Di susun oleh :
1.
2.
3.
4.
mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut badihiyah. Badihiyah adalah
segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi karena sudah
sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak perlu pembuktian
lagi.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk
mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk
menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang
Tuhan, misalnya, setiap manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan
akal dia bisa buktikan adanya Tuhan, tapi hanya wahyulah yang menunjukkan
kepadanya siapa Tuhan yang sebenernya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum
seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak (50%50% antara membenarkan dan menolak), kemudian Zhan (salah satu lebih kuat
sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkan), kemudian
Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan salah satu karena dalilnya lebih kuat,
tapi masih belum bisa menghasilkan keyakinan penuh), kemudian Ilmu/Yakin
(menerima salah satu dengan sepenuh hati karena sudah meyakini dalil
kebenarannya). Keyakinan yang sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang disebut
aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah seseorang
bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan
ketenangan jiwa karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan
keyakinannya. Kawin paksa misalnya, hidup satu rumah dengan orang yang tidak
pernah dia sukai, secara lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir
dipelaminan namun jiwa mereka tidaklah tenteram seperti kelihatan.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini
sekaligus dua hal yang bertentangan. Misalnya ada meyakini gula itu rasanya
manis, tentunya anda akan menolak untuk meyakini bahwa gula itu rasanya asin,
tidak mungkin anda yakin bahwa gula itu rasanya manis dan asin.
6.
Tingkat
keyakinan
(aqidah)
seseorang
tergantung
kepada
tingkat
Pendapat Xenophanes
Xenophanes menyatakan: Tuhan hanya satu, yang terbesar di antara dewa
dan manusia, tidak serupa dengan makhluk yang fana.
3 Drs. Edu Suresman, Aqidah Islam, (Malang: 1993), h. 1
Tuhan Yang Esa itu tidak dijadikan tidak bergerak dan berubah-ubah, dan ia
mengisi seluruh alam. Dia melihat semuanya, mendengar semua dan memikirkan
seluruhnya. Mudah sekali Ia memimpin alam ini dengan kakuatan fikirNya.
Pendapat Socrates
Socrates menyatakan: Tuhan pencipta ala mini bukanlah hanya untuk
memikirkan dan memperhatikan manusia saja, tapi ialah roh bagi manusia. Jika
tidak begitu cobalah sebutkan padaku, hewan manakah yang dapat mengetahui
adanya Tuhan yang mengatur susunan tubuh yang mempunyai sifat-sifat tinggi
seperti ini! Coba katakana hewan mana selain manusia yang dapat dibawa
akalnya menyembah dan berkhidmah kepada Tuhan?
Pendapat Descartes
Descartes menyatakan: Saya tidak menjadikan diri saya sendiri. Sebab
kalau saya menjadikan, tentulah saya dapat memberikan segala sifat
kesempurnaan kepada diri saya itu. Oleh sebab itu tentu saya dijadikan oleh Dzat
yang lain. Dan sudah pasti pula Dzat lain itu menjadikan saya mempunyai sifatsifat kesempurnaan, kalau tidak akan sama halnya dengan diri saya.
Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga diri
saya merasa tentu ada Dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna. Dan Dzat
yang sempurna itu ialah Allah4
Mari kita kaji Al-Quran lalu kita perhatikan kandungannya, bahwa apa
yang dinyatakan oleh para filosof di atas, semakna dengan apa yang dinyatakan
oleh Allah di dalam Al-Quran:
Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari
setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
Dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada kejadiannya; ia
berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur
luluh?"
Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang
pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. [QS.36:77-79].
4 Ibid, h. 21
juga karena itu, tidak pernah timbul perselisihan tentang kesahihan Al-Quran di
kalangan umat Islam sejak dahulu hingga sekarang.6Tidak pernah ada yang
berbeda pendapat bahwa Tuhan itu ada, bahwa Tuhan itu satu, bahwa Tuhan itu
mahakuasa.
Aqidah atau iman itu mempunyai peran dan pengaruh dalam hati. Ia
mendorong manusia untuk melakukan amal-amal yang baik dan meninggalkan
perbuatan keji dan mungkar. Ia mengawal dan membimbing manusia ke jalan
yang lurus dan benar serta menjaganya untuk tidak tergelincir ke dalam lembah
kesesatan; dan juga menanamkan dalam dirinya kecintaan kepada kebenaran dan
kebaikan. Sesungguhnya hidayah Allah hanya diberikan kepada manusia yang
hatinya telah dimasuki iman.7
Allah berfirman dalam Surat al-Taghabun/64:11 :
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberi
hidayah kepada hatinya.
Pada hakikatnya, iman yang dalam hati itu atau aqidah ibarat nur atau
cahaya yang menerangi hati dan sangat diperlukan oleh manusia dalam
kehidupannya di dunia. Tanpa cahaya itu hati sangat gelap, sehingga akan sangat
mudah orang tergelincir dalam lembah maksiat. Ibarat orang yang berjalan pada
waktu malam tanpa lampu atau cahaya, ia akan sangat mudah terperosok ke dalam
lobang atau jurang. Demikianlah peranan iman yang merupakan bangunan
bawah/fondasi utama dari kepribadian yang kukuh dan selalu mengawal serta
membuat hati agar selalu baik dan bersih, sehingga dapat memberi bimbingan
bagi manusia ke arah kehidupan yang tenteram dan bahagia.
2. RUANG LINGKUP, KAIDAH, FUNGSI SERTA MANFAAT AQIDAH
ISLAM
1. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan
aqidah adalah:
6 Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam, (Jakarta: 1997), h. 23
7
Ibid, h. 25
masuk hutan, dan terperosok ke dalam lubang, pada saat anda kehilangan harapan
untuk bisa keluar dari lubang tiu, anda akan berbisik Oh Tuhan!
7.Kepuasan materil di dunia sangat terbatas.
Manusia tidak akan pernah puas secara materil. Seorang yang belum punya
sepeda ingin punya sepeda. Setelah punya sepeda ingin punya motor dan
seterusnya sampai mobil, pesawat, dan lain lain. Bila keinginan tercapai maka
akan berubah menjadi sesuatu yang biasa, tidak ada rasa kepuasan pada
keinginan itu. Selalu saja keinginan manusia itu ingin lebih dari apa yang sudah di
dapatnya secara materil. Dan keinginan manusia akan dipuaskan secara hakiki di
alam sesudah dunia ini.
8.Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang
adanya Allah.
Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala sifatsifat Allah, termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan lain di
akhirat, bisakah keadilan Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat
menanggung akibat kejahatannya di dunia ini? Bukankah tidak semua orang yang
berbuat baik merasakan hasil kebaikannya?. Bila anda menonton film, ceritanya
belum selesai tiba-tiba saja dilayar tertulis kalimat Tamat, bagaimana komentar
anda? Oleh sebab itu, iman anda dengan Allah menyebabkan anda beriman
dengan adanya alam lain sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir.
3. Fungsi AqidahAqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan.
Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi
yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada
bangunan tanpa fondasi.9
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan
Muamalat, atau Aqidah Syariah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan, maka
ketiga/keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu sama lain
saling terkait. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan
9 Drs. H. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: 1992), h. 9
bermuamalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah swt
kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi beras
kepada seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan
Allah, Allah tidak menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan
aqidah.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal,
misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Misalnya, aqidah
mewajibkan orang percaya bahwa Tuhan itu cuma satu yaitu Allah, orang yang
menuhankan Allah dan sesuatu yang lain [uang misalnya] maka akan kelihatan
nanti, tidak bisa ditutup-tutupi, tidak bisa direkayasa. Entah dari bicaranya yang
seolah-olah uang telah membantu hidupnya, tanpa uang dia tidak akan nisa hidup,
atau dari perilakunya yang satu minggu sekali datang ke pohon besar dan berdoa
disitu.
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekah
memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh.
Sehingga bangunan Islam dengan mudah berdiri di periode Madinah. Dalam
dunia nyatapun ternyata modal untuk membangun sebuah bangunan itu lebih
besar tertanam di fondasi.10
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah
maka syariat/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Daudy ,Ahmad, Kuliah.Aqidah Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1997.
Hasan ,Al-Banna.Majmuatu ar-Rasail, Muassasah ar-Risalah Beirut, tanpa
tahun.3
Ilyas ,Yunahar, Lc,.Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta, LPPI, 1992.
Jabir ,Abu Bakar.Aqidah al-Mukmin, Cairo, Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah,
1978.
Suresman,Edi Suresman.Aqidah Islam, Malang, IKIP, 1993.