FARMASI KOMUNITAS/APOTEK
DI
APOTEK BUHAMALA
DISUSUN OLEH :
073202001
A. Rudi Hartono : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas/Apotek Di Apotek Buhamala, 2008
USU e-Repository 2008
Lembar Pengesahan
Laporan Praktek Kerja Profesi
Apotek Swasta
di
Apotek Buhamala
Medan
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan
Disusun oleh:
A.RUDI HARTONO, S. Farm
073202001
Apotek Buhamala
Medan
Pembimbing,
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi (PKP)
Apoteker di apotek Buhamala Medan. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil
pengamatan selama melakukan PKP di apotek Buhamala.
Selama melaksanakan PKP ini penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak berupa bimbingan, arahan dan masukan. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., sebagai pembimbing dan sekaligus
sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) di apotek Buhamala yang telah
memberikan fasilitas, bimbingan, arahan dan dukungan kepada penulis selama
melaksanakan PKP hingga penyusunan laporan ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Drs. Wiryanto, MS, Apt. Sebagai Koordinator Program Pendidikan
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan.
4. Seluruh pegawai apotek Buamala atas bantuan dan kerjasama yang diberikan
selama PKP di apotek Buhamala.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan di
bidang Farmasi, khususnya pengetahuan perapotekan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ......................................................................................
ii
iii
iv
vii
RINGKASAN ..............................................................................................
viii
15
2.6.1. Pembelian......................................................................... 16
17
18
2.6.4 Administrasi.................................................................
19
20
21
22
22
23
23
23
23
23
24
25
25
26
26
27
28
29
32
32
33
34
LAMPIRAN ..............................................................................................
35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Formulir Surat Pesanan.............................................................
35
37
38
39
40
41
42
RINGKASAN
indikasinya, pendataan perbekalan farmasi dan masa kadaluarsa obat di apotek, tata
cara penerimaan barang dari PBF dan pencatatan ke dalam buku pembelian. Selain itu
juga ikut berperan dalam pelayanan swamedikasi dan informasi obat ke pada pasien
serta pelayanan obat dalam bentuk resep.
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai visi Indonesia Sehat
2010, salah satu visinya adalah memjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang
bermutu. Untuk itu diperlukan perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan termasuk
di dalamnya pelayanan kefarmasian.
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yang
dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat adalah
apotek, dimana mereka yang berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
adalah apoteker.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang pelayanan kefarmasian di apotek, dinyatakan
bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien.
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya
yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
Prosedur dan administrasi pemberian izin apotek:
Apoteker mengajukan surat permohonan SIA kepada Kepala Dinas
Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten/Kota setempat, dengan lampiran:
Fotokopi SP
tanpa adanya
paling
menentukan
bagi
kelangsungan
hidup
apotek.
Untuk
hidup
Pengadaan aktiva/harta tetap yaitu harta yang relatif tidak dapat diuangkan
untuk jangka waktu kurang dari setahun
Pengadaan aktiva/harta lancar yaitu harta yang relatif mudah diuangkan dalam
jangka waktu kurang dari setahun.
Biaya awal yaitu pengeluaran yang dapat digolongkan sebagai biaya yang
dikeluarkan pada awal pendirian apotek.
Kas yaitu uang kontan berupa uang tunai ataupun di bank dalam bentuk
rekening yang sewaktu-waktu dapat digunakan.
2. Sumber modal
Kesulitan modal merupakan masalah yang sangat sering dijumpai bagi seorang
apoteker sewaktu akan mendirikan apotek sendiri. Untuk itu, seorang apoteker harus
mempunyai keberanian dan mau bekerja keras untuk mengusahakan modal dari
berbagai sumber.
Modal untuk mendirikan apotek dapat berasal dari modal sendiri atau kredit.
Modal sendiri merupakan modal yang tidak mempunyai jangka waktu pengembalian,
misalnya modal milik apoteker sendiri atau modal milik keluarga. Sedangkan modal
kredit adalah modal pinjaman dari pemberi kredit (kreditur). Sumber-sumber modal
kredit antara lain adalah bank, teman sejawat, PBF yang pada umumnya berupa
perbekalan farmasi yang bersifat fast moving.
Berdasarkan pada penggunaannya, modal dapat dibagi atas:
a. Modal tetap (aktiva tetap), yaitu modal yang keadaannya relatif tetap misalnya
gedung, tanah, mesin-mesin, kendaraan.
b. Modal lancar (aktiva lancar), yaitu modal yang sewaktu-waktu dapat berubah
misalnya uang tunai (kas/bank), piutang, perbekalan kesehatan/barang
dagangan.
3. Analisis Impas
Analisis impas adalah suatu cara yang digunakan untuk mempelajari hubungan
antara penjualan, biaya dan laba atau keuntungan. Apotek dikatakan mencapai titik
impas apabila di dalam laporan perhitungan rugi-laba pada periode tertentu, apotek
tersebut tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. Dari analisis titik
impas, pengelola apotek dapat mengetahui pada volume (jumlah) penjualan berapakah
apotek yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan
(laba).
Analisis titik impas tentunya dapat dipakai untuk mengetahui pada volume
penjualan berapa apotek dapat memperoleh laba atau menderita kerugian tertentu. Titik
impas dihitung sebagai volume penjualan dimana total pendapatan menyamai total
biaya.
Rumus umum yang digunakan untuk menentukan titik impas adalah sebagai
berikut:
Titik impas =
BT
BV
1Penjualan
atau
Titik impas =
BT
HPP
1Omzet
Keterangan:
BT
= Biaya tetap, yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
barang yang terjual.
BV
Penjualan = Nilai penjualan dari barang yang terjual (Nilai penjualan adalah
penjumlahan dari nilai pembelian dengan margin keuntungan).
HPP
= Harga pokok penjualan, yaitu nilai pembelian dari barang yang terjual
pada kurun waktu tertentu, merupakan hasil perhitungan harga pokok
dari persediaan awal + pembelian barang pada kurun waktu tertentu
persediaan akhir.
Omzet
= Nilai penjualan dari barang yang terjual pada kurun waktu tertentu.
Setelah mendapatkan nilai titik impas, kita akan mengetahui posisi kita dalam
suatu usaha atau sasaran (target) yang akan dicapai. Untuk menjaga kelangsungan
hidup apotek, target yang direncanakan harus tercapai. Pencapaian target ditentukan
oleh kebijakan apoteker dalam melakukan upaya-upaya pengelolaan apotek. Upaya
yang dilakukan dapat berupa manajemen personil, pengadaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan pasar, menekan biaya pengeluaran seminimal mungkin, memberikan
pelayanan yang baik sehingga meningkatkan volume penjualan.
2.5.2 Penyusunan Anggaran
Pengendalian persediaan obat sangat penting sebab apotek harus mempunyai stok
yang benar agar dapat melayani pasiennya dengan baik. Apotek harus mempunyai
produk yang dibutuhkan pasien/konsumen dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen.
Bila pada sebuah apotek umum tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada
waktu mereka memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering
terjadi, apotek akan kehilangan konsumen. Oleh karena itu, pengendalian persediaan
yang efektif adalah mengoptimalkan 2 tujuan yaitu memperkecil total investasi pada
persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan
konsumen.
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku meliputi:
perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai
sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).
2.6.1 Pembelian
Out/FIFO) dan obat dengan tanggal kadaluarsa lebih dekat harus dikeluarkan lebih
dulu walaupun obat tersebut datangnya belakangan (metode First Expired First
Out/FEFO).
disiasati
dengan
optimalisasi
penggunaan
ruang
yang
ada
serta
tersebut. Faktor lain yang cukup mempengaruhi kesan sebuah apotek mencakup luas
dan lokasi apotek, kualitas dan keanekaragaman barang dagangan non resep yang dijual
(alat kesehatan, kosmetik) dan kualitas pelayanan yang ditawarkan.
Pelayanan apotek ditentukan oleh produktivitas karyawan dan pelayanan
profesi seorang apoteker di apotek. Biaya pelayanan profesional (professional fee)
adalah nilai yang telah ditentukan yang ditambahkan pada biaya obat untuk
menentukan harga resep obat. Sistem biaya pelayanan profesional memberi perhatian
pada aspek profesional dari pelayanan apotek. Apoteker melakukan fungsi profesional
yang sama pada setiap resep yang dilayani tanpa mempedulikan biaya obat. Apakah itu
produk mahal atau murah, apoteker harus menjalankan proses yang sama dalam
menyeleksi obat yang sesuai, meracik dan memberi label secara benar, memberi
konseling pada pasien dan memeriksa interaksi obat. Karena besarnya usaha dan
keahlian yang sama untuk setiap resep obat, jumlah yang dikenakan untuk usaha dan
keahlian harus sama.
Selain itu keadaan tempat yang mendukung penjualan dari suatu apotek, seperti
kemudahan parkir, keamanan, kenyamanan ruang tunggu dan faktor lain, dapat
memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga apotek tersebut menjadi pilihan para
konsumen yang membutuhkan obat.
2.6.4 Administrasi
Apotek sebagai tempat usaha, sudah pasti harus membayar pajak. Pajak adalah
suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya
atau penghasilannya (hasil pendapatan) kepada negara menurut peraturan perundangundangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan
masyarakat.
Jenis-jenis pajak di apotek antara lain :
1. Pajak yang dipungut oleh daerah yaitu :
Pajak penghasilan adalah pajak atas gaji, upah, honorarium, imbalan jasa dan
kenikmatan lain yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang kepada pemberi kerja
(majikan, bendaharawan pemerintah dan perusahaan) sehubungan dengan pekerjaan,
jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia. Besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk wajib pajak orang pribadi berdasarkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak No. Kep-139/PJ./2005 mengenai Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak pasal 21 tahun 2005 adalah sebagai berikut:
a. Rp 12.000.000,00 untuk Wajib Pajak.
b. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
c. Rp 12.000.000,00 tambahan untuk seorang isteri, yang diberikan apabila ada
penghasilan isteri yang digabung dengan penghasilan suami.
d. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga
Sedangkan penghasilan kena pajak didasarkan pada tarif pajak penghasilan
menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-139/PJ./2005 mengenai Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak pasal 17 UU PPh dapat dilihat
pada tabel 1 sebagai berikut:
Tarif Pajak
5%
10%
15%
25%
Di atas Rp 200.000.000,00
35%
Pajak penghasilan badan pasal 25 adalah pajak yang dipungut dari perusahaan
atas laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Penentuan besar pajak ini didasarkan
pada penghasilan bersih.
2.7.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
Menurut Undang-Undang PPn tahun 1984 bahwa tarif pajak secara umum
adalah 10% untuk semua Barang Kena Pajak (BKP). PPn yang harus disetor ke kas
negara oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) merupakan selisih dari pajak masukan
dengan pajak keluaran.
Jika pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran maka selisih
merupakan kelebihan pajak yang terhutang dalam masa berikutnya atau dapat diminta
kembali. Tetapi apabila pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan maka
selisihnya merupakan pajak yang harus disetor ke kas negara selambat-selambatnya
tanggal 10 setiap bulannya dan dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK BUHAMALA
3.1 Letak
Asisten Apoteker
Administrasi
Kasir
Perencanaan Pembelian
habis atau stok yang sedikit dapat dilihat pada buku penjualan dan pada kotak
tempat penyimpanan obat dan kemudian dicatat ke dalam buku barang
kosong/pesanan. Jumlah barang yang akan dibeli disesuaikan dengan sifat barang,
fast moving atau slow moving.
3.3.2
Pelaksanaan Pembelian
Barang yang telah dipesan oleh petugas apotek akan diantar siang atau
sore harinya. Petugas penerima barang (Asisten Apoteker) melakukan
pemantauan hasil pembelian sebagai berikut :
Memeriksa barang yang diterima secara fisik seperti jumlah, ukuran, jenis,
registrasi, label, tanggal daluarsa dan bentuk barang, apakah sesuai atau
tidak.
Meminta penjelasan dari pemasok bila ada barang yang tidak dikirim atau
bila perlu membatalkan agar bisa dipesan dari pemasok lain.
3.4 Penyimpanan
ditempatkan pada kotak-kotak yang mencantumkan nama obat dan harga obat.
Obat-obatan golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus narkotika
yang terpisah dari obat-obat lain dan terkunci. Obat-obat psikotropika disimpan
dalam lemari tersendiri sedangkan obat-obat seperti suppositoria disimpan dalam
lemari pendingin.
3.5 Penjualan
3.5.1
Pelayanan Resep
Resep
tersebut
disimpan
secara
terpisah
untuk
memudahkan pelaporannya.
3.5.2
3.7 Perpajakan
BAB IV
PEMBAHASAN
ini berguna agar pasien mendapat kepuasan dan kepercayaan sehingga dapat lebih
cepat sembuh. Disamping itu juga, hal ini akan berpengaruh pada peningkatan omzet
karena pasien merasakan pelayanan yang memuaskan sehingga ia akan kembali lagi ke
apotek yang sama.
Keberadaan apoteker di dalam apotek sangatlah penting, karena apotekerlah
yang paling mengetahui segala sesuatu tentang obat. Jadi jika apoteker selalu berada di
apotek, pasien akan lebih mudah menanyakan segala sesuatu mengenai obat yang
berhubungan dengan penyakit. Bisa dikatakan bahwa keberhasilan dari suatu apotek
sangatlah bergantung kepada keberadaan seorang apoteker dan bagaimana apoteker
tersebut menggunakan kemampuan yang telah dipelajari dan dimilikinya di apotek.
Secara umum, pelayanan di Apotek Buhamala cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari kecepatan pelayanan dan keramahan oleh para karyawannya. Selain
itu Apoteker Pengelola Apotek selalu berada di apotek sehingga pasien dapat
bertanya dan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai obat. Namun
demikian, untuk meningkatkan kualitas pelayanan, juga dilakukan pengelolaan
sumber daya manusia di apotek melalui pelatihan, pengarahan, pemberian
informasi dan pengawasan oleh APA (Apoteker Pengelola Apotek). Setiap
pegawai didorong dan diberi peluang untuk mengembangkan pengetahuannya.
Seorang asisten apoteker dilatih agar selain memiliki pengetahuan dalam
pembuatan, peracikan, pengadaan, penyimpanan, penyerahan dan informasi obat
pada pasien, namun juga dapat mengerjakan pekerjaan administrasi dan
kemampuan berkomunikasi dengan pasien yang baik.
Selain itu, dapat dilihat bahwa semakin banyak masyarakat yang datang ke
apotek dengan keluhan-keluhan kesehatan yang dialaminya dan pengobatannya, atau
mengenai obat-obat dalam resep yang diterimanya dari dokter. Hal ini merupakan salah
satu nilai tambah yang ada di apotek tersebut, dimana selain manajemennya yang baik,
pelayanan swamedikasi juga dapat berjalan dengan baik, sehingga menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap peran seorang apoteker dalam apotek tersebut. Di
samping itu juga dapat menambah kepercayaan diri dan kepuasaan tersendiri bagi
apoteker untuk dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi peningkatan kesehatan
masyarakat.
Melihat peran apoteker di apotek yang dilaksanakan dengan baik, masyarakat
ataupun pemilik sarana apotek yang bukan apoteker tidak akan menganggap bahwa
apoteker hanyalah suatu simbol saja di dalam apotek, melainkan mengakui bahwa
apoteker mempunyai peran yang sangat penting selain dalam pelayanan kesehatan juga
dalam hal memajukan apotek. Oleh karena itu, dapat membangkitkan semangat dan
kesadaran kalangan apoteker akan pentingnya keberadaannya dalam apotek sebagai
penanggung jawab, dan senantiasa membenahi diri agar dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, guna mengangkat derajat profesi apoteker menjadi
suatu profesi yang diakui oleh masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Apotek Buhamala terletak pada lokasi yang strategis karena berada di dekat
pusat perbelanjaan, dipinggir jalan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
2. Apotek Buhamala dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA)
yang sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang aktif dalam
pelayanan kefarmasian.
3. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh terhadap segala sesuatu
yang berkaitan dengan pengelolaan apotek dan informasi obat.
4. Pelayanan yang dilakukan di Apotek Buhamala mencakup pelayanan resep,
penjualan obat bebas dan pelayanan swamedikasi.
5. Pelaksanaan KIE (komunikasi, Informasi dan Edukasi) di apotek Buhamala
telah dilakukan tetapi masih perlu ditingkatkan untuk masa yang akan datang.
6. Sistem perbekalan farmasi disusun berdasarkan bentuk sediaan dan
indikasi, diurutkan berdasarkan abjad dan disimpan dengan prinsip First
Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).
5.2 Saran
1. Sebaiknya disediakan Papan Informasi Obat (PIO) yang berguna bagi pasien
untuk mengetahui informasi mengenai sediaan obat, cara penggunaan obat dan
berita terbaru mengenai obat-obatan sehingga menambah daya tarik apotek
bagi pasien.
2. Sebaiknya dilakukan pemantauan yang lebih intensif terhadap tanggal
kadaluarsa sediaan farmasi yang ada di apotek untuk menghindari kesalahan
pemberian obat dan kerugian apotek
3. Sebaiknya jumlah item obat terus ditingkatkan sehingga dapat melayani semua
resep yang masuk ke apotek.
4. Disarankan kepada apotek Buhamala untuk buka lebih awal/pagi dan tutup
lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2000). Prinsip dan Dasar Manajemen: Pemasaran Umum dan Farmasi.
Cetakan pertama. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. Cetakan ketiga. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.
Djuanda, Adhi., dkk. (2006). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 2006/2007.
PT. InfoMaster. Jakarta.
Depkes RI Peraturan MenKes No. 1332/Menkes/Per/X/2002 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Depkes RI Peraturan MenKes No. 1027/Menkes/Per/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Apotek.
Hartono, Hdw. (2003). Manajemen Apotik. Depot Informasi Obat. Jakarta.
Mycek, M., dkk. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Widya
Medika. Jakarta.
Persero Kimia Farma. (1990). Panduan Pelayanan Informasi Obat. Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia. Jakarta
Purwanto, S.L, dkk.(2002). Data Obat di Indonesia Edisi 10. Grafidian Medipress.
Jakarta.
Rusjdi, M. (2004). PPh. PT Gramedia. Jakarta
Seto, S. (2001). Manajemen Apoteker. Airlangga University Press. Surabaya.
Tjay, T.H dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan ke dua. Penerbit PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tanggal 17 September 1992 tentang Kesehatan.
Winotopradjoko, M., dkk.(2004). ISO Indonesia Volume 39. Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia. Jakarta.
APOTIK BUHAMALA
Jl. Sei Mencirim No.8 D Telp.4146058
No. SIA : 442/8694/VIII/O5 Apoteker : Dra. Tuty Roida Pardede. SIK : 297/S.U
Surat Pesanan
No.
Kepada
Yth. ...
...
Medan
Dengan hormat,
Bersama ini kami memesan obat sebagai berikut
No
Nama Obat
Satuan
Jumlah Obat
Keterangan
20
Rayon
Model N. 9.
No. S.P.
Lembar ke 1/2/3/4/5
: .
Jabatan
: ..
Alamat rumah
: ..
: ..
.., 20..
Pemesan
(..)
No. SIK
Nomor :
Jabatan
Alamat rumah
Alamat
1.
2.
Untuk keperluan
Medan, . 20