Dalam satu kondisi, mayoritas penghuni surga adalah wanita. Yaitu, jika kita
mengumpulkan semua wanita mukmin di muka bumi ini bersama dengan
para bidadari surga. Atau yang kita maksud hanya bidadari surga saja.
Hal ini berdasarkan hadits riwayat Bukhari Muslim bahwa Muhammad bin
Sirin berkata, Mereka saling membanggakan diri atau saling bertukar
pikiran tentang laki-laki atau perempuan yang berjumlah paling banyak
menghuni surga. Lalu Abu Hurairah berkata, Bukankah Abu Qasim telah
bersabda dalam Shahih Muslim : VIII/145 :
Yang artinya :
Sesungguhnya wajah golongan pertama yang masuk surge laksana
bulan purnama, dan wajah golongan yang masuk setelahnya ibarat
sinar bintang yang berkilauan di langit. Masing-masing mereka
mendapatkan dua orang istri yang sumsum tulang betisnya terlihat
dari balik dagingnya.
Di surga tidak ada yang membujang. Jika istri-istri yang dimaksud itu
dari kaum wanita, maka kaum wanita di dunia ini lebih banyak daripada lakilaki. Tetapi bila yang dimaksud adalah para bidadari surga, maka keberadaan
mereka di dunia tidak harus lebih banyak dari laki-laki.
Pada dasarnya, istri-istri itu adalah bidadari surga. Hal ini berdasarkan
hadits Imam Ahmad yang meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi
bersabda dalam Musnad Ahmad : II/345 :
Yang artinya :
Bagi seorang lelaki ahli surga, dua orang istri dari kalangan bidadari.
Setiap bidadari memakai tujuh puluh lapis pakaian, sumsum tulang
betisnya terlihat dari balik pakaiannya.
Maksudnya, semua yang ada pada diri bidadari itu terlihat, sampaisampai sumsum yang ada di dalam tulang betispun terlihat.
Dengan demikian, kaum wanita menjadi mayoritas penghuni surga jika
dijadikan satu dengan para bidadari surga. Tetapi jika kaum wanita saja,
maka mereka menjadi minoritas penduduk surga dan mayoritas penghuni
neraka. (Silakan merujuk ke kitab Nisau Ahlin Nar karya penulis).
Hendaklah wanita mukhminah berbahagia, karena ketika di surga dia
lebih baik dan lebih cantik daripada bidadari. Dia adalah ratu yang punya
wewenang untuk memerintah dan melarang. Sedangkan para bidadari
adalah para pelayan yang taat kepadanya. Kedudukan wanita mukhminah di
surga tidaklah sama dengan bidadari yang diciptakan khusus untuk
menghuni surga tanpa harus bekerja keras, beribadah, dikenai Itaklif
(pembebanan kewajiban), dan musibah atau ujian yang harus dihadapi.
kepadaku ketika
memberiku anak.
Orang yang mengucapkan ungkapan di atas adalah Muhammad yang
ditujukan kepada Ummul Mukhminin Khadijah binti Khiwailid. Kisah
Khadijah dan surga diawali sejak dia masuk Islam di depan suaminya,
Muhammad. Dia sangat beruntung karena tercatat sebagai wanita
pertama yang masuk Islam.
Khadijah menolong orang yang teraniaya dan memberi makan orang
yang kelaparan dengan pertolongsn dan makanan yang sangat
banyak. Rumahnya menjadi tempat berlindung bagi orang yang takut
dan menderita. Di sana, ada makanan bagi orang yang lapar dan
tempat bagi orang yang terusir. Hatinya selalu terbuka untuk berjihad.
Semakin berat perjuangan yang dia emban, semakin bertambahlah
kesenangan dan kegembiraannya. Allah memberkati perjuangannya.
6. Aisyah, Guru Kaum Wanita
Pada pembahasan berikut ini, kita akan membahas sederet keutamaan
dan kebaikan yang disematkan kepada Aisyah. Aisyah berkata,
Sungguh aku telah dianugerahi Sembilan hal yang tidak pernah
diberikan kepada wanita mana pun selain Maryam binti Imran :
1. Jibril pernah turun menjumpai Rasulullah guna memperlihatkan
rupaku dan memerintahkan beliau agar menikahiku.
2. Rasulullah menikahiku ketika aku masih gadis. Tak seorang pun
dari istri-istri Rasulullah yang beliau nikahi ketika masih gadis
3.
4.
5.
6.
selain aku.
Ketika beliau wafat, kepalanya berada di atas pangkuanku.
Jasad beliau dimakamkan di rumahku.
Para malaikat mengelilingi rumahku.
Aku anak khalifah yang juga sahabat karib beliau.
meninggal
dunia.
Setelah
perang
Badar,
Rasulullah
menikahinya.
Umar selaku wali dalam pernikahannya bertutur, Hafshah binti Umar
ialah janda dari Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, seorang shahabat
Rasulullah yang ikut serta dalam perang Badar. Khunais meninggal
dunia di Madinah.
Nabi Muhammad SAW menikah dengan Hafshah pada tahun ketiga dari
hijrah. Beliau dan Hafshah hidup dalam kebaikan dan keberkahan.
Hafsah
adalah
seorang
istri
yang
taat
kepada
suami,
selalu
Tokoh yang kita bicarakan kali ini adalah bibinya Rasulullah. Dialah
wanita pertama di dunia yang menjadikan Islam sebagai maharnya. AlGhumaisha adala salah satu wanita penghuni surga. Ia telah mendidik
para pahlawan dan melahirkan para penghafal Al-Quran. Dialah
wanita yang pernah berdebat dengan kaum kafir dan menundukan
orang-orang musyrik.
Allah menganugerahinya sepuluh putra yang hafal Al-Quran. Putranya,
Anas bin Malik adalah pembantu Rasulullah. Selain itu, putranya juga
hafal 2286 hadits. Dialah wanita mukhminah yang dijanjikan masuk
surga.
Selain itu, ia adalah wanita yang memiliki kedudukan yang tidak ada
tandingannya di dunia. Ketika anak pertamanya meninggal dunia dan
suaminya sibuk dengan pekerjaan, maka ia mempersiapkan segalanya
sendirian. Ketika suaminya pulang dari tempat krja, maka ia memakai
pakaian terbaiknya lalu menghabiskan malam yang indah bersamanya.
Dia adalah wanita keturunan Nabi Ayyub AS dan teladan yang baik
dalam hal kesabaran.
9. Ummu Aiman
Rasulullah bersabda, Barang siapa ingin menikah dengan wanita ahli
surga, maka nikahilah Ummu Aiman. Dalam Thabaqat Ibnu Sadin :
VIII/179.
Tokoh yang akan menghiasi lembar-lembar berikut ini adalah wanita
yang mengasuh Rasulullah, setelah ibu kandungnya. Dia adalah wanita
yang
dimerdekakan
oleh
Rasulullah
sekaligus
wanita
yang
taat.
Dia
membantu
dan
mengasuh
Rasulullah
serta
akan kondisinya yang yatim dan tidak mempunyai seorag ibu. Dia
mengasih pemimpin semesta alam ini sehingga Allah membuatnya
tumbuh berkembang dengan baik dan mendaulatnya sebagai Nabi dan
Rasul.
10.
Nusaibah binti Kaab Al-Anshariyah
Tokoh kita pada pembahasan kali ini adalah Nusaibah binti Kaab. Dia
adalah wanita pertama yang berperang dalam Islam. Dia menyaksikan
malam Aqabah, ikut serta pada perang Uhud, Hudaibiyah, Hunain, dan
Yamamah. Wanita yang perkasa ini berjuang dan melakukan banyak
pekerjaan sehingga tangannya terputus saat berjihad. Dalam Sair
Alamin Nubala : 11/278 dan Ibnu Sadin : VIII/303).
Nusaibah adalah seorang wanita terhormat dari Bani Khazraj penduduk
Yatsrib. Pada saat itu, mereka belum disebut kaum Anshar, Rasulullah
pun belum berhijrah kepada mereka. Tetapi, sabda beliau telah
mengorbankan semangat bangsa Arab. Al-Quran telah tersebar dan
dibaca di kalangan mereka, sebagaimana halnya syair-syair yang
disenandungkan.
Nusaibah mendidik kedua putranya, Abdullah dan Habis, dengan baik.
Dia tanamkan iman dalam hati mereka, keberanian dalam dada
mereka, dan kekuatan dalam tangga mereka. Rasulullah mengetahui
betul keutamaan dan kemampuan meraka.
Sejarah mungkin telah melupakan Nusaibah dan hari-harinya. Tetapi,
sejarah menyebutkan bahwa dermaga tempat berlabuhnya yang
terakhir adalah surga dan kebaikannya akan selalu dikenang sepanjang
masa.
11.
Wanita Ahli Surga
Kali ini kita bersama seorang shahabat wanita yang mulia, sabar, dan
selalu mawas diri. Dia selalu memakai jilbab sebagai tanda kesucian.
Dia tidak rela aurat dan tubuhnya tersingkap meski hanya sedikit,
padahal ia menderita penyakit epilepsy.
Pahlawan yang satu ini layak menjadi teladan bagi kaum wanita masa
kini yang suka mengumbar kemolekan tubuh dan memamerkan aurat.
Mereka berusaha tampil cantik dengan segala macam cara, seperti
Balasan
itu
diberikan
sesuai
dengan
tingkat
kesulitan.
Lantas,
juga
riwayat
yang
mengatakan
bahwa
wanita-wanita
dari
golongan manusia lebih unggul 70.000 kali lipat daripada bidadari. (AtTadzkirah : II/566).
muda
dan
jauh
dari
maut
membuat
manusia
terlena.
menunda
taubat
karena
mereka
masih
punya
banyak
Bukhari).
Muda Merasa Sedikit Dosanya
Demi Allah hidup seorang pemuda itu tergantung ilmi dan takwa Bila
keduanya tidak ada, keberadaannya tidak dianggap. Imam Syafii.
Salah satu tipuan setan adalah angan-angan manusia bahwa hidupnya
masih bergelimang pahala dan sedikit dosa. Manusia merasa bahwa
semua amal shalihnya diterima Allah dan diberi pahala. Padahal bisa
jadi amal shalihnya selama ini ditolak karena rusak niatnya, atau rusak
amalnya.
Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelekan
(dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan
tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu Nampak di tengahtengah manusia. (HR. Muslim no. 2553).
Kalau dipikir-pikir, saat melakukan dosa itu mungkin melakukannya
terasa enak, setelah itu coba rasakan hati apakah merasa enak? Kita
yakin tidak. Karena sebenarnya dosa adalah biang kegelisahan hati
manusia. Tidak akan memberikan ketenangan jiwa, tidak akan
menentramkan bathin.
Dan
ujung-ujungnya
akan mendatangkan
taubat,
kenapa
tidak
Bisa jadi kita bertanya-tanya, apa saja yang akan membuat taubat kita
diterima. Membuat KTP saja membutuhkan syarat-syarat apalagi jika kita
ingin diampuni oleh Allah SWT. Tentu saja ada syarat-syarat yang harus kita
tempuh.
Taubat yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi syarat-syarat dan
etikanya, yaitu antara lain :
1. Niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada Allah SWT. Karena
Allah SWT tidak menerima amal perbuatan manusia kecuali jika amal
itu dilakukan dengan ikhlas semata untuk-Nya. Dari sabda Rasulullah
SAW :
Seluruh amal perbuatan manusia ditentukan oleh niatnya. Dan orang
yang beramal mendapatkan balasan atas amalnya itu sesuai dengan
apa yang diniatkannya. Hadits Muttafaq Alaih.
2. Agar hati dan lidah secara serempak melakukan istighfar. Sehingga
tidak boleh lidahnya berkata : aku beristighfar kepada Allah SWT,
sementara hatinya ingin terus melakukan maksiat. Dari Ibnu Abbas r.a.
diriwayatkan, ia berkata :
Orang yang beristighfar kepada Allah SWT dari suatu dosa sementara
ia masih terus menjalankan dosa itu maka ia seperti orang yang
sedang mengejek Rabbnya!
3. Di antara adab yang melengkapi istighfar itu adalah : agar ia berada
dalam keadaan suci, sehingga ia berada dalam kondisi yang paling
sempurna, zhahir dan bathin. Seperti dalam hadits Ali bin Abi Thalib, ia
berkata : Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. (dan apa yang diucapkan oleh Abu
Bakar itu adalah benar adanya) meriwayatkan kepadaku bahwa ia
mendengar Rasulullah SAW bersabda :