Anda di halaman 1dari 3

3 Hikmah penting dalam mengarungi bulan Ramadhan

Ramadhan sering datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia adalah
momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala
Ramadhan yang dirindukan telah menjelang. Setiap kita mempunyai beragam cara untuk
menyambutnya. Musim kebaikan tahunan ini memang tak layak untuk dilewatkan begitu saja.
Bahkan Rasulullah SAW sejak awal mengadakan briefing penyambutan Ramadhan di tengahtengah para sahabat. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : Sungguh telah datang
padamu sebuah bulan yang penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya,
(bulan) dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam, dan
dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu
bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya, maka telah diharamkan (seluruhnya) (HR
Ahmad, Nasai dan Baihaqi)
Ramadhan sering datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia adalah
momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala. Ini mirip bulan promosi
dan besar-besaran yang ditawarkan di pusat-pusat perbelanjaan. Kebaikan nilai pahalanya
menjadi berlipat-lipat, semua orang berburu memborongnya. Saya sering mengibaratkan
Romadhon itu : Bagaikan kita mendapat hadiah di sebuah pusat perbelanjaan. Kita diberi
kesempatan untuk mengambil semua barang belanja di dalamnya, namun hanya dalam waktu
beberapa saat saja ! Allah SWT menggambarkannya dalam Al-Quran : (yaitu) dalam
beberapa hari yang tertentu ( QS Al-Baqarah 184)
Semua kita, jika diberi kesempatan gratisan semacam itu, pasti segera meloncat lalu berlari
menuju rak-rak belanjaan untuk segera mengambil barang-barang, dari yang termahal hingga
termurah. Nyaris tanpa henti hingga waktunya selesai. Lelah berkeringat bukan masalah. Apa
yang dalam pikiran kita adalah ini kesempatan berharga.. Sekali lengah atau berhenti bisa berarti
kerugian yang tak terbayangkan. Apa makna dari gambaran di atas ? Satu arti yang harus kita
pahami dan kita catat dengan baik adalah ; bahwa Ramadhan memang benar-benar berbeda.
Perlu interaksi, konsentrasi dan energi yang berbeda pula dalam menyikapinya. Jangan sekalisekali menyamakan Ramadhan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berbeda dan sungguh
berbeda, bahkan mulai dari cara kita menyambutnya. Yang menyamakan siap-siap saja gulung
tikar di hari-hari pertama.
Salah satu cara kita menyambutnya adalah dengan memahami Hikmah Ramadhan. Kita bisa
sesibuk apapun dalam bulan Ramadhan, tapi tanpa menyelami hikmahnya, barangkali yang
tersisa saat Syawal menjelang hanyalah kelelahan fisik yang tak terkira. Saat musim mudik usai,
mungkin hanya suara parau sisa kebut-kebutan tilawah yang bersisa. Namun sebaliknya, dengan
mengetahui sejuta hikmah dalam Ramadhan, maka kita akan menikmati amal-amal ibadah dalam
Ramadhan dengan penuh penghayatan dan kekhusyukan. Kita menjalani paket ibadah Ramadhan
lengkap dengan lebih ringan karena memahami manfaatnya buat kita. Dan lebih hebat lagi,
setelah Ramadhan usai pun kita masih bisa merasakan hikmahnya dalam menjalani hari-hari
selanjutnya.

Mari sejenak mengambil ibarat : seorang yang minum obat-obatan dan seorang yang minum
madu atau multivitamin. Yang minum obat-obatan, biasanya sekedar menggugurkan kewajiban
agar terbebas dari rasa sakitnya. Ia sendiri tak pernah paham khasiat apa yang terkandung dalam
obat tersebut. Yang jelas dokter mewajibkannya meminum obat tersebut secara rutin tiga kali
sehari. Maka ia meminumnya dengan setengah hati dan terbebani. Lain lagi dengan seorang yang
minum madu atau multivitamin yang sejenis. Ia tahu persis khasiat yang terkandung di
dalamnya, sebagaimana ia juga meyakini manfaat besar yang akan ia dapatkan ketika
meminumnya. Maka ia meminumnya dengan begitu ringan dan bersemangat. Contoh kedua
inilah yang ingin kita praktekkan dalam hari-hari Ramadhan kita. Kita memahami hikmah dan
khasiat ramadhan bagi diri kita, lalu menikmati dan menjalani semua amal dan aktifitas di
dalamnya dengan penuh semangat, gairah dan vitalitas !! ( ups .. mirip iklan jadinya).
Saya meyakini ada sejuta hikmah dalam Ramadhan yang mulia ini. Mari kita intip tiga di
antaranya sebagai penyemangat awal sekaligus oleh-oleh Ramadhan saat telah usai nanti :
Pertama : Ramadhan sebagai Training Keikhlasan
Puasa adalah ibadah yang melatih keikhlasan. Maka puasa Ramadhan selama sebulan adalah
training keikhlasan yang sangat efektif. Sejak awal Rasulullah SAW menjelaskan betapa ibadah
puasa benar-benar jalur langsung antara seorang dengan Tuhannya. Puasa menjadi ibadah yang
begitu mulia karena langsung dinilai oleh Allah sang Maha Mulia. Beliau meriwayatkan firman
Allah SWT dalam sebuah hadits Qudsi : Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali Puasa,
sesungguhnya (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya ( HR Ahmad dan
Muslim).
Ibadah Puasa melatih kita untuk ikhlas dalam arti yang paling sederhana, yaitu : beramal hanya
karena Allah SWT, mengharap pahala dan keridhoan-Nya. Betapa tidak ? Hampir semua ibadah
bisa dideteksi dengan mudah oleh semua manusia, kecuali puasa. Orang menjalankan sholat dan
zakat bisa dengan mudah terlihat dengan mata telanjang. Apalagi ibadah haji, rasa-rasanya satu
kampung pun bisa mengetahui kalau salah satu kita menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan
puasa, yang hampir-hampir tidak bisa diketahui oleh orang lain karena kita sekedar menahan
tidak makan minum dan berhubungan badan.
Artinya, dalam puasa kita dipaksa untuk ikhlas menjalani itu semua hanya karena Allah SWT.
Sekiranya bukan karena ikhlas, akan sangat mudah bagi seseorang untuk mengelabui keluarga
atau teman-temannya. Ia bisa ikut sahur dan juga berbuka bersama keluarga, tapi di siang hari
mungkin saja menyantap lahan makanan di warung langganannya. Kita semua juga bisa
berakting puasa dengan mudah, tapi lihatlah : tidak pernah terbersit dalam hati kita untuk
menjalani puasa dengan modus semacam itu. Subhanallah, inilah training keikhlasan terbaik
yang pernah kita dapati. Sebulan penuh merasa di awasi dan beramal hanya karena Allah SWT.
Mari kita sedikit berangan, seandainya kaum muslimin di Indonesia bisa mengambil sedikit saja
oleh-oleh keikhlasan samacam ini untuk bulan-bulan selanjutnya, bisa kita bayangkan angka
kejahatan, korupsi dan sebagainya insya Allah akan menurun drastis. Karena mereka semua
merasa di awasi oleh Allah SWT, lalu menjalankan ketaatan dengan ikhlas sebagaimana
meninggalkan kemaksiatan juga dengan ikhlas.

Kedua : Ramadhan untuk Training Keistiqomahan


Momentum Ramadhan yang penuh dengan berbagai amalan dari pagi hingga malam hari- mau
tidak mau, suka tidak suka, akan membuat seorang berlatih untuk istiqomah dalam hari-hari
selanjutnya. Kita semua benar-benar menjadi orang yang sibuk dalam bulan Ramadhan. Bangun
di awal hari untuk sholat malam dan sahur, kemudian siang hari yang dihiasi tilawah dan
dakwah, belum lagi malam hari yang bercahayakan tarawih dan tadaruh. Semua kita lakukan
dalam tempo sebulan penuh terus menerus. Sebuah kebiasaan tahunan yang nyaris tidak kita
percaya bahwa kita bisa menjalaninya. Semangat beribadah kita benar-benar dipacu saat
memulai Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW memberikan panduan agar melipatgandakan
semangat saat akan melepas bulan mulia tersebut. Dari Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW
ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan
istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)
Bila training keistiqomahan ini kita resapi dengan baik, maka kita akan terbiasa beramal secara
terus menerus dan berkelanjutan dalam bulan yang lain. Segala halangan dan rintangan akan
teratasi dengan sempurna karena semangat istiqomah yang telah tertempa dalam dada kita. Pada
bulan berikutnya, saat lelah melanda, ada baiknya kita mengingat kembali semangat kita yang
menyala-nyala dalam bulan Ramadhan. Untuk kemudian bangkit dan melanjutkan amal dengan
penuh semangat !
Ketiga : Ramadhan sebagai Training Ihsan
Syariat kita mengajarkan untuk optimal atau ihsan dalam setiap ibadah. Tak terkecuali dengan
ibadah puasa Ramadhan. Setiap kita diminta untuk meniti hari-hari puasa dengan penuh
ketelitian. Menjaganya dari segala onak yang justru akan memporakporandakan pahala puasa
kita. Rasulullah SAW telah mengingatkan : Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak
mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat
malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali hanya begadang (HR Ibnu Majah)
Ini artinya, hari-hari puasa kita haruslah penuh kehati-hatian. Menjaga lisan, pandangan dan
anggota badan lainnya dari kemaksiatan. Sungguh berat, tapi tiga puluh hari latihan seharusnya
akan membuat kita melangkah lebih ringan dalam hal ihsan pada bulan-bulan selanjutnya.
Bahkan semestinya, perilaku ihsan ini memang menjadi branding kaum muslimin dalam setiap
amalnya.
Terakhir, banyak hikmah lain yang terserak sedemikian rupa dalam titian tiga puluh hari yang
mulia ini. Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali mengais hikmah-hikmah tersebut dari hari ke
hari Ramadhan kita, untuk kemudian menjadikannya sebagai simpanan dalam menyambut bulanbulan berikutnya. Mari memulai dari keinginan tulus dalam hati untuk mensukseskan Ramadhan
tahun ini. Lalu diikuti dengan kesungguhan dalam mengisinya bahkan hingga saat hilal Syawal
menjelang. Agar kegembiraan yang dijanjikan bisa kita dapatkan. Rasulullah SAW bersabda :
Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka ( buka puasa dan
juga saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka ( Hadits Bukhori & Muslim ).
Wallahu alam bisshowab.

Anda mungkin juga menyukai