Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman jagung


Tanaman jagung merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah
padi. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ternak.
Jagung mengandung senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan
vitamin. Fungsi zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat memberi energi,
membentuk jaringan, pengatur fungsi, dan reaksi biokimia di dalam tubuh. Semua
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan. Batang dan daun jagung yang masih
muda sangat bermanfaat untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Klobot (kulit
jagung) dan tongkol jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak, serta dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Rambut jagung dapat digunakan sebagai obat
kencing manis dan obat darah tinggi (Puti, 2000).
Jagung atau biasa disebut dengan Maize adalah makanan serta pakan
terpenting di belahan bumi bagian barat. Jagung dapat tumbuh di berbagai kondisi
iklim. Sejak zaman prasejarah, jagung telah menjadi makanan pokok bangsa
Meksiko dan Amerika Latin. Dalam perdagang global, kata maize lebih sering
digunakan dari pada jagung. Meksiko merupakan negara tempat jagung berasal.
Meksiko memiliki banyak varietas jagung yaitu sebanyak 65. Tanaman jagung
merupakan tanaman biji-bijian yang jumlah produksi setiap tahunnya terbesar
dibanding tanaman biji-bijian yang lain (Malti et al., 2011).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan
bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim
basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap
kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem,
pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar.
Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap
perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh

hingga ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti
tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang
bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2008).
Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300
mm perbulan. Jika kurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan kerusakan
pada tanaman jagung, namun demikian, faktor dari kelembapan tanah juga
berdampak pada berkurangnya hasil panen (Belfield dan Brown, 2008).
Jagung manis (sweet corn) adalah varietas yang secara genetis tinggi akan
gula dan rendah akan zat tepung dan sering dimakan pada saat kondisinya belum
matang. Beberapa varietas jagung telah dikembangbiakkan menjadi berbagai
macam penambahan fase pada pertumbuhan bunga betina, yang sekarang kita
kenal sebagai baby corn. Zat tepung atau starch dari tanaman jagung juga dapat
dibentuk menjadi plastik, bahan perekat, dan berbagai macam produk kimia
lainnya (Malti et al., 2011).
Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1) yang sangat penting bagi
kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan untuk
membentuk acetylcholine yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel
otak dalam proses berpikir dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan
menyebabkan pikun dan penyakit Alzheimer. Jagung juga mengandung asam
pentotenat (vitamin B5) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak untuk diubah menjadi energi.
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)


Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Zea
Spesies: Zea mays L. (Rukmana, 1997).
2.1.2. Botani Tanaman Jagung
1. Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar
seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar
seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil,
kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan
dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah.
Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya
sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam
pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar
adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah
akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap
tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan
hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya)

bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah,


keadaan air tanah, dan pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal,
koronal, dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam
tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai
muncul keluar tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah
memiliki 3 daun. Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan
pertumbuhan akar adventif yang berkembang pada ruas pertama tanaman
jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari radikula tersebut kemudian
melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting sebagai
penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan
tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya
belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).
2. Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan
tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang
batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang
beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
(Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang,
berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada
buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas
teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh
(bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Teknik Produksi dan
Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang
tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles
berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah.
Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak
lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang
dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000).

Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada


batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas
semakin berkurang. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah
10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki
dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran unsur
hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem
bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem
membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.
(Belfield dan Brown, 2008).
3. Daun
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang,
merupakan bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun
rata (integer), Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun
sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada
yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas
dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo Subekti, dkk.
2012).
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama
dengan rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass).
Jaringan paling luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga
bersifat kasar. Bentuk selnya adalah batang. Jaringan epidermis selalu
berada di luar. Silika kristal terdapat pada beberapa tipe daun yang
bervarietas berbeda. Silika kristal bersebelahan dengan jaringan epidermis
yang berfungsi sebagai pengikat. Pada tanaman monokotil seperti jagung,
daun tidak memiliki jaringan palisade. Setiap sistem vaskular, dikelilingi
oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Sistem vaskular dikelilingi
bundle sheath. Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4 memiliki sel
kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak didaerah
mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun. (Malti et al.,
2011).

4. Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki
struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung,
dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh

di

bagian

puncak

tanaman,

berupa

karangan

bunga

(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga


betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang
dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena
bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina,
tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel)
berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal,
kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses
perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang
dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium
pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Paliwal
2000).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut
atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan
mengeluarkan stil dan stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak
lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal
dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate)
tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Sudjana, Rifin dan
Sudjadi, 1991).

5. Buah
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap
panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu
tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan

jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri). (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung
varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung
yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih
besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri
atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut
kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa,
membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
(a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio
dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai
cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90%
pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio
(lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
a. Iklim
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut
persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Jagung dapat tumbuh di daerah
yang terletak antara 500 LU-400 LS.
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah
sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800
m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0 - 600 m dpl
merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung. Suhu
yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara
27-32 0 C (Warisno, 1998). Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari. Intensitas sinar matahari sangat penting bagi
tanaman, terutama dalam masa pertumbuhan. Sebaiknya tanaman jagung
mendapatkan sinar matahari langsung, dengan demikian, hasil yang akan
diperoleh

akan

maksimal.

Tanaman

jagung

yang

ternaungi,

pertumbuhannya akan terhambat atau merana, produksi biji yang


dihasilkan pun kurang baik. Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan

air yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat
berbunga dan saat pengisian biji. Pertumbuhan tanaman memerlukan
curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan.
b. Tanah
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol
(berasal dari gunung berapi), Latosol dan Grumosol. Tanah bertekstur
lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah terbaik untuk
pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik
pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Keasaman tanah erat
hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Keasaman tanah
yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 5,6-7,5. Pada tanah
yang memiliki pH kurang dari 5,5, tanaman jagung tidak bisa tumbuh
maksimal karena keracunan ion aluminium (Widyastuti.2002).
Kesuburan tanah banyak dihubungkan orang dengan keadaan
lapisan olahnya (top soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran
tanaman berkembang dengan baik, untuk itu, pengolahan tanah sebelum
penanaman dan pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan tanaman
memegang peran penting bagi suburnya tanaman. Pada pengolahan tanah,
perbandingan kandungan zat padat, cair dan udara di dalam lapisan olah
menjadikan tanah gembur dan menguntungkan bagi pertumbuhan akar
tanaman.
c. Sistem Jarak Tanam
Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak
antar tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan
penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada umumnya, produksi yang tinggi
per satuan luas akan dicapai dengan populasi yang tinggi, akan tetapi,
penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena
persaingan terhadap cahaya dan faktorfaktor tumbuh lainnya (Putu, 2000).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting
untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila
menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan
suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar
tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu (2004)

menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan


kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang
lebih padat.
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur
hara yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses
fotosintesa yang pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada
parameter pertumbuhan dan produksi jagung. Jarak yang lebih sempit
mampu meningkatkan produksi per luas lahan dan jumlah biji namun
menurunkan bobot biji. Sedangkan menurut Liu (2004) variasi jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas
daun, indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata
terhadap produksi per ha. Tanaman berumur sedang, jarak tanamnya
adalah 75 x 25 cm dengan satu tanaman per lubang, sedangkan untuk
jagung berumur genjah, jarak tanamnya 50 x 20 cm dengan satu tanaman
per lubang.
Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung belum diketahui secara pasti. Faktor
iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda.
Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi
jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Tetapi, menurut Westgate
(1997) jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung
karena tergantung pada intersepsi radiasi sinar matahari.

2.3. Pengertian Defisiensi Unsur Hara


Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang
berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan
tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada
jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara
dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek kandungan
hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah
satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada
tanaman. (Malti et al., 2011)

a. Nitrogen (N)
Gejala kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi
hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan
mengering berwarna merah kecoklatan. Pembentukan buah tidak sempurna, kecilkecil, kekuningan, dan masak sebelum waktunya.
Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan
pupuk kimia berupa urea (N=46%), ZA (N=21%), KNO3, NPK serta pupuk daun
kandungan N tinggi.
b. Fosfor (P)
Gejala kekurangan fosfor ditandai dengan warna bagian bawah daun
terutama tulang daun merah keunguan, daun melengkung, dan terpelintir
(distorsi). Tepi daun, cabang dan batang juga berwarna ungu. Kekurangan unsur
ini menyebabkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan.
Cara penanganan kekurangan unsur fosfor adalah dengan menambahkan
pupuk kimia SP36 (P=36%), NPK, MKP serta pupuk daun kandungan P tinggi.
c. Kalium (K)
Gejala kekurangan kalium ditandai dengan mengerutnya daun terutama
daun tua meski tidak merata, tepi dan ujung daun menguning yang kemudian
menjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak
bergerigi dan akhirnya mati. Buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitas
jelek dan tidak tahan simpan.
Cara penanganan kekurangan unsur kalium adalah dengan menambahkan
pupuk kimia KCl (K=52%), NPK, MKP, serta pupuk daun kandungan K tinggi.
d. Sulfur (S)

Gejala kekurangan sulfur ditandai dengan warna daun muda memudar


(klorosis), berubah menjadi hijau muda, kadang-kadang tampak tidak merata,
menguning atau keputih-putihan. Pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil,
berbatang pendek, dan kurus.
Cara penanganan kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan
pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta pupuk daun yang
mengandung unsur S.
e. Kalsium (Ca)
Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan pertumbuhan kuncup yang
terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah dan merana, tepi daun muda
mengalami klorosis, buah muda banyak yang rontok dan masak sebelum
waktunya, warna buah kurang sempurna.
Cara penanganan kekurangan unsur kalsium adalah dengan menambahkan
kapur dolomite (Ca=38%), kalsium karbonat (Ca=90%), serta pupuk kalsium
kandungan Ca 80-99%.
f. Magnesium (Mg)
Gejala kekurangan magnesium ditandai dengan daun tua yang semula
hijau segar berubah menjadi kekuningan dan tampak pucat. Diantara tulang-tulang
daun terjadi klorosis, warna berubah menguning dan terdapat bercak-bercak
berwarna kecoklatan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau.
Cara penanganan kekurangan unsur magnesium adalah

dengan

menambahkan pupuk kimia kieserite, kapur dolomite (Mg=18%), serta pupuk


daun yang mengandung unsur Mg.
g. Unsur Mikro
Besi (Fe). Gejala kekurangan besi ditandai dengan warna kuning pada
daun-daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran dan mati
pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan kemudian memutih,
pertumbuhan tanaman seolah terhenti.
h. Boron (B).
Gejala kekurangan boron ditandai dengan tepi daun mengalami klorosis
mulai dari bawah daun kemudian mengering dan akhirnya mati. Pada tanaman

bercabang, ruas tanaman memendek, batang keropos, pembentukan cabang


tumbuh sejajar berdampingan.
i. Tembaga (Cu)
Gejala kekurangan tembaga ditandai dengan daun berwarna hijau kebirubiruan, ujung daun secara tidak merata ditemukan layu, terkadang terjadi klorosis
meski jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal membentuk
bunga.

2.4. Bahan Organik (Kompos)


Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam

kondisi

lingkungan

yang

hangat,

lembap,

dan aerobik atau anaerobik (Handayani.2009).


Sedangkan pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses
ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Ratarata persentase bahan organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang
dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap
harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah
tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana
95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang
dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik

menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat


(Rohendi, 2005).
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan

bantuan

mikroba

maupun biota tanah

lainnya.

Namun

proses

pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk
mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologiteknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami.
Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat
berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi
sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik,
seperti

untuk

mengatasi

masalah

sampah

di

kota-kota

besar, limbah

organik industri, sertalimbah pertanian dan perkebunan.


Teknologi

pengomposan

sampah

sangat

beragam,

baik

secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan.


Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain: PROMI
(Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green
Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau
menggunakan cacing guna

mendapatkan

kompos

(vermicompost).

Setiap

aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.


Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan
organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat
dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya
untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi

tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah
dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali
tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan
penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media
tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba
tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti
menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih
enak.

Peran

bahan

organik

terhadap

sifat

fisik

tanah

di

antaranya

merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan


menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan
transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia
tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan
hara oleh tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos
memberikan

peningkatan

daripada kalium yang

kadar Kalium pada

disediakan pupuk

NPK,

tanah
namun

lebih

tinggi

kadar fosfor tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan


pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea),
menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk
cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada

pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil.
Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahanpupuk anorganik tidak memberikan efek apapun
pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam
dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian
kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam
keadaan masam.
2.5. Pupuk NPK
Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang
mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan.
( Abdurohim, Oim. 2008)
Pupuk NPK mempunyai berbagai bentuk. Yang paling khas adalah pupuk
padat yang berbentuk granul atau bubuk. Ada juga pupuk NPK yang berbentuk
cair, beberapa keuntungan dari pupuk cair adalah efek langsung dan jangkauannya
yang luas.
Ketiga unsur dalam pupuk NPK membantu pertumbuhan tanaman dalam
tiga cara. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:

N nitrogen: membantu pertumbuhan vegetatif, terutama daun[2]

P fosfor: membantu pertumbuhan akar dan tunas

K kalium: membantu pembungaan dan pembuahan

Nitrogen digunakan oleh tanaman untuk menghasilkan pertumbuhan berdaun


dan pembentukan batang dan cabang. Tanaman yang paling membutuhkan
nitrogen meliputi rumput dan sayuran berdaun seperti kol dan bayam. Pada
dasarnya, tanaman yang memghasilkan daun lebih, kebutuhan nitrogennya juga
lebih tinggi.

Meskipun 78% dari atmosfer adalah nitrogen, kebanyakan tanaman tidak


dapat memanfaatkan ini. Tanaman seperti kacang, memiliki nodul pada akar
tempat bakteri hidup yang membuat nitrogen dari udara dapat digunakan oleh
tanaman. Tanaman seperti itu menyediakan pupuk nitrogen sendiri dengan cara
ini.
Fosfor tetap berada di tanah selama dua atau tiga tahun setelah aplikasi
sehingga jumlah dalam pupuk umum mungkin cukup. Tambahkan sebelum tanam
selama periode pertumbuhan.
Kalium memiliki K simbol kimia dari kalium nama Latinnya. Ini mendorong
produksi bunga dan buah dan sangat penting untuk menjaga pertumbuhan
tanaman dan membantu melawan penyakit. Ini digunakan dalam proses
pembentukan pati dan gula sehingga diperlukan dalam sayuran dan buah-buahan.
Wortel, lobak, kentang, tomat dan apel semua membutuhkan banyak kalium untuk
tanaman juga.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Oim. 2008. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan


Produksi Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah
skripsi. Dalam IPB Repository, diunduh 19 Mei 2016
Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A
Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra

Gaur, D. C. 1980. Present Status of Composting and Agricultural Aspect, in:


Hesse,

P.

R.

(ed). Improvig

Soil

Fertility

Through

Organic

Recycling, Compost Technology. FAO of United Nation. New Delhi.


Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap
Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh
19 Mei 2016.
Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative
Anatomy of Maize and its Application. Intrnational Journal of Bio-resorces
and Stress Management.
Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi
Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Maros.
Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan,
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.
Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta,
sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.
Setyamidjaya, Djoehana. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Persiapan.
Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai