Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tumbuhan Paku ( Pteridophyta )


2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Paku ( Pteridophyta )
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan
tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus, serta
mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat
perkembangbiakan yang lain.

Gambar 2.1 : Tumbuhan Paku (Pterophyta)

Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Jadi


penempatan tumbuhan paku ke dalam golongan tingkat rendah atau tinggi bisa
berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika didasarkan pada
macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora tergolong
tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada ada atau tidaknya sistem

pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi


karena sudah mempunyai berkas pembuluh (Tjitrosoepomo,1994).
Meskipun tumbuhan paku mempunyai akar, batang dan daun, tetapi untuk
yang primitif daunnya masih sangat sederhana. Tumbuhan paku belum
mempunyai lamina dan masih dinamakan mikrofil. Anggota dari Pteridophyta
mempunyai habitus yang heterogen, dari yang berukuran kecil sampai yang besar
(Tjitrosoepomo,1994).
Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju dari pada
Bryophyta karena sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup bebas
dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan
tumbuhan heterospor (Tjitrosoepomo,1994).
Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya
tumbuh di Indonesia sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang
lembab., yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena
merajai hutan-hutan di bumi. Terdapat sekitar 20.000 spesies tumbuhan paku yang
sudah dikenali dan diklasifikasikan. Klasifikasi tumbuhan paku dapat dilakukan
berdasarkan, antara lain sebagai berikut.

Ada atau tidak adanya daun, serta bentuk dan susunan daunnya.

Susunan sporangium, jenis, bentuk, dan ukuran sporanya.

Bentuk, susunan anatomi tubuh, dan lain-lain.


Tumbuhan paku (Pteridophyta) diklasifikasikan menjadi empat subdivisi,
yaitu Psilopsida (paku purba), Lycopsida (paku kawat), Sphenopsida atau
Equisetopsida (paku ekor kuda), dan Pteropsida (paku sejati).

2.1.2 Ciri-ciri Tumbuhan Paku ( Pteridophyta )


Tumbuhan paku umunya sudah berupa tumbuhan kormus, artinya sudah
mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
Perkembangbiakanya dengan spora.
Daun paku yang muda memiliki ciri khas menggulung pada bagian
ujungnya.
Pada permukaan bawah daun yang dewasa sering dijumpai bintik-bintik
hitam yang disebut sorus.

Di dalam sorus terdapat banyak kotak spora (sporangium) yang dilindungi


oleh selaput yang disebut indusium.
Sel-sel penutup sporangium berdinding tebal dan membentuk cincin yang
disebut annulus.
Annulus akan mengerut dan sporangium akan pecah jika terjadi
kekeringan dan sporanya akan tersebar.
Daun penghasil spora disebut daun subur (fertile) dan sering pula disebut
sporofil.
Daun yang tidak menghasilkan spora disebut daun mandul (steril) dan
hanya berfungsi sebagai tempat fotosintesis, sering pula disebut treopofil.

2.1.3

Morfologi Tumbuhan Paku ( Pteridophyta )

Bentuk luar (morfologi) tumbuhan paku bermacam-macam, sesuai dengan


hasil evolusi adaptasinya. Penampilan luar paku ada yang berupa pohon (paku
pohon, biasanya tidak bercabang), semak, epifit, tumbuhan merambat, mengapung
di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rimpang yang menjalar
di tanah atau humus.
Batang tumbuhan paku umumnya tumbuh di bawah tanah. Akan tetapi ada
juga yang batangnya tumbuh di atas tanah, misalnya paku pohon. Tumbuhan paku
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Ikatan pembuluhnya berupa xylem dan
floem. Ikatan pembuluh terdapat pada akar, batang, dan daun. Di daun, ikatan
pembuluh tampak sebagai tulang-tulang daun. Perbedaan morfologi tumbuhan
paku berdasarkan klasifikasi tumbuhan paku dibagi dalam 4 Kelas (kelompok),
yaitu :

1. Kelas Psilophyta (Paku purba / telanjang)


Psilophyta merupakan tumbuhan paku sederhana dan hanya mempunyai
dua generasi. Jenis paku ini sebagian besar telah punah, Sporofil menghasilkan
satu jenis spora (homospora). Contoh yang sudah dikenal adalah Psilotum sp.
yang tersebar luas di daerah tropis dan subtropics.

Gambar 2.4 : Morfologi Psilotum sp. bagian-bagiannya.

Ciri-ciri :

Banyak dari jenis tumbuhan paku ini telah menjadi fosil.

Dua marga yang masih hidup adalah Psilotum dan Tmesipteris.

Kelas Psilotinae termasuk tumbuhan tumbuhan paku tingkat rendah.

Sporofit tumbuhan paku ini tidak mempunyai akar sejati, tetapi


mempunyai rhizome yang diselubungi rambut-rambut kecil yang disebut
rhizoid.

Pada generasi sporofit, Psilotum sp. mempunyai ranting dikotomdan tidak


memiliki akar dan daun.

Batang seringnya tidak berdaun sehingga disebut sebagai paku telanjang.

Batang telah mempunyai berkas pengangkut, bercabang


menggarpu dengan sporangium pada ujung cabang-cabangnya.

Sporangiumnya tunggal, terletak di ujung cabang atau ketiak daun.

cabang

2. Kelas Lycophyta
Dewasa ini hanya sedikit spesies Lycophyta yang masih bertahan hidup,
yaitu yang tergolong genus Lycopodium dan Selaginella. Pada umumnya, spesies
Lycopodium adalah tumbuhan tropis dan hidup sebagai epifit. Spesies lain
tumbuh di lantai hutan di daerah subtropics. Sporofit sudah memiliki akar, batang,
dan daun.

Gambar 2.5 : Morfologi Paku kawat (Lycopodium obscurum) dan strobilus pada
Lycopodium.

Gambar 2.6 : Morfologi Paku rane (Selaginella sp.), megasporangium dan


microsporangium beserta bagian-bagian strobilus pada Paku rane
(Selaginella sp.).

Tumbuhan paku ini berupa tumbuhan yantg menjalar di permukaan tanah.

Tumbuhan paku ini berdaun kecil, tersusun spiral, sporangium terkumpul


dalam strobilus dan muncul di ketiak daun, batang seperti kawat.

Memiliki batang kecil dengan percabangan menggarpu (dikotom).

Sporangium yang dihasilkan tunggal, terletak pada ketiak daun.

Daun yang fertile disebut sporofil, terdapat pada ujung cabang.

Kumpulan sporofil disebut strobilus, yaitu struktur penghasil spora yang


menyerupai kerucut.

Contoh tumbuhan paku ini adalah Lycopodium sp. (paku kawat) dan
Selaginella sp. (paku rane).

Perbedaan antara Genus Lycopodium dan Selaginella ada pada sporanya,


Lycopodium sp. termasuk paku homospora karena menghasilkan spora tunggal
yang akan berkembang menjadi gametofit biseksual yang yang memiliki organ
jantan maupun betina. Sedangkan, Selaginella sp. merupakan tanaman
heterospora, karena dapat menghasilkan dua jenis spora.

Gambar 2.7 : perbedaan strobilus pada Lycopodium sp. dan Selaginella sp.

3. Kelas Sphenophya
Sphenophyta sering disebut juga paku ekor kuda. Kebanyakan paku ekor
kuda hidup di tempat basah, seperti rawa. Contohnya adalah Equisetum sp.

Kelompok paku ini memiliki batang yang beruas, berbuku, dan berongga.

Daun kecil-kecil seperti sisik, terletak melingkar pada buku-buku.

Sporangiumnya melekat pada sporofil yang berbetuk perisai dan


bertangkai.

Sporofil tersusun menjadi strobilus yang letaknya di ujung percabangan.

Spora yang dihasilkan mempunyai bentuk yang sama, dilengkapi dengan 4


ekor (elatera).

Contoh tumbuhan paku kelas ini adalah equisetum (paku ekor kuda).

Generasi sporofit paku ekor kuda cukup mencolok. Peristiwa meiosis


terjadi dalam sporangium dan akan mnghasilkan spora haploid. Gametofit yang
berkembang dari spora berukuran sangat kecil, tetapi dapat melakukan fotosintesis
dan hidup sacara bebas. Sphenophyta bersifat homospora.

4. Kelas Pterophyta
Pterophyta banyak terdapat di hutan subtropics maupun di daerah tropis.
Paku pterophyta mempunyai daun-daun yang lebih besar dibandingkan divisi
lainnya.

Daunnya besar, pada waktu muda tergulung.

Kedudukan daunnya menyirip.

Spora dihasilkan dalam sporangium yang tersusun dalam sorus. Umumnya


terletak di permukaan bawah daun.

Contoh tumbuhan paku ini adalah Asplenium (Paku pandan ), Adiantum


cuneatum (suplir), Platycerium bifurcatum (paku menjangan), marsilea
(semanggi) dan salvinia (paku sampan).

2.1.4

Habitat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah.


Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti
lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, menempel atau merayap pada batang
pohon atau bebatuan, di dalam air kolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik,
serta sela-sela bangunan yang tidak terawat. Ketersediaan air yang mencukupi
pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap hidupnya
tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel
sperma menuju sel telur. Karena itulah, tumbuhan ini juga lebih banyak dijumpai
di kawasan pegunungan yang basah dan teduh.

2.1.5

Daur Hidup (Metagenesis) Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan (metagenesis),


yang terdiri dari dua tahap: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah
kita lihat merupakan bentuk fase sporofit (sporophyte, berarti "tumbuhan dengan
spora") karena menghasilkan spora. Bentuk generasi gametofit (gametophyte,
berarti

"tumbuhan

dengan gamet")

dinamakan

protalus

(prothallus)

atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran


berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki akar semu (rizoid)
sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun.
Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.
Protalium

menghasilkan anteridium (antheridium,

organ

kecil

penghasil

spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ


penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air
sebagai media spermatozoid berpindah dengan berenang menuju arkegonium.
Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh
menjadi sporofit baru.
Beberapa

kelompok

tumbuhan

paku

(seperti

Selaginellales

dan

Salviniales) memiliki perbedaan ukuran spora antara jantan (ukuran spora kecil,

disebut mikrospora) dan betina (ukuran spora besar, disebut megaspora). Gejala
ini disebut heterospori (tumbuhannya disebut heterospor). Kelompok dengan
ukuran spora sama disebut homospor.
Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur hidup seperti paku
heterospor tetapi telah berevolusi lebih jauh sehingga tahap gametofitnya tidak
dapat hidup mandiri dan harus disangga kehidupannya oleh sporofit. Spora yang
dihasilkan

langsung

tumbuh

menjadi serbuk

sari (jantan)

atau kantung

embrio (betina).

2.1.6

Manfaat Pteridophyta

Tumbuhan Paku memiliki manfaat atau peranan antara lain :

Tanaman hias , contoh : Adiantum cuneatum, Alsophila glauca, Adiantum


farleyense, Platyceriumbifurcatum, Asplenium nidus, sellaginella
wildenowii

Sayuran, contoh : Marsilea crenata

Pupuk hijau, contoh : Salvinia natans, Azolla pinnata, bersimbiosis


dengan Anabaena sp (alga biru) yang berperan dalam fiksasi nitrogen.

Obat-obatan, contoh : Dryyopteris filix-mas, Lycopodium clavatum

Bahan bangunan, contoh : Alsophila glauca

Alat pengosok / pembersih, , contoh : Equisetum debile

Anda mungkin juga menyukai