organizations(NGO), dan pegawai pemerintahan yaitu 71%, 21.6%, 5.1% and 2.4%. Rasio
wanita yang melakukan pemeriksaan meningkat dari tahun 2005 16.4% ke 23.8% pada tahun
2009. sementara, 0,05% wanita pada penelitian ini dilaporkan memiliki latarbelakang infeksi
virus rubella, 6,9% wanita dilaporkan melakukan aborsi dengan alasan yang tidak diketahui.
Rekam medis menunjukkan bahwa 36 orang (1,9%) dilaporkan terpapar CMV. Dan juga,
94,1% wanita seronegatif terhadap CMV dan 4% kasus yang diragukan. Analisis data
mengindikasikan bahwa kelompok umur terpapar tertinggi pada penelitian ini adalah 18-27
tahun 69%. 1,9% wanita dilaporkan terpapar CMV. Regresi logistic univariat digunakan untuk
menilai faktor-faktor yang mempengaruhi CMV dan Rubella secara terpisah. Regresi logistic
univariat menunjukkan bahwa pekerjaan (P=0.045), kehamilan (P=0.03) tahun pemeriksaan
pasien (P<0.001) secara signifikan mempengaruhi IgM CMV. Namun, hasil dari analisis regresi
logistic multivariate menunjukkan bahwa pekerjaan secara signifikan berpengaruh terhadap
infeksi CMV. (Tabel 1)
Mengenai positif IgG terhadap rubella, 93,9% dari perempuan dalam penelitian ini
menunjukkan positif IgG terhadap rubella. Regresi logistik univariat menunjukkan usia (P =
0,001), daerah tempat tinggal (P = 0,03), kehamilan (P = 0,03), status perkawinan (P = 0,022)
dan tahun pemeriksaan pasien (P <0,0001) memiliki pengaruh signifikan terhadap rubella IgG.
Namun, manalisis regresi logistic multivariat menunjukkan bahwa tempat tinggal (OR = 1,77)
dan usia (OR = 0.63) secara signifikan berpengaruh terhadap infeksi rubella.(Tabel 2)
Diskusi
Selama penelitian mengenai aspek epidemiologi CMV / rubella dilakukan pada wanita di
Hamadan. Pada tahun 2003, vaksinasi Rubella umum dilakukan di Iran yang menargetkan lakilaki dan perempuan dalam kisaran umur 5 sampai 25 tahun (9). Studi ini menunjukkan bahwa
77,1% wanita merupakan warga perkotaan. Hal ini timbul mungkin dikarenakan perbedaan
dalam hal akses dari penduduk di daerah perkotaan ke pusat atau mungkin karena orang-orang di
daerah perkotaan memiliki pendidikan yang lebih baik.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa rasio wanita menikah dan wanita lajang yang
merujuk ke konsultan rumah sakit di pusat genetik hampir sama dengan 55% dan 45%. Hal ini
mungkin menunjukkan pentingnya konsultasi kesehatan sebelum dan setelah menikah bagi
wanita di provinsi ini. Kehadiran 95,5% bukan wanita hamil di Pusat ini mungkin menunjukkan
peningkatan
kesadaran
terhadap
permasalahan
kehamilan-janin.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan kelompok usia tertinggi dalam penelitian ini adalah 18-27 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa wanita menyadari bahwa kehamilan pada usia lanjut meningkatkan risiko
gangguan kehamilan. Dilihat dari segi pekerjaan, rasio tertinggi adalah ibu rumah tangga (wanita
menikah yang tidak bekerja) yaitu 71%. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa perawatan
kehamilan pada ibu rumah tangga adalah tinggi atau menunjukkan kesadaran pada kelompok
wanita ini yang dipelajari dari media di daerah ini. Rasio rujukan pasien meningkat dari 16,4%
pada tahun 2005 menjadi 23,8% pada tahun 2009. Hal ini tampaknya hasil yang menjanjikan
yang mungkin menunjukkan peningkatan rujukan sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk di daerah ini. Dilaporkan sebesar 0,05% perempuan memiliki latar belakang Rubella,
tetapi 6,9% dari mereka melaporkan aborsi dengan alasan yanag tidak diketahui. Dengan asumsi
laporan yang akurat dari latar belakang infeksi rubella, ada faktor lain yang terlibat dalam
kejadian aborsi di ini daerah yang tak dikenal. Dari segi CMV IgM positif, 1,9% dari perempuan
yang positif. Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita hamil di Rusia menunjukkan bahwa
hanya sedikit wanita yang rentan terhadap infeksi CMV primer pada kehamilan dibandingkan
dengan wanita hamil di Eropa Barat dan Amerika Utara (10). Sebuah laporan dari Arab Saudi
pada ibu hamil memilliiki antibodi IgG CMV 92,1% (11). Dikarenakan IgM positif menunjukkan
infeksi aktif, penemuan lain yang muncul dari penelitian ini adalah bahwa seropositifitas yang
terahir harus serius dipertimbangkan oleh pihak kesehatan masyarakat. Data saat ini yang
menunjukkan frekuensi infeksi primer CMV pada wanita mendukung kesimpulan bahwa tes
skrining kehamilan secara rutin dibenarkan. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa orang-orang
di daerah Hamadan, Iran tidak mengetahui akar transmisi CMV. Oleh karena itu, program rutin
untuk skrining CMV pada kasus antenatal masih menjadi kontroversi (12) sehingga tidak
disarankan oleh sistem kesehatan public dengan alasan rasio biaya / manfaat nya. Regresi
logistik univariat menunjukkan bahwa pekerjaan (P = 0,045), kehamilan (P = 0,03) dan
tahun pasien merujuk (P <0,001) secara signifikan berpengaruh terhadap CMV IgM. 7,1%
pegawai swasta positif untuk CMV IgM dibandingkan dengan pelajar, pegawai pemerintah dan
pembantu rumah tangga dengan 0%, 1,2% dan 2% masing-masing (tidak ditampilkan). Hasil
analisis regresi logistik multivariate menunjukkan bahwa pekerjaan itu secara signifikan
beerpengaruh terhadap infeksi CMV {OR (95% C.I) = 1,71 (1,1-2,83)} (Tabel 1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembantu rumah tangga yang beresiko menderita
CMV 1,71 kali lebih banyak dari pekerjaan lain. Itu perbedaan yang signifikan dari persentase
yang tinggi dari IgM positif perempuan pada pembantu rumah tangga mungkin karena tingkat
pendidikan yang lebih rendah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas perempuan dalam penelitian ini adalah seronegatif terhadap CMV; Namun kehamilan
meningkatkan risiko terjadinya CMV pada wanita hamil dengan 3,357 kali lebih banyak daripada
bukan wanita hamil (Gambar 1).
Gambar 1. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran menurut status
kehamilan pada tahun 2005-2009
Hal ini mungkin menunjukkan peranan hubungan seksual pada penularan infeksi CMV.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang perilaku berisiko tinggi, epidemiologi dan
patogenesis infeksi CMV perlu diberikan di Hamadan,Iran. Dan juga, terdapat perbedaan yang
signifikan antara tahun belajar sehingga pada tahun 2005 dan 2008 persentase positif 3,9%
dibandingkan dengan 2006 dan 2007 dengan 0% dan 2009 dengan 1,9% positif (Gambar 2). Hal
ini tetap menjadi pertanyaan terbuka dan perlu diklarifikasi.
Gambar 2. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran menurut tahun
laporan pada tahun 2005-2009
Regresi logistik univariat menunjukkan bahwa usia (P = 0,001), daerah tempat tinggal (P
= 0,03), kehamilan (P = 0,03), status perkawinan (P = 0,022) dan tahun pasien merujuk (P
<0,0001) memiliki efek yang signifikan pada rubella IgG. Namun, analisis regresi logistik
multivariate juga menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal (OR = 1,77) dan usia (OR = 0.63)
secara signifikan berpengaruh terhadap infeksi rubella (Tabel 2). Dalam penelitian ini ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok usia yang berbeda sehingga rubella IgG positif
95,1% terjadi pada wanita kurang dari 18 tahun, sedangkan pada wanita di kelompok usia 38-47
tahun 85,7%. Dan juga, tingkat seronegativitas pada wanita kurang dari 18tahun dan pada
kelompok usia 38-48 adalah masing-masing 0,4% dan 7,1% (Gambar 3).
Gambar 3. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran pada kelompok
umur yang berbeda pada tahun 2005-2009
Dengan kata lain, risiko kejadian untuk rubella adalah menurun pada usia yang lebih tua.
Hasil terakhir ini sejalan dengan vaksinasi rubella masyarakat yang mulai dilakukan di Iran sejak
tahun 2003 pada wanita muda. Status seropositif secara bermakna dikaitkan dengan daerah
tempat tinggal. Sebagian besar di perkotaan (93,3%) dan penduduk pedesaan (96,3%) yang
diteliti ini memiliki latar belakang rubella. Sedangkan seronegativity pada penduduk perkotaan
(1,4%) dua kali lebih tinggi dari penduduk pedesaan (0,7%) (Tidak ditampilkan). Hal ini bisa
terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang pencegahan rubella pada penduduk daerah
pedesaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perempuan di bawah penelitian ini
memiliki
seropositif
terhadap
rubella.
Namun,
mengenai
seronegativity,
kehamilan
meningkatkan risiko kejadian rubella 2,4 kali lebih tinggi dari pada bukan wanita hamil yang
masih harus dijelaskan lebih lanjut (Gambar 4).
Gambar 5. Distribusi kasus CMV/IgM pada wanita di Hamadan, Iran berdasarkan tahun
melapor tahun 2005-2009
Prevalensi keseluruhan antibodi IgG anti-rubella pada wanita dalam penelitian ini adalah
93,9%. Sesuai dengan vaksinasi umum massal yang telah dimulai dari tahun 2003 di Negara ini,
tingginya tingkat kekebalan mungkin menyoroti dampak yang cukup besar untuk meningkatkan
vaksinasi public di Hamadan, Iran. Studi lain di Shiraz, Iran menegaskan seropositif rubella di
kalangan wanita adalah 96,2% (13). Namun, skrining untuk infeksi rubella harus disediakan
untuk wanita (12) sebelum dan sesudah perkawinan. Sebuah laporan dari Arab Saudi pada wanita
hamil menunjukkan adanya antibodi IgG rubella sebanyak 93,3% (11). Sebuah studi yang
dilakukan di Puerto Rico menunjukkan bahwa 5,4% dari perempuan rentan terhadap rubella (14).
Penelitian serupa di Ibadan, Nigeria dilaporkan 1 di 4 wanita hamil rentan untuk malformasi
rubella kongenital (15).
Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu adanya data yang hilang. Hal ini
menyebabkan kendala dalam membuat kesimpulan yang benar, tetapi tidak mengubah validasi
peneiitian ini. Sangat penting untuk dicatat ada beberapa aspek penelitian yang bisa diamatipada
penelitian ini walaupun terdapat keterbatasan dalam penelitian. Juga, penelitian ini merupakan
titik awal untuk penelitian lebih lanjut.
Untuk menghilangkan CRS, cakupan vaksinasi tinggi rutin adalah sangat penting (8).
Data dalam penelitian ini meningkatkan harpan untuk kemungkinan terjadinya pendekatan
tersebut. Oleh karena itu, disarankan bagi pihak kesehatan setempat untuk melakukan upaya
lanjutan dalam bidang vaksinasi rubella kepada orang-orang yang tidak terpapar dan juga
meningkatkan jumlah vaksinasi rubella di seluruh bagian Iran sebagai strategi pencegahan yang
paling rasional. Selain itu, penting untuk memberikan pengetahuan dan informasi pada wanita
tentang risiko nfeksi rubella dan CMV selama kehamilan (16). Pendidikan ibu hamil tentang
rubella dan CMV adalah diperlukan, sehingga mereka dapat mengevaluasi risiko dan membuat
pilihan uji serologi.
Dalam penelitian ini, menyajikn bukti yang menunjukkan keberhasilan upaya
menyeluruh mengenai pengendalian infeksi rubella. Hal ini telah dilakukan dalam beberapa
tahun terakhir dan harus dilanjutkan. Bersama dengan pengamatan yang dibahas sebelumnya ,
hal tersebut merupakan kesempatan bagi pihak kesehatan untuk menggunakan beberapa strategi
untuk memberikan upaya lebih lanjut dan kebijakan untuk mengontrol dan memprioritaskan
infeksi CMV di Iran sebagai subjek penelitian intensif. Temuan dari penelitian ini dapat
memberikan harapan, tetapi survei lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan pendekatan
diagnostik kami di daerah lain di Iran yang menunjukkan distribusi CMV dan infeksi rubella
secara luas.