discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/256524004
READS
269
3 authors:
Diah Risqiwati
Ardyono Priyadi
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo,
Surabaya, 60111, Indonesia
email: 1)diah.rizqiwati@gmail.com, 2) priyadi@ee.its.ac.id, 3) hery@ee.its.ac.id
1.
PENDAHULUAN
111
TINJAUAN PUSTAKA
(2.1)
dengan L dan C adalah induktansi dan kapasitansi dari
saluran per meter dan v(x,t) dan i(x,t) adalah tegangan
dan arus yang berubah pada lokasi x pada waktu t
karena Gelombang Berjalan. Solusi umum untuk
persamaan ini adalah:
v (x,t) = f1(t - x/v) + f2 (t + x/v)
(2.2)
i (x,t) = 1/Z0 f1 (t - x/v) -1/Z0 f2 (t + x/v)
(2.5)
dengan v adalah kecepatan propagasi gelombang dan
Z0 adalah impedansi karakteristik saluran Z0= L/C,
fungsi f1 dan f2 menampilkan dua gelombang yang
berjalan pada arah yang berlawanan. f1 adalah
gelombang yang berjalan pada posisi positif dari x
(arah maju), sedangkan f2 adalah gelombang yang
berjalan dengan arah negatif dari x (gelombang
mundur).
2.2 Diagram Tangga
Diagram tangga dikembangkan oleh Bewley,
yang bertujuan untuk dapat mengikuti jejak dari
gelombang arus dan tegangan ketika dipantulkan
kembali atau diteruskan dari titik akhir suatu kawat
[5].
Pada keadaan ketidaksinambungan, sebagian
dari traveling wave akan dipantulkan kembali
sepanjang saluran dan sebagian akan ditransmisikan
sampai di beban. Besarnya sinyal yang dipantulkan
atau diteruskan tergantung dari besarnya impedansi
pada ketidaksinambungan gelombang tersebut.
Gelombang akan terus dipantulkan dan ditransmisikan
sampai mati karena redaman.
Metode yang paling luas digunakan untuk
mendeteksi sinyal yang diinginkan adalah berdasarkan
cross correlation. Bewley Lattice Diagram biasanya
digunakan untuk menggambarkan pantulan dan
pancaran dari Gelombang Berjalan seperti pada
Gambar 2.5
(2.7)
dengan v adalah kecepatan rambat cahaya, L adalah
induktansi saluran, dan C adalah kapasitansi saluran.
Pantulan berulang sangat sulit untuk diikuti
jejaknya, oleh karena itu diperlukan diagram tangga
(diagram lattice) untuk melihat posisi dan arah gerak
dari tiap-tiap gelombang datang, gelombang pantulan
dan gelombang terusan setiap saat
2.3 Error Deteksi Lokasi Gangguan
Untuk validasi perhitungan, dilakukan
pengecekan error dengan perhitungan pada persamaan
2.8
% Error = Estimasi d Real d x 100 %
Total Distance (km)
(2.8)
Dengan d adalah jarak saluran dari gardu Induk dalam
Km
112
3.
METODE PENELITIAN
PENGUJIAN
113
Gambar 3.2 Simulasi dengan menggunakan metode perambatan gelombang sinyal arus balik
114
No
1
2
3
4
5
6
7
Tipe
Gangguan
Waktu
Gangguan
(s)
Jarak
Gangguan
(Km)
S1
S2
0,020175
Perhitungan
Jarak Titik
Gangguan
dari GI
Error
(%)
Selisih
(Km)
2,175
8,38
0,544
SLG
0,02 - 0,1
1,631
0,02016
SLG
0,02 - 0,1
2,785
SLG
0,02 - 0,1
2,785
0,02005
0,020025
3,624
12,93
0,839
SLG
0,02 - 0,1
3,756
SLG
0,02 - 0,1
1,631
0,02007
0,02005
2,899
19,54
1,268
SLG
0,02 - 0,1
6,49
SLG
0,02 - 0,1
1,631
0,02004
0,02003
1,450
2,79
0,181
DLG
0,02 - 0,1
2,785
DLG
0,02 - 0,1
1,631
0,020025
0,020015
1,450
2,79
0,181
SLG
0,02 - 0,1
2,785
SLG
0,02 - 0,1
1,631
0,02009
0,02008
1,450
2,79
0,181
DLG
0,04 - 0,12
2,785
0,04007
0,04005
2,899
1,76
0,114
SLG
0,02 - 0,1
1,631
0,02009
0,02008
1,450
2,79
0,181
SLG
0,04 - 0,12
2,785
Tabel 4.1 Perhitungan gangguan multi point dengan metode perambatan gelombang sinyal arus balik
6.
115
KESIMPULAN
REFERENSI
-
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
116