Anda di halaman 1dari 30

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA PRIA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.

FARIDA
DIAH FITRIANI
WIDIA SUKMAWATI
BAIQ NURLAELA S
VIA ELISA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2015

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem Reproduksi di Program Studi S1
Ilmu Keperawatan STIKES YARSI MATARAM.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis
dalam penyusunan makalah ini baik dari segi moril dan materil. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Mataram,

Maret 2016

Penulis

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................

1
2
2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

2.1 Anatomi Reproduksi Pria...............................................................


2.1.1 Pengertian Sistem Reproduksi Pria ...................................
2.1.2 Organ Reproduksi Luar (Esternal) ....................................
2.1.3 Organ Reproduksi Dalam (Internal) ..................................
2.1.4 Saluran Reproduksi atau Sistem Duktus
2.1.5 Kelenjar Kelamin Pria atau Struktur Aksesori
2.1.6 Gangguan pada Organ Reproduksi Pria.............................
2.2 Fisiologi Reproduksi Pria .............................................................
2.2.1 Spermatogenesis ................................................................
2.2.2 Sperma ..............................................................................
2.2.3 Langka-langkah Spermatogenesis .....................................
2.2.4 Tindakan Seksual Pria .......................................................
2.2.5 Stadium-stadium Tindakan Seksual Pria ...........................

4
4
5

14
14
16
20
26
29

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................

31

3.1 Kesimpulan.....................................................................................

31

3.2 Saran...............................................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikannya agar tidak punah, pada manausia untuk mengahasilkan

2
keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi sehingga dengan
demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau
seksual. Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, maka harus
mengetahui terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses
yang berlangsung di dalamnya, sistem reproduksi pada manusia akan mulai
berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil
balik. Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin
jantan (sperma) dan hormon testosterone, hormon testosteron berfungsi
mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di
antaranya suara berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat
tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang,
jakun membesar.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal
(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual
dan meskipun siklus reproduksi seorang manusia berhenti, manusia tersebut
masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan
vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai
menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru
dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau
dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon
yang dihasilkan dalam tubuh manusia. Reproduksi juga merupakan bagian
dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu
generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital
artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi
bila makhluk htidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi
makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan
keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Sekualitas adalah suuatu kekuatan dan dorongan hidup ada diantara manusia
laki-laki dan perempuan dimana kedua makhluk ini merupakan suatu sistem
yang memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung-menyambung
sehingga eksistensi manusia itu tidak punah. Banyak peristiwa bahagia dan

3
hidup gairah oleh adanya seks, tetapi tidak sedikit pula adanya peristiwa sedih,
malapetaka dan kehancuran disebabkan oleh seks pula.
Begitu pentingnya masalah seksualitas dalam kehidupan manusia sehingga
ada pendapat ahli yang ekstrim menyatakan bahwa semua tingkah laku
manusia pada hakikatnya dimotifasi dan didorong oleh seks. Maka tidaklah
mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa
kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya
gangguan pola perkembangan kehidupan psikoseksualnya. Oleh sebab itu,
sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa dan bagaimana itu seks
dalam sistem reproduksi manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem reproduksi pria?
2. Bagaimana organ luar reproduksi pria?
3. Bagaimana organ reproduksi dalam pria?
4. Bagaimana system duktus pria?
5. Bagaimana struktur aksesori pria?
6. Bagaimana terjadinya spermatogenesis?
7. Bagaimana pembentukan sperma?
8. Bagaimana langkah-langkah spermatogenesis?
9. Bagaimana tindakan seksual pria?
10. Bagaimana stadium-stadium tindakan seksual pria?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai bagaimana
anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada pria.
b. Memperoleh informasi atau gambaran dari pembahasan tentang
reproduksi pria.
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi pada system
reproduksi pria
b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa tentang
reproduksi pria.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Reproduksi Pria


2.1.1

Pengertian Sistem Reproduksi Pria


Sistem reproduksi pria terdiri atas genitalia eksternal (penis dan skrotum)
dan genitalia internal (testis dan sistem duktus ekskresi) dengan struktur
aksesorinya. Fungsi utama system reproduksi pria adalah menyalurkan
sperma dari orga reproduksi pria ke organ reproduksi wanita (Sharon J.
Reeder, 2011).
Fungsi (spesifik) organ reproduksi pria (Sharon J. Reeder, 2011):
a. Fungsi utama organ reproduksi penis adalah menempatkan sperma
dalam

vagina

wanita

selama

hubungan

seksual

untuk

fertilisasi/pembuahan ovum (Penis juga berfungsi sebagai saluran


keluar urin melalui uretra, sangat penting untuk fungsi perkemihan
pria.
b. Skrotum melindungi dan menjaga testis dan sperma dengan
mempertahankan suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh normal
(sehingga memungkinkan spermatogenesis). Karena skrotum
sensitif terhadap nyeri, tekanan, dan dingin, dan akan mengalami
retraksi, mendekati tubuh ketika ada kondisi tersebut, skrotum juga
melindumgi testis dari kemungkinan cedera fisik.
c. Testis menyekresi testosteron dan melaksanakan spermatogenesisproduksi dan pelepasan protozoa.

d. Testosteron

sangat

spermatogenesis;

juga

penting

untuk

membentuk

5
mempertahankan
membentuk

dan

mempertahankan karakteristik seks sekunder pria dan berkontribusi


terhadap pertumbuhan tubuh dan perkembangan secara umum.
e. Vesikula seminalis menyekresi cairan yang membantu pergerakan
sperma.
f. Cairan yang diproduksi oleh kelenjar prostat melindungi sperma
dari lingkungan asam pada vagina dan uretra.
g. Kelenjar bulbouretra (Cowper) menyekresi suatu zat yang
melumasi ujung penis untuk membantu penetrasi ke dalam vagina
dan membantu menetralkan lingkungan asam pada vagina.

2.1.2

Organ Reproduksi Luar (Genitalia Eksternal)

1. Penis
Penis terletak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung penis
disebut glan penis. Bagian tengahnya disebut korpus penis dan pangkalnya
disebut radiks penis. Glan penis tertutup oleh kulit korpus penis, kulit
penutup ini disebut prepusium. Penis (zakar) terdiri atas jaringan seperti
busa dan terletak memanjang, tempat muara uretra dari glan penis adalah
frenulum atau kulup.

7
Penis merupakan alat yang mempunyai jaringan erektil yang satu
sama lainnya dilapisi jaringan fibrosa ringan, erektil ini terdiri dari ronggarongga seperti karet busa. Dengan adanya rangsangan seksual, karet busa
ini akan dipenuhi darah sebagai vasoperasi. Berdasarkan ini terjadilah
ereksi penis, ereksi penis dipengaruhi oleh otot:
a. Muskulus iskia kavernosus, muskuluserektor penis, otot-otot ini
menyebabkan

erektil

(ketegangan)

pada

waktu

koitus

(persetubuhan).
b. Muskulus bulbo kavernosus, untuk mengeluarkan urin. Penis
mempunyai tiga buah korpus kavernosa (alat pengeras zakar) yaitu
dua buah korpus kavernosus uretra, terletak di sebelah punggung
atas dari penis. Satu korpus kavernosus uretra, terletak di sebelah
bawah dari penis yang merupakan saluran kemih.
Korpus kavernosus penis terdiri dari jaringan yang mengandung
banyak sekali pembuluh darah. Pada waktu akan mengadakan
hubungan kelamin (koitus), maka penis akan menjadi besar dank
eras oleh karena korpus tersebut. Korpus tersebut banyak
mengandung darah, dengan jalan demikian maka spermatozoid
dapat dihantarkan sampai pintu vagina (Syaifuddin, 2006).

2. Skrotum (kantung pelir)


Merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah
sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Antara skrotum kanan
dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakkan skrotum
sehingga dapat mengerut dan mengendur. Dalam skrotum juga terdapat
serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang
disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu
lingkungan testis agar kondiisinya stabil. Proses pembentukan sperma
(spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa lebih
rendah daripada suhu tubuh. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis
yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai
system pengontrol suhu untuk testis agar sperma terbentuk secara normal,
testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau
mengencang sehingga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan
suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya
menjadi lebih hangat), (Wulanda, A.F, 2011).

10

2.1.3 Organ Reproduksi Dalam (Genitalia Internal)


1. Testis
Testis merupakan organ kelamin laki-laki tempat spermatozoa dan
hormone laki-laki dibentuk. Testosteron dihasilkan oleh testis, berkembang
di dalam abdomen sewaktu janin, dan turun melalui saluran inguinal kiri
dan kanan masuk ke dalam skrotum menjelang akhir kehamilan.
Kelenjar testis, bentuknya seperti telur, banyaknya 2 buah
menghasilkan sel mani atau sperma. Testis terletak menggantung pada
urat-urat spermatik di dalam skrotum. Sepasang kelenjar yang masingmasing sebesar telur ayam tersimpan di dalam skrotum masing-masing di
tunika albugenia testis. Di belakang testis, selaput ini agak menebal
sehingga membentuk suatu bagian yang disebut mediastinum testis.
Testis terdiri dari belahan-belahan yang bernama lobulus testis.
Testis juga menghasilkan hormone testosteron dan bekerja sebagai
kelenjar endokrin. Hormone testosteron ini berfungsi untuk menentukan

11
sifat-sifat kejantanan. Contoh: timbulnya jenggot dan jakun, suara yang
membesar, serta bentuk badan yang besar dan kuat (Syaifuddin, 2006).

Fungsi testis (Syaifuddin,2006):


1) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di
tubulus seminiferus.
2) Menghasilkan hormone testosteron, dilakukan oleh sel interstisial.
Dikirim melalui saluran yang terdapat di belakang buah
pelir dan melewati sebelah dalam. Di sebelah belakang saluran ini
terdapat duktusdeferens. Kelenjar testis menghasilkan hormone
FSH dan LH. Di samping itu testis dapat menhasilkan hormone
testosterone. Hormone testosterone ini disekresi oleh testis,
sebagian besar berkaitan dengan protein plasma. Beredar dalam
darah 15-30 menit, kemudian disekresi.
Testosterone dihasilkan pada anak usia 11-14 tahun.
Pembentukan ini meningkat dengan cepat pada permulaan pubertas
dan berlangsung hampir sepanjang kehidupan. Berkurangnya
kecepatan produksi setelah umur 40 tahun. Pada umur 80 tahun
menghasilkan testosteron lebih kurang 75 dari nilai puncak.
Testosterone meningkat kecepatan sekresinya oleh beberapa
kelenjar utama pada kelenjar sebasea. Pada wajah menimbulkan
jerawat, gambaran yang paling sering pada pubertas.
2. Tubulus seminiferus (Wulanda, A.F, 2011)

12
Pada bagian dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut
saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus). Dinding dalam saluran
terdiri atas jaringan epitel dan jaringan ikat. Pada jaringan epithelium
terdapat:
Sel

di

dinding

tubulus Fungsi

seminiferus
Sel induk sperma

Calon sperma

Sel sertoli

Memberi makan sperma

Sel Leydig

Menghasilkan hormon testosteron

2.1.4 Saluran Reproduksi (Saluran Pengeluaran) atau Sistem Duktus


(Wulanda, A.F, 2011)
Saluran reproduksi adalah tempat sperma keluar atau jalan berupa lubang kecil
yang menghubungkan organ dalam. Saluran pengeluaran pada organ reproduksi
dalam pria terdiri atas epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, dan uretra.
1. Epididimis
Berupa saluran panjang berkelok yang keluar dari testis. Epididimis
berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai matang dang
bergerak menuju vas deferens. Epididimis terletak di atas testis dan
merupakan saluran sepanjang enam meter. Epididimis mengumpulkan
sperma dari testis dan menyediakan ruang, serta lingkungan untuk proses
pematangan sperma.
2. Vas deferens
Berupa saluran panjang dan lurus mengangkut sperma ke vesika seminalis.
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran
lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas
deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannnya terdapat di
dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat
jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani

13
(vesikula seminalis). Vas deferens merupakan saluran yang membawa
sperma dari epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat
lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur
lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas
deferens dan memebentuk korda spermatika.
3. Saluran ejakulasi
Merupakan saluran yang pendek dan menghubungkan vesikula seminalis
dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar
masuk ke dalam uretra. Ejakulasi terjadi pada saat mencapai klimaks, yaitu
ketika gesekan pada glans penis dan rangsangan lainnya mengirimkan
sinyal ke otak dan korda spinalis. Saraf merangsang kontraksi otot di
sepanjang saluran epididimis dan vas deverens, vesikula seminalis dan
prostat. Kontraksi ini mendorong semen ke dalam uretra. Selanjutnya
kontraksi otot di sekeliling uretra akan mendorong semen keluar dari
penis. Leher kandung kemih juga berkontraksi agar semen tidak mengalir
kembali ke dalam kandung kemih. Setelah terjadi ejakulasi (atau setelah
rangsangan berhenti), arteri mengencang dan vena mengendur. Akibatnya
aliran darah yang masuk ke arteri berkurang dan aliran darah yang keluar
dari vena bertambah, sehingga penis menjadi lunak.
4. Uretra
Merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan terdapat di
penis.

14

2.1.5 Kelenjar Kelamin Pria (Struktur Aksesori), (Wulanda, A.F, 2011)


1. Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis berjumlah sepasang, terletak di bawah dan atas
kandung kemih. Kelenjar ini merupakan tempat untuk menampung sperma
sehingga disebut kantung semen, menghasilkan getah yang berwarna
kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Getah
yang dihasilkan berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
reproduksi wanita.
2.Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di
bagian bawah kandung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang
mengandung kolesterol, garam, dan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma.
3. Kelenjar Cowper (Kelenjar Bulbouretra)
Merupakan kelenjar yang salurannya langsung menunju uretra.
Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).

15

2.1.6 Gangguan pada Organ Reproduksi Pria


Organ reproduksi ini juga adakalanyq mengalami gangguan biologianatomis.

Kelainan

ini

seharusnya

diketahui

sedini

mungkin

agar

memungkinkan tindakan operasi atau korektif untuk meminimalisasi efek


negatifnya. Jenis gangguan biologis dan anatomis yang sering dijumpai adalah
sebagai berikut (Wulanda, A.F, 2011).
1. Cryptorchidism: testis hanya satu atau tidak ada di dalam skrotumnya.
2. Hipospadia: lubang keluar sperma/urin pada laki-laki di sebelah bawah,
biasanya ketika buang air kecil alirannya tidak deras.
3. Pseudohermaphrodite: bentuk alat kelamin ganda laki-laki dan perempuan,
tetapi

tidak

sempurna;

vagina

tidak

sempurna

lubangvagina misalnya) atau tidak memiliki vagina.


4. Micro penis: penis kecil/tidak berkembang.

2.2 Fisiologi Reproduksi Pria

(tidak

memiliki

16
Fungsi reproduksi pria dapat di bagi dalam tiga subgolongan utama: pertama,
spermatogenesis yang hanya berarti pembentukan sperma; kedua, pelaksanaan
kerja seksual pria; dan ketiga, pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai
hormone
2.2.1 Spermatogenesis
Pada tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum
yang berukuran kecil, dinamakan spermatogenia menjadi spermatosit
membelah diri membentuk dua spermatosit yang masing-masing mengandung
23 kromosom. Setelah beberapa minggu menjadi spermatozoa spermatid,
pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid. Kemudian
sitoplasma menghilang, spermatid memanjang menjadi spermatozoa terdiri
dari kepala, leher, badan, dan ekor (Syaifuddin, 2006).

2.2.2 Sperma
Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke
seminiferus selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses
pematangan. Epididimis menyekresi cairan yang mengandung hormone,
enzim, dan gizi yang sangat penting dalam proses pematangan sperma.
Sebagian besar pada vas deferens dan sebagian kecildi dalam epididimis.
Fungsi testosterone pada reproduksi pria:

17
1. Efek desensus testis, ini menunjukkan bahwa testosterone merupakan
halyang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia
dan factor ketururnan.
2. Perkembangan seksual primer dan sekunder. Sekresi testosterone setelah
pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia
20 tahun, dan mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria
mulai pada masa pubertas.
Setelah

terbentuk

dalam

tubulus

seminiferus,

sperma

membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati epididimis, bergerak


dari tubulus seminiferus bagian awal epididimis selama 18-24 jam.
Kedua testis dapat membentuk sperma kira-kira 120 juta setiaphari,
sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididimis, dan sebagian
besar disimpan dalam vas deferens dan ampula vas deferens. Testis dapat
mempertahankan vertilitasnya dalam duktus genitalis selama 1 bulan,
dengan aktivitas seksual yang tinggi penyimpanan hanya beberapa hari
saja.
Motilitas dan fertilitas sperma karena gerakan flagella melalui
medium cairan sperma normal cenderung untuk bergerak lurus berputar,
aktivitas ini ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit basa. Aktivitas
sperma meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu dan kecepatan
metabolisme. Sperma pada traktus genitalia wanita hanya dapat hidup 1-2
hari (Syaifuddin, 2006).
2.2.3

Langkah-langkah spermatogenesis
Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germanitivum
yang berukuran kecil sampai sedang yang dinamakan spermatogonia, yang
terletak dalam 2 atau 3 lapisan sepanjang pinggir luar epitel tubulus. Selsel ini terus mengalami proliferasi untuk melengkapi mereka kembali, dan
sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-stadium definitif
perkembangan untuk membentuk sperma.
Tubulus seminiferus mengandung

sel-sel

sertoli

selain

spermatogonia dan sel-sel sperma yang sedang terbentuk. Sel sertoli

18
mengeluarkan cairan tubulus seminiferus ke dalam lumen, yang
menggelondor sperma dari tubulus ke dalam epididimis untuk disimpan
dan dip roses lebih lanjut.
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa
spermatogenia menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan spermatosit.
Kemudian spermatosis membelah dengan proses meiosis (disini tidak ada
pembentukan kromosom baru, kromososm hanya pemisahan pasangan
kromosom) membentuk dua spermatosit, masing-masing mengandung 23
kromosom. Spermatid tidak membelah lagi tetapi menjadi matur selama
beberapa minggu untuk menjadi spermatozoa.
Kromosom seks. Pada setiap spermatogonium, terdiri atas kepala, leher,
badan dan ekor. Untuk membentuk kepala, zat inti memadat menjadi suatu
massa yang padat, dan membran sel berkrontraksi sekitar inti. Ini adalah
zat inti yang melakukan fertilisasi ovum.
Di depan kepala sperma terdapat struktur kecil yang di namakan
akrosom, yang dibentuk dari apparatus golgi serta mengandung
hialuronidase dan protease yang

memegang peranan penting untuk

masuknya sperma ke dalam ovum. Sentriol mengelempok pada daerah


leher sperma dan mitokondria tersusun berbentuk spiral dalam badan.
Yang menonjol ke luar tubuh adalah ekor panjang, yang merupakan
pertumbuhan keluar dari salah satu sentriol. Ekor hampir mempunyai
struktur yang hampir sama seperti silia. Ekor mengandung dua pasang
mikrotubulus yang turun ke tengah dan sembilan mikrotubulus ganda yang
tersusun sekitar pinggir. Ekor diikuti oleh perluasan membran sel, dan
mengandung banyak adenosine trifosfat (di bentuk dalam mitokondria
dalam badan), yang niscaya memberi energy pergerakan ekor. Pada
pengeluaran sperma dari saluran genitalis pria ke dalam genitalis wanita,
ekor mulai bergerak bolak balik dan bergerak spiral pada ujungnya,
memberikan pendorongan yang menyerupai ular yang menggerakkan
sperma ke depan dengan kecepatan maksimum sekitar 20 cm per jam.
Pembentukan sperma. Bila spermatid pertama kali dibentuk,
mereka masih mempunyai sifat umum sel epiteloid, tetapi segera sebagian
besar sitoplasma menghilang dan setiap spermatid mulai memanjang

19
menjadi spermatozoa, dan timbul hubungan spesifik antara dua sel ini
yang menyebabkan spermatid berubah menjadi spermatozoa. Sel-sel
sertoli memberikan zat gizi, hormon dan mungkin juga enzim yang
penting untuk menyebabkan perubahan yang tepat pada spermatid. Sel-sel
sertoli juga membuahi kelebihan sitoplasma sewaktu spermatid dikonversi
menjadi spermatozoa.
Pematangan sperma pada epididimis. Setelah pembentukan pada
tubulus semniferus, sperma masuk epididimis. Sperma yang dikeluarkan
dari tubulus seminiferus belum bergerak sama sekali, dan mereka tidak
dapat membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam
epididimis selama 18 jam sampai 10 hari, mereka mengembangkan
kemampuan bergerak walaupun beberapa factor penghambat masih
mencegah motilitas sampai setelah ejakulasi. Sperma juga mampu
membuahi ovum, suatu proses yang dinamakan pematangan. Epididimis
menyekresi banyak cairan yang mengandung hormone, enzim, dan gizi
khusus yang mungkin penting atau esensial untuk pematangan sperma.
Penyimpanan sperma. Sejumlah kecil sperma dapat disimpan
dalam epididimis , tetapi sebagian besar sperma disimpan di dalam vas
deferen dan dalam arti luas dalam ampula vas deferen. Sperma dapat tetap
disimpan, mempertahankan fertilitasnya dalam tempat ini selama beberapa
bulan, walaupun diragukan bahwa selama aktivitas seksual normal terjadi
penyimpanan yang demikian lama. Tentu saja, dengan aktivitas seksual
yang berlebihan, penyimpanan mungkin tidak lebih lama dari beberapa
jam.
Fisiologi sperma matang. Sperma yang biasanya mortal dan fertil
mampu melakukan pergerakan dengan menggunakan flagel melalui media
cair dengan kecepatan sekitar 1 samapai 4 mm per menit. Selanjutnya,
sperma normal cenderung bergerak dalam garis rotasi lurus bukan dengan
pergerakan melingkar. Aktivitas sperma sangat diperbesar pada media
netral dan sedikit alkali seperti dalam semen yang di ejakulasi, tetapi
sangat berkurang pada media yang sedikit asam, dan media asam kuat
dapat menyebabkan kematian sperma yang cepat. Walaupun sperma dapat

20
hidup selama berminggu-minggu pada saluaran genitalia pria, masa hidup
sperma di dalam traktus genitalia wanita hanya1 sampai 4 hari.
Fungsi vesika seminalis
Vesika seminalis merupakan kelenjar sekresi yang dibatasi oleh
epitel yang menyekresi zat mukoid yang mengandung banyak fruktosa
bdaan zat gizi lain maupun banyak prostaglandin, dan fibrinogen. Selama
proses ejakulasi setiap vesika seminalis mengosongkan isinya ke dalam
duktus ejakulotorius segera setelah vas deferen mengeluarkan sperma. Hal
ini sangat menambah semen ejakulasi, serta fruktosa dan zat-zat lain dalam
cairan semen mempunyai nilai gizi yang besar untuk sperma yang di
ejakulasikan sampai salah satu diantara mereka membuahi ovum.
Prostaglandin dianggap membantu fertilisasi dalam dua jalan; (1) dengan
bereaksi dengan mucus serviks agar menjadi reseptif bagi sperma, dan (2)
mungkin menyebabkan kontraksi peristaltic dalam dua arah terbalik pada
uterus dan tuba fallopii, untuk menggerakkan sperma ke arah ovarium
(beberapa sperma mencapai ujung atas tuba fallopii dalam 5 menit).
Fungsi kelenjar prostat
Kelenjar prostat menyekresi cairan alkali yang encer, seperti susu,
yang mengandung asam sitrat, kalsium, dan beberapa zat lain. Selama
pemancaran, kapsula kelenjar prostat berkontraksi serentak dengan
kontraksi vas deferens dan vesika seminalis sehingga cairan prostat yang
encer , seperti susu menambah massa semen. Sifat alkali cairan prostat
mungkin sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan
vas deferens relatif asam karena adanya hasil akhir metabolisme sperma
dan, akibatnya menghambat fertilitas dan mortalitas sperma. Secret pada
wanita juga asam (pH 3,5 sampai 4,0). Sperma tidak dapat bergerak
optimum sampai pH cairan sekitarnya meningkat sekitar 6 sampai 6,5.
Akibatnya, mungkin bahwa cairan prostat menetralkan keasaman cairan
lain tersebut setelah ejakulasi dan keasaman cairan lain tersebut setelah
ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan fertilitas sperma.
Semen

21
Semen, yang diejakulasi pria waktu melakukan hubungan seks,
terdiri dari cairan vas deferens , vesika seminalis , kelenjar prostat, dan
kelenjar mukosa, khususnya kelenjar bulbouretalis. Massa semen yang
utama adalah cairan vesika semianlis (sekitar 60 persen), yang
diejakulasikan terakhir dan berperanan menghasilkan sperma ke luar dari
duktus ejakulotorius dann uretra. pH rata-rata semen gabungan sekitar 7,5,
cairan prostat yang alkali menetralkan bagian semen lain yang agak asam.
Cairan asam memberikan bentuk semen seperti susu, sedangkan cairan
dari vesika seminalis dan dari kelenjar mukosa memberikan konsistensi
mukoid pada semen. Tentu saja, enzim pembekuan dari cairan prostat
menyebabkan fibrinogen cairan vesika seminalis membentuk koagulum
yang lemah, kemudian larut setelah 15 sampai 20 menit berikutnya karena
lisis oleh fibrinolisin yang dibentuk dari profibrinolisin prostat. Pada saat
menit-menit pertama setelah ejakulasi , sperma tetap relatif tidak bergerak,
mungkin karena visikositas koagulum. Akan tetapi setelah koagulum larut,
sperma segera menjadi sangat mobil.
Walaupun sperma dapat hidup selama berminggu-minggu pada
saluran genitalia pria, sekali ia diejakulasikan dalam semen, masa hidup
maksimumnya hanya 24 sampai 72 jam pada suhu tubuh. Akan tetapi,
pada suhu yang lebih rendah, semen bisa disimpan selama beberapa
minggu dan bila semen di bekukan pada suhu di bawah -100 0c, sperma
beberapa binatang telat terawetkan lebih dari satu tahun.
Efek jumlah sperma pada fertilitas. Biasanya jumlah semen yang
diejakulasikan pada setiap kali koitus rata-rata sekitar 3,5 ml, dan pada
setiap milliliter semen rata-rata terdapat sekitar 120 juta sperma, walaupun
pada orang normal jumlah ini dapat bervariasi dari 35 juta sampai 200
juta. Bearati bahwa rata-rata 400 juta sperma biasanya terdapat pada setiap
ejakulat . bila jumlah sperma pada setiap milliliter turun di bawah sekitar
20.000.000 orang mungkin infertile. Jadi, walaupun hanya satu sperma
yang diperlukan unntuk membuahi ovum. Asalan yang mungkin untuk ini
adalah sebagai berikut :

22
Fungsi hialuronidase dan protease yang disekresi oleh sperma
untukproses fertilisasi. hialuronidase dan protease disimpan dalam
jumlah besar di dalam akrosom sperma. Hialuronidase merupakan suatu
enzim yang melakukan depolimerasi polimer

asam hialuronat yang

tedapat dalam jumlah besar pada zat semen interseluler ; proteinase dapat
melarutkan protein jaringan. Fungsi proteinase adalah memungkinkan
sperma menembus mukus yang sering terbentuk pada serviks uteri.
Proteinase bekerja sebagai enzim mukolitik yang diduga mendahului
sperma dan membentuk saluran di dalam sumbat mukus. Diduga bahwa
kekurangan enzim yang sesuai untuk melakukan fungsi ini kadang-kadang
juga bertanggung jawab bagi sterilitas pria.
2.2.4

Tindakan seksual pria


Rangsangan saraf untuk melaksanakan tindakan seksual pria
Walaupun pematangan perkembangan seksual pada wanita terjadi
pada umur yang lebih dini, baik pria maupun wanita mencapai
kematangan fisik pada usia sekitar 17 tahun. Walaupun demikian,
frekuensi perkembagan individu sangat bervariasi. Perbedaan antomi dan
reproduksi tidak menjadi penghalang, respons fisiologis wanita dan pria
terhadap rangsangan seksual dan organisme lebih banyak persamaannya
daripada perbedaannya. Misalnya, glans klitoris dan glans penis homolog
pada masa embrio. Bukan saja hanya terdapat sedikit perbedaan antara
respons seksual wanita dan pria, tetapi respons fisik pun pada dasarnya
sama, baik distimulasi oleh matubasi manual.
Isyarat saraf terpenting untuk memulai tindakan seksual pria
berasal dari glans penis mengandung system organ akhir sensoris yang
sangat rapi, yang menghantarkan ke susunan saraf pusat suatu modalitas
kesan khusus yang dinamakan kesan seksual. Kerja pemijatan glans waktu
hubungan kelamin merangsang organ akhir sensorik, dan kesan seksual
selanjutnya dihantarkan melalui nervus pudensus, kemudian ke pleksus
sakralis masuk bagian sacral medulla spinalis menuju ke daerah serebrum
yang belum jelas. Impuls juga dapat masuk ke medulla spinalis dari daerhdaerah yang berdekatan dengan penis untuk membantu merangsang
tindakan seksual. Misalnya, perangsangan epitel anus, skrotum, dan

23
struktur perineum umumnya semua dapat mengirimkan impuls ke dalam
medulla spinalis yang menambah kesan seksual. Kesan seksual malahan
dapat berasal dari dari struktur interna, seperti perangsangan daerah uretra,
kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, testis dan vas deferens. Tentu
saja salah satu penyebab dorongan seksual mungkin oleh pengisian
seksual dengan secret. Infeksi dan peradangan organ seksual ini kadangkadang hampir selalu menyebabkan hasrat seksual yang terus menerus,
dan obat ofrodisiak seperti kantarid, meningkatkan hasrat seksual
dengan mengiritasi mukosa kandung kemih dan uretra.
Unsur psikis perangsangan seksual pria. Rangsangan psikis
yang sesuai dapat meniingkatkan kemampua seseorang untuk melakukan
tindakan seksual. Memikirkan gagasan seksual atau malahan mimpi
sedang melakukan hubungan seksual dapat menyebabkan terjadinya
tindakan seksual pria dan mencapai puncaknya pada ejakulasi. Tentu saja
emisi noturna waktu mimpi terjadi pada banyak pria selama selama
beberapa stadium kehidupan seksual

khususnya selama usia belasan

tahun.
Integrasi tindakan seksual pria pada medula spinalis.
Walaupun factor psikis biasanya memegang peranan penting pada
tindakan seksual pria dan jelas dapat memulainya, serebrum mungkin
tidak diperlukan seccara absolut untuk pelaksanaanya

, karena

perangsangan genitalia yang cocok dapat menyebabkan ejakulasi pada


beberapa binatang dan kadang-kaang pada manusia yang medulla
spinalisnya telah di potong di atas daerah lumbal. Oleh karena itu tindakan
seksual pria akibat dari mekanisme refleks yang terintegrasi pada daerah
sakral dan lumbal medula spinalis, dan mekanisme ini dapat diaktifkan
oleh rangsangan psikis atau rangsangan seksual yang sebenarnya.
2.2.5

Stadium-stadium tindakan seksual pria


Ereksi . ereksi merupakan efek pertama perangsangan seksual pria, dan
derajat ereksi sebanding dengan derajat perangsangan, baik oleh psikis
atau fisik. Ereksi disebabkan oleh impuls parasimpatis yang berjalan dari
bagian sacral medulla spinalis ke penis. Impuls , parasimpatis ini

24
melebarkan arteri penis dan dan mungkin serentak menyebabkan
konstriksi pada vena-vena, jadi memungkinkan darah arteri mengalir
dengan tekanan tinggi masuk ke jaringan erektil penis. Jaringan erektil ini
terdiri dari sinusoid venosus kevernosus yang besar, yang dalam keadaan
normal relative kosong tetapi akan sangat melebar bila darah arteri
mengalir masuk dengan tekanan. Juga, badan erektil dikelilingioleh
selubung fibrosa yang kuat; oleh karena itutekanan tinggi dalam sinusoid
menyebabkan pengembangan jaringan erektil sedemikian rupa sehingga
penis menjadi keras dan memanjang.
Ereksi dicapai melalui pembengkakan penis oleh darah. Penis
hampir seluruhnya terdiri dari jaringan erektil yang dibentuk oleh 3 kolom
ronga-rongga vascular mirip spons yang terdapat di sepanjang organ.
Tanpa rangsangan seks, jaringan erektil hanya mengandung sedikit darah
karena

arteriol

yang

mendarahai

rongga-rongga

vascular

ini

berkoonstriksi. Akibatnya penis tetap kecil dan lunak. Selama rangsangan


seks, arteriol-arteriol ini secara reflek melebar dan jaringan erektil terisi
oleh darah sehingga pensi bertambah panjang dan besar serta menjadi
kaku. Vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan erektil penis
tertekan secara mekanis oleh pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga
vascular ini sehingga aliran keluar vena berkurang dan hal ini ikut
berkontribusi dalam penumpukan darah, atau vasokongesti. Respons
vascular local ini mengubah penis menjadi organ yang mengeras dan
memanjang yang mampu menembus vagina.
Kegagalan mencapai atau mempertahankan ereksi yang sesuai
untuk hubungan seksual dapat disebabkan oleh factor psikologik atau fisik.
Mengalami kegagalan ereksi sesekali bukan berarti impotensi, tetapi
seorang pria yang terlalu cemas untuk kemampuannya melakukan
tindakan sek mungkin akan benar-benar mengalaminya secara kronik.
Impotensi juga dapat ditimbulkan oleh keterbatasan fisik termasuk
kerusakan saraf, obat tertentu yang mengganggu fungsi otonom, dan
gangguan aliran darah ke penis.

25
Pelumasan. Selama perangsangan seksual, impuls parasimpatis,
selain meningkatkan ereksi, menyebabkan kelenjar Littlre dan kelenjar
bulbouretralis menyekresi mukus. Jadi, mukus mengalir melalui uretra
waktu berhubungan kelamin untuk membantu melumasi koitus. Akan
tetapi sebagian besar pelumasan koitus dilakukan oleh organ seksual
wanita bukan oleh organ seksual pria. Tanda pelumasan yang memuaskan,
tindakan seksual pria jarang berhasil karena hubungan seksual yang tanpa
pelumasan menyebabkan impuls nyeri yang menghambat kesan seksual,
bukan meningkatkan kesan seksual.
Emisi dan ejakulasi. Emisi dan ejakulasi merupakan puncak
tindakan seksual pria. Bila rangsangan seksual menjadi sangat kuat, pusatpusat reflex medulla spinalis mulai memancarkan impuls simpatis yang
meninggalkan medulla spinalis pada L-1 dan L-2 dan menuju organ
geitalia untuk memulai emisi yang merupakan pendahulu ejakulasi.
Emisi diduga dimulai dengan kontraksi epididimis, vas deveren,
ampula untuk menyebabkan pendorongan sperma masuk uretra interna.
Kemudian, kontraksi pada vesika seminalis dan otot-otot yang meliputi
kelenjar prostat mengeluarkan cairan vesika seminalis dan cairan prostat,
mendorong sperma ke depan. Semua cairan ini bercampur dengan mukus
yang telah disekresi oleh kelenjar bulbouretralis untuk membentuk semen.
Proses disini dinamakan emisi.
Pengisian uretra interna kemudian menimbulkan isyarat yang
dihantarkan ke daerah sacral medulla spinalis. Selanjutnya, impuls saraf
berirama dikirim dari medulla spinalis ke otot-otot rangka yang meliputi
basis jaringan erektil, menyebabkan peningkatan tekanan berirama yang
seperti gelombang pada jaringan tersebut, yang mengejakulasikan semen
dari uretra keluar. Ini adalah proses ejakulasi.

26

BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum
(kantung zakar) dan testis (buah zakar). Struktur dalamnya terdiri dari vas
deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis. Anatomi sistem
reproduksi pria.
Sperma (pembawa gen pria) dibuat di testis dan disimpan di dalam
vesikula seminalis. Ketika melakukan hubungan seksual, sperma yang
terdapat di dalam cairan yang disebut semen dikeluarkan melalui vas deferens
dan penis yang mengalami ereksi.
1.2 Saran

27
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh
semua orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut
akan dapat menjaga alat reproduksinya untuk tidak digunakan secara bebas
tanpa mengatahui dampaknya, pengetahuan yang diberikan harus mudah
dipahami, tepat sasaran, dan tidak menyesatkan. Dengan demikian orang
tersebut akan dapat menghadapi rangsangan dari luar dengan cara yang sehat,
matang dan bertanggung jawab.

28
DAFTAR PUSTAKA
Guyton.1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 3. Jakarta: EGC
Sharon J. Reeder (et al). 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi
& Keluarga. Edisi 18. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC
Wulanda, Ayu Febri. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai