Anda di halaman 1dari 25

Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi

bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke
arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami
yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir
Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, di mana ke arah laut 12 mil dari
garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan
provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi
kabupaten/kota.

Minangkabau, selain memiliki wilayah darek (luhak) dan wilayah rantau, juga
memiliki wilayah "pasisia" (pesisir). Banyak juga orang minangkabau yang
tinggal di pasisia. Walaupun pada dasarnya pusat wilayah minangkabau adalah
darek atau luhak.
Wilayah pasisia merupakan bagian dari wilayah rantau. Wilayah pasisia adalah
wilayah di tepi pantai. Pasisia dalam bahas indonesia berarti pesisir. Sama seperti
wilayah rantau lainnya, orang minangkabau yang merantau ke daerah pasisia juga
mengembangkan kebudayaan dan adat minangkabau di daerah tersebut. Di

daerah pasisia ini mereka melakukan berbagai jenis usaha seperti nelayan,
bercocok tanam, beternak dan lain sebagainya.
Secara umumnya wilayah pasisia bisa diartikan sebagai wilayah rantau orang
minangkabau yang terletak di pinggir laut atau di pantai. Wilayah pasisia ini
merupakan salah satu wilayah minangkabau karena mereka menganut adat
minangkabau.
Wilayah pasisia minangkabau berada di sepanjang pantai bagian barat sampai
pulau sumatra mulai dari perbatasan bengkulu sekarang (muko-muko) sampai ke
perbatasan tapanuli selatan. Wilayah tersebut dahulunya merupakan wilayah
minangkabau karena penduduknya adalah orang minangkabau.
Wilayah pasisia merupakan daerah rantau orang luhak tanah datar dan luhak
agam. Mereka menyebear ke arah barat , kemudian sebagian menetap dipantai.
Perpindahan tersebut berlangsung secara bertahap, bukan pindah secara serempak
seperti transmigrasi sekarang.
Penyebaran masyarakat Luhak tanah Datar yaitu :
Perpindahan penduduk luhak tanah datar ke arah selatan, melahirkan tiga belas
nagari yang kemudian dikenal dengan kubuang XIII. Nagari-nagari tersebut ialah
solok salayo, koto hilalang, cupak, talang, gauang, saok laweh, gantuang ciri, koto
gadang, koto anau, muaro paneh, koto baru, koto gaek, dan tanjuang balingkuang.
Dari kubuang XIII, mereka terus menyebar ke nagari-nagari arah selatan seperti :
alahan panjang, pantai cermin, dan alam surambi sungai pagu. Dari sini mereka

terus menyebar lagi ke arah pesisir selatan dan akhirnya sampai ke daerah mukomuko di perbatasan bengkulu.
Nagari-nagari yang terletak di daerah pesisir selatan tersebut ialah : ranah pasisia,
silawaik, lunang, indopuro, aia aji, pungasan, sungai tunu, labuan balai salasa,
surantiah, sungai sirah, lakitan, koto baru, kambang, ampiang perak, taratak,
batang kapeh, salido, painan, lumpo, asam kumbang, bayang, koto marapak,
tarusan koto sabaleh, dan lubuak kilangan.
Lain halnya, dari daerah batipuah X koto tanah datar, penyebaran penduduk
terjadi ke arah barat. Dari jaho dan tambangan mereka sampai di anduriang kayu
tanam, guguak kapalo hilalang, sicincin, toboh pakandangan. Daerah ini dikenal
dengan ujuang darek kapalo rantau yaitu perbatasan luhak dengan rantau.
Dari wilayah itulah mereka menyebar kearah pasisia yaitu : VII koto sungai sariak
yang terdiri dari beberapa nagari : tandikek, batu kalang, sungai sariak, sungai
durian, dan ampalu. Sebagian dari mereka terus menyebar ke wilayah padang VIII
suku seperti : pasia ulak karang, ranah binuang, palinggam, subarang gantiang,
parak gadang, aia cama, alang laweh, balai tampuruang, dan kampuang olo parak
karambia.
Berdasarkan penyebaran tersebut, kelihatan dari luhak tanah datar mereka
menempati wilayah yang cukup luas, yaitu kabupaten pesisir selatan, kota madya
padang, dan sebagian wilayah padang pariaman sekarang.
Penyebaran penduduk luhak agam hingga mencapai pasisia adalah sebagai
berikut.

Dari siano koto gadang, sampai ke lawang tigo balai dan palembayan. Sebagian di
antara mereka menuju arah pasaman sekarang yaitu kumpulan, ganggo, kinali,
sundatar, tiagan, dan sasak. Sebagian rombongan itu sampai ke lubuak basuang,
tiku. Rombongan yang dari matur juga sebagian melanjutkan penyeberangannya
hingga kemaninjau X koto, terus ke XII koto, sungai garinggiang, gasan dan tiku,
cimpago, ulu banda, dan terus menjadi V koto kampuang dalam, pariaman
sabatang panjang dan malai sabatang panjang.
Penyebaran ke arah utara selanjutnya : dari sasak dan kinali terus ke parik batu,
koto baru, padang tujuh, aua kuniang, lubuak pudiang, aia gadang, sontang muaro
kiawai, sungai aua, ujuang gadiang, parik, aia bangih, dan daerah disekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas, penyebaran penduduk luhak agam ke wilayah pasisia
meliputi daerah pasaman dan sebagian kabupaten padang pariaman sekarang. Dan
masih banyak lagi penyeberan yang terjadi selanjutnya.
Kedudukan wilayah pasisia
Wilayah pasisia menjadi daerah penyeberan dai luhak tanah datar dan luhak
agam. Tujuannya mereka merantau adalah mencari penghidupan baru yang lebih
layak. Diluhak mereka menggunakan adat minangkabau sebagai aturan-aturan
yang berlaku dan pegangan dalam mengatur kehidupan. Aturan adat minangkabau
tersebut mereka bawa ke wilayah rantau pasisia. Oleh karena itu, wilayah rantau
pasisia tersebut akhirnya menjadi bagian dari wilayah minangkabau.
Kedudukan wilayah pasisia tetap menjadi wilayah rantau. Adat dan budayanya
sama dengan luhak. Jika terdapat perbedaan, hanya sebagian dari pelaksanaannya
saja. Perbedaan lainya terletak pada pimpinan dan pemimpin. Seperti ungkapan

luhak bapangulu, rantau barajo,. Pemimpinnya adalah raja, disamping pengulu


juga ada
GEOGRAFIS
Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah utara berbatasan dengan
Kota Padang, sebelah timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi
Jambi, sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah
barat dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Pesisir Selatan terletak di pinggir pantai, dengan garis
pantai sepanjang 218 kilometer Topografinya terdiri dari dataran,
gunung dan perbukitan yang merupakan perpanjangan gugusan
Bukit Barisan. Berdasarkan penggunaan lahan, 45,29 persen
wilayah terdiri dari hutan, termasuk kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat, Cagar Alam Koto XI Tarusan, dan rawa gambut.[
SEJARAH
Nama Pesisir Selatan berasal dari nama daerah ini pada masa
penjajahan Belanda, afdeling zuid beneden landen (dataran
rendah bagian selatan). Ketika itu pada tahun 1903 wilayah
Bandar Sepuluh Inderapura dan Kerinci menjadi afdeeling yang

dipimpin asisten residen yang berkedudukan di Inderapura


sebagai pusat pemerintahan.
Melalui UU no 12 Tahun 1956 daerah ini menjadi kabupaten
Pesisir Selatan Kerinci. Tahun 1957 dengan lepasnya Kerinci
menjadi kabupaten sendiri di bawah provinsi Jambi, namanya
berubah menjadi Pesisir Selatan saja.[2]
Nama ''Pesisir Selatan'' berasal dari nama daerah ini pada masa
penjajahan [[Hindia Belanda|Belanda]], ''afdeling zuid beneden
landen'' (dataran rendah bagian selatan). Ketika itu pada tahun
1903 wilayah Bandar Sepuluh Inderapura dan Kerinci menjadi
''afdeeling'' yang dipimpin [[asisten residen]] yang berkedudukan
di [[Inderapura, Pesisir Selatan|Inderapura]] sebagai pusat
pemerintahan.

Melalui UU no 12 Tahun 1956 daerah ini menjadi kabupaten


Pesisir Selatan Kerinci. Tahun 1957 dengan lepasnya Kerinci
menjadi kabupaten sendiri di bawah provinsi Jambi, namanya
berubah menjadi Pesisir Selatan saja.<ref name="dhakidae" />

=== Sebelum abad 16 ===


Sebelum abad 16, wilayah Pesisir Selatan merupakan daerah
sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat yang terdiri dari rawarawa dataran rendah dan bebukitan yang sudah berpenghuni.
Penghuninya waktu itu masih sangat sedikit. Mereka berasal dari
berbagai negeri asal. Mereka tinggal di sepanjang pesisir pantai
sebagai nelayan. Sebagian mereka datang dari pedalaman
Sumatera atau hulu sungai Batang Hari. Sebagian lagi
penyebaran dari daerah Indojati atau Air Pura. Dan sebagian dari
mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai [[Orang Rupit]]
pelarian dari daerah Sungai Pagu [[Muara Labuh]] dan sekitarnya
yang kemudian menyeberang ke Pulau Pagai.

Dipercaya sebelum abad 16 di mana pada era ini banyak terjadi


ekspansi dan migrasi dari masyarakat Darek (Luhak Nan Tigo) ke
berbagai daerah yang disebut rantau, diduga kuat wilayah Pesisir
Selatan Tarusan Bayang dan Bandar Sepuluh sudah didiami oleh
masyarakat dari Inderapura karena kerajaan Teluk Air Pura sudah
eksis semenjak abad 9 Masehi, sementara [[kerajaan Sungai
Pagu]] baru berdiri pada abad 17 Masehi, begitupula [[kerajaan
Pagaruyung]] yang juga baru berdiri pada abad 17.

=== Sebelum abad 16 ===


Sebelum abad 16, wilayah Pesisir Selatan merupakan
daerah sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat yang
terdiri dari rawa-rawa dataran rendah dan bebukitan
yang sudah berpenghuni. Penghuninya waktu itu masih
sangat sedikit. Mereka berasal dari berbagai negeri asal.
Mereka tinggal di sepanjang pesisir pantai sebagai
nelayan. Sebagian mereka datang dari pedalaman
Sumatera atau hulu sungai Batang Hari. Sebagian lagi
penyebaran dari daerah Indojati atau Air Pura. Dan
sebagian dari mereka adalah orang-orang yang dikenal
sebagai [[Orang Rupit]] pelarian dari daerah Sungai Pagu
[[Muara Labuh]] dan sekitarnya yang kemudian
menyeberang ke Pulau Pagai.

Dipercaya sebelum abad 16 di mana pada era ini banyak


terjadi ekspansi dan migrasi dari masyarakat Darek
(Luhak Nan Tigo) ke berbagai daerah yang disebut
rantau, diduga kuat wilayah Pesisir Selatan Tarusan
Bayang dan Bandar Sepuluh sudah didiami oleh
masyarakat dari Inderapura karena kerajaan Teluk Air
Pura sudah eksis semenjak abad 9 Masehi, sementara

[[kerajaan Sungai Pagu]] baru berdiri pada abad 17


Masehi, begitupula [[kerajaan Pagaruyung]] yang juga
baru berdiri pada abad 17.

=== Tiga Wilayah Utama ===


* Tarusan - Bayang - Salido Painan
* Bandar Sepuluh (Batangkapas - Surantih - Kambang - Palangai Air Haji)
* [[Renah Indojati]] ([[Inderapura]] - [[Tapan]] - [[Lunang]] [[Silaut]])
BATAS WILAYAH
Secara administratif, kabupaten ini memiliki batas wilayah
sebagai berikut:
Utara Kota Padang
Selata
Kabupaten Mukomuko
n
Barat Samudra Hindia

Timur

Kabupaten Solok, kabupaten Solok Selatan, dan


kabupaten Kerinci

SEBELUM ABAD KE-15


Jauh dimasa silam, wilayah Pesisir Selatan merupakan daerah
sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat yang terdiri dari rawarawa dataran rendah dan bebukitan yang belum berpenghuni.
Kalaupun ada penghuni jumlahnya sangat sedikit dan besar
kemungkinan mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai
Orang Rupit pelarian dari daerah Sungai Pagu Muara Labuh dan
sekitarnya.
Dipercaya sebelum abad 15 di mana pada era ini banyak terjadi
ekspansi dan migrasi dari masyarakat Darek (Luhak Nan Tigo) ke
berbagai daerah yang disebut rantau, diduga kuat wilayah Pesisir
Selatan Tarusan Bayang dan Bandar Sepuluh sudah didiami oleh
masyarakat dari Inderapura karena kerajaan Teluk Air Pura sudah
eksis semenjak abad 8 Masehi, sementara kerajaan Sungai Pagu
baru berdiri pada abad 16 Masehi, begitupula kerajaan
Pagaruyung yang baru berdiri pada abad 14.
3 Wilayah Pesisir Selatan berdasarkan negeri asal

Tarusan - Bayang - IV Jurai

Bandar Sepuluh (Batangkapas - Sutera - Lengayang Ranah Pesisir - Linggosari Baganti)

Renah Indojati (Inderapura - Tapan - Lunang - Silaut)

=== Tiga Wilayah Utama ===


* Tarusan - Bayang - Salido Painan
* Bandar Sepuluh (Batangkapas - Surantih Kambang - Palangai - Air Haji)
* [[Renah Indojati]] ([[Inderapura]] - [[Tapan]] [[Lunang]] - [[Silaut]])

==== Tarusan - Bayang - Salido Painan ====


Nenek moyang Koto XI Tarusan umumnya berasal
dari nagari Guguk (dalam wilayah Kubuang Tigo
Baleh, Solok sekarang) dan sebagian kecil
merupakan ekspansi dari orang Bayang. Nenek
moyang Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan Salapan
(Bayang Utara) berasal dari 3 nagari di Kubuang
Tigo Baleh ([[Solok]] sekarang) yaitu : Muaro Paneh,
Kinari dan Koto Anau.

Nenek moyang IV Jurai (Lumpo, Sago, Salido dan


Painan) sebagian merupakan ekspansi dari Bayang
(Lumpo, Sago dan Salido) dan sebagian merupakan
ekspansi dari Batangkapeh (Bandar Sepuluh) yaitu
Salido dan Painan. Namun Painan merupakan daerah
yang dihuni oleh berbagai pendatang dari berbagai
arah, dari utara maupun selatan. Salido merupakan
daerah yang sangat makmur pada abad 17 hingga
18 karena aktifnya penambangan emas yang
terdapat disini. Sekarang penambangan batubara
juga mulai aktif di Salido.

==== Bandar Sepuluh ====


Nenek moyang Bandar Sepuluh umumnya dipercaya
merupakan perantau dari Sungai Pagu ([[Solok
Selatan]]) pada abad 15. Tapi tidak tertutup
kemungkinan sebelum kedatangan mereka, Bandar
Sepuluh sudah didatangi dan dihuni oleh
masyarakat dari Inderapura dan sekitarnya. Disebut
Bandar Sepuluh karena pada masa jaya-jayanya di
wilayah ini terdapat sepuluh bandar atau dermaga
("Labuhan" dalam istilah setempat). Masing-masing
nagari mempunyai dua dermaga yang terdapat di

muara sungai-sungai besar di wilayah Bandar


Sepuluh.

Tarusan - Bayang - IV Jurai


Nenek moyang Koto XI Tarusan umumnya berasal dari nagari Guguk (dalam
wilayah Kubuang Tigo Baleh, Solok sekarang) dan sebagian kecil merupakan
ekspansi dari orang Bayang. Nenek moyang Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan
Salapan (Bayang Utara) berasal dari 3 nagari di Kubuang Tigo Baleh (Solok
sekarang) yaitu : Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau.
Nenek moyang IV Jurai (Lumpo, Sago, Salido dan Painan) sebagian merupakan
ekspansi dari Bayang (Lumpo, Sago dan Salido) dan sebagian merupakan
ekspansi dari Batangkapeh (Bandar Sepuluh) yaitu Salido dan Painan. Namun
Painan merupakan daerah yang dihuni oleh berbagai pendatang dari berbagai arah,
dari utara maupun selatan.
Bandar Sepuluh
Nenek moyang Bandar Sepuluh umumnya dipercaya merupakan perantau dari
Sungai Pagu (Solok Selatan) pada abad 15. Tapi tidak tertutup kemungkinan
sebelum kedatangan mereka, Bandar Sepuluh sudah didatangi dan dihuni oleh
masyarakat dari Inderapura dan sekitarnya. Disebut Bandar Sepuluh karena pada

masa jaya-jayanya di wilayah ini terdapat sepuluh bandar atau dermaga


("Labuhan" dalam istilah setempat). Masing-masing nagari mempunyai dua
dermaga yang terdapat di muara sungai-sungai besar di wilayah Bandar Sepuluh.
Renah Indojati
Inderapura merupakan kedudukan sebuah kerajaan maritim terbesar di pantai
barat Sumatera dari abad ke 8 sampai abad ke 18 yaitu Kerajaan Inderapura yang
sultannya masih ada sampai sekarang. Inderapura terkenal dengan dua puluh
penghulunya yang merupakan perwakilan dari 3 nenek moyang mereka (6 di hilir,
6 di mudik dan 8 dari daerah lain). Inderapura merupakan daerah yang sudah tua,
sudah dihuni semenjak abad ke-8 Masehi. Sementara Tapan terkenal dengan 4
penghulu sukunya sehingga disebut Basa Ampek Balai. Masyarakat Lunang
dipercaya eksis semenjak era kesultanan Inderapura dan diduga nenek moyang
mereka ekpansi dari masyarakat Inderapura sendiri, atau Sungai Pagu dan daerah
sekitarnya. Lunang juga mulai eksis setelah era kesultanan Inderapura. Lunang
mempunyai 8 orang penghulu suku yang berperan dan berkonsultasi kepada
Mande Rubiah (keturunan Bundo Kanduang) sebagai yang dituakan dan
dihormati di Lunang dan sekitarnya.
Pasca abad 15
Pada tahun 1523 di Painan sudah berdiri sebuah surau, lembaga pendidikan agama
di Minangkabau. Pada abad 16 ini pula, Pulau Cingkuk di Painan menjadi
pelabuhan kapal international yang berjaya sebagai pelabuhan emas Salido.

Pada tahun 1660, Belanda pernah berkeinginan untuk memindahkan kantor


perwakilan mereka dari Aceh ke Kota Padang dengan alasan lokasi dan udara
yang lebih baik namun keinginan ini ditolak oleh penguasa kota Padang hingga
akhirnya mereka berkantor di Salido.
Perjanjian Painan pada tahun 1663 yang diprakarsai oleh Groenewegen yang
membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan loji di kota Padang, selain kantor
perwakilan mereka di Tiku dan Pariaman. Dengan alasan keamaman kantor
perwakilan di kota Padang dipindahkan ke pulau Cingkuk hingga pada tahun 1667
dipindahkan lagi ke kota Padang. Bangunan itu terbakar pada tahun 1669 dan
dibangun kembali setahun kemudian.
Masyarakat Bayang pernah terlibat dalam perang melawan Pemerintah Hindia
Belanda selama lebih kurang satu abad yaitu dimulai pada tahun 1663 sampai
1771.
Pada tahun 1915, pemuka adat nagari Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan Salapan
(sebelum menjadi kecamatan Bayang) mengadakan rapat di Koto Berapak dan
Pulut-pulut merumuskan tambo (sejarah dan adat) Nagari Bayang yang
menyatakan bahwa nenek moyang masyarakat Bayang dan cabang-cabangnya
(Lumpo dan Salido) berasal dari tiga nagari di Kubuang Tigo Baleh (Solok
sekarang) yaitu Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau. Mereka migrasi sesudah
kedatangan nenek moyang masyarakat XI Koto Tarusan di sebelah utara, di balik
bukit Bayang.

Sejarah Pesisir Selatan

19 Agustus 1621 dengan peristiwa penolakan tegas


pembesar Pesisir Selatan terhadap kekuatan asing yang
berpraktik imperialisme dan mengarah kolonialisme dan
pengakuan Pagaruyung terhadap Pesisir.

7 Juni 1663, Perang Bayang (1663-1711), perlawanan


rakyat sarat dengan rasa nasionalis menolak Belanda
membuat loji VOC pertama di kawasan Sumatera Barat,
yakni di Pulau Cingkuk tahun 1662.

6 Juli 1663, Perjanjian Painan lanjutan dari Sandiwara


Batangkapas. Sandiwara menolak kebijakan politik Sultan
Iskandar Muda (Aceh) menjaga ketat bahkan hendak
menutup kota pantai pelabuhan Samudrapura, Indrapura
dalam berdagang lada dan emas.

28 Januari 1667, pertemuan tingkat tinggi antara Raja


Minangkabau dan Belanda yang salah satu solusinya
adalah pengakuan terhadap eksistensi Pesisir Selatan
sebagai bagian integral wilayah sub kultur Minangkabau.

6 Juni 1701, kemarahan rakyat Pesisir Selatan terhadap


tipuan Belanda menawarkan jasa memadamkan huru-hara

sebagai mantel praktik imperialism mengarah colonialism,


dengan membakar loji VOC di Indrapura.
Kecamatan di Pesisir Selatan
1. Koto XI Tarusan awalnya terdiri dari 11 koto. Sekarang
sudah dimekarkan menjadi beberapa Nagari Yaitu:
Siguntua, Taratak Sungai Lundang, Barung2 Balantai,
Barung2 Belantai Timur, Duku, Duku Utara, Batu hampa,
Batu hampa Selatan, Nanggalo, Kapuh Utara, Kapuh,
Sungai Tawa Taluak Raya, Kampuang Pansua, Ampang
Pulai, Pulau Karam, Carocok Anau, Mandeh, Sungai Nyalo
Mudik Aia, Sungai Pinang, dan lain-lain].
2. Bayang awalnya disebut sebagai nagari Bayang Nan Tujuh
karena terdiri dari tujuh koto, kemudian dimekarkan
menjadi beberapa nagari sampai sekarang.
3. Bayang Utara awalnya disebut Koto Nan Salapan, terdiri
dari Pulut-pulut, Muaro Air, Pancung Taba, Ngalau Gadang,
Limau-limau dan Taratak Nan Tigo (Teleng, Pisang dan
Baru).
4. IV Jurai terdiri dari Lumpo, Sago, Salido dan Painan tapi
sekarang sudah dimekarkan menjadi beberapa nagari.
Disini terletaknya pusat pemerintahan Kabupaten Pesisir
Selatan, yaitu Painan.

5. Batang Kapas, merupakan kepala dari Bandar Sepuluh,


terdiri dari 5 Nagari Yaitu Nagari IV Koto Hile, Nagari Koto
Nan Duo IV Koto Hilie, Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hile,
Nagari IV Koto Mudiak, Nagari Taluak.
6. Sutera, merupakan singkatan dari 3 nagari : Surantih,
Taratak dan Ampiang Parak.
7. Lengayang, terdiri dari dua nagari awal : Kambang dan
Lakitan. Kambang merupakan wilayah asal penyebaran
dari masyarakat Bandar Sepuluh. Nenek moyang dari
Sungai Pagu turun melalui Kambang kemudian menyebar
ke utara (Sutera dan Batangkapas) dan sebagian menyebar
ke selatan (Ranah Pesisir dan Linggo Sari Baganti).
8. Ranah Pesisir terdiri dari nagari Palangai (Balai Salasa) dan
nagari Punggasan.
9. Linggo Sari Baganti terdiri dari Punggasan dan Air Haji,
merupakan ekor dari Bandar Sepuluh, berbatasan dengan
wilayah Indojati.
10.

Pancung Soal, berpusat di Inderapura

11.
Air Pura, juga di wilayah Inderapura yang merupakan
pemekaran dari Kecamatan Pancung Soal

12.
Basa IV Balai Tapan, merupakan wilayah tengah dari
Indojati. Di Tapan terdapat persimpangan jalan menuju
Kerinci, Padang dan Bengkulu.
13.
Ranah Ampek Hulu Tapan, juga di wilayah Tapan,
merupakan pemekaran dari Kecamatan Basa Ampek Balai
Tapan
14.
Lunang, tempat berkedudukannya Mande Rubiah.
Sebagian wilayah Lunang adalah daerah transmigrasi.
15.
Silaut, sebagian besar wilayahnya merupakan lahan
transmigrasi. Silaut adalah daerah paling selatan
Kabupaten Pesisir Selatan dan Paling Selatan di Sumatera
Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Mukomuko Provinsi Bengkulu
Perekonomian
Sebagian besar penduduk Pesisir Selatan bergantung pada sektor pertanian
tanaman pangan, perikanan dan perdangan. Sementara sumber daya potensial
lainnya adalah pertambangan, perkebunan dan pariwisata.
Sektor perkebunan terutama perkebunan sawit mulai berkembang pesat sejak
sepuluh tahun terakhir, yang berlokasi di Kecamatan Pancung Soal, Basa Ampek
Balai dan Lunang Silaut. Melibatkan beberapa investor nasional dengan pola
perkebunan inti dan plasma. Sebuah industri pengota minyak sawit CPO kini

sudah berdiri di Kec. Pancung Soal, dengan kapasitas produksi sebesar 4.000 ton
per hari.
Masakan khas
Di Pesisir selatan dikenal rendang lokan (sebangsa kerang hijau) bercangkang
hitam. Lokan banyak terdapat dimuara sungai Indrapura dengan kedalaman 16
m'dan sungai batang Tarusan. Saat pengambilan Lokan penyelam tidak memakai
alat bantu sama sekali.[butuh rujukan]
Objek wisata
Pesisir Selatan memiliki panorama alam yang cukup cantik dan mempesona.
Kawasan Mandeh misalnya, sekarang kawasaan wisata ini oleh pemerintah pusat
masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS)
mewakili kawasan barat Indonesia.
Kawasan wisata potensial lainnya adalah Jembatan Akar, Water Pall Bayang Sani,
Cerocok Beach Painan, Bukit Langkisau, Nyiur Melambai serta sejumlah objek
wisata sejarah, seperti Pulau Cingkuak (Cengco), Peninggalan Kerajaan
Inderapura dan Rumah Gadang Mandeh Rubiah Lunang.
Bila semua potensi pariwisata Pesisir Selatan tersebut dapat diekelola secara
profesional tentu akan jadi sumber PAD andalan daerah pada masa mendatang.
Untuk itu pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan membuka diri selebar lebarnya
kepada investor yang berminat menanamkan modatnya di daerah ini.

Di Pesisir Selatan banyak terdapat objek wisata baik objek wisata alam maupun
wisata sejarah dan budaya. Ada beberapa objek wisata yang terkenal, antara lain:
1. Bendungan Amping Parak Timur (Teratak Panas)
2. Pantai Mandeh, Pantai Batu Kalang dan Taluak Sikulo
(Tarusan)
3. Pulau Keong (Batang Kapas)
4. Pulau Cubadak
5. Jembatan Akar (Bayang Utara)
6. Air Terjun Bayang Sani (Bayang)
7. Puncak Langkisau (Painan)
8. Pantai Carocok (Painan)
9. Benteng Portugis di Pulau Cingkuk (Painan)
10.

Bekas pertambangan emas di Salido

11.

Pantai Pasir Putih di Kambang

12.
Puing-puing Istana Kerajaan Inderapura di Muaro
Sakai (Inderapura)
13.

Istana Mande Rubiah di Lunang

14.

Sako di Tapan

15.

Air Terjun Telun Berasap di Malepang Tapan

16.

Air Terjun Malaca di Panadah Tapan

17.

Pantai Sembungo Indah di Silaut

Dan banyak tempat wisata lainnya yang bisa dikunjungi.


Pendidikan
1. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Painan
2. Sekolah Tinggi Agama Islam Balai Selasa
3. Sekolah Tinggi Agama Islam Madrasah Arabiah Bayang
4. Universitas Terbuka di Tapan dan Lunang
5. Sekolah Tinggi Agama Islam di Painan

Agama
Semenjak zaman Syekh Burhanuddin di Ulakan, Pariaman, dakwah Islam sudah
menyebar di seantero Pesisir Selatan. Tak lama sesudah berdirinya sebuah surau di
Painan oleh seorang Ulama bernama Burhanuddin, berdiri pula sebuah surau di
Puluikpuluik, Bayang yang diprakarsai oleh Syekh Buyung Muda asal
Puluikpuluik, rekan sesama murid Syekh Abdurrauf asal Aceh.
Begitu pula dengan berubahnya Kerajaan Inderapura menjadi Kesultanan
Inderapura berkat usaha para ulama di Inderapura, telah menjadikan kesultanan ini
sebagai pusat pengembangan dakwah Islam di bumi Inderapura dan sekitarnya.
Di Balai Selasa dan Salido sudah berdiri Sekolah Tinggi Agama Islam swasta
dalam rangka memenuhi tuntutan pendidikan agama Islam di kabupaten ini.
Ulama yang termasyhur diantaranya adalah Syekh Muhammad Dalil bin
Muhammad Fatawi atau dikenal dengan gelar Syekh Bayang, kelahiran 1864 dan
wafat 1923 dan Haji Ilyas Ya'kub, seorang ulama dan pahlawan nasional dari
Pesisir Selatan.
Khusus untuk Agama Katolik, walaupun penduduk Katolik di Sumatera Barat
adalah minoritas, tapi Kabupaten Pesisir Selatan ini masuk dalam Keuskupan
Padang

Pembangunan
Yang menjadi isu pembangunan di Kecamatan Bayang sampai saat ini adalah
pembangunan jalan tembus Bayang (Pasar Baru) - Alahan Panjang (Solok/Solok
Selatan) dan Kambang (Lengayang) - Muara Labuh (Solok Selatan) yang
terkendala oleh keberadaan hutan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS). Jalan tembus ini sudah lama dinantikan masyarakat kedua kabupaten
demi kemajuan ekonomi mereka.
Pemekaran kabupaten
Sejak tahun 2003, masyarakat di tiga kecamatan paling selatan di kabupaten ini
telah memperjuangkan sebuah kabupaten baru yang meliputi daerah Renah
Indojati yaitu Inderapura, Tapan, Lunang dan Silaut. Usaha pemekaran ini pada
awalnya tidak direspon Pemerintah daerah Pesisir Selatan, namun saat ini
perjuangan ini telah membuahkan hasil. Pada tahun 2012 ini telah dilaksanakan
pemekaran tiga kecamatan di Renah Indojati menyusul pemekaran nagari yang
telah dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan administratif sebuah kabupaten
baru. Ditargetkan pada tahun 2013 kabupaten Renah Indojati yang diidamkan
telah terbentuk. Kabupaten Renah Indojati terdiri atas 6 kecamatan yaitu:
1. Basa Ampek Balai Tapan
2. Lunang, perubahan nama dari Kecamatan Lunang Silaut
3. Pancung Soal

4. Air Pura, Pemekaran dari Kecamatan Pancung Soal


5. Ranah Ampek Hulu Tapan, Pemekaran dari Kecamatan Basa
Ampek Balai Tapan
6. Silaut, Pemekaran dari Kecamatan Lunang Silaut
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Kabupaten_Pesisir_Selatan&action=edit&section=2
https://id.wikipedia.org/wiki/Pesisir

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Risma Testir Tigobaleh
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Risma Testir Tigobaleh
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Makalah
    Daftar Isi Makalah
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Makalah
    Risma Testir Tigobaleh
    Belum ada peringkat
  • Bam
    Bam
    Dokumen24 halaman
    Bam
    Risma Testir Tigobaleh
    Belum ada peringkat