Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Jalan Perkotaan
Menurut MKJI 1997, segmen jalan perkotaan/semi perkotaan
mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang
seluruh atau hamper seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah
berupa perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat perkotaan
dengan penduduk lebih dari 100.000 orang digolongkan dalam kelompok
jalan perkotaan. Jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari
100.000 orang juga digolongkan dalam kelompok jalan perkotaan jika
mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.
Menurut Sukirman (1994), indikasi penting lebih lanjut tentang
daerah perkotaan atau semi perkotaan adalah karakteristik arus lalu lintas
puncak pada pagi dan sore hari, secara umum lebih tinggi dan terdapat
perubahan komposisi lalu lintas dengan persentase kendaraan pribadi dan
sepeda motor yang lebih tinggi dan persentase truk berat yang lebih
rendah dalam arus lalu lintas.
Ada beberapa tipe jalan untuk jalan perkotaan yang digunakan dalam
MKJI 1997, antara lain :
1. jalan dua-lajur-dua-arah tak terbagi (2/2 UD),
2. jalan empat-lajur dua-arah
a. tak terbagi, yaitu tanpa median (4/2 UD)
b. terbagi, yaitu dengan median (4/2 D),
3. jalan enam-lajur dua-arah terbagi (6/2 D)
4. jalan satu-arah (1-3/1).
2.1.2. Kapasitas Jalan
Menurut Sukirman (1994), indikasi penting lebih lanjut tentang daerah
perkotaan atau semi perkotaan adalah karakteristik arus lalu lintas puncak
pada pagi dan sore hari, secara umum lebih tinggi dan terdapat perubahan
komposisi lalu lintas dengan persentase kendaraan pribadi dan sepeda
motor yang lebih tinggi dan persentase truk berat yang lebih rendah dalam
arus lalu lintas.
Ada beberapa tipe jalan untuk jalan perkotaan yang digunakan dalam

Page | 3

MKJI 1997, antara lain :


Dimana : C = Co x FCw x FCsp x FCcs
C
: Kapasitas (smp/jam)
CO
: Kapasitas dasar (smp/jam)
Fcw : Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf : Faktor penyesuaian hambatansamping dan bahu jalan
Adapun nilai variabel-variabel yang termasuk dalam kapasitas, antara lain:
1. Faktor kapasitas dasar (Co) ditunjukkan dalam tabel 2.6 berikut
ini :
Tabel 1. Kapasitas Dasar jalan Antar Kota
Tipe jalan/
Tipe Alinyemen
4 lajur terbagi
Datar
Berbukit
Pegunungan

Kapasitas Dasar

Keterangan

(smp/jam)
1900
1850

Per lajur

1800

4 lajur tak terbagi


Datar

1700

Berbukit

1650

Pegunungan

1600

Per lajur

2 lajur tak terbagi


Datar

3100

Berbukit

3000

Pegunungan

2900

Total 2 arah

Sumber: MKJI (1997)


2. Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisah arah (FCSP)
tercantum pada tabel 2.7 berikut ini :
Tabel 2. Penyesuaian Kapasitas akibat pemisah Arah
Pemisah arah SP %-% 50 - 50 55 - 45 60 - 40 65 - 35 70 30
Dua lajur (2/2)
1,00
0,97
0,94
0,91
0,88
Empat lajur (4/2)
1,00
0,975
0,95
0,925
0,90
Sumber : MKJI (1997)
3. Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas (FCw)
ditunjukkan dalam tabel 2.8 dibawah ini :

Page | 4

Tabel 3.Penyesuaian Kapasitas akibat Pengaruh Lebar Jalur Lalu


Lintas
Tipe Jalan
Empat lajur Terbagi
Enam lajur Terbagi

Empat lajur Tak Terbagi

Dua lajur Tak Terbagi

Lebar Efektif Jalan


Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75
Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75
Total kedua arah
5
6
7
8
9
10
11

FCw
0,91
0,96
1,00
1,03
0,91
0,96
1,00
1,03
0,69
0,91
1,00
1,08
1,15
1,21
1,27

Sumber : MKJI (1997)


4. Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCSF)
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan
Samping

Tipe jalan

Kelas
hambatan
jalan
VL
L
4/2 D
M
H
VH
VL
L
2/2 UD
M
4/2 UD
H
VH
Sumber : MKJI (1997)

Faktor penyesuaian akibat hambatan samping


(FCSF)
Lebar bahu efektif (Ws)
0,5
1,0
1,5
2,0
0,99
1,00
1,01
1,03
0,96
0,97
0,99
1,01
0,93
0,95
0,96
0,99
0,90
0,92
0,95
0,97
0,88
0,90
0,93
0,96
0,97
0,99
1,00
1,02
0,93
0,95
0,97
1,00
0,88
0,91
0,94
0,98
0,84
0,87
0,91
0,95
0,80
0,83
0,88
0,93

2.1.3. Kinerja Ruas Jalan

Page | 5

Kinerja ruas jalan digunakan untuk mengevaluasi permasalahanm


lalu lintas pada suatu jalan. Kinerja jalan digambarkan berdasarkan
kondisi kestabilan jala, waktu tempuh bagi kendaraan untuk melewati
segmen jalan tersebut, tingkat kejenuhan lalu lintas pada segmen jalan
dan kecepatan bebas setiap kendaraan dalam melalui segmen.
Beberapa kinerja ruas jalan diterangkan sebagai berikut:

1. Nisbah Volume dan Kapasitas


Tabel 5. Nilai NVK
NVK

Keterangan

< 0,8

Kondisi stabil

0,8 1,0

Kondisi tidak stabil

> 1,0
Kondisi kritis
Sumber: Tamin & Nahdalina (1998)
2. Kecepatan Perjalanan Rata-rata
3. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan merupakan indikator yang mencakup gabungan
dua parameter yaitu tingkat kejenuhan dan kecepatan arus bebas.
Derajat Kejenuhan
Dimana ;
DS
=
Derajat
DS = Q/C

Kejenuhan
Q

= Volume Lalu

Lintas

C = Kapasitas
Kecepatan Arus Bebas
Besarnya kecepatan arus bebas dapat diperhitungkan
dengan rumus sebagai berikut:
Dimana; FV = (FvO + FVW) x FFVSF x FFVRC
FV
= Kecepatan arus bebas (km/jam)
FvO
= Kecepatan arus bebas dasar (km/jam)
FVW
= Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu
lintas
FFVSF

= Faktor penyesuaian akibat hambatan

samping
FFVRC

= Faktor penyesuaian akibat tata guna lahan

Page | 6

Berdasarkan parameter tersebut tingkat pelayanan jalan dapat


diketahui kategori pelayanan segmen jalan itu. Secara umum tingkat
pelayanan dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Indeks Tingkat Pelayanan A
b. Indeks Tingkat Pelayanan B
c. Indeks Tingkat Pelayanan C
d. Indeks Tingkat Pelayanan D
e. Indeks Tingkat Pelayanan E
f. Indeks Tingkat Pelayanan F
Pada tabel berikut ini akan ditunjukkan kategori tingkat pelayanan ruas
jalan.

Tabel 6. Indeks Pelayanan Berdasarkan Kecepatan Rata-rata


Kelas Arteri

II

III

Kecepatan (km/jam)

72 - 56

56 - 48

56 - 40

ITP

Kecepatan perjalanan rata-rata (km/jam)

56

48

40

45

38

31

35

29

21

28

23

15

21

16

11

< 16

< 11

F
< 21
Sumber: Tamin & Nahdalina (1998)

Page | 7

Tabel 7. Indeks Pelayanan Berdasarkan Kecepatan arus Bebas


Dan Tingkat kejenuhan Lalu Lintas
Tingkat pelayanan

% dari kecepatan bebas

Tingkat kejenuhan

90

0,35

70

0,54

50

0,77

40

0,93

33

1,0

F
< 33
Sumber: Tamin & Nahdalina (1998)

< 1,0

Page | 8

Anda mungkin juga menyukai