Anda di halaman 1dari 9

Penilaian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prevalensi

Cytomegalovirus dan Rubella pada Wanita di Hamadan, Iran


Abstrak :
Cytomegalovirus (CMV) dan rubella dianggap sebagai infeksi virus yang berbahaya pada
janin. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan mengenai kemajuan terhadap pencegahan yang
telah dilakukan sejauh ini di Hamadan, Iran. Semua data pada penelitian ini mengacu pada Pusat
Genetika Rumah Sakit Shahid Beheshti di Hamadan, termasuk juga pengujian CMV dan rubella
yang tercatat dalam kuesioner dan dianalisis dengan regresi logistik. Regresi logistik univariat
dan bivariat digunakan untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi CMV dan Rubella
secara terpisah. Software statistik STATA dan SPSS 16 digunakan dalam penelitian ini dengan
nilai p = 0,05 . analisis regresi logistik menunjukkn hubungan statistic yang signifikan antara
IgM CMV dengan pekerjaan (p=0,045), kehamilan (p=0,03) dan tahun pemeriksaan
pasien(p<0,001). Hasil dari analisis regresi logistik multivariate menunjukkan bahwa pekerjaan
secara signifikan mempengaruhi infeksi CMV (OR (95% C.I) =1.71(1.1-2.83)). Regresi logistik
univariat menunjukkan bahwa umur (p=0,001), tempat tinggal (p=0,03), kehamilan(p=0,03),
status perkawinan(p=0,022) dan tahun pemeriksaan pasien(p<0.0001) memiliki pengaruh
signifikan terhadap IgG Rubella. Analisis regresi logistic multivariate juga menunjukkan bahwa
tempat tinggal (OR=1.77) dan umur (OR=0.63) secara signifikan berpengaruh terhadap infeksi
Rubella. Tingginya tingkat postifitas IgG terhadap Rubella pada wanita mungkin memperjelas
dampak yang cukup besar terhadap peningkatan vaksinasi publik di Hamadan, Iran. Dan juga,
data yang ada saat ini menunjukkan frekuensi dari infeksi utama CMV pada wanita yang
mendukung kesimpulan bahwa pemeriksaan kehamilan rutin harus dilakukan..
Pendahuluan
Wanita hamil dirawat dengan berbagai agen biologis, yang berpotensi bahaya bagi janin.
Wanita hamil dan janinnya yang mengalami pertumbuhan terhambat (IUGR) diperiksa dengan
TORCH yaitu infeksi singkatan dari Toxoplamosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes.
CMV dan Rubella dianggap infeksi virus yang berbahaya bagi janin. Patogenesis infeksi janin
terhadap CMV bermacam-macam termasuk trombositopenia, kelainan otak, infeksi janin dengan
hepatitis dan infeksi asimptomatik lainnya. Dilaporkan bahwa CMV menginfeksi 0,3 2,4 %
kelahiran bayi di dunia yang menjadikan CMV merupakan penyebab paling utama dari infeksi
kandungan. Pada bayi yang terinfeksi, sekitar 7% memiliki symptom dan gejala saat lahir seperti

retinitis, hepatosplenomegaly, microchepaly, trombositopenik purpura yang dikenal dengan


cytomegalic inclusion disease. Selama periode satu tahun kehidupan, sekitar 20% dari anak-anak
tersebut meninggal. Lebih dari 90% sisanya akan menderita masalah kesehatan serius, seperti tuli
dan keterbelakangan mental. Virus rubella dapat bersifat teratogen bagi manusia dan infeksi pada
wanita hamil memiliki peran yang penting pada dampak yang serius bagi janin. Virus ini dapat
menyebabkan kerusakan janin yang dikenal dengan Congenital Rubella Sindrom (CRS).
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memahami dari segi epidemiologis faktor resiko
pada kelainan kogenital pada wanita menunjuk pada RS Shahid Behesthi di Hamadan, provinsi
barat di Iran. Penelitian ini menunjuk pada dua kelainan kongenital termasuk CMV sebagai
penyebab cytomegalic inclusion disease dan virus rubella sebagai penyebab congenital rubella
syndrome . Penelitian ini dapat membantu memahami peran potensial dari vaksinasi rubella yang
mengindikasikan seroprevalensi rubela selama beberapa tahun penelitian sebelumnya. Penelitian
ini dapat menjelaskan mengenai kemajuan terhadap pencegahan dan mendorong pengembangan
strategi pencegahan di Hamadan, Iran.
Metode Penelitian
Penelitian cross sectional ini dilakukan pada wanita hamil dan bukan wanita hamil yang
merujuk pada Pusat Genetika Shahid Beheshti Hospital di Hamadan, ibukota provinsi barat di
Iran selama tahun 2005-2009. Pusat Genetika melayani rujukan bagi pasien dan wanita sebelum
dan sesudah kehamilan. Semua data rujukan termasuk tes Rubella dan CMV dicatat pada
kuesioner dan dianalisis dengan SPSS versi 13.
Hasil
Selama periode penelitian (2005-2009) sebanyak 5735 wanita hamil dan bukan wanita
hamil telah disurvey dengan merujuk pada Pusat Genetika di RS Shahid Behetish di Hamadan,
Iran. Beberapa data di kuesioner ada hilang, jadi hanya data yg tersisa yang diteliti. 77,1%
responden tinggal di daerah perkotaan dan dan 22,9% tinggal di daerah pedesaan. Rasio wanita
sudah menikah adalah 55% dan wanita belum menikah 45%. Berdasarkan penelitian saat ini,
95,5% wanita yang dirujuk bukan wanita hamil. Analisis data menunjukkan bahwa angka
tertinggi berdasarkan kelompok umur berada di kelompok umur 18-27 tahun dengan 69%.
Kelompok umur lain yaitu <=17, 28-37 dan 38-47 dengan presentase 18,5%, 11,8% dan 0,8%.
Berdasarkan pekerjaan responden, rasio kelompok ibu rumah tangga, pelajar, non governmental

organizations(NGO), dan pegawai pemerintahan yaitu 71%, 21.6%, 5.1% and 2.4%. Rasio
wanita yang melakukan pemeriksaan meningkat dari tahun 2005 16.4% ke 23.8% pada tahun
2009. sementara, 0,05% wanita pada penelitian ini dilaporkan memiliki latarbelakang infeksi
virus rubella, 6,9% wanita dilaporkan melakukan aborsi dengan alasan yang tidak diketahui.
Rekam medis menunjukkan bahwa 36 orang (1,9%) dilaporkan terpapar CMV. Dan juga,
94,1% wanita seronegatif terhadap CMV dan 4% kasus yang diragukan. Analisis data
mengindikasikan bahwa kelompok umur terpapar tertinggi pada penelitian ini adalah 18-27
tahun 69%. 1,9% wanita dilaporkan terpapar CMV. Regresi logistic univariat digunakan untuk
menilai faktor-faktor yang mempengaruhi CMV dan Rubella secara terpisah. Regresi logistic
univariat menunjukkan bahwa pekerjaan (P=0.045), kehamilan (P=0.03) tahun pemeriksaan
pasien (P<0.001) secara signifikan mempengaruhi IgM CMV. Namun, hasil dari analisis regresi
logistic multivariate menunjukkan bahwa pekerjaan secara signifikan berpengaruh terhadap
infeksi CMV. (Tabel 1)

Mengenai positif IgG terhadap rubella, 93,9% dari perempuan dalam penelitian ini
menunjukkan positif IgG terhadap rubella. Regresi logistik univariat menunjukkan usia (P =
0,001), daerah tempat tinggal (P = 0,03), kehamilan (P = 0,03), status perkawinan (P = 0,022)
dan tahun pemeriksaan pasien (P <0,0001) memiliki pengaruh signifikan terhadap rubella IgG.
Namun, manalisis regresi logistic multivariat menunjukkan bahwa tempat tinggal (OR = 1,77)
dan usia (OR = 0.63) secara signifikan berpengaruh terhadap infeksi rubella.(Tabel 2)

Diskusi
Selama penelitian mengenai aspek epidemiologi CMV / rubella dilakukan pada wanita di
Hamadan. Pada tahun 2003, vaksinasi Rubella umum dilakukan di Iran yang menargetkan lakilaki dan perempuan dalam kisaran umur 5 sampai 25 tahun (9). Studi ini menunjukkan bahwa
77,1% wanita merupakan warga perkotaan. Hal ini timbul mungkin dikarenakan perbedaan
dalam hal akses dari penduduk di daerah perkotaan ke pusat atau mungkin karena orang-orang di
daerah perkotaan memiliki pendidikan yang lebih baik.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa rasio wanita menikah dan wanita lajang yang
merujuk ke konsultan rumah sakit di pusat genetik hampir sama dengan 55% dan 45%. Hal ini
mungkin menunjukkan pentingnya konsultasi kesehatan sebelum dan setelah menikah bagi
wanita di provinsi ini. Kehadiran 95,5% bukan wanita hamil di Pusat ini mungkin menunjukkan
peningkatan

kesadaran

terhadap

permasalahan

kehamilan-janin.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan kelompok usia tertinggi dalam penelitian ini adalah 18-27 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa wanita menyadari bahwa kehamilan pada usia lanjut meningkatkan risiko
gangguan kehamilan. Dilihat dari segi pekerjaan, rasio tertinggi adalah ibu rumah tangga (wanita
menikah yang tidak bekerja) yaitu 71%. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa perawatan
kehamilan pada ibu rumah tangga adalah tinggi atau menunjukkan kesadaran pada kelompok
wanita ini yang dipelajari dari media di daerah ini. Rasio rujukan pasien meningkat dari 16,4%
pada tahun 2005 menjadi 23,8% pada tahun 2009. Hal ini tampaknya hasil yang menjanjikan
yang mungkin menunjukkan peningkatan rujukan sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk di daerah ini. Dilaporkan sebesar 0,05% perempuan memiliki latar belakang Rubella,

tetapi 6,9% dari mereka melaporkan aborsi dengan alasan yanag tidak diketahui. Dengan asumsi
laporan yang akurat dari latar belakang infeksi rubella, ada faktor lain yang terlibat dalam
kejadian aborsi di ini daerah yang tak dikenal. Dari segi CMV IgM positif, 1,9% dari perempuan
yang positif. Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita hamil di Rusia menunjukkan bahwa
hanya sedikit wanita yang rentan terhadap infeksi CMV primer pada kehamilan dibandingkan
dengan wanita hamil di Eropa Barat dan Amerika Utara (10). Sebuah laporan dari Arab Saudi
pada ibu hamil memilliiki antibodi IgG CMV 92,1% (11). Dikarenakan IgM positif menunjukkan
infeksi aktif, penemuan lain yang muncul dari penelitian ini adalah bahwa seropositifitas yang
terahir harus serius dipertimbangkan oleh pihak kesehatan masyarakat. Data saat ini yang
menunjukkan frekuensi infeksi primer CMV pada wanita mendukung kesimpulan bahwa tes
skrining kehamilan secara rutin dibenarkan. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa orang-orang
di daerah Hamadan, Iran tidak mengetahui akar transmisi CMV. Oleh karena itu, program rutin
untuk skrining CMV pada kasus antenatal masih menjadi kontroversi (12) sehingga tidak
disarankan oleh sistem kesehatan public dengan alasan rasio biaya / manfaat nya. Regresi
logistik univariat menunjukkan bahwa pekerjaan (P = 0,045), kehamilan (P = 0,03) dan
tahun pasien merujuk (P <0,001) secara signifikan berpengaruh terhadap CMV IgM. 7,1%
pegawai swasta positif untuk CMV IgM dibandingkan dengan pelajar, pegawai pemerintah dan
pembantu rumah tangga dengan 0%, 1,2% dan 2% masing-masing (tidak ditampilkan). Hasil
analisis regresi logistik multivariate menunjukkan bahwa pekerjaan itu secara signifikan
beerpengaruh terhadap infeksi CMV {OR (95% C.I) = 1,71 (1,1-2,83)} (Tabel 1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembantu rumah tangga yang beresiko menderita
CMV 1,71 kali lebih banyak dari pekerjaan lain. Itu perbedaan yang signifikan dari persentase
yang tinggi dari IgM positif perempuan pada pembantu rumah tangga mungkin karena tingkat
pendidikan yang lebih rendah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas perempuan dalam penelitian ini adalah seronegatif terhadap CMV; Namun kehamilan
meningkatkan risiko terjadinya CMV pada wanita hamil dengan 3,357 kali lebih banyak daripada
bukan wanita hamil (Gambar 1).

Gambar 1. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran menurut status
kehamilan pada tahun 2005-2009
Hal ini mungkin menunjukkan peranan hubungan seksual pada penularan infeksi CMV.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang perilaku berisiko tinggi, epidemiologi dan
patogenesis infeksi CMV perlu diberikan di Hamadan,Iran. Dan juga, terdapat perbedaan yang
signifikan antara tahun belajar sehingga pada tahun 2005 dan 2008 persentase positif 3,9%
dibandingkan dengan 2006 dan 2007 dengan 0% dan 2009 dengan 1,9% positif (Gambar 2). Hal
ini tetap menjadi pertanyaan terbuka dan perlu diklarifikasi.

Gambar 2. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran menurut tahun
laporan pada tahun 2005-2009
Regresi logistik univariat menunjukkan bahwa usia (P = 0,001), daerah tempat tinggal (P
= 0,03), kehamilan (P = 0,03), status perkawinan (P = 0,022) dan tahun pasien merujuk (P
<0,0001) memiliki efek yang signifikan pada rubella IgG. Namun, analisis regresi logistik

multivariate juga menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal (OR = 1,77) dan usia (OR = 0.63)
secara signifikan berpengaruh terhadap infeksi rubella (Tabel 2). Dalam penelitian ini ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok usia yang berbeda sehingga rubella IgG positif
95,1% terjadi pada wanita kurang dari 18 tahun, sedangkan pada wanita di kelompok usia 38-47
tahun 85,7%. Dan juga, tingkat seronegativitas pada wanita kurang dari 18tahun dan pada
kelompok usia 38-48 adalah masing-masing 0,4% dan 7,1% (Gambar 3).

Gambar 3. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran pada kelompok
umur yang berbeda pada tahun 2005-2009
Dengan kata lain, risiko kejadian untuk rubella adalah menurun pada usia yang lebih tua.
Hasil terakhir ini sejalan dengan vaksinasi rubella masyarakat yang mulai dilakukan di Iran sejak
tahun 2003 pada wanita muda. Status seropositif secara bermakna dikaitkan dengan daerah
tempat tinggal. Sebagian besar di perkotaan (93,3%) dan penduduk pedesaan (96,3%) yang
diteliti ini memiliki latar belakang rubella. Sedangkan seronegativity pada penduduk perkotaan
(1,4%) dua kali lebih tinggi dari penduduk pedesaan (0,7%) (Tidak ditampilkan). Hal ini bisa
terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang pencegahan rubella pada penduduk daerah
pedesaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perempuan di bawah penelitian ini
memiliki

seropositif

terhadap

rubella.

Namun,

mengenai

seronegativity,

kehamilan

meningkatkan risiko kejadian rubella 2,4 kali lebih tinggi dari pada bukan wanita hamil yang
masih harus dijelaskan lebih lanjut (Gambar 4).

Gambar 4. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran berdasarkan


kehamilan pada tahun 2005-2009
Mengingat status perkawinan, wanita menikah adalah 2,5 kali memiliki imunitas rendah
daripada wanita lajang (tidak ditampilkan). Alasan tersebut tetap menjadi subyek perdebatan.
Seronegatifitas rubella hampir menurun selama periode studi sehingga pada tahun 2009,
seronegativity itu menurun 35 kali dibandingkan dengan 2006 (Gambar 5). Hal ini mungkin
menunjukkan program vaksinasi yang sukses di daerah ini yang telah dimulai sejak tahun 2003.

Gambar 5. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran berdasarkan tahun
melapor tahun 2005-2009
Prevalensi keseluruhan antibodi IgG anti-rubella pada wanita dalam penelitian ini adalah
93,9%. Sesuai dengan vaksinasi umum massal yang telah dimulai dari tahun 2003 di Negara ini,
tingginya tingkat kekebalan mungkin menyoroti dampak yang cukup besar untuk meningkatkan
vaksinasi public di Hamadan, Iran. Studi lain di Shiraz, Iran menegaskan seropositif rubella di
kalangan wanita adalah 96,2% (13). Namun, skrining untuk infeksi rubella harus disediakan

untuk wanita (12) sebelum dan sesudah perkawinan. Sebuah laporan dari Arab Saudi pada wanita
hamil menunjukkan adanya antibodi IgG rubella sebanyak 93,3% (11). Sebuah studi yang
dilakukan di Puerto Rico menunjukkan bahwa 5,4% dari perempuan rentan terhadap rubella (14).
Penelitian serupa di Ibadan, Nigeria dilaporkan 1 di 4 wanita hamil rentan untuk malformasi
rubella kongenital (15).
Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu adanya data yang hilang. Hal ini
menyebabkan kendala dalam membuat kesimpulan yang benar, tetapi tidak mengubah validasi
peneiitian ini. Sangat penting untuk dicatat ada beberapa aspek penelitian yang bisa diamatipada
penelitian ini walaupun terdapat keterbatasan dalam penelitian. Juga, penelitian ini merupakan
titik awal untuk penelitian lebih lanjut.
Untuk menghilangkan CRS, cakupan vaksinasi tinggi rutin adalah sangat penting (8).
Data dalam penelitian ini meningkatkan harpan untuk kemungkinan terjadinya pendekatan
tersebut. Oleh karena itu, disarankan bagi pihak kesehatan setempat untuk melakukan upaya
lanjutan dalam bidang vaksinasi rubella kepada orang-orang yang tidak terpapar dan juga
meningkatkan jumlah vaksinasi rubella di seluruh bagian Iran sebagai strategi pencegahan yang
paling rasional. Selain itu, penting untuk memberikan pengetahuan dan informasi pada wanita
tentang risiko nfeksi rubella dan CMV selama kehamilan (16). Pendidikan ibu hamil tentang
rubella dan CMV adalah diperlukan, sehingga mereka dapat mengevaluasi risiko dan membuat
pilihan uji serologi.
Dalam penelitian ini, menyajikn bukti yang menunjukkan keberhasilan upaya
menyeluruh mengenai pengendalian infeksi rubella. Hal ini telah dilakukan dalam beberapa
tahun terakhir dan harus dilanjutkan. Bersama dengan pengamatan yang dibahas sebelumnya ,
hal tersebut merupakan kesempatan bagi pihak kesehatan untuk menggunakan beberapa strategi
untuk memberikan upaya lebih lanjut dan kebijakan untuk mengontrol dan memprioritaskan
infeksi CMV di Iran sebagai subjek penelitian intensif. Temuan dari penelitian ini dapat
memberikan harapan, tetapi survei lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan pendekatan
diagnostik kami di daerah lain di Iran yang menunjukkan distribusi CMV dan infeksi rubella
secara luas.

Anda mungkin juga menyukai