Bab 1-2 PO Kelompok
Bab 1-2 PO Kelompok
PENDAHULUAN
pelayanan
kesehatan
perorangan
secara
paripurna
yang
memandangnya berharga,
1.1.3 Kekuasaan legitimasi (legitimate power) kekuasaan yang diterima oleh
1.1.4
seseorang sebagai hasil dari posisinya di dalam hirarki formal suatu organisasi,
Kekuasaan karena keahlian (expert power) pengaruh yang didasarkan pada
Beberapa penelitian tentang Kekuasaan oleh J. Bogue Richard (2009), dengan judul
shared governance as vertical alignment of nursing group power and nurse practice
council effectiveness dengan hasil Nurse Practice Council Effectiviness (NPCes)
adalah indeks yang valid dan dapat digunakan untuk efektivitas counsil dalam praktik
keperawatan. Studi ini menunjukkan alat diagnostik yang spesifik untuk memahami
dua tingkat untuk aktualisasi kekuasaan. Satu dikelompok atau di departemen dan satu
di tingkat unit. Penelitian dari Katriina Peltomaa dkk, Empirical Studies yang berjudul
nursing power as viewed by nursing professionals perawat merasa pada level
terbawah dari kekuasaan kelompok dalam hubungan dengan subskala dari efektifitas
pengendalian terhadap lingkungan, sumber daya, kompetensi komunikasi dan
pengawasan kompetensi hasil yang ingin dicapai. Penelitian Garcia Garcia dkk,
artigo original (2009) dengan judul relationship between nurses leadership style and
power bases penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris
hubungan antara basis kekuasaan pemimpin dan gaya kepemimpinan perawat.
Berdasarkan hasil penelitian dua hubungan yang diusulkan oleh teori kepemimpinan
situasional yang diverifikasi: antara kekuasaan koersif dan gaya kepemimpinan S1
(telling) dan antara kekuasaan referen dan gaya kepemimpinan S3 (participating), dan
kasus lain hasilnya berlawanan dengan harapan: penggunaan kekuasaan yang
diusulkan oleh model mengurangi probabilitas melakukan gaya kepemimpinan yang
ditentukan.
Rumah Sakit X merupakan Rumah Sakit Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan
merupakan Rumah Sakit Pendidikan Tipe A, yang berdiri pada tahun 1943 di atas
lahan seluas 0,3 ha dengan bangunan dari bahan kayu ulin. Renovasi Rumah Sakit ini
pertama kali pada tahun 1985, bangunan kayu ulin diganti dengan bangunan beton.
Sekarang Rumah Sakit X direnovasi dan terus mengalami berbagai kemajuan fisik
secara bertahap.
Hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2015 dengan salah satu
perawat pelaksana di Ruang X Rumah Sakit X tentang kekuasaan kepala ruangan atau
manajer tingkat pertama adalah kekuasaan atas dasar hirarki formal, perintah dia
berdasarkan atas jabatannya.
Pengambilan keputusan adalah tugas paling penting seorang manajer dan ada dalam
setiap fase proses manajemen (Huston & Marquis, 1995), Johnson (1990; 35)
menyatakan bahwa keefektifan seorang manajer secara langsung berhubungan
3
sebelumnya
tentang
pengambilan
keputusan,
Kamhalova
(2013)
Politik adalah seni menggunakan kekuasaan sah secara bijaksana. Hal ini
membutuhkan pengambilan keputusan yang jelas, keasertifan, tanggung jawab, dan
keinginan untuk menyampaikan pandangan pribadinya. Selain itu, juga membutuhkan
sikap proaktif bukan reaktif dan menuntut ketegasan. Cummings (1995) dalam
marquis dan Huston (2013) berpendapat bahwa wanita yang berada pada posisi yang
memiliki kekuasaan di lingkungan perawatan kesehatan saat ini lebih cenderung
mengenali kemampuan yang mereka bawa sejak lahir yang mendukung penggunaan
kekuasaan yang efektif.
Menurut Sitorus, 2011;1 menyatakan bahwa terdapat beberapa tingkat manajer
keperawatan yaitu manajer eksekutif yaitu manajer keperawatan pada tingkat puncak
suatu organisasi, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat pertama yang sering
disebut kepala ruangan atau manajer unit. Kepala ruangan bertanggung jawab atas
pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam suatu ruang rawat/unit dengan
memberdayakan staf perawat dibawah tanggung jawabnya. Keberhasilan kepala
ruangan sangat bergantung pada bagaimana kemampuannya dalam mempengaruhi
stafnya dalam pengelolaan kebutuhan keperawatan di suatu ruang rawat/unit. Dan
kepala ruangan adalah manajer yaitu seseorang yang diberi tanggung jawab
melakukan manajemen di suatu ruang rawat dan diharapkan menjadi seorang
pemimpin.
Kepala ruangan sebagai manajer yang akan memanfaatkan proses manajemen dalam
mencapai suatu tujuan melalui keterlibatan staf perawat dibawah tanggung jawabnya,
jelas sudah bahwa sumber daya manusia bidang kesehatan rumah sakit salah satunya
kepala ruangan, sebagai manajer tingkat pertama kepala ruangan berpengaruh positif
terhadap pencapaian program-program rumah sakit dan tujuan organisasi, dengan kata
lain bahwa kepala ruangan berperan sangat penting dalam pengelolaan manajemen
rumah sakit.
Perawat pelaksana adalah perawat yang berperan memberi asuhan keperawatan pada
pasien secara langsung, mengikuti timbang terima, melaksanakan tugas yang
didelegasikan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan ( Suarli dan Bachtiar,
2005 ).
Daripada itu, untuk mengetahui persepsi perawat pelaksana terhadap strategi politik
dalam pengambilan keputusan di Ruang X, RSUD X.
5
X.
Untuk mengetahui Persepsi perawat pelaksana terhadap strategi politik dalam
pengambilan keputusan di Ruang X di RSUD X.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
individu
pengetahuan
dari
hakikatnya
generasi
dibentuk
sebelumnya.
oleh
budaya
Pengetahuan
karena
yang
ia
menerima
diperolehnya
itu
digunakan untuk memberi makna terhadap fakta, peristiwa dan gejala yang
7
dihadapinya. Persepsi
mengorganisasikan
sebagai
dan
suatu
menafsirkan
proses
dengan
kesan-kesan
mana
individu-individu
indera-indera
mereka
agar
memberikan makna bagi mereka. Seiring dengan hal tersebut di atas, Rahmat (2001) juga
mendefinisikan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan meyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan dan
memberikan makna pada stimulasi inderawi (sensory stimuly).
Menurut Joseph A. DeVito Mengatakan bahwa Persepsi adalah proses dimana kita
menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita (Mulyana,
2005). Sugihartono (2007) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak
dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk
ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam
penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif
maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau
nyata.
Persepsi adalah suatu proses membuat penilaian ( judgement ) atau membangun kesan
(impression) mengenai berbagai hal yang terdapat dalam penginderaan seseorang.
Proses persepsi ini seperti diungkapkan oleh Marle Moskowitz (1969) persepsi adalah:
proses pengamatan melalui indera terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, kebutuhan, pengalaman, lingkungan sistem dan nilai yang dianut,
sehingga
individu
menyadari,
memperoleh
gambaran, menginterpretasikan,
pengertian
persepsi,
Julia
T. Wood
dalam
bukunya
berjudul
kesiapan,
tujuan,
kebutuhan,
lingkungannya.
2.2 Bentuk-bentuk Persepsi
2.2.1 Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi
yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari
8
bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering
dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.2.2 Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
2.2.3 Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
2.2.4
2.2.5
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
indera manusia.
Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,
merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat
2.3.3
2.3.4
reseptor.
Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu
berupa tanggapan dan perilaku.
Proses terjadinya persepsi dapat dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus
mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan
proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera
diteruskan oleh syarat sensoris ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis.
Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
meyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang
terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai pusat
psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses
persepsi ialah individu meyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang
9
didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses
ini merupakan proses terakhir dari persepi dan merupakan persepsi sebenarnya.
Respon sebagai akibat dan persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam
bentuk (Walgito, 2004).
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi
itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh
satu
stimulus
saja,
tetapi
individu
dikenai
berbagai
macam stimulus
yang
2.4.1.3 Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi
munculnya persepsi lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang
lambat.
2.4.1.4 Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu,
deringan telepon dan lain-lain.
2.4.2
2.4.2.3
menarik.
Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
2.4.2.4 Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman
melihat, merasakan dan lain-lain.
pengalaman
subyektif
secara
tidak
sadar,
orang
Menurut Walgito (2004) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi,
adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu
berikut ini:
a. Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).
b. Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus
(fisiologis).
11
Krech dan Crutchfield (1977) menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan
faktor struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu,
kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktorfaktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi
karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang
ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu.
Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita
terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang berkonsisten dengan
rangkaian stimuli yang kita persepsikan.
persepsi sosial.
Persepsi terhadap lingkungan fisik
Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda2.5.1.1
2.5.1.2
2.5.1.3
2.5.1.4
2.5.2
12
2.6
Sifat-sifat Persepsi
2.6.1 Persepsi bersifat dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak
pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan.
Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin
memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu
objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun.
Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan
untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap
lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk
melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan
informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu
skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu
makna lebih umum.
2.6.2
2.6.3
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu
mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
2.7.1
Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
2.7.2
2.7.3
persepsi,
Ciri kepribadian
Seperti A dan B bekerja di suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu
orang atasan. A orang yang pemalu dan penakut, mempresepsikan bahwa
pemimpinnya itu menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B mempunyai lebih
percaya diri, yang menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak
14
15
melalui
pemberian
pelayanan
keperawatan
dengan
dievaluasi
tingkat
perkembangannya.
Pemberian
asuhan
2.10 Kekuasaan
2.10.1
Pengertian Kekuasaan
17
1.
suatu,
kekuasaan
adalah
kemampuan
untuk
digunakan
untuk
kebaikan
atau
untuk
kejahatan,
untuk
tujuan/maksud yang serius atau untuk tujuan yang tidak serius dan orangorang yang egois. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengontrol,
dominasi, atau menggerakkan/memainkan seseorang untuk suatu aktivitas,
dan Rollo menyatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan dari
maksud/penyebab atau pencegahan perubahan.
2. Menurut Robbins, 2015; 279-280 menyatakan bahwa kekuasaan mengacu
pada kapasitas yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B, sehingga
B melakukannya sesuai keinginan A. Seseorang bisa jadi memiliki
kekuasaan tapi tidak menggunakannya; baik berupa kemampuan maupun
potensial. Mungkin aspek yang paling penting dari kekuasaan adalah
apakah terdapat fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B
terhadap A, semakin besar kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
Ketergantungan berdasarkan pada alternative yang diterima A dan
seberapa penting bagi B mengenai alternatif kontrol A. Seseorang dapat
memiliki kekuasaan atas Anda hanya jika dia memiliki control terhadap
apa yang Anda inginkan.
3. Menurut Wolfe dalam Kondalkar; 2007 Kekuasaan adalah potensi
kemampuan seseorang untuk mendorong pasukan pada orang lain terhadap
gerakan atau perubahan arah yang diberikan dalam wilayah tertentu,
perilaku, dan pada waktu tertentu dan menurut Cavanaugh Kondalkar;
2007 menyatakan bahwa kekuasaan adalah multifaset konsep yang telah
18
dapat
diartikan
secara
tepat
sebagai
sesuatu
yang
20
pengetahuan yang lebih atau expert dalam perawatan pasien. Tipe kekuasaan
ini terbatas pada area spesialisasi.
2.11.5 Kekuasaan Acuan (referent power)
Kekuasaan acuan (referent power) adalah dasar kekuasaan dalam kepercayaan
dan kehormatan/kekaguman yang dirasakan seseorang dalam individu,
kelompok, atau organisasi, kekuasaan ini tergantung pada kharisma atau daya
Tarik pribadi individu, kekuasaan ini didasarkan pada identifikasi dengan
seseorang yang memiliki sumber daya atau sifat pribadi yang diinginkan. Jika
saya menyukai dan mengagumi anda maka anda dapat menjalankan kekuasaan
atas saya, karena saya ingin menyenangkan anda.
dan
yang
diinginkan,
yang
mengharuskan
kita
yang
memerlukan
respon
yang
cepat
atau
yang
seksama.
Perawat
perlu
mengembangkan
dan
bahwa
Karakteristik Individu
1. Umur
Pemberi kerja menunjukkan perasaan yang berbeda mengenai pekerja
yang lebih tua. Mereka melihat sejumlah kualitas positif yang dimiliki
pekerja yang lebih tua terhadap pekerjaannya, seperti pengalaman,
penilaian, etika kerja yang baik, dan komitmen terhadap kualitas. Tetapi
pekerja yang lebih tua juga dinilai kurang fleksibel dan sulit menerima
teknologi baru. Ketika organisasi secara aktif mencari individu yang
adaftif dan terbuka atas perubahan, hal-hal yang negatif yang
diasosiasikan dengan umur secara jelas menghalangi perekrutan awal
24
untuk
mengambil
keputusan,
berfikir
lebih
rasional,
2.
Jenis Kelamin
Castro, 2003 hasil penelitiannya menyatakan bahwa jenis kelamin akan
berpengaruh terhadap pekerjaan dan peringkat kerja, temuannya
menunjukkan bahwa wanita lebih besar peringkat kerja dibandingkan
dengan laki-laki.
Robbins, 2015; 29 menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan penting
antara pria dan wanita mempengaruhi kinerja. Nyatanya, sebuah studi
metanalisis terbaru atas kinerja menemukan bahwa wanita meraih skor
yang sedikit lebih tinggi dibandingkan pria dalam ukuran-ukuran kinerja
(meskipun, menurut diskusi kita mengenai diskriminasi, pria dinilai
memiliki potensi promosi yang lebih tinggi).
3.
Lama Kerja
Riset yang menghubungkan masa kerja dan absen cukup jelas dan kuat.
Studi secara konsisten menunjukkan senioritas berhubungan negatif
dengan absen. Masa kerja juga merupakan sebuah variabel yang mampu
menjelaskan perputaran pekerja. Semakin lama seseorang dalam suatu
pekerjaan, semakin kecil kemungkinannya untuk keluar, lebih jauh lagi,
konsisten dengan riset yang menyatakan bahwa perilaku di masa lalu
adalah predictor terbaik atas perilaku masa depan, bukti mengindikasikan
masa kerja di riwayat pekerjaan pekerja adalah sebuah prediktor yang kuat
atas perputaran pekerja tersebut di masa depan. Robbins (2015; 32).
4.
Status Perkawinan
Menurut Robbins, 2006 dalam Rahmah menyatakan bahwa karyawan
yang menikah lebih rendah tingkat keabsenannya, mempunyai tingkat
pengunduran diri lebih rendah dan lebih puas dengan pekerjaan daripada
rekan sekerja yang tidak menikah. Perkawinan menuntut tanggung jawab
25
lebih besar yang mungkin membuat pekerjaan tetap lebih berharga dan
penting.
Karyawan
yang
tekun
dan
lebih
puas
lebih
besar
Pendidikan
Notoadmodjo (2004 dalam Pujiyanto) menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin kritis, logis dan sistematis, cara
berfikirnya. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
bijaksana dalam pengambilan keputusan.
dari
perilaku
berpoltis
etis
diperlukan,
sepanjang
tidak
sebagai kejahatan yang diperlukan dan meyakini seseorang yang tidak pernah
menggunakan perilaku berpolitik akan memiliki kesulitan untuk menyelesaikan
segala sesuatu hal. Sebagian besar juga mengindikasikan bahwa mereka tidak
pernah dilatih untuk memanfaatkan perilaku berpolitik secara efektif.
Organisasi terdiri atas para individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan
kepentingan yang berbeda-beda. Hal ini mengatur potensi konflik atas alokasi
dari sumber daya yang terbatas, seperti misalnya anggaran departemen, ruang,
tanggung jawab proyek, dan penyesuaian gaji. Jika sumberdaya melimpah,
maka kemudian semua konsistuen di dalam organisasi dapat memenuhi tujuantujuan mereka. Tetapi karena mereka terbatas, tidak setiap kepentingan orang
dapat terpenuhi semuanya.
Mungkin faktor-faktor yang paling penting yang mengarah pada politik di
dalam organisasi adalah realisasi bahwa sebagian besar dari kenyataan
digunakan untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas terbuka untuk
diinterpretasiakn. Misalnya, apa yang dimaksud dengan kinerja yang baik?
Apakah peningkatan yang memadai? Apa merupakan pekerjaan yang tidak
memuaskan? Manajer di tim liga baseball utama mengetahui bahwa pemukul
0,400 merupakan kinerja yang bagus, sedangkan pemukul 0,125 merupakan
kinerja yang buruk.
Keputusan yang paling penting harus diambil dalam keadaan yang tidak pasti-di
mana kenyataan sangat jarang objektif sepenuhnya dan oleh karenanya terbuka
untuk diinterpretasikan-orang-orang di dalam organisasi akan menggunakan
setiap pengaruh yang mereka mampu untuk mencemari kenyataan dan
mendukung tujuan dan kepentingan mereka. Hal ini, tentu daja menciptakan
aktivitas yang kita sebut dengan bermain politik.
Maka dari itu, untuk menjawab pertanyaan apakah mungkin bagi organisasi
untuk terbebas dari politik, kita dapat mengatakan iya jika seluruh anggota
dari organisasi memegang tujuan dan kepentingam yang sama, jika sumber
daya organisasi tidak langka, serta jika hasil kinerja benar-benar jelas dan
objektif.
2.13.2 Faktor-faktor yang Memberikan Kontribusi bagi perilaku Organisasi
27
mementingkan
diri
sendiri
juga
akan
menciptakan
tempat
tinggi
kemungkinan
pekerja
tersebut
dapat
dijauhkan
dari
29
maka semakin tidak mungkin pekerja akan bertanggung jawab atas perilaku
poiltik.
Semakin besar budaya organisasi yang menekankan pada pendekatan yang
tidak berisiko atau menang-kalah terhadap alokasi pemebrian imbalan, maka
semakin para pekerja akan termitivasi untuk terlibat dalam permainan poltik.
Pendekatan yang tanpa risiko memperlakukan imbalan seperti kue pai yang
telah jadi, sehingga keuntungan dari salah satu orang atau kelompok yang
mencapai harus dibebankan pada orang atau kelompok lainnya. Ketika para
pekerja memnadang orang yang berada d posisi puncak terlibat dalam perilaku
politik, terutama yang melakukannya dengan berhasil dan diberikan imbalan
atas hal tersebut, merupakan suatu keadaan yang mendukung permainan politiktersebut diciptakan. Permainan politik oleh manajemen puncak sedikt banyak
akan membiarkan permainan politik di dalam organisasi tersebut dan
menyiratkan bahwa perilaku tersebut dapat diterima (Nursalam, 2015).
2.14 Strategi Politik
Strategi politis berikut akan membantu manajer pemula menghilangkan efek negatif
politik organisasi. Strategi politik ini, bersamaan dengan strategi pembangun kekuasaan
:
2.14.1 Menjadi tenaga ahli dalam hal informasi dan komunikasi. Waspadalah
bahwa fakta dapat disajikan secara tidak terkendali dan diluar konteks. Manajer
harus berhati-hati dalam menerima fakta saat disajikan karena informasi dapat
diubah untuk memenuhi kebutuha orang lain. Manajer harus cakap dalam
mendapatkan informasi dan mempertanyakan orang lain.
Keputusan harus ditunda sampai informasi yang memadai dan akurat dikumpul
dan dikaji ulang. Manajer yang gagal mengerjakan tugas yang diperlukan dalam
rumah dapat mengambil keputusan yang menimbulkan dampak politik yang
buruk sekali. Selain itu, manajer seharusnya tidak ikut serta dalam diskusi
mengenai sesuatu hal yang terlalu sedekit mereka ketahui. Manajer yang cerdas
secara politis akan berkata saya tidak tahu saat tidak tersedia informasi yang
tidak adekuat.
Kemahiran politis dalam komunikasi sering kali merupakan keterampilan yang
sulit dikuasai. Akibat yang buruk dapat terjadi karena pertukaran informasi yang
30
salah dengan orang yang salah pada waktu yang salah. Menentukan siapa yang
harus tahu, dan kapan mereka harus tahu membutuhkan kemahiran yang sangat
baik.
Salah satu
adalah berbohong kepada orang lain dalam organisasi. Meskipun menahan atau
menolak untuk memberitahukan informasi adalah strategi politis yang baik,
berbohong bukan salah satu diantaranya. Bebohong menghancurkan rasa
percaya, dan Fitzpatrick (2001) dalam Marquis dan Huston (2013) menyatakan
pemimpin sebaiknya jangan pernah meremehkan kekuatan rasa percaya.
2.14.2 Bersikap sebagai pengambil keputusan yang proaktif. Perawat mempunyai
sejarah panjang mengenai bersikap reaktif sehingga mereka hanya memiliki
sedikit waktu untuk belajar cara bersikap proaktif. Meskipun bersikap reaktif
lebih baik dari pada bersikap pasif, bersikap proaktif berrati mengerjakan tugas
lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien. Pemimpin yang proaktif
mempersiapkan masa depan dari pada menunggunya terjadi. Ia melihat
perubahan yang semakin dekat dalam sistem keperawatan kesehatan dan
mempersiapkan segalanya, bukan menentang perubahan tersebut.
Salah satu cara agar perawat dapat bersikap proaktif adalah dengan menerima
kewenangan. Bagian kekuasaan adalah citra kekuasaan strategi politis yang
hebat juga melibatkan citra. Pemimpin berasumsi bahwa mereka dapat
melakukannya daripada bertanya Bolehkah saya ?. ketika seseorang meminta
izin, ia sebenarnya meminta orang lain mengambil tanggung jawabnya. Apabila
sesuatu hal tidak dilarang dalam organisasi atau dalam deskripsi kerja,
pemimpin yang berkuasa menganggapnya dapat dilakukan.
Perawat yang cerdas secara politis telah mengetahui bagaimana menciptakan
posisi baru atau peran baru dalam suatu posisi dengan hanya menerima secara
bertahap bahwa mereka dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik dari pada
orang lain. Dengan kata lain, mereka melihat kebutuhan dalam organisasi dan,
daripada bertanya apakah mereka dapat melakukan sesuatu, mereka mulai
mengerjakannya. Kegagalan yang terjadi memungkinkan organisasi menerima
wewenang
dan
sesuatu
yang
salah
terjadi,
mereka
dapat
dimintai
2.14.3 Memperluas sumber pribadi. Karena organisasi bersifat dinamis dan msa
depan sulit untuk diperkirakan, perawat yang praktif mempersiapkan masa
depan dengan memperluas sumber pribasi. Sumber pribasi meliputi kestabilan
ekonomi, pendidikan yang lebih tinggi, dan landasan keterampilan yang
diperluas. Hal ini sering di sebut strategi politis memiliki kemampuan
siasatyaitu orang tersebut menghindari mempunyai pilihan yang terbatas.
Orang yang mempunyai uang di bank dan minyak di tangki memiliki
kebebasan politis bersiasat dari pada orang yang tidak punya.
Seseorang kehilangan kekuasaan jika orang lain dalam organisasi tahu bahwa
mereka tidak mampu membuat perubahan kerja atau tidak mempunyai
keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukannya. Mereka yang menjadi
bergantung secara ekonomis pada sebuah posisi kehilangan kekuatan politisnya.
Dengan demikian, perawat yang tidak mau berusaha megembangkan
keterampilan tambahan atau mencari pendidikan lanjut kehilangan kakuatan
politis karena pekerja yang berkualitas dapat dicari di tempat lain.
2.14.4 Membangun aliansi dan koalisi politis.
dengan
membentuk kelompok rekan sebaya diluar organisasi. Dengan cara ini, manajer
dapat terus memperoleh informasi yang sedang terjadi saat ini dan meminta
orang lain untuk memberi saran dan nasihat. Meskipun jaringan terbentuk di
antara banyak kelompok, untuk perawat-manajer, beberapa kelompok memiliki
manfaat yang sama dengan asosiasi keperawatan lokal dan negara bagian.
Pembentukan jaringan pembentukan koalisi dan aliansijuga dapat berfungsi
efektif dalam organisasi. Strategi ini khususnya bermanfaat untuk beberapa tipe
perubahan terencana. Kekuasaan dan pengaruh politis telah banyak dimiliki oelh
orang yang bekerja sama daripada orang yang bekerja sendiri. Ketika seseorang
32
sedang diserang secara politis oleh orang lain dalam organisasi, kekuatan
kelompok sangat membantu.
2.14.5 Bersikap peka terhadap waktu. Pemimpin yang sukses bersikap peka
terhadap kelayakan dan ketepatan waktu akan tindakan mereka. Seseorang yang
pada saat bersamaan penyelianya baru saat menjalani pemerikasaan gigi yang
efektif menghadiri undangan konferensi keperawatan yang mahal adalah salah
satu contoh seseorang yang tidak peka terhdapa waktu.
Selain mampu memilih waktu yang tepat, manajer yang efektif harus
mengembangkan keterampilan dalam area ketepatan waktu lainnya. Salah satu
area ini adalah mengetahui kapan waktu yang tepat untuk tidak melakukan
apapun. Sebagai contoh, pada kasus pegawai yang sudah tiga bulan pensiunm
waktu dengan sendirinya akan memulihkan keadaan tersebut.
Manajer yang peka juga belajar kapan waktu yang tepat untuk berhenti meminta
sesuatu, dan sebaliknya sebelum pimpinan memberikan penegasan tidak.
Ketika kepastian tidak ini diucapkan, terus menerus membicarakan masalah
tersebut adalah tindakan yang secara politis tidak baik.
2.14.6 Lebih mengenal bawahan. Terdapat banyak cara seorang manajer dapat lebih
mengenal bawahan. Sekdar ucapan terima kasih untuk hail pekerjaan yang
dilakukan dengan baik terutama baik sekali jika diucapkan di depan orang lain.
Dengan memberikan perhatian terhdapa upaya keras pekerja anda, anada
berkata dengan sungguh-sungguh lihat betapa baik pekerjaan yang dapat kita
lakukan. Memberikan pesan penghargaan yang tulus kepada pekerja adalah
cara lain menghargai dan mempromosikan. Memberikan penghargaan terhadap
pekerjaan yang dikrjakan dengan sempurna adalah strategi politis yang efektif.
2.14.7 Memanadang tutjuan pribadi dan unit dalam hal organisasi.
Bahkan
kegiatan yang luar biasa dan jelas sekalipun tidak akan menghasilkan
kekuasaan yang diharapkan, kecuali jika kegiatan tersebut digunakan untuk
memenuhi tujuan organisasi. Kerja keras untuk prestasi pribadi yang murni
akan menjadi liablitas politis. Sering kali manajer pemula hanya berpikir
mengenai kebutuhannya dan masalahnya daripada melihat gambaran utuhnya.
Selain itu, seseorang sering kali mencari penyelesaian pola pimpinannya dari
33
pada
berupaya
mencari
jawabannya
sendiri.
Ketika
masalah
telah
teridentifikasi, akan lebih cerdas secara politis untuk membawa masalah dan
usulan penyelesaian daripada hanya menyajikan masalah tersebut pada
pimpinan. Meskipun penyelesaian masalah tidak diterima, pimpinan akan
menghargai upaya penyelesaian masalah yang telah dilakukan.
2.14.8 Buang ego anda di rumah. Meskipun politik dapat bersifat negatif (Andrica,
1999) dalam Marquis dan Huston (2013), Anda sebaiknya tidak melakukan
upaya serangan politis secara pribadi, karena anda mungkin paling tepat
menjadi pengamat yang dalam sebuah konflik.
menerima pujian atas semua keberhasilan politis karena Anda mungkin baru
saja berada di tempat yang teapat di waktu yang tepat. Sebagai manajer adalah
seberapa cepat anda dapat bangkit kembali.
34