Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut,ke arah
darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang
masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Nagari
adalah suatu tempat atau wilayah yang mengandung satu kesatuan
wilayah, satu kesatuan masyarakat, dan satu kesatuan adat.

1.2 BATASAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Pengenalan lebih lanjut tentang pembagian wilayah pesisir
2. Apa itu Nagari salingkuang adat di minang kabau?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

WILAYAH PESISIR
Nama Pesisir Selatan berasal dari nama daerah ini pada masa penjajahan

Belanda, afdeling zuid beneden landen (dataran rendah bagian selatan). Ketika itu
pada tahun 1903 wilayah Bandar Sepuluh Inderapura dan Kerinci menjadi
afdeeling yang dipimpin asisten residen yang berkedudukan di Inderapura sebagai
pusat pemerintahan. Melalui UU no 12 Tahun 1956 daerah ini menjadi kabupaten
Pesisir Selatan Kerinci. Tahun 1957 dengan lepasnya Kerinci menjadi kabupaten
sendiri di bawah provinsi Jambi, namanya berubah menjadi Pesisir Selatan saja.
Wilayah pantai atau pesisir mempunyai karakter yang spesifik
dibandingkan dengan kawasan yang lain. Wilayah ini merupakan agregasi dari
berbagai komponen ekologi dan fisik yang saling terkait dan saling berinteraksi.
Pembangunan dengan memanfaatkan sumberdaya pantai tanpa memperhatikan
prinsip-prinsip ekologis akan dapat merusak fungsi ekosistem pantai.
Pengembangan wilayah pada kawasan pesisir sebagaimana pengembangan
wilayah pada kawasan lainnya, mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraan

masyarakat.

Kegiatan

ini

dilakukan

melalui

perencanaan

pengembangan dalam suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan


yang harus diperhatikan.
pembangunan pada kawasan pantai berkembang sangat pesat dan
ditunjukkan dengan adanya multi kegiatan, misalnya usaha tambak, nelayan,
pengusaha industri, hotel dan rekreasi wisata, dan usaha-usaha. Dengan semakin
meningkat dan kompleksitas kegiatan didalamnya maka perlu dilakukan
perencanaan pengembangan kawasan pantai/pesisir.
Pengelolaan wilayah pantai secara terpadu (Intergrated Coastal Zone
Management) merupakan kunci bagi pembangunan melalui pemecahan problem
dan konflik di wilayah pantai yang sangat pelik dan kompleks.

1.

Wilayah ( daerah ) Pesisir Minangkabau


Minangkabau, selain memiliki wilayah darek (luhak) dan wilayah rantau,

juga memiliki wilayah "pasisia" (pesisir). Banyak juga orang minangkabau yang
tinggal di pasisia. Walaupun pada dasarnya pusat wilayah minangkabau adalah
darek atau luhak.
Wilayah pasisia merupakan bagian dari wilayah rantau. Wilayah pasisia
adalah wilayah di tepi pantai. Pasisia dalam bahasa indonesia berarti pesisir.
Sama seperti wilayah rantau lainnya, orang minangkabau yang merantau ke
daerah pasisia juga mengembangkan kebudayaan dan adat minangkabau di daerah
tersebut. Di daerah pasisia ini mereka melakukan berbagai jenis usaha seperti
nelayan, bercocok tanam, beternak dan lain sebagainya.
Secara umumnya wilayah pasisia bisa diartikan sebagai wilayah rantau
orang minangkabau yang terletak di pinggir laut atau di pantai. Wilayah pasisia ini
merupakan salah satu wilayah minangkabau

karena mereka menganut adat

minangkabau.
Wilayah pasisia minangkabau berada di sepanjang pantai bagian barat
sampai pulau sumatra mulai dari perbatasan bengkulu sekarang (muko-muko)
sampai ke perbatasan tapanuli selatan. Wilayah tersebut dahulunya merupakan
wilayah minangkabau karena penduduknya adalah orang minangkabau.
Wilayah pasisia merupakan daerah rantau orang luhak tanah datar dan
luhak agam. Mereka menyebar ke arah barat , kemudian sebagian menetap
dipantai. Perpindahan tersebut berlangsung secara bertahap, bukan pindah secara
serempak seperti transmigrasi sekarang.
Penyebaran masyarakat Luhak tanah Datar yaitu :
Perpindahan penduduk luhak tanah datar ke arah selatan, melahirkan tiga
belas nagari yang kemudian dikenal dengan kubuang XIII. Nagari-nagari tersebut
ialah solok salayo, koto hilalang, cupak, talang, gauang, saok laweh, gantuang
ciri, koto gadang, koto anau, muaro paneh, koto baru, koto gaek, dan tanjuang
balingkuang.

Dari kubuang XIII, mereka terus menyebar ke nagari-nagari arah selatan


seperti : alahan panjang, pantai cermin, dan alam surambi sungai pagu. Dari sini
mereka terus menyebar lagi ke arah pesisir selatan dan akhirnya sampai ke daerah
muko-muko di perbatasan bengkulu.
Nagari-nagari yang terletak di daerah pesisir selatan tersebut ialah : ranah
pasisia, silawaik, lunang, indopuro, aia aji, pungasan, sungai tunu, labuan balai
salasa, surantiah, sungai sirah, lakitan, koto baru, kambang, ampiang perak,
taratak, batang kapeh, salido, painan, lumpo, asam kumbang, bayang, koto
marapak, tarusan koto sabaleh, dan lubuak kilangan.
Lain halnya, dari daerah batipuah X koto tanah datar, penyebaran
penduduk terjadi ke arah barat. Dari jaho dan tambangan mereka sampai di
anduriang kayu tanam, guguak kapalo hilalang, sicincin, toboh pakandangan.
Daerah ini dikenal dengan ujuang darek kapalo rantau yaitu perbatasan luhak
dengan rantau.
Dari wilayah itulah mereka menyebar kearah pasisia yaitu : VII koto
sungai sariak yang terdiri dari beberapa nagari : tandikek, batu kalang, sungai
sariak, sungai durian, dan ampalu. Sebagian dari mereka terus menyebar ke
wilayah padang VIII suku seperti : pasia ulak karang, ranah binuang, palinggam,
subarang gantiang, parak gadang, aia cama, alang laweh, balai tampuruang, dan
kampuang olo parak karambia.
Berdasarkan penyebaran tersebut, kelihatan dari luhak tanah datar mereka
menempati wilayah yang cukup luas, yaitu kabupaten pesisir selatan, kota madya
padang, dan sebagian wilayah padang pariaman sekarang.
Penyebaran penduduk luhak agam hingga mencapai pasisia adalah sebagai
berikut.
Dari siano koto gadang, sampai ke lawang tigo balai dan palembayan.
Sebagian di antara mereka menuju arah pasaman sekarang yaitu kumpulan,
ganggo, kinali, sundatar, tiagan, dan sasak. Sebagian rombongan itu sampai ke
lubuak basuang, tiku. Rombongan yang dari matur juga sebagian melanjutkan
penyeberangannya hingga kemaninjau X koto, terus ke XII koto, sungai

garinggiang, gasan dan tiku, cimpago, ulu banda, dan terus menjadi V koto
kampuang dalam, pariaman sabatang panjang dan malai sabatang panjang.
Penyebaran ke arah utara selanjutnya : dari sasak dan kinali terus ke parik
batu, koto baru, padang tujuh, aua kuniang, lubuak pudiang, aia gadang, sontang
muaro kiawai, sungai aua, ujuang gadiang, parik, aia bangih, dan daerah
disekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas, penyebaran penduduk luhak agam ke wilayah
pasisia meliputi daerah pasaman dan sebagian kabupaten padang pariaman
sekarang. Dan masih banyak lagi penyeberan yang terjadi selanjutnya.
2.

Kedudukan wilayah pasisia


Wilayah pasisia menjadi daerah penyeberan dai luhak tanah datar dan

luhak agam. Tujuannya mereka merantau adalah mencari penghidupan baru yang
lebih layak. Diluhak mereka menggunakan adat minangkabau sebagai aturanaturan yang berlaku dan pegangan dalam mengatur kehidupan. Aturan adat
minangkabau tersebut mereka bawa ke wilayah rantau pasisia. Oleh karena itu,
wilayah rantau pasisia tersebut akhirnya menjadi bagian dari wilayah
minangkabau.
Kedudukan wilayah pasisia tetap menjadi wilayah rantau. Adat dan
budayanya sama dengan luhak. Jika terdapat perbedaan, hanya sebagian dari
pelaksanaannya saja. Perbedaan lainya terletak pada pimpinan dan pemimpin.
Seperti ungkapan luhak bapangulu, rantau barajo,. Pemimpinnya adalah raja,
disamping pengulu juga ada.
Berdasarkan Lembaran Negara No.418 tahun 1905 tanggal 1 Januari 1905,
yang diresmikan pada tanggal 1 Desember 1908 dengan Asisten Residen WD van
Drunen Littel , Kabupaten Painan terdiri dari 3 Kecamatan ,yaitu :
1. Kecamatan Painan
1. Painan,
2. Batangkapeh,

3. Bayang,
4. Laras Pulut-pulut dan Tarusan.
2. Kecamatan Aihaji
1. Airhaji,
2. Nagari Amping parak,
3. Nagari Kambang,
4. Nagari Lakitan,
5. Nagari Palangai,
6. Nagari Sungai tunu,
7. Nagari Pangasan,
8. Nagari Airhaji)
3. Kecamatan Indera Pura
1. Keregenan Inderapura,
2. Nagari Inderapura,
3. Daerah Tapan,
4. Daerah Lunang,
5. Daerah Silaut.
Penjelasan Kecamatan di Pesisir Selatan
1. Koto XI Tarusan awalnya terdiri dari 11 koto. Sekarang sudah dimekarkan
menjadi beberapa Nagari Yaitu: Siguntua, Taratak Sungai Lundang,

Barung2 Balantai, Barung2 Belantai Timur, Duku, Duku Utara, Batu


hampa, Batu hampa Selatan, Nanggalo, Kapuh Utara, Kapuh, Sungai Tawa
Taluak Raya, Kampuang Pansua, Ampang Pulai, Pulau Karam, Carocok
Anau, Mandeh, Sungai Nyalo Mudik Aia, Sungai Pinang, dan lain-lain].
2. Bayang awalnya disebut sebagai nagari Bayang Nan Tujuh karena terdiri
dari tujuh koto, kemudian dimekarkan menjadi beberapa nagari sampai
sekarang.
3. Bayang Utara awalnya disebut Koto Nan Salapan, terdiri dari Pulut-pulut,
Muaro Air, Pancung Taba, Ngalau Gadang, Limau-limau dan Taratak Nan
Tigo (Teleng, Pisang dan Baru).
4. IV Jurai terdiri dari Lumpo, Sago, Salido dan Painan tapi sekarang sudah
dimekarkan

menjadi

beberapa

nagari.

Disini

terletaknya

pusat

pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Painan.


5. Batang Kapas, merupakan kepala dari Bandar Sepuluh, terdiri dari 5
Nagari Yaitu Nagari IV Koto Hile, Nagari Koto Nan Duo IV Koto Hilie,
Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hile, Nagari IV Koto Mudiak, Nagari
Taluak.
6. Sutera, merupakan singkatan dari 3 nagari : Surantih, Taratak dan
Ampiang Parak.
7. Lengayang, terdiri dari dua nagari awal : Kambang dan Lakitan. Kambang
merupakan wilayah asal penyebaran dari masyarakat Bandar Sepuluh.
Nenek moyang dari Sungai Pagu turun melalui Kambang kemudian
menyebar ke utara (Sutera dan Batangkapas) dan sebagian menyebar ke
selatan (Ranah Pesisir dan Linggo Sari Baganti).
8. Ranah Pesisir terdiri dari nagari Palangai (Balai Salasa) dan nagari
Punggasan.

9. Linggo Sari Baganti terdiri dari Punggasan dan Air Haji, merupakan ekor
dari Bandar Sepuluh, berbatasan dengan wilayah Indojati.
10. Pancung Soal, berpusat di Inderapura
11. Air Pura, juga di wilayah Inderapura yang merupakan pemekaran dari
Kecamatan Pancung Soal
12. Basa IV Balai Tapan, merupakan wilayah tengah dari Indojati. Di Tapan
terdapat persimpangan jalan menuju Kerinci, Padang dan Bengkulu.
13. Ranah Ampek Hulu Tapan, juga di wilayah Tapan, merupakan pemekaran
dari Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
14. Lunang, tempat berkedudukannya Mande Rubiah. Sebagian wilayah
Lunang adalah daerah transmigrasi.
15. Silaut, sebagian besar wilayahnya merupakan lahan transmigrasi. Silaut
adalah daerah paling selatan Kabupaten Pesisir Selatan dan Paling Selatan
di Sumatera Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Mukomuko Provinsi Bengkulu

3. Wilayah Pesisir Selatan berdasarkan negeri asal


a.

Tarusan - Bayang - Salido Painan


Nenek moyang Koto XI Tarusan umumnya berasal dari nagari
Guguk (dalam wilayah Kubuang Tigo Baleh, Solok sekarang) dan
sebagian kecil merupakan ekspansi dari orang Bayang. Nenek moyang
Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan Salapan (Bayang Utara) berasal dari 3
nagari di Kubuang Tigo Baleh (Solok)sekarang yaitu : Muaro Paneh,
Kinari dan Koto Anau. Nenek moyang IV Jurai (Lumpo, Sago, Salido dan
Painan) sebagian merupakan ekspansi dari Bayang (Lumpo, Sago dan
Salido) dan sebagian merupakan ekspansi dari Batangkapeh (Bandar

Sepuluh) yaitu Salido dan Painan. Namun Painan merupakan daerah yang
dihuni oleh berbagai pendatang dari berbagai arah, dari utara maupun
selatan. Salido merupakan daerah yang sangat makmur pada abad 17
hingga 18 karena aktifnya penambangan emas yang terdapat disini.
Sekarang penambangan batubara juga mulai aktif di Salido.
b. Bandar Sepuluh
Nenek moyang Bandar Sepuluh umumnya dipercaya merupakan
perantau dari Sungai Pagu ([[Solok Selatan]]) pada abad 15. Tapi tidak
tertutup kemungkinan sebelum kedatangan mereka, Bandar Sepuluh sudah
didatangi dan dihuni oleh masyarakat dari Inderapura dan sekitarnya.
Disebut Bandar Sepuluh karena pada masa jaya-jayanya di wilayah ini
terdapat sepuluh bandar atau dermaga ("Labuhan" dalam istilah setempat).
Masing-masing nagari mempunyai dua dermaga yang terdapat di muara
sungai-sungai besar di wilayah Bandar Sepuluh.
c. Renah Indojat
Inderapura merupakan kedudukan sebuah kerajaan maritim
terbesar di pantai barat Sumatera dari abad ke 8 sampai abad ke 18 yaitu
Kerajaan Inderapura yang sultannya masih ada sampai sekarang.
Inderapura terkenal dengan dua puluh penghulunya yang merupakan
perwakilan dari 3 nenek moyang mereka (6 di hilir, 6 di mudik dan 8 dari
daerah lain). Inderapura merupakan daerah yang sudah tua, sudah dihuni
semenjak abad ke-8 Masehi. Sementara Tapan terkenal dengan 4 penghulu
sukunya sehingga disebut Basa Ampek Balai. Masyarakat Lunang
dipercaya eksis semenjak era kesultanan Inderapura dan diduga nenek
moyang mereka ekpansi dari masyarakat Inderapura sendiri, atau Sungai
Pagu dan daerah sekitarnya. Lunang juga mulai eksis setelah era
kesultanan Inderapura. Lunang mempunyai 8 orang penghulu suku yang
berperan dan berkonsultasi kepada Mande Rubiah (keturunan Bundo
Kanduang) sebagai yang dituakan dan dihormati di Lunang dan sekitarnya.
4. Perekonomian wilayah pesisir
Sebagian besar penduduk Pesisir Selatan bergantung pada sektor
pertanian tanaman pangan, perikanan dan perdangan. Sementara sumber
daya potensial lainnya adalah pertambangan, perkebunan dan pariwisata.

Sektor perkebunan terutama perkebunan sawit mulai berkembang pesat


sejak sepuluh tahun terakhir, yang berlokasi di Kecamatan Pancung Soal,
Basa Ampek Balai dan Lunang Silaut. Melibatkan beberapa investor
nasional dengan pola perkebunan inti dan plasma. Sebuah industri pengota
minyak sawit CPO kini sudah berdiri di Kec. Pancung Soal, dengan
kapasitas produksi sebesar 4.000 ton per hari.
5. Makanan khas wilayah pesisir
Di Pesisir selatan dikenal rendang lokan (sebangsa kerang hijau)
bercangkang hitam. Lokan banyak terdapat dimuara sungai Indrapura
dengan kedalaman 16 m'dan sungai batang Tarusan. Saat pengambilan
Lokan penyelam tidak memakai alat bantu sama sekali.
6. Objek wisata wilayah pesisir
Pesisir Selatan memiliki panorama alam yang cukup cantik dan
mempesona. Kawasan Mandeh misalnya, sekarang kawasaan wisata ini
oleh pemerintah pusat masuk dalam Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Nasional (RIPPNAS) mewakili kawasan barat Indonesia.
Kawasan wisata potensial lainnya adalah Jembatan Akar, Water Pall
Bayang Sani, Cerocok Beach Painan, Bukit Langkisau, Nyiur Melambai
serta sejumlah objek wisata sejarah, seperti Pulau Cingkuak (Cengco),
Peninggalan Kerajaan Inderapura dan Rumah Gadang Mandeh Rubiah
Lunang.
Bila semua potensi pariwisata Pesisir Selatan tersebut dapat
diekelola secara profesional tentu akan jadi sumber PAD andalan daerah
pada masa mendatang. Untuk itu pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan
membuka diri selebar lebarnya kepada investor yang berminat
menanamkan modatnya di daerah ini.
Di Pesisir Selatan banyak terdapat objek wisata baik objek wisata
alam maupun wisata sejarah dan budaya. Ada beberapa objek wisata yang
terkenal, antara lain:

1. Bendungan Amping Parak Timur (Teratak Panas)


2. Pantai Mandeh, Pantai Batu Kalang dan Taluak Sikulo (Tarusan)
3. Pulau Keong (Batang Kapas)
4. Pulau Cubadak
5. Jembatan Akar (Bayang Utara)
6. Air Terjun Bayang Sani (Bayang)
7. Puncak Langkisau (Painan)
8. Pantai Carocok (Painan)
9. Benteng Portugis di Pulau Cingkuk (Painan)
10. Bekas pertambangan emas di Salido
11. Pantai Pasir Putih di Kambang
12. Puing-puing Istana Kerajaan Inderapura di Muaro Sakai
(Inderapura)
13. Istana Mande Rubiah di Lunang
14. Sako di Tapan
15. Air Terjun Telun Berasap di Malepang Tapan
16. Air Terjun Malaca di Panadah Tapan
17. Pantai Sembungo Indah di Silaut
7. Pendidikan di wilayah pesisir
1. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Painan

2. Sekolah Tinggi Agama Islam Balai Selasa


3. Sekolah Tinggi Agama Islam Madrasah Arabiah Bayang
4. Universitas Terbuka di Tapan dan Lunang
5. Sekolah Tinggi Agama Islam di Painan
8. Agama
Semenjak zaman Syekh Burhanuddin di Ulakan, Pariaman,
dakwah Islam sudah menyebar di seantero Pesisir Selatan. Tak lama
sesudah berdirinya sebuah surau di Painan oleh seorang Ulama bernama
Burhanuddin, berdiri pula sebuah surau di Puluikpuluik, Bayang yang
diprakarsai oleh Syekh Buyung Muda asal Puluikpuluik, rekan sesama
murid Syekh Abdurrauf asal Aceh.
Begitu pula dengan berubahnya Kerajaan Inderapura menjadi
Kesultanan Inderapura berkat usaha para ulama di Inderapura, telah
menjadikan kesultanan ini sebagai pusat pengembangan dakwah Islam di
bumi Inderapura dan sekitarnya.
Di Balai Selasa dan Salido sudah berdiri Sekolah Tinggi Agama
Islam swasta dalam rangka memenuhi tuntutan pendidikan agama Islam di
kabupaten ini.Ulama yang termasyhur diantaranya adalah Syekh
Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi atau dikenal dengan gelar Syekh
Bayang, kelahiran 1864 dan wafat 1923 dan Haji Ilyas Ya'kub, seorang
ulama dan pahlawan nasional dari Pesisir Selatan.Khusus untuk Agama
Katolik, walaupun penduduk Katolik di Sumatera Barat adalah minoritas,
tapi Kabupaten Pesisir Selatan ini masuk dalam Keuskupan Padang

9. Pembangunan

Yang menjadi isu pembangunan di Kecamatan Bayang sampai saat


ini adalah pembangunan jalan tembus Bayang (Pasar Baru) - Alahan
Panjang (Solok/Solok Selatan) dan Kambang (Lengayang) - Muara Labuh
(Solok Selatan) yang terkendala oleh keberadaan hutan lindung Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Jalan tembus ini sudah lama dinantikan
masyarakat kedua kabupaten demi kemajuan ekonomi mereka.
10. Pemekaran kabupaten
Sejak tahun 2003, masyarakat di tiga kecamatan paling selatan di
kabupaten ini telah memperjuangkan sebuah kabupaten baru yang meliputi
daerah Renah Indojati yaitu Inderapura, Tapan, Lunang dan Silaut. Usaha
pemekaran ini pada awalnya tidak direspon Pemerintah daerah Pesisir
Selatan, namun saat ini perjuangan ini telah membuahkan hasil. Pada
tahun 2012 ini telah dilaksanakan pemekaran tiga kecamatan di Renah
Indojati menyusul pemekaran nagari yang telah dilaksanakan untuk
memenuhi persyaratan administratif sebuah kabupaten baru. Ditargetkan
pada tahun 2013 kabupaten Renah Indojati yang diidamkan telah
terbentuk. Kabupaten Renah Indojati terdiri atas 6 kecamatan yaitu:
1. Basa Ampek Balai Tapan
2. Lunang, perubahan nama dari Kecamatan Lunang Silaut
3. Pancung Soal
4. Air Pura, Pemekaran dari Kecamatan Pancung Soal
5. Ranah Ampek Hulu Tapan, Pemekaran dari Kecamatan Basa Ampek
Balai Tapan
6. Silaut, Pemekaran dari Kecamatan Lunang Silaut
B.

NAGARI SALINGKUANG ADAT

Nagari adalah suatu tempat atau wilayah yang mengandung satu kesatuan
wilayah, satu kesatuan masyarakat, dan satu kesatuan adat.

Syarat-syarat nagari:

babalai bamusajik

: Memiliki tempat musyawarah (balai) dan masjid

basuku banagari

: Memiliki minimal empat suku dan suatu wilayah tertentu

bakorong bakampuang

: Memiliki korong dan kampung

balabuah batapian

: Memiliki jalan dan tempat mandi/sumber air

basawah baladang

: Memiliki sawah dan ladang sebagai sumber kehidupan

bagalanggang pamedanan : Memiliki gelanggang dan lapangan tempat keramaian

bapandam bapakuburan

: Memiliki tanah pemakaman

Nagari sebagai kesatuan adat memiliki kebebasan untuk mengurus


nagarinya sendiri sesuai adat yang berlaku. Dalam pituah adat disebut kusuik bulu
paruah manyalasaikan, kusuik paruah bulu manyalasaikan.
Pemerintahan di sebuah nagari diatur menutut tingkatan berikut:
1. Suku, dipimpin oleh mamak/penghulu suku.
2. Buah Paruik (kumpulan orang sekaum), dipimpin oleh mamak/penghulu
kaum.

3. Kampuang (kumpulan rumah gadang yang berdekatan), dipimpin oleh tuo


kampuang.
4. Rumah Gadang, dipimpin oleh tungganai.
Terbentuknya suatu nagari melalui urutan seperti dalam kata-kata adat berikut:
taratak mulo dibuek
sudah taratak manjadi dusun
sudah dusun manjadi koto
baru bakampuang banagari.

1. Adat Minang Kabau


Orang Minangkabau terkenal dengan adatnya. Adat sangat penting dalam
kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu dalam petatah Minangkabau
diungkapkan, hiduik dikanduang adat.
Ada empat tingkatan adat di Minangkabau.
a.

Adat Nan Sabana Adat


Adat nan sabana adat adalah kenyataan yang berlaku tetap di alam, tidak

pernah berubah oleh keadaan tempat dan waktu. Kenyataan itu mengandung nilainilai, norma, dan hukum. Di dalam ungkapan Minangkabau dinyatakan sebagai
adat nan indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan, diasak indak layua,
dibubuik indak mati; atau adat babuhua mati.
Adat nan sabana adat bersumber dari alam. Pada hakikatnya, adat ini ialah
kelaziman yang terjadi dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, adat
Minangkabau tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal itu melahirkan konsep

dasar pelaksanaan adat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, yakni adat


basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan syarak mangato, adat mamakai.
Dari konsep itu lahir pulalah falsafah dasar orang Minangkabau yakni alam
takambang jadi guru.
Adat nan sabana adat menempati kedudukan tertinggi dari empat jenis adat
di Minangkabau. Ia berfungsi sebagai landasan utama dari norma, hukum, dan
aturan-aturan masyarakat Minangkabau. Semua hukum adat, ketentuan adat,
norma kemasyarakatan, dan peraturan-peraturan yang berlaku di Minangkabau
bersumber dari adat nan sabana adat.
b.

Adat Nan Diadatkan


Adat nan diadatkan adalah adat buatan yang direncanakan, dirancang, dan

disusun oleh nenek moyang orang Minangkabau untuk diterapkan dalam


kehidupan sehari-hari. Aturan yang berupa adat nan diadatkan disampaikan dalam
petatah dan petitih, mamangan, pantun, dan ungkapan bahasa yang berkias.
Orang Minangkabau mempercayai dua orang tokoh sebagai perancang,
perencana, dan penyusun adat nan diadatkan, yaitu Datuak Parpatiah Nan
Sabatang dan Datuak Katumangguangan. Inti dari adat nan diadatkan yang
dirancang Datuak Parpatiah Nan Sabatang ialah demokrasi, berdaulat kepada
rakyat, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Sedangkan adat yang
disusun Datuak Katumangguangan intinya melaksanakan pemerintahan yang
berdaulat ke atas, otokrasi namun tidak sewenang-wenang.
Sepintas,

kedua

konsep

adat

itu

berlawanan.

Namun

dalam

pelaksanaannya kedua konsep itu bertemu, membaur, dan saling mengisi.


Gabungan keduanya melahirkan demokrasi yang khas di Minangkabau.
Diungkapkan dalam ajaran
Minangkabau sebagai berikut:
Bajanjang naiak,batanggo turun.

Naiak dari janjang nan di bawah, turun dari tanggo nan di ateh.
Titiak dari langik, tabasuik dari bumi.
Penggabungan kedua sistem ini ibarat hubungan legislatif dan eksekutif di
sistem pemerintahan saat ini.
c.

Adat Nan Taradat


Adat nan taradat adalah ketentuan adat yang disusun di nagari untuk

melaksanakan adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan nagarinya. Adat ini disusun oleh para tokoh dan pemuka
masyarakat nagari melalui musyawarah dan mufakat. Dari pengertian itu lahirlah
istilah adat salingkuang nagari.
Adat nan taradat disebut juga adat babuhua sentak, artinya dapat
diperbaiki, diubah, dan diganti. Fungsi utamanya sebagai peraturan pelaksanaan
dari adat Minangkabau. Contoh penerapannya antara lain dalam upacara batagak
pangulu, turun mandi, sunat rasul, dan perkawinan.
d.

Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat niniak

mamak dalam suatu nagari. Peraturan ini menampung segala kemauan anak nagari
yang sesuai menurut alua jo patuik, patuik jo mungkin. Aspirasi yang disalurkan
ke dalam adat istiadat ialah aspirasi yang sesuai dengan adat jo limbago,
manuruik barih jo balabeh, manuruik ukuran cupak jo gantang, manuruik alua jo
patuik.
Ada dua proses terbentuknya adat istiadat. Pertama, berdasarkan usul dari
anak nagari, anak kemenakan, dan masyarakat setempat. Kedua, berdasarkan
fenomena atau gejala yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Ini
diungkapkan dalam kato pusako:
Tumbuah bak padi digaro, tumbuah bak bijo disiang.

Elok dipakai, buruak dibuang.


Elok dipakai jo mufakat, buruak dibuang jo rundiangan.
2. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi khitabulloh
Sebelum Islam masuk ke Minangkabau, orang Minang memanfaatkan
alam sebagai sumber ajarannya. Mereka menggali nilai-nilai yang diberikan alam.
Ini diungkapkan dalam filsafat orang Minangkabau alam takambang jadi guru.
Ketika agama Islam masuk, pada hakikatnya tidak ada pertentangan antara
adat Minangkabau dengan agama Islam, karena alam yang dijadikan pedoman
hidup masyarakat Minangkabau adalah ciptaan Allah semata. Itulah sebabnya
ketika Islam masuk langsung diterima oleh orang Minangkabau.
Dalam sejarah, timbulnya Perang Paderi yang disebabkan pertentangan
kaum adat dan kaum agama (Islam), semata-mata timbul karena politik adu
domba Belanda. Namun kaum adat dan kaum agama segera mencari penyelesaian.
Awal abad XIX dilaksanakan pertemuan pangulu tigo luhak beserta ulamanya.
Pertemuan ini melahirkan Piagam Bukik Marapalam yang menegaskan bahwa
antara adat dan Islam tidak bertentangan.
Adat bapaneh, syarak balinduang.
Syarak mangato, adat mamakai.
Adat bapaneh, syarak balinduang maksudnya adat bagaikan tubuh, agama
sebagai jiwa. Antara tubuh dan jiwa tidak bisa dipisahkan. Syarak mangato, adat
mamakai maksudnya syarak memberikan hukum dan syariat, adat mengamalkan
apa yang difatwakan agama. Simpulan piagam ini lazim disebut adat jo syarak
sanda-manyanda, kemudian lebih dikenal lagi dengan adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah.
3. Makna Nagari Salingkuang Adat Minangkabau

Nagari adalah suatu tempat

atau wilayah. istilah nagari hanya ada

diminangkabau saja, istilah tersebut tentu mengacu kepada wilayah yang ada
diminangkabau.
Minangkabau terdiri dari jutaan penduduk dan ratusan wilayah dan nagari.
Setiap nagari memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, termasuk juga dengan
aturan-aturannya. Peraturan tersebut dalam minangkabau disebut adat. oleh karena
itu nagari selain memiliki wilayah dan masyarakat, juga memiliki adat.
Dalam minangkabau, masyarakat di atur melalui kato-kato atau disebut
juga dengan kato pusako. Kato pusako berfungsi dalam menetapkan ketentuanketentuan yang kemudian dikenal dengan adat. kato pusako tentang nagari sudah
sering kita dengar diminangkabau yaitu:
Nagari bapaga undang
Kampuang bapaga jo pusako
Lain padang lain bilalangnyo
Lain lubuak lain ikannyo
Lain nagari lain adatnyo

Setiap nagari memiliki aturan-aturan sendiri tergantung kepada keadaan


nagari tersebut. Aturan tersebut di buat atas dasar mufakat niniak mamak,
pangulu, nan gadang basa batuah. Setelah itu, barulah ditetapkan dalam nagari
tersebut.
Suatu nagari terdiri dari satu kesatuan wilayah, masyarakat, dan adat.
maka dari itu setiap nagari haruslah memiliki syarat-syarat tertentu. Sehingga
apabila syarat itu terpenuhi, maka dapatlah dikatakan itu sebuah nagari. Undang
nagari mengungkapkan:
Babalai bamusajik
Basuku banagari

Bakorong bakampuan
Balabuah batapian
Basawah baladang
Bagalanggang pamedanan
Bapandam bapakuburan
Babalai artinya memiliki balai. Balai artinya tempat musyawarah bagi
niniak mamak, pangulu ndan gadang basa batuah. Dibalai tersebut mereka
mengadakan rapat pembicaraan tentang sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan masyarakat. Balai terdiri dari dua macam/jenis. Ada balai nan
balinduang, seperti rumah gadang yang mimiliki atap dan memiliki lantai. Ada
balai nan bapaneh, seperti lapangan terbuka tanpa atap dan lantai. Balai nan
bapaneh disebut juga dengan medan nan bapaneh. Oleh karena itu balai
merupakan syarat berdirinya suatu nagari.
Bamusajik, artinya mempunyai mesjid. Mesjid adalah lambang kuatnya
agama islam didalam nagari. Mesjid digunakan untuk tempat beribadah, serta
sebagai tempat menerima pelajaran tentang agama. Oleh karena itu mesjid adalah
syarat terbentuknya suatu nagari.
Basuku artinya memiliki suku. Dalam sebuah nagari sekurang-kurangnya
memiliki empat suku yang berbeda atau empat sako berbeda. Setiap suku
dipimpin oleh pengulu.
Banagari artinya memiliki wilayah. Wilayah tempat suku bermukim.
Bakorong-bakampuang artinya memiliki korong dan kampuang. Dengan
kata lain suatu nagari harus memiliki batas-batas wilayah tertentu. Wilayah yang
terletak dilingkungan pusat suatu nagari disebut korong, sedangkan diluarnya
disebut taratak, dusun, koto, yang disebut dengan kampuang.
Balabuah artinya jalan raya. Sebuah nagari harus memiliki jalan.
Batapian artinya memiliki tempat mandi. Selain itu juga berartikan harus memiliki
sumber air.

Basawah baladang artinya mimiliki sawah dan ladang sebagai sumber


kehidupan, serta sebagai sumber perekonomian masyarakat.
Bagalanggang bapamedanan artinya memiliki gelanggan dan lapangan tempat
bermain dan pertunjukan anak nagari.
Bapamedanan bapakuburan artinya adanya tempat untuk menguburkan mayat
atau orang yang meninggal dunia.
Apabila syarat tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan itu sebagai suatu nagari.
Jika belum lengkap atau kurang, belum dapat di jadikan sebagai suatu nagari.
4. Nagari suatu kesatuan adat
Tiap nagari memiliki beberapa suku, sekurang-kurangnya empat suku.
Keempat suku tersebut berpedoman kepada adat, sehingga terbentuk lah
persamaan dan kebersamaan. Oleh karena itu, sebuah nagari memiliki satu
kesatuan adat. Tiap nagari memiliki adat yang berbeda-beda, namun tetap
minangkabau sebagai patokannya. Kesatuan adat , masayarakat berpedoman
kepada kata pusaka berikut

Barek samo dipikua


Ringan samo dijinjiang
Nan elok baimbauan
Nan buruak bahambuan
Sakik basilau

BAB II
PENUTUP

KESIMPULAN
Wilayah pantai/pesisir mempunyai karakter yang spesifik dibandingkan
dengan kawasan yang lain. Wilayah ini merupakan agregasi dari berbagai
komponen ekologi dan fisik yang saling terkait dan saling berinteraksi.
Pembangunan dengan memanfaatkan sumberdaya pantai tanpa memperhatikan
prinsip-prinsip ekologis akan dapat merusak fungsi ekosistem pantai.
Pengembangan wilayah pada kawasan pesisir sebagaimana pengembangan
wilayah pada kawasan lainnya, mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraan

masyarakat.

Kegiatan

ini

dilakukan

melalui

perencanaan

pengembangan dalam suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan


yang harus diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

https://www.google.com/search?q=latar+belakang+wilayah+pasisia+&ie=utf8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a\

2.

https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Kabupaten_Pesisir_Selatan&action=edit&section=2

3.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pesisir

Anda mungkin juga menyukai