Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha ESA atas kehadiratnya untuk melancarkan pembuatan
makalah bahasa Indonesia ini. Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu
materi tugas kegiatan yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi semester IV dalam
melaksanakan studi pada mata kuliah bahasa Indonesia. Adapun judul yang penyusun buat
didalam makalah ini adalah mengenai Kaedah-kaedah dasar Bahasa Indonesia dan Ragam
Penggunaannya

DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................

1. PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1. Latar Belakang .............................................................................................

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................

1.3. Tujuan Masalah.............................................................................................

1.4. Manfaat Penulisan........................................................................................

BAB II .......................................................................................................................

2. PEMBAHASAN KAIDAH-KAIDAH BAHASA INDONESIA..................

2.1. Kaidah Bahasa..............................................................................................

2.2. Ciri-ciri umum Dan kaidah-kaidah pokok....................................................

2.3. Ragam Penggunaan Bahasa Indonesia.........................................................

2.4. Bahasa Indonesia Standar Dan Baku............................................................

10

BAB III......................................................................................................................

14

3. PENUTUP......................................................................................................

14

3.1. Kesimpulan...................................................................................................

14

3.2. Saran.............................................................................................................

14

Daftar Pustaka ...........................................................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi.
Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya.
Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok
pembicaraan, dan sarana.
Dalam berbahasa Indonesia, tingkat kesadaran akan kaidah-kaidah kebahasaan secara jelas
tergambarkan melalui perilaku berbahasa kita, baik ketika kita menggunakan bahasa Indonesia
dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Tata bahasa baku bahasa Indonesia pada
dasarnya merupakan sebuah tolak ukur yang harus disadari dan sekaligus dipatuhi oleh para
pemakai bahasa Indonesia agar perilaku berbahasa mereka tetap memperlihatkan ciri kerapian
dan kecermatan. Kerapian dan kecermatan berbahasa ini hanya mungkin apabila bahasa
Indonesia itu sendiri sebagai alat komunikasi memang telah siap untuk digunakan secara rapi dan
cermat.
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia agar bahasa persatuan dan
bahasa negara milik bangsa Indonesia itu tetap mantap dapat digunakan sebagai alat komunikasi
yang efektif dan efisien. Pertama, kaidah-kaidah kebahasaannya harus mantap. Kedua,
perbendaharaan kata dan peristilahannya harus kaya dan lengkap. Apabila kedua macam
persyaratan itu terpenuhi, bahasa Indonesia telah siap untuk digunakan secara rapi dan cermat
untuk berbagai keperluan komunikasi, termasuk dalam konteks upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kaidah Dasar Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana ragam penggunaan bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah


1.

Mengetahui kaidah-kaidah bahasa Indonesia

2.

Memaksimalkan kaidah bahasa Indonesia

3.

Mengetahui cara berbahasa yang baik dan benar

4.

Mengetahui ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah dasar bahasa Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui kaidah-kaidah
dasar / pokok bahasa indonesia, cara berbahasa indonesia yang baik dan benar, dan juga
mengetahui ciri-ciri umum kaidah-kaidah dasar bahasa indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
KAIDAH-KAIDAH DASAR BAHASA INDONESIA

2.1 Kaidah Bahasa


Kaidah merupakan patokan atau ukuran sebagai pedoman bagi manusia dalam bertindak.
Kaidah juga dapat dikatakan sebagai aturan yang mengatur prilaku manusia dan prilaku
kehidupan bermasyarakat (https://id.wikipedia.org/wiki/Kaidah). Bahasa menurut KBBI (2008 :
116), yaitu sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota satu masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
Peranan bahasa yang utama ialah sebagai penyampai maksud dan pengungkap perasaan
seseorang kepada orang lain. Ditinjau dari sudut ini, maka dapat dikatakan bahwa benarlah sudah
bahasa seseorang bila dia sudah mampu mengemban amanat tersebut. Namun, mengingat bahwa
situasi kebahasaan itu bermacam-macam, maka tidak selamanya bahasa yang benar itu baik, atau
sebaliknya bahasa yang baik itu benar.
Ada beberapa hal yang perlu kita cermati. Pertama, tampaknya pengertian bahasa yang
baik dan benar itu belum dipahami oleh sebagian orang. Kedua, ada anggapan bahwa di mana
dan kapan saja berada, kita harus berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kepatuhan setiap warga negara pada ketetapan yang digariskan oleh Pusat Bahasa seperti antara
lain pembakuan kosa kata, dapat dipandang sebagai partisipasi aktif yang positif dalam membina
terwujudnya bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa Indonesia
yang sesuai situasinya dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Berdasar asumsi ini, ada dua
syarat utama yang harus dipenuhi pemakai bahasa Indonesia agar pemakaian bahasa Indonesianya baik dan benar. Syarat tersebut adalah memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan
memahami benar situasi kebahasaan yang dihadapi. Seseorang yang menggunakan bahasa baku
dalam situasi resmi dan menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi adalah orang
yang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena sesuai dengan fungsi
dan situasinya.
2.2 Ciri-ciri umum Dan kaidah-kaidah pokok
Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M
(hukum Diterangkan Menerangkan), yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang
menerangkan (M). Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar
rias merupakan contoh hukum D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap dari

bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda
Hotel, Bali Plaza, International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta Shopping Center yang tidak
sesuai dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit
Internasional, Piala Marah Halim, dan Pusat Perbelanjaan Jakarta.
Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukkan jamak. Artinya,
bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini
pulalah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa sing lainnya, misalnya bahasa
Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain. Untuk menyatakan jamak, antara
lain, mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua, sebagian, beberapa, dan kata bilangan
dua, tiga, empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa, semua
persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman, tiga pohon, empat mobil.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang demokratis. Ia tidak mengenal tingkatan dalam
pemakain. Tidak mengenal perubahan bentuk kata kerja sehubungan dengan perubahan orang
atau subyek yang melakukan pekerjaan tersebut. Berbeda halnya dengan adat bahasa-bahasa
daerah. Dalam bahasa Jawa misalnya, tingkatan bahasa itu ada. Hal tersebut harus dipahami
benar oleh setiap pemakai bahasa itu apabila menginginkan bahasanya dikatakan baik atau
sopan. Bahasa daerah (seperti: Jawa, sunda, dan Aceh,) mengenal kata-kata yang sopan dan tidak
sopan. Pemakai bahasa Aceh yang baik selalu menggunakan kata yang dianggap sopan tersebut
kepada lawan berbicaranya yang lebih tua atau lebih tinggi derajat atau pangkatnya.

2.3 Ragam Penggunaan Bahasa Indonesia


2.3.1

Berdasarkan Bidang atau Tema yang sedang Dikomunikasikan :

Ragam Bahasa Sastra


Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif.
Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra.

Ciri-ciri ragam bahasa sastra :


a. Menggunakan kalimat yang tidak efektif
b. Menggunakan kata-kata yang tidak baku
c. Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi

Ragam bahasa ilmiah


Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:
a. Bahasa Indonesia ragam baku,
b. pengunaan kalimat efektif;
c. menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;

d. pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan
istilah yang bermakna rias;
e. menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
f. adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antarparagraf.
Ragam Bahasa Iklan
Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan.
Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.
Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer,
ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang
kedokteran.
2.3.2

Ragam Menurut medianya :


Ragam Bahasa Lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu
sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam lisan yang antara lain meliputi:
a. Ragam bahasa cakapan adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara
menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau
apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
b. Ragam bahasa pidato adalah ragam bahasa yang digunakan saat membacakan pidato
dimuka umum.Biasanya pidato berisi penegasan kalimat untuk bias diterima si
pendengar.
c. Ragam bahasa kuliah adalah ragam bahasa yang digunakan pada saat kuliah yaitu pada
saat pembelajaran antar mahasiswa dan dosennya.
d. Ragam bahasa panggung adalah ragam bahasa yang digunakan seseorang saat dpanggung
ketika mengsi acara hiburan lain agar bias diterima penonton.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a. Memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
Kelebihan ragam bahasa lisan :
Dapat disesuaikan dengan situasi.
Faktor efisiensi.
Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak
anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik
dan gerak-gerak pembicara.
d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang
dibicarakannya.

a.
b.
c.

e. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa
yang dituturkan oleh penutur.
f. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi
audit, visual dan kognitif.
Kelemahan ragam bahasa lisan :
a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana.
b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
Ragam Bahasa Tulis
Adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu
sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam
ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.

Ragam tulis yang antara lain meliputi:

a. Ragam bahasa teknis adalah ragam bahasa yang dilakukan mengenai teknis atau cara
penulisan yang dicontohkan misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
b. Ragam bahasa undang-undang adalah ragam bahasa yang mnggunakan komunikasi yang
resmi.
c. Ragam bahasa catatan adalah ragam bahasa yang singkat yang diperuntukkan untuk
pengingat sesuatu.
d. Ragam bahasa surat adalah ragam bahsa yang dituliskan pada sehelai kertas yang
biasanya diberitahukan mengenai kabar atau sejenisnya yang berfungsi untuk
memberikan informasi.

a.
b.
c.
d.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :


Tidak memerlukan kehaduran orang lain.
Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
Tidak terikat ruang dan waktu
Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kelebihan ragam bahasa tulis :


a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan.
b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana memperkaya kosakata.

d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau


mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu
dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
2.3.3

Berdasarkan Situasi

1. Ragam Bahasa Resmi


Situasi resmi, yakni situasi kebahsaan yang berkaitan dengan masalah-masalah kedinasan
atau keilmuan. Memberi ceramah, mengajar, surat menyurat resmi, dan laporan resmi adalah
beberapa contoh diantaranya. Pada situasi seperti ini, peranan bahasa tidak semata-mata sebagai
alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan atau ide. Untuk
mendukungnya diperlukan bahasa standar atau baku.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
i.
Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
ii.
menggunakan imbuhan secara lengkap;
iii.
menggunakan kata ganti resmi;
iv. menggunakan kata baku;
v. menggunakan EYD;
vi.
menghindari unsur kedaerahan.
2. Ragam Bahasa Tidak Resmi
Situasi tidak resmi atau situasi santai, yakni pemakaian bahasa dalam pergaulan seharihari dengan masalah-masalah pokok yang bersifat keseharian. Obrolan di warung, tawarmenawar barang di pasar, dan bertegur sapa di jalan adalah beberapa contoh di antara sekian
banyak situasi kebahasaan yang tidak resmi itu. Pada situasi seperti itu, peranan bahasa sematamata hanya sebagai alat komunikasi. Asal lawan berbicara dapat memahaminya memadailah
sudah bahasa tersebut. Dengan demikian, pelanggaran terhadap kaidah-kaidah tata bahasa bukan
hal yang tercela benar, asal pelanggaran tersebut tidak mengubah maksud atau menimbulkan
kesalahpahaman. Bahkan, menyelipkan kata-kata bahasa daerah atau asing pun bukan hal yang
tidak mungkin.
Ragam Bahasa Akrab
Penggunaan kalimat-kalimat pendek merupakan ciri ragam bahasa akrab. Kalimatkalimat pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal seperti anggukan
kepala, gerakan kaki dan tangan atau ekspresi wajah.
Ragam Bahasa konsultasi

Ketika kita mengunjunggi seorang dokter, ragam bahasa yang kita gunakan adalah ragam
bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi alih kode. Bukan bahasa resmi yang
digunakan, melainkan bahasa santai. Itulah ragam bahasa konsultasi.
2.4 Bahasa Indonesia Standar dan Baku
Kata baku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidahkaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Ragam kata baku memiliki sifat
kemantapan dinamis, artinya mempunyai aturan dan kaidah dalam standar bahasa. Kata baku
biasanya digunakan dalam situasi resmi, seperti acara seminar, pidato, temu karya ilmiah, dll.
Kaidah-kaidah standar yang dimaksud dapat berupa Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (EYD), kamus umum, dan tata bahasa baku. Dalam hal ini kamus bahasa Indonesia
dapat
dijadikan
rujukan
untuk
mengetahui
bahasa
baku.
Kemunculan istilah kata baku atau kata standar dapat ditelusuri dari sejarah perkembangan
bahasa yang menunjukkan bahwa ragam orang yang berpendidikan memperoleh gengsi dan
wibawa yang tinggi. Ragam itulah kemudian dijadikan tolak ukur bagi pemakaian bahasa
yang benar.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:
(1) Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif
bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya:
kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / ketrampilan
(2) Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi
bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan baik.
(3) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya
penipu.
(4) Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

10

Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
(5) Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan
secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.
(6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.
Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
(7) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
Saya Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
(8) Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia terima.
(9) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
saudaranya
dikomentari
mengotori
harganya
(10) Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia
baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
11

Kepala Kantor pergi keluar negeri.


Rumah orang itu bagus.
(11) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan
tetap sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I.
Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
(12) Kosakata sebagai bahagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan
secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan,
pergi, tidak begini, begitu, silakan.
(13) Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik
kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
(14)
Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan
Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 64).

Secara umum, fungsi kata baku dalam bahasa adalah sebagai berikut:

Pemersatu, pemakaian kata baku dalam bahasa dapat mempersatukan sekelompok orang
menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.

Pemberi kekhasan, pembakuan kata dalam bahasa dapat menjadi pembeda dengan
masyarakat pemakai bahasa lainnya.

Pembawa kewibawaan, kata baku yang diterapkan dalam bahasa dapat memperlihatkan
kewibawaan pemakainya.

Kerangka acuan, kata-kata baku menjadi patokan bagi benar tidaknya pemakaian bahasa
seseorang atau sekelompok orang.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada makalah kaidah bahasa indonesia ini, terdapat 2 hal patut di garis bawahi, yaitu
pertama, pengertian bahasa yang baik dan benar itu belum dipahami oleh sebagian orang dan
yang kedua, pernyataan bahwadi mana dan kapan saja berada, kita harus berbicara
dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selain itu, penulisan komoditas kita lupakan, kita tinggalkan karena salah, tidak bertaat pada
kaidah EYD yang wajib kita junjung tinggi dalam penegakan hukum di segala bidang kehidupan
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

13

Menurut pakar bahasa, pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar adalah suatu keharusan, tetapi di pihak lain, masyarakat masih terbiasa berbahasa
dengan mengabaikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, sebegai generasi
penerus alangkah baiknya jika kesalahan itu tidak kita biarkan berlarut-larut.
Pada zaman Orde Baru, kita sebagai pengguna bahasa Indonesia begitu patuh dengan prinsip
gunakan Indonesia dengan baik dan benar. Benar dan baik di sini didasarkan pada ukuran
kebahasaan para penguasa pada waktu itu di mana mereka nyaris menjadi satu-satunya pihak
yang menguasai ranah publik kebahasaan. Dalam kurun waktu tiga puluh lima tahun
berkuasanya Orde Baru, masyarakat dicekoki kosa kata para pejabat yang bercerita tentang
keberhasilan pembangunan yang serba verbalistik-formalistik.
Beberapa tahun belakangan, bahasa sekarang betul-betul menjadi ranah publik di mana tak
seorang pun dan tak sekelompok pun bisa mengklaim cara berbahasa mereka lebih baik dan lebih
benar dari yang lain. Perkembangan ini jelas positif karena memang bahasa adalah milik segenap
lapisan masyarakat yang pada akhirnya memiki gaya bahasanya masing-masing. Selain itu,
muncur perkembangan yang paling menarik adalah munculnya sekelompok orang yang
menginginkan bahasa Indonesia dapat berfungsi lebih maksimal yang membuat bahasa tidak
hanya memiliki fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, melainkan penggunaaan tata bahasa
yang sudah ada dimaksimalkan untuk mendapatkan kata-kata baru simpel namun lebih efektif.
3.2 SARAN
Adapun saran penyusun adalah sebaiknya kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia
harus selalu memulai menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut Ejaan Yang
Disempurnakan di segala aspek. Kita boleh menggunakan bahasa gaul yang dinilai sebelah mata
oleh para bahasawan, tetapi tentu saja, Bahasa resmi kita adalah Bahasa Indonesia, jadi kita
harus tau benar bagaimana Bahasa yang baik dan benar itu dengan terus mempelajarinya dan
menerapkannya di segala aspek kehidupan.
Dan hal ini tentu saja harus dimulai dari diri sendiri, untuk membiasakan diri menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar agar kelak kita sebagai generasi penerus dapat terbiasa
menggunakan Ejaan yang benar dan tidak tergerus arus globalisasi bahasa. Jadi, marilah kita
tumbuh kembangkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

14

DAFTAR PUSTAKA

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kaidah)
Kamus Besar Bahasa Indonesia
https://wendisaja.wordpress.com/2014/02/18/kaidah-dasar-bahasa-indonesia/
http://usupress.usu.ac.id/files/Bahasa%20Indonesia%20Baku_Normal_bab1.pdf
http://anaksastra.blogspot.co.id/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-baku-dalam.html

15

PPT, KAIDAH DASAR BI, Winci H, M.Hum (INI DIEDIT YAH GA NGERTI NULISNYA
GIMANA)

16

Anda mungkin juga menyukai