PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.1
Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45
juta kebutaan yang ada. Sembilan puluh persen dari penderita katarak berada di
negara berkembang seperti Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan
penyebab utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang
berhubungan dengan penglihatan. Survei tahun 1982 menunjukkan angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,2% dari seluruh populasi dan 0,76% disebabkan oleh katarak.
Sedangkan pada survei tahun 1994-1997 yang diadakan oleh Departemen Kesehatan
bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia menunjukkan
adanya peningkatan angka kebutaan yaitu mencapai 1,47% dan 1,02% diakibatkan
oleh katarak.3-4
Katarak di klasifikasikan menjadi 3 bagian. Yakni katarak kongenital,
katarak juvenile dan katarak senilis. Ringkasnya, katarak adalah setiap kekeruhan
yang terjadi pada lensa atau kapsula lensa.2
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Hal ini terjadi karena suatu perubahan degenerasi dari lensa atau
karena proses penuaan. Dalam perlangsungannya katarak senilis dibagi dalam 4
stadium : stadium insipien, imatur, matur, dan hipermatur. Katarak insipien
merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan gangguan
visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa
sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa.
Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.1
menyebabkan
gangguan penglihatan jauh dibandingkan dengan penglihatan dekat. Pada tahap awal,
pengerasan progresif nukleus lensa sering menyebabkan peningkatan indeks bias dari
lensa dan myopic shift pada pembiasan ( pembiasan lentikular miopia ). Di mata
hypermetropia, myopic shift memungkinkan penderita presbiopia untuk membaca
tanpa kacamata , kondisi ini disebut sebagai pandangan kedua (second sight).5
BAB II
LAPORAN KASUS
1.
Identitas Pasien
No RM
: 12.05.09
Nama
: Ny. MT
2
2.
Umur
Jenis kelamin
Agama
Bangsa
Pekerjaan
Alamat
Kunjungan
Anamnesis
:
:
:
:
:
:
:
63 tahun
Perempuan
Kristen Protestan
Indonesia
Ibu Rumah Tangga
Perum Camar Buha
27 Agustus 2015
Keluhan Utama
Penglihatan kabur dan merasa pedis sejak 1 tahun yang lalu,
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu, penglihatan kabur
terjadi perlahan-lahan dan semakin kabur dalam 1 bulan terakhir. Pasien
menggambarkan penglihatan buram seperti berkabut. Pasien mengaku bahwa
penglihatannya sama kabur mata kanan dan mata kiri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Diabetes Melitus, penyakit jantung, hipertensi disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Mata
Pasien menyangkal belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat, alergi makanan dan alergi debu/bulu binatang disangkal.
Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Respirasi
: 22x/menit
: 36,2oC
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Status Psikiatri
Sikap penderita kooperatif, selama dilakukan pemeriksaan ekspresi wajah dan
sikap yang ditunjukkan baik.
Status Neurologis
Motorik dan sensorik normal, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)
Pemeriksaan Oftalmikus
1.
Pemeriksaan Subjektif
Dengan snellen chart didapatkan visus okulus dekstra et sinistra (VODS) = 6/30.
Form sense:
Sentral distance vision (snellen chart) : ODS 6/30 S-1,50 6/6
2.
: Normal
: Normal
Pemeriksaan Objektif
a. Inspeksi ODS
Palpebra normal, lakrimasi (-), konjungtiva dan sklera normal. Camera Oculi
Anterior (COA) dalam, iris normal, pupil bulat, refleks cahaya (+) normal,
lensa keruh, kornea jernih.
Inspeksi umum :
a.
Edema
: /
b.
Hiperemi
: /
c.
Sekret
: /
d.
Lakrimasi
: /
e.
Fotofobia
: /
f.
Blefarospasme
: /
g.
: ortoforia
h.
Benjolan/ tonjolan
: /
Palpasi ODS
Tidak ada nyeri tekan dan massa. Palpasi tekanan intra okuler normal.
Tekanan intra okuler diukur dengan tonometri Schiotz yaitu OD 17,3 mmHg
dan OS 12,2 mmHg.
b. Pemeriksaan funduskopi ODS
Refleks fundus mata kiri dan kanan (+) nonuniform.
c. Pemeriksaan slit lamp ODS
Pada okulus dekstra et sinistra, , COA dalam, lensa keruh.
JENIS PEMERIKSAAN
1. Slit lamp
ODS
Kornea
: jernih
COA
: Dalam
Iris
: Normal
Lensa
: keruh
: jernih
COA
: Dalam
: Jernih
Refleks fundus
: (+) nonuniform
P. darah
: Normal
Makula lutea
RESUME
Seorang penderita perempuan , 63 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado dengan keluhan utama penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu,
Pasien mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 1 bulan terakhir,. Pasien
mengaku bahwa penglihtannya sama kabur mata kanan dan mata kiri.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus okulus dekstra et sinistra (VODS) =
6/30 S-1,50 6/6 Pemeriksaan slit lamp yaitu didapatkan nucleus lensa keruh.
GAMBAR
DIAGNOSIS
Okulus Dekstra et sinistra
PENANGANAN
Non Medikamentosa :
Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga
teratur
Medikamentosa
Neurodex 1x1
Tindakan Operasi
Fakoemulsifikasi
PROGNOSIS
Dubia ad bonam.
8
PENCEGAHAN
Pasien dianjurkan memakai kacamata pelindung bila sedang beraktivitas di luar
rumah.
BAB III
PEMBAHASAN
10
penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan
menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekul- molekul larut air sehingga
transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang.
Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti
vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses
pembentukan katarak.3,4
Pada pemeriksaan snellen chart didapatkan visus ODS yaitu 6/30 S-1,50
6/6. Pada okulus dekstra et sinistra. Pada pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp
didapatkan kornea jernih,COA dalam dan lensa keruh.
Berdasarkan kepustakaan, pemeriksaan di atas yang mencakup observasi eksternal
dan pemeriksaan dengan instrumen yaitu slit lamp, sudah memenuhi syarat dalam
mendiagnosis katarak. Penderita ini didiagnosis sebagai katarak senilis stadium
insipien.6
Katarak senil secara klinik dibedakan jadi 4 stadium:
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik mata
depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut bilik
mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
(-)
(+)
(-)
+/-
Visus
(+)
<
<<
<<<
Penyulit
(-)
Glaukoma
(-)
Uveitis+glaukoma
11
muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur
bila melihat jauh, istilah populernya adalah nearsightedness.
Pada pasien dengan katarak dapat terjadi myopic shift. Terjadi sklerosis
nukleus sehingga menyebabkan kekuatan refraksi bertambah sehingga cahaya
dibiaskan di retina, pasien katarak yang awalnya mengalami penglihatan kabur dapat
membaca jelas tanpa kacamata sehingga disebut pandangan kedua (second sight).6
Komplikasi yang dapat terjadi akibat katarak, komplikasi preoperasi katarak
glaukoma, komplikasi intraoperasi katarak hifema, iridodialisis, prolaps korpus
vitreum, perdarahan ekspulsif.5
Penanganan yang diberikan pada penderita ini meliputi penatalaksaan
bersifat non medikamentosa edukasi tentang penyakit katarak. Modifikasi gaya hidup
dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur. 3,4
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu
Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular
(EKEK) pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan tipe pembedahan EKEK. Insisi
luas pada perifer kornea atau sklera anterior (biasanya 10-12 mm), bagian anterior
kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan korteks lensa dibuang dari
mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul
posterior. Insisi harus dijahit. Fakoemulsifikasi adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristl lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar
2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin ini akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa intraokular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya,
yang memungkinkan pasien dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Penyulit
yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang dapat menyebabkan katarak
sekunder. Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam. 3,4
BAB IV
12
KESIMPULAN
Katarak dapat menyebabkan penglihatan menurun serta iritasi yang sering
menggangu. Penanganan katarak dilakukan secara konservatif dan operatif dengan
hasil perbaikkan visus, kosmetik yang memuaskan dan radang dapat dicegah.
Demikian telah dilaporkan kasus tentang Katarak Senilis Stadium Insipiens
Dekstra et Sinistra, pada seorang perempuan, umur 63 tahun yang datang ke
Poliklinik Mata RSU Prof. R.D Kandou Manado tanggal 2015.
DAFTAR PUSTAKA
13
14