: Richard Tumentalong
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.
6.
7.
Contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga pengajar di perguruan
tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus tes potensi akademik yang
diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria di atas siapapun
calon yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau
tidak diterima sebagai calon tenaga pengajar. Seperti uraian di atas tingkat
kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria.
Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan / kompetensi
bilamana ia telah menjawab dengan benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan /
kompetensi tersebut. Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang
jawaban yang kurang dari 75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang
kembali. Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75%
ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem
penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus,
berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga
sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila sistem
penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar yang lain,
kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval. Perlu dijelaskan
bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak.
Contoh PAP
Misalkan persentase minimalnya adalah 60 %. Berarti kalau jumlah soal seluruhnya
100 item, maka siswa harus mencapai minimal 60 item yang benar, sedangkan siswa
yang mencapai di bawah 60 dinyatakan dengan nilai E (Gagal). Nilai-nilai A, B, C, D
ditentukan sesuai dengan prestasi yang dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai
berikut:
=A
54,6 - 60 = A
81% - 90%
=B
48,6 - 54 = B
71% - 80%
=C
42,6 - 48 = C
60% - 70%
=D
36,6 - 42 = D
< 60% = E
< 36 = E
Jadi, untuk nilai hasil ujian siswa tinggal dilihat atau dicocokkan dengan criteria tadi
yang telah ditetapkan.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN / Norm Referenced Evalution)
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan
pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa
lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode
pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip
pengukuran norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku
normative dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor
yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau
hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang
sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan
terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan
pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang
tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku
dan variannya .
PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada kurva normal. Hasil-hasil
perhitungannya dipakai sebagai acuan penilaian dan memiliki sifat relatif sesuai
dengan naik turunnya nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan pada saat
itu.Penggunaan sistem PAN membiarkan siswa berkembang seperti apa adanya.
Namun demikian guru tetap merumuskan Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) sesuai
dengan tuntutan kompetensi, akan tetapi pada saat pemberian skor yang diperoleh
siswa maka TKP tidak dipergunakan sebagai pedoman.
terhadap skor-skor yang berada di atas batas minimal skor yang harus dicapai
(passing-grade).
Pada pembuatan norma penilaian gabungan menggunakan dasar hasil penghitungan
rata-rata dan simpangan baku dari skor-skor yang berada di atas passing-grade.
Selanjutnya dalam pembuatan norma penilaiannya dapat menggunakan standar
penilaian 1 10, 10 100, atau standar penilaian dengan huruf (A, B, C, D, dan E).
Diperlukan
untuk
butir
soal
yang
memerlukan
syarat
minimal
penguasaan/kompetensi tertentu tetapi masih memberi penghargaan tingkat nilai,
seperti A untuk nilai terbaik dalam kelompoknya, dan seterusnya memberikan nilai B,
C, dan D sesuai dengan prestasi yang dicapai siswa.
Langkah-langkah
- Tentukan terlebih dahulu persentase minimal penguasaan materi.
- Membuat kurva normal khusus bagi mereka yang sudah melampui batas
minimal.
- Kurva normal dibagi dalam 4 daerah skala.
- Kurva normal dibagi dalam 4 daerah skala sigma, dengan jarak masing-masing
1,5 S.
A = +1,5 S sampai dengan +3,0 S
B = 0,0 S sampai dengan +1,5 S
C = -1,5 S sampai dengan 0,0 S
D = -3,0 S sampai dengan -1,5 S