Ternyata tidak semua pembunuh adalah psikopat dan tidak semua psikopat
pembunuh. Sebenarnya lebih banyak lagi psikopat yang berkeliaran dan hidup di
tengah-tengah masyarakat, bukan sebagai pelaku kriminal. Selama ini mungkin
tidak disadari psikopat ada di sekitar kita. Apakah dia tetangga, teman kerja atau
bahkan pasangan serta anggota keluarga. Penyimpangan perilaku itu adalah sikap
egois, tidak pernah mengakui kesalahan bahkan selalu mengulangi kesalahan, tidak
memiliki empati, dan tidak punya hati nurani. Bila itu semua ada, kecurigaan
adanya psikopat layak diberikan.
PRIBADI DISSOSIAL
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti
penyakit. Maksudnya, psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu
dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Namun, istilah psikopat yang
sudah sangat dikenal masyarakat justru tidak ditemukan dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat tidak tercantum
dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli kedokteran
jiwa Amerika Serikat. Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk dalam klasifikasi
gangguan kepribadian dissosial. Selain psikopatik, ada gangguan antisosial, asosial,
dan amoral yang masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial tadi.
Psikopat tak sama dengan skizofrenia, karena seorang psikopat sadar penuh atas
perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya
sering kali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian, sekitar
1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena
80%-nya lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau
di rumah sakit jiwa. Pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus kriminal,
psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, pelaku kekerasan dalam rumah
tangga, pelaku bunuh diri, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20% dari total
jumlah psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai
bertutur kata, memesona, punya daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
TEORI PENYEBAB
Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti untuk menjelaskan kemungkinan
penyebab kepribadian psikopat. Di antaranya teori kelainan struktural otak seperti
penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan
volume otak di bagian posterior hippocampal dan peningkatan intensitas otak
bagian callosal white matter. Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin,
gangguan fungsi otak dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster
seorang psikopat.
Mungkin saja tidak ditemukan kerusakan otak pada seorang yang menunjukkan
gejala psikopatik, melainkan terdapat anomali dalam caranya memproses
informasi. Hal ini pernah dibuktikan dalam penelitian menggunakan MRI melalui
pengenalan gambar-gambar kasus bunuh diri yang tidak menyeramkan. Pada orang
nonpsikopat terlihat banyak sekali aktivasi di amigdala (suatu area di otak),
sedangkan pada psikopat tidak tampak perbedaan sama sekali. Peningkatan
aktivitas otak psikopat terjadi di area lain pada otak yaitu area ekstra-limbik.
Tampaknya psikopat menganalisis materi emosional di area otak tersebut.
Tidak mudah mendiagnosis psikopat. Namun, ada tiga ciri utama yang biasanya
melekat pada seorang psikopat, yakni egosentris, tidak punya empati, dan tidak
pernah menyesal. Lebih jauh, ada sepuluh karakter spesifik psikopat. Di antaranya,
tidak memiliki empati, emosi dangkal, manipulatif, pembohong, egosentris, pintar
bicara, toleransi yang rendah pada rasa frustrasi, membangun relasi yang singkat
dan episodik, gaya hidup parasitik, dan melanggar norma sosial yang persisten.
DETEKSI DINI
Selain ada anomali di otak, faktor genetik dan lingkungan juga berperan besar
melahirkan karakter psikopat. Ciri psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-
kanak melalui berbagai perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-
anak ternyata merupakan warisan genetik.
2. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat sering kali pandai melucu dan
pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi,
psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Sering kali pandai
mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka
tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan
mengolahnya seakan-akan itu fakta.
5. Tidak punya rasa sesal, rasa berdosa, dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat
mengakui perbuatannya, ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat
tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
7. Kurang empati. Bagi psikopat, memotong kepala ayam dan memotong kepala
orang, tidak ada bedanya.
8. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian,
jam tidur larut dan sering keluar rumah.
12. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan
kepuasan dirinya.
Memang, diagnosis gejala psikopat pada anak sampai saat ini masih sangat sulit
ditegakkan karena belum ada alat diagnosis yang dapat digunakan. Namun,
pengamatan terhadap anak-anak dalam rentang usia 6–13 tahun bisa mulai
dilakukan, sebab beberapa penyimpangan perilaku pada mereka harus diketahui
dan dikenali orangtua sejak dini. Beberapa faktor risiko yang harus dicermati,
adalah sebagai berikut:
1. Sering berbohong. Jika ketahuan berbohong, ia tak peduli dan akan menutupinya
dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
2. Impulsif dan sulit mengendalikan diri; emosi tinggi, tantrum, dan agresif. Mudah
terpicu amarahnya oleh hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan,
kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
3. Tidak memiliki respons fisiologis yang normal seperti rasa takut yang ditandai
tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar bila
melakukan kesalahan yang besar dan fatal.
4. Emosi dangkal; saat sedih dan gembira ekspresinya tidak terlalu kelihatan.
5. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah, sering menyangkal akibat tindakannya
dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
8. Agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar
rumah.
PENCEGAHAN DINI
Akibat gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan
perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur,
impulsivitas, hingga memperberat gejala autisma dan ADHD (Attention Deficit and
Hyperactivity Disorder). Penelitan lanjutan dari riset ini sangat dibutuhkan dan akan
menjadi sangat penting, khususnya bagi penderita psikopat yang berisiko menjadi
pelaku kriminal.
Seandainya pada anak terdapat faktor genetik dan terdapat beberapa perilaku
tersebut, orangtua harus waspada. Karena itu, yang paling penting adalah
lingkungan keluarga yang sehat dan harmonis. Sebaliknya, keluarga yang dibangun
penuh kekerasan, anak yang ditolak orangtuanya dan diperlakukan kejam adalah
lingkungan yang memicu terbentuknya seorang "monster manusia" atau psikopat
lainnya. Meskipun hanya sebagian kecil saja kelompok psikopat yang berurusan
dengan kriminalitas, tetapi tetap saja mereka merupakan racun dan sampah
masyarakat.
Jika deteksi dini gangguan perilaku dilakukan dengan baik, ditunjang kehidupan
keluarga yang baik dan harmonis maka idealnya seorang psikopat tidak akan
berubah menjadi pelaku kriminal. Hal ini sangat penting diupayakan agar tak
sampai mengakibatkan kehidupan yang kelam bagi masa depan anak. Ingat, faktor
genetik, gangguan fungsi otak, dan lingkungan dapat saling memengaruhi.