Anda di halaman 1dari 7

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/256524004

Detection of Fault Location for Multi-Point


Faults on 20 kV Distribution System Based on
Travelling Wave Method
Conference Paper May 2013

READS

269

3 authors:
Diah Risqiwati

Ardyono Priyadi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

1 PUBLICATION 0 CITATIONS

98 PUBLICATIONS 152 CITATIONS

SEE PROFILE

SEE PROFILE

Mauridhi Hery Purnomo


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
221 PUBLICATIONS 273 CITATIONS
SEE PROFILE

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate,


letting you access and read them immediately.

Available from: Ardyono Priyadi


Retrieved on: 27 May 2016

Paper ID: 108

Deteksi Lokasi Untuk Gangguan Multi Point Pada Jaring Tiang


Distribusi 20 KV Dengan Menggunakan Metode Perambatan
Gelombang Sinyal Arus Balik
Diah Risqiwati1), Ardyono Priyadi 2), dan Mauridhi Hery Purnomo 3)
1,2,3)

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo,
Surabaya, 60111, Indonesia
email: 1)diah.rizqiwati@gmail.com, 2) priyadi@ee.its.ac.id, 3) hery@ee.its.ac.id

Abstrak - Makalah ini membahas pendeteksian lokasi


untuk gangguan multi point pada jaring tiang
distribusi 20 KV dengan menggunakan perambatan
gelombang sinyal arus balik. Pada beberapa kasus di
sistem distribusi, beberapa gangguan seringkali tidak
terdeteksi dikarenakan arus gangguan yang
dihasilkan sangat kecil sekali. Dengan menggunakan
simulasi, gangguan dibuat pada lebih dari satu titik
dengan waktu yang sama dan juga waktu yang
berbeda. Perhitungan lokasi gangguan yang diberikan
akan diperhitungkan dengan menggunakan metoda
perambatan gelombang sinyal arus balik. Metoda ini
menghitung selisih waktu tunda antara sinyal arus
datang saat terjadi gangguan dan gelombang arus
refleksinya. Pada percobaan ini untuk gangguan multi
point yang diberikan pada waktu yang sama
menghasilkan error terbesar 19,54%, dan untuk
gangguan multi point yang diberikan pada waktu
yang berbeda menghasilkan error terbesar 2,79%
Kata Kunci - Gangguan multi point, tiang distribusi,
arus gangguan, sinyal arus balik, error.

1.

PENDAHULUAN

Sistem distribusi di Indonesia masih menggunakan


saluran udara atau biasa disebut Saluran Udara Tingkat
Menengah (SUTM) yang sangat rentan sekali dengan
gangguan. Saluran udara banyak dipilih oleh negeranegara berkembang pada umumnya dikarenakan
apabila terjadi gangguan akan mudah untuk melakukan
pembenahan serta biaya instalasinya yang murah.
Gangguan yang sering kali terjadi untuk Saluran Udara
Tingkat Menengah adalah gangguan jenis single line to
ground seperti tersambar petir, tersangkut layanglayang, angin kencang, kerusakan isolasi kabel, dan
lain sebagainya. Skema perlindungan dari gangguan
adalah sangat penting untuk menjaga sistem tetap stabil
dan meminimalkan kerusakan jaringan konsumen serta
kerugian ekonomis [1]. Namun dibeberapa kasus
seringkali gangguan tidak terdeteksi, dikarenakan arus
gangguan yang mengalirinya sangat kecil
Sekarang ini terjadinya gangguan masih
diantisipasi oleh petugas kelistrikan dengan cara
manual, yaitu berdasarkan laporan dari pelanggan.

111

Berdasarkan laporan tersebut petugas akan melakukan


pengecekan lapangan dengan menyusuri satu persatu
Load Break Switch (LBS) yang terjadi hubung singkat.
Pada saluran distribusi, besarnya beban berubah-ubah
setiap waktunya, sistem dengan pengukuran besarnya
arus dan tegangan sebagai input data berdasarkan
perhitungan impedansi masih bisa diandalkan untuk
menentukan titik lokasi gangguan [2]. Dalam hal ini
pengukuran arus dan tegangan sebelum dan setelah
gangguan harus dilakukan untuk dibandingkan.
Diperlukan metoda pendeteksian lokasi gangguan
secara tepat baik untuk gangguan tunggal maupun
gangguan multi point. Pada sistem kelistrikan
pendeteksian gangguan secara cepat membantu
melindungi peralatan dengan pemutusan aliran listrik
yang diperbolehkan karena jaringan yang gangguan,
sebelum kerusakan terjadi [3].
Penelitian untuk mengetahui lokasi gangguan
secara tepat dan cepat untuk gangguan multi point
sangat diperlukan untuk menjaga keandalan sistem
kelistrikan. Dengan menggunakan metoda perambatan
gelombang sinyal arus balik, digunakan analisis
frekuensi tinggi tegangan dan arus pada sistem
distribusi. Gelombang sinyal arus merambat menyebar
dari titik gangguan ke kedua arah ujung saluran dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Ketika terjadi
gangguan inilah tegangan dan arus titik gangguan tibatiba menurun sampai ke nilai rendah. Perubahan secara
tiba-tiba ini yang menghasilkan dorongan energi
elektromagnetik frekuensi tinggi [4]. Perhitungan
estimasi lokasi gangguan secara umum dilakukan
dengan menghitung selisih waktu tunda antara
gelombang arus datang (maju) yaitu puncak pertama
saat terjadi gangguan dan gelombang arus refleksinya
yaitu puncak gelombang berikutnya yang dideteksi
sebagai arus mundurnya.
2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perambatan Gelombang Sinyal Arus Balik


Perambatan gelombang sinyal arus balik
menggunakan teori gelombang berjalan dapat
menganalisa sinyal frekuensi tinggi pada tegangan dan
arus pada saluran distribusi. Konduktor mempunyai
resistansi dan induktansi yang tersebar secara merata
sepanjang saluran. Teori gelombang berjalan untuk
menentukan lokasi gangguan sangat cocok, karena

dengan menggunakan teori gelombang berjalan,


komponen high frekuensi dapat diambil dari satu titik
perhitungan, dan analisis dari sinyal yang diambil
dapat dilakukan dengan membandingkan selisih waktu
tunda antara puncak pertama gelombang sinyal arus
datang (sinyal maju) dengan puncak berikutnya
gelombang sinyal arus refleksinya (sinyal mundur).
Gangguan yang terjadi pada saluran distribusi akan
menghasilkan gelombang arus dan tegangan yang
berjalan sepanjang saluran sampai mereka bertemu
pada ketidaksinambungan dari saluran seperti titik
gangguan. Pada titik ini, gelombang arus dan tegangan
akan terjadi refleksi dan refraksi. Hal ini akan
menghasikan gelombang tambahan yang akan
menyebar sepanjang saluran.
Tegangan dan arus pada titik x harus memenuhi
persamaan diferensial berikut:

(2.1)
dengan L dan C adalah induktansi dan kapasitansi dari
saluran per meter dan v(x,t) dan i(x,t) adalah tegangan
dan arus yang berubah pada lokasi x pada waktu t
karena Gelombang Berjalan. Solusi umum untuk
persamaan ini adalah:
v (x,t) = f1(t - x/v) + f2 (t + x/v)
(2.2)
i (x,t) = 1/Z0 f1 (t - x/v) -1/Z0 f2 (t + x/v)
(2.5)
dengan v adalah kecepatan propagasi gelombang dan
Z0 adalah impedansi karakteristik saluran Z0= L/C,
fungsi f1 dan f2 menampilkan dua gelombang yang
berjalan pada arah yang berlawanan. f1 adalah
gelombang yang berjalan pada posisi positif dari x
(arah maju), sedangkan f2 adalah gelombang yang
berjalan dengan arah negatif dari x (gelombang
mundur).
2.2 Diagram Tangga
Diagram tangga dikembangkan oleh Bewley,
yang bertujuan untuk dapat mengikuti jejak dari
gelombang arus dan tegangan ketika dipantulkan
kembali atau diteruskan dari titik akhir suatu kawat
[5].
Pada keadaan ketidaksinambungan, sebagian
dari traveling wave akan dipantulkan kembali
sepanjang saluran dan sebagian akan ditransmisikan
sampai di beban. Besarnya sinyal yang dipantulkan
atau diteruskan tergantung dari besarnya impedansi
pada ketidaksinambungan gelombang tersebut.
Gelombang akan terus dipantulkan dan ditransmisikan
sampai mati karena redaman.
Metode yang paling luas digunakan untuk
mendeteksi sinyal yang diinginkan adalah berdasarkan
cross correlation. Bewley Lattice Diagram biasanya
digunakan untuk menggambarkan pantulan dan
pancaran dari Gelombang Berjalan seperti pada
Gambar 2.5

Gambar 2.5 Diagram Bewley Lattice

Ketika terjadi gangguan pada saluran, dua


gelombang akan dihasilkan dengan menyebar keluar
dari titik gangguan menuju kedua ujung saluran.
Ketika
gelombang
ini
mencapai
poin
ketidakseimbangan (A dan B), maka sinyal akan
dipantulkan kembali dari titik A dan B menuju titik
gangguan. Karena sinyal datang pada titik gangguan,
sebagian dari gelombang akan kembali direfleksikan
kembali menuju akhir saluran dan sebagian lagi akan
di transmisikan ke ujung lainnya. Proses pantulan dan
pentransmisian akan berlanjut sampai sinyal habis
(mati) karena redaman. Apabila interval waktu antara
kedatangan dari gelombang insiden perama pada A1
dan gelombang refleksi kesesuaian pada A4 dapat
dicapai, maka jarak gangguan dari A dapat dikalkulasi
dengan persamaan 2.6
d = vt/2
(2.6)
dimana v adalah kecepatan merambat cahaya dan t
adalah interval waktu antara gelombang datang dan
gelombang pantul (t=t2-t1)
Kecepatan merambat cahaya pada kawat satu fasa
dapat dihitung dengan persamaan 2.7

(2.7)
dengan v adalah kecepatan rambat cahaya, L adalah
induktansi saluran, dan C adalah kapasitansi saluran.
Pantulan berulang sangat sulit untuk diikuti
jejaknya, oleh karena itu diperlukan diagram tangga
(diagram lattice) untuk melihat posisi dan arah gerak
dari tiap-tiap gelombang datang, gelombang pantulan
dan gelombang terusan setiap saat
2.3 Error Deteksi Lokasi Gangguan
Untuk validasi perhitungan, dilakukan
pengecekan error dengan perhitungan pada persamaan
2.8
% Error = Estimasi d Real d x 100 %
Total Distance (km)
(2.8)
Dengan d adalah jarak saluran dari gardu Induk dalam
Km

112

3.

METODE PENELITIAN

Makalah Deteksi Lokasi Gangguan Multi Point


Pada Jaring Tiang Distribusi 20 KV dengan
Menggunakan Metode Perambatan Gelombang Sinyal
Arus Balik ini menggunakan simulasi pemodelan
sistem seperti pada diagram alir 3.1. Pada percobaan
digunakan 10 titik simulasi gangguan dengan panjang
saluran disesuaikan dengan panjang penyulang
distribusi sesungguhnya, dalam hal ini percobaan
menggunakan data saluran penyulang Hayam Wuruk
APJ Mojokerto.Untuk proses deteksi lokasi gangguan
multi point dengan perambatan gelombang sinyal arus
balik ini yang dilakukan pertama adalah input peta
tiang pada penyulang ke simulasi. Pemodelan simulasi
dengan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Pada Gambar 3.2 terdapat 10 titik pengujian
gangguan, untuk gangguan multi point dengan waktu
gangguan yang sama, blok parameter transition time
diatur dengan waktu yang sama pada masing-masing
titik yang akan diberikan gangguan, sedangkan untuk
waktu gangguan yang berbeda, blok parameter
transition time diatur dengan waktu yang berbeda pada
masing-masing titik yang akan diberikan gangguan.
Jenis gangguan yang akan diberikan juga dapat diatur
pada blok parameter 3-phase fault ini. Hasil
perambatan gelombang sinyal arus balik dapat dilihat
pada blok Correlation Output
4.

PENGUJIAN

4.1 Parameter Simulasi Perambatan Sinyal Arus


Balik
Sumber Tegangan
- Tegangan (V) 1 = 20 KV
- Frekuensi = 50 Hz
- Phase Angle of phase A= 90 (degree)
Jaringan Distribusi
- Jumlah fasa= 3
- R0 = 0.01273 /km ; R1= 0.3864 /km
- L0= 0.9337 e-3 H/km ; L1= 4.1264 e-3 H/km
- C0= 12.74 e-9 F/km ; C1= 7.751 e-9 F/km
- Panjang Line 1 = 1.631 km; Line 2 = 0.836
km; Line 3 = 0.318 km; Line 4 = 0.675 km;
Line 5 = 0.296 km; Line 6 = 0.708 km; Line
7 = 0.708 km, Line 8 = 0.651 km, Line 9 =
0.268 km, Line 10 = 0.399 km
- Waktu diskrit = 0,009 ms
- Trafo: Pn = 100e6 VA; fn = 50 Hz, Winding1
(V =20 KV; R1= 0.002 pu; L1=0.08 pu),
Winding2 (V =20 KV; R1= 0.002 pu;
L1=0.08 pu)
- Panjang Total Jaringan Distribusi = 6.49 Km

113

Gambar 3.1 Diagram Alir Deteksi Lokasi Gangguan


dengan perambatan arus balik

4.2 Hasil Pengujian Simulasi Gangguan Multi Point


dengan Metode Perambatan Gelombang Sinyal
Arus Balik
Pengujian simulasi gangguan multi point
yaitu dengan mensimulasikan gangguan di dua titik
dengan jenis gangguan tertentu, dan waktu gangguan
yang diatur sama atau berbeda di setiap titiknya. Hasil
dari percobaan gangguan multi point dapat dilihat
pada Tabel.4.1. SLG adalah tipe gangguan satu fasa ke
tanah, dan DLG adalah tipe gangguan dua fasa ke
tanah.
5. ANALISA
Pada Gangguan multi point, simulasi
dilakukan pada dua titik lokasi gangguan yang
berbeda yaitu pada titik 1,631 km dan 2,785 km.
Gambar 5.1 adalah hasil dari simulasi dua titik
gangguan, titik pertama gangguan satu fasa ke tanah
pada jarak aktual 1,631 km, sedangkan titik
selanjutnya juga gangguan dengan tipe gangguan yang
sama yaitu gangguan satu fasa ke tanah dengan jarak
2,785 km. Waktu gangguan (Transition Time) diatur
sama pada 0,02-0,1 detik

Gambar 3.2 Simulasi dengan menggunakan metode perambatan gelombang sinyal arus balik

Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa sinyal arus


balik gangguan hanya terbaca di satu titik gangguan
pertama yang paling dekat dari sumber (Gardu Induk)
yaitu pada jarak 1,631 km. Sama seperti pembacaan
sinyal pada gangguan di satu titik, didapatkan
gelombang maju S2 pada saat t=0,02016 detik dan
gelombang korelasi mundurnya sebagai sinyal arus
baliknya adalah S1 pada saat t=0,020175 detik.
Gelombang maju S2 adalah puncak tertinggi dari
semua gelombangnya, sedangkan S1 adalah
gelombang mundur hasil korelasinya diambil dari titik
ekstrim
turun
setelah
gelombang
puncak
maksimalnya. Dengan Persamaan 2.6 maka jarak titik
gangguan dari GI dapat dihitung

gangguan disimulasikan di dua titik. Titik yang


pertama pada jarak 1,631 km dengan simulasi tipe
gangguan satu fasa ke tanah dan waktu gangguan 0,02
0,1 detik. Sedangkan pada titik selanjutnya diberikan
gangguan pada jarak 2,785 km dengan simulasi tipe
gangguan dua fasa ke tanah dan waktu gangguan 0,04
0,12 detik. Gelombang korelasi sinyal arus baliknya
ditunjukkan pada Gambar 5.2 untuk hasil gelombang
keseluruhan gangguan di dua titik, Gambar 5.3 untuk
hasil gelombang gangguan di titik 1,631 Km, dan
Gambar 5.4 untuk hasil gelombang gangguan di titik
2,785 km

d = v * (tS1 tS2) = 289,942 * (0,020175-0,02016)


*1000
2
2
= 2,175 Km
Jarak gangguan aktualnya adalah 1,631 km,
sehingga ada deviasi 0,544 km dari perhitungan.
Error (%) didapatkan dari persamaan 2.12
Error (%) = (2,175 1,631) * 100% = 8,38%
6,49
Dapat dilihat bahwa simulasi gangguan di dua
titik gangguan dengan tipe gangguan yang sama dan
waktu gangguan yang sama meningkatkan nilai
Percobaan berikutnya adalah memberikan gangguan
dengan tipe gangguan yang berbeda dalam waktu
gangguan yang berbeda pula. Hasil percobaan dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Pada percobaan ini titik
terbesar adalah arus pada saluran yang terdekat
dengan sumber, semakin jauh dari sumber impedansi
menjadi

Gambar 5.1 Hasil Simulasi Gangguan SLG pada Jarak 1,631


Km dan 2,785 Km dengan waktu gangguan yang sama

114

No

1
2
3
4
5
6
7

Tipe
Gangguan

Waktu
Gangguan
(s)

Jarak
Gangguan
(Km)

S1

S2

0,020175

Perhitungan
Jarak Titik
Gangguan
dari GI

Error
(%)

Selisih
(Km)

2,175

8,38

0,544

SLG

0,02 - 0,1

1,631

0,02016

SLG

0,02 - 0,1

2,785

SLG

0,02 - 0,1

2,785

0,02005

0,020025

3,624

12,93

0,839

SLG

0,02 - 0,1

3,756

SLG

0,02 - 0,1

1,631

0,02007

0,02005

2,899

19,54

1,268

SLG

0,02 - 0,1

6,49

SLG

0,02 - 0,1

1,631

0,02004

0,02003

1,450

2,79

0,181

DLG

0,02 - 0,1

2,785

DLG

0,02 - 0,1

1,631

0,020025

0,020015

1,450

2,79

0,181

SLG

0,02 - 0,1

2,785

SLG

0,02 - 0,1

1,631

0,02009

0,02008

1,450

2,79

0,181

DLG

0,04 - 0,12

2,785

0,04007

0,04005

2,899

1,76

0,114

SLG

0,02 - 0,1

1,631

0,02009

0,02008

1,450

2,79

0,181

SLG

0,04 - 0,12

2,785

Tabel 4.1 Perhitungan gangguan multi point dengan metode perambatan gelombang sinyal arus balik

Gambar 5.2 Hasil Simulasi Gangguan pada Jarak 1,631 Km


Transition Time 0,02-0,1 detik dan pada Jarak 2,785 Km
Transition Time 0,04-0,12 detik

Gambar 5.3 Hasil Simulasi Gangguan 2 titik pada Jarak 1,631


km pada Tipe Gangguan yang berbeda dan Waktu Gangguan
yang berbeda.

Gambar 5.4 Hasil Simulasi Gangguan 2 titik pada Jarak 2,785


km pada Tipe Gangguan yang berbeda dan Waktu Gangguan
yang berbeda

Dapat dilihat bahwa simulasi gangguan di dua


titik gangguan dengan tipe gangguan yang berbeda dan
waktu gangguan yang berbeda dapat mendeteksi
gangguan di dua titik tersebut, perhitungan nilai
kesalahan (error) pada pendeteksian gelombang dengan
menggunakan sinyal arus balik pada titik pertama pada
jarak gangguan 1,631 km yaitu 2,79% dan pada titik
gangguan kedua 2,785 km yaitu 1,76%, sehingga
pendeteksian lokasi gangguan dapat dihitung dengan
akurat.

6.

115

KESIMPULAN

REFERENSI
-

Pada simulasi gangguan multi point dengan waktu


yang sama dan jenis gangguan yang sama,
pendeteksian lokasi gangguan akan terbaca hanya
pada gangguan pertama, hal ini dikarenakan arus
yang terbaca pada gangguan selanjutnya terlalu
kecil sehingga tidak terbaca. Jenis gangguan yang
sama di titik selanjutnya akan memperbesar error
perhitungan sampai 19,54%.
Pada simulasi gangguan multi point dengan waktu
yang berbeda, sinyal arus balik gangguan akan
terbaca sesuai dengan lokasi terjadinya gangguan
pada waktu yang ditentukan. Namun hal ini terjadi
bila gangguan di titik selanjutnya mempunyai tipe
yang berbeda dari gangguan di titik sebelumnya,
sedangkan bila mempunyai tipe yang sama, sinyal
arus balik gangguan hanya terbaca pada titik awal
terjadinya gangguan saja. Perhitungan menghasilkan
kesalahan hanya sebesar 2,79%.

[1]

[2]

[3]

[4]

[5]

116

A. Pongthavornsawad, and W. Rungseevijitprapa,


Broken Conductor Detection for Overhead Line
Distribution System,
Power and Energy
Engineering Conference (APPEEC), 2011
R. H. Salim, M. Resener, A. D. Filomena, K. R.
Caino de Oliveira, and A. S. Bretas, Extended
Fault-Location Formulation for Power Distribution
System , IEEE Transactions on Power Delivery,
Vol 24, No. 2, 2009
K. J. Ferreira and A. E. Emanuel, A Noninvasive
Technique for Fault Detection and Location, IEEE
Transactions on Power Delivery, Vol 25, No. 4, 2010
Reddy B.R, Kumar M.V, Kalavathi M.S, Kumar P.R,
Localization of Faults on Power Transmission Lines
Using Traveling Wave Theory, ARPN Journal of
Engineering and Applied Sciences, Vol. 5, No. 3,
2010
Gonen. T, Electric Power Transmission System
Engineering, John Willey and Sons, California,
1988

Anda mungkin juga menyukai