penderita
apakah sudah memahami prosedur test ini, dikonfirmasi dengan penderita
kembali mendemonstrasikan prosedur tes ini dengan mata terbuka. Jika pasien
jatuh, catat arah jatuhnya, perubahan posisi pergeseran.6

Gambar 2. Uji Unterberger5


3. Past Pointing test (uji tunjuk)
Lengan lurus ke depan, jari telunjuk ekstensi dan penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.7

Gambar 3. Uji Tunjuk5


Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer
adalah:8,9

Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manoeuvre8,9
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah

garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke


kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan
uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,
akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue). Sentral : tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula
(non-fatigue).

Gambar 4. Dix hallpike mhnuever15


-

Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya
normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali.Lalu
diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur tersebut
menginduksi terjadinya vertigo.Jika pasien merasakan vertigo tanpa
nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi.Jika nistagmus
terjadi setelah hiperventilasi menandakan adanya tumor pada nervus VIII.5
Uji Kalori
Tes ini dilakukan dengan kepala penderita menengadah ke

belakang hingga membentuk sudut 60 agar kanalis lateral di labirin berada


dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh
aliran konveksi akibat endolimf. Kemudian spuilt berukuran 20 mL dengan ujung
jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30C air

disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian


gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. Amati adanya nistagmus
pada bola mata penderita. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan
dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu
badan). Arah gerak, frekuensi (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung dicatat. Lamanya nistagmus biasanya antara - 2 menit namun dapat
berbeda pada tiap penderita. Kemudian telinga ke-2 dites dengan selang waktu
istirahat 5 menit setelah pemeriksaan telinga pertama. Perbandingkan lamanya
nistagmus pada kedua sisi merupakan hal yang penting diperhatikan yang pada
keadaan normal lamanya hampir serupa. Pada penderita diinjeksikan 5 mL air es
ke telinga secara lambat sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Hal
ini pada keadaan normal akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5
menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30
detik. Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa
labirin tidak berfungsi.
Uji kalori dapat dilakukan dengan cara tes kobrak dan tes kalori
bitermal.5
Tes kobrak
Posisi pasien tidur telentang, dengan kepala fleksi 30 derajat, atau duduk
dengan kepala ekstensi 60 derajat. Digunakan semprit 5 atau 10 mL, ujung jarum
disambung dengan kateter. Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es
(00C), sebanyak 5 mL, selama 20 detik. Nilai dihitung dengan mengukur lama
nistagmus, dihitung sejak mulai air dialirkan samapai nistagmus berhenti.
Normalnya, 120-150 detik. Apabila kurang dari 120 detik disebut paresis kanal.1
Tes kalori bitermal
Tes kalori ini diajurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2
macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 300C, sedangkan suhu air
panas adalah 440C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masingmasing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama
nistagmus timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, periksa telinga
kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dengan air panas lalu telinga
kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kanan atau kiri atau air panas

atau air dingin)pasien diistirahatkan selama 5 menit. (untuk menghilangkan


pusingnya). Kemudian hasil tes kalori dihitung dengan menggunakan rumus :
Sensitivitas L-R : (a+c) (b+d) = < 40 detik
Keterangan:
L: left
R: right
a: Waktu nistagmus pemeriksaan telinga kiri dengan suhu air dingin
b:Waktu nistagmus pemeriksaan telinga kanan dengan suhu air
dingin
c: Waktu nistagmus pemeriksaan telinga kiri dengan suhu air panas
d:Waktu nistagmus pemeriksaantelinga kanan dengan suhu air panas
Dalam rumus ini dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan. Bila
selisih kurang dari 40 detik maka berarti kedua fungsi vestibular masih dalam
keadaan seimbang. Tetapi bila selisih lebih dari 40 detik, maka berarti yang
mempunyai waktu nistagmus lebih kecil mengalami paresis kanal.1
Posturografi
Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan untuk menilai secara
objektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Alat yang
digunakan pada pemeriksaan posturografi ini terdiri dari alas sebagai dasar
tumpuan (forsce platform), komputer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm,
dan disket data yang digunakan untuk menyimpan data hasil pengukuran. Teknik
pemeriksaan posturografi adalah: pasien diminta berdiri dengan tumit sejajar
diatas alat, pandangan satu titik kedepan.1 Tes ini dilakukan pada 6 tahap yaitu:5
1. Penderita berdiri terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan biasa
(normal)
2. Mata ditutup dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes
romberg)
3. Penderita melihat objek yang bergerak dan berdiri pada tempat
yang terfiksasi. Bergeraknya objek yang dilihat, maka input visus
tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
4. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri
digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input
somatosensorik dari badan bagian bawah diganggu.
5. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.

6. Pandangan melihat objek yang bergerak dan tumpuan berpijak


digoyangkan.
Jadi, hanya organ vestibuler saja yang bekerja. Bila terdapat ayun
tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan,
berarti terdapat gangguan keseimbangan.1

Gambar 5: Alat posturografi11

Gambar 6: pemeriksaan posturografi11

Gambar 7: hasil posturografi14

Elektronistagmogram (ENG)
ENG digunakan untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya dalah
bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan positif ini sifatnya sama dengan
muatan positif listrik atau magnet yang selalu mengimbas daerah sekitarnya.
Begitu pula muatan positif kornea ini mengimbas kulit sekitar bola mata. Dengan
meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral mata kanan dan kiri, maka
kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman muatan ini
disalurkan pada sebuah galvanometer.1
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif.2,3

Gambar 8: Alat elektronistagmogram12

Gambar 9: Hasil nystagmus13


2. Fungsi Pendengaran2,3
a. Tes garpu tala

: Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli

konduktif dan tuli perseptif

b. Audiometri

: Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone

Decay.

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Pemeriksaan kepala dan leher meliputi10:

pemeriksaan membran timpani untuk menemukan vesikel (misalnya

herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteatoma.


Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yang terjadi ketika mendorong
tragus dan meatus akustikus eksternus

pada sisi yang bermasalah)

mengindikasikan fistula perilimfatik.


Valsava maneuver (ekshalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk
meningkat tekanan melawan tuba eustachius dan telinga dalam) dapat
menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau kanalis
semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostik berdasarkan klinis ini

masih terbatas.
Head impulses test
Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan

diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala


pasien.Dimulai dengan pemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi
pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya
horizontal 20o dengan cepat. Pada orang yang normal tidak ada sakades
mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakades
setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada
siis itu.

10

Gambar 5. Head impulses test5


Pemeriksaan Cardiovascular2,3
Perubahan othostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20

mmHg atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit) pada
pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi dan disfungsi otonom.

Anda mungkin juga menyukai