Presentasi Kasus Neuro
Presentasi Kasus Neuro
LEMBAR KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama
: Ny. S
- Jenis kelamin
: Perempuan
- Usia
: 44 tahun
- Alamat
: Gempol
- Pekerjaan
: Petani
- Agama
: Islam
Keluhan Tambahan
: Tidak dapat menggerakan tangan dan kaki sebelah kiri, sudah tidak BAB 4
hari
Pasien sudah 4 hari tidak BAB. Keluhan susah BAK disangkal pasien. Pasien mengeluhkan
pandangan kabur pada mata kanan, dan tidak bisa membuka kelopak mata sebelah kanan, keluhan
melihat dobel disangkal oleh pasien, keluhan telinga berdenging disangkal oleh pasien. Pasien dapat
mengangkat alis namun tidak simetris antara pergerakan alis sebelah kanan dan kiri, alis sebelah
kanan terkesan kaku.
Menurut keluarga pasien, pasien sering mengeluh sakit kepala bagian depan sebelah kanan
dan keluhan membaik setelah pasien meminum obat warung. Riwayat adanya trauma 1 bulan
SMRS. Pasien terjatuh saat bekerja di sawah dan sempat tidak sadarkan diri, setelah mendapatkan
pertolongan dari orang sekitarnya pasien langsung sadarkan diri dan keesokan harinya dapat bekerja
seperti biasanya. Riwayat kejang disangkal oleh keluarga pasien. Penurunan berat badan yang
drastis di sangkal oleh keluarga pasien. Riwayat perdarahan sulit sembuh disangkal oleh keluarga
pasien. Riwayat kejang disangkal oleh keluarga pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
I. OBYEKTIF
1. Status Present
Kesadaran
: Compos Mentis
2
GCS
: E4 M6 V5
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,5C
Kepala
Wajah
Mata
THT
Leher
Thoraks
Abdomen
: Datar, lembut, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Bising usus (+) Normal
Ekstremitas
2. Status Neurologis
A. Saraf Cranial :
N. I (Olfaktorius)
Subyektif
: Baik.
Dengan bahan
N. II (Optikus)
Refleks cahaya langsung : +/+ (pupil bulat, isokor)
Tajam penglihatan
: sulit dinilai
Lapang penglihatan
Melihat warna
Fundus okuli
: Tidak dilakukan
N. III (Occulomotor)
Ptosis
: +/-
: +/+
Ke atas dalam
: +/+
Ke atas luar
: +/+
Ke bawah luar
: +/+
Ke dalam
: +/+
Pupil
Ukuran
: 3mm
Bentuk
: bulat
Isokor/anisokor
: Isokor
: +/+
N. V (Trigeminus)
Membuka mulut
: asimetris
Menguyah
Menggigit
Refleks kornea
Sensabilitas wajah
N. VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata
(ke lateral)
N VII (Facialis)
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Perasaan lidah
(2/3 bagian depan lidah)
N. VIII (Vestibulocohlear)
Test Schwabach
: Tidak dilakukan
Test Rinne
: Tidak dilakukan
Test weber
: Tidak dilakukan
N IX (glosofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 bagian lidah belakang) : baik dalam batas normal
Posisi uvula
N X (vagus)
Arkus faring
Menelan
: baik
Refleks muntah
: baik
N. XI (Asesorius)
Menengok (M. Sternocleidomastoideus) : baik, dapat menengok kanan dan kiri
Mengangkat bahu (M. Trapezius)
N XII (Hipoglossus)
Pergerakan lidah
Lidah deviasi
: Baik
Pergerakan : (+)/(-)
Kekuatan
: Normal
Atrofi
: (-)
: Baik
Pergerakan
: (+)/(-)
Kekuatan
: Normal
Atrofi
: (-)
: (-)/(-)
Chaddock
: (-)/(-)
Gorda
: (-)/(-)
Gondon
: (-)/(-)
Oppenheim
(-)/(-)
: -/Schiffer
: (-)/(-)
Sensabilitas
Meningeal sign
Tes kernig
Tes Lasegue
: (-)
: Tidak dilakukan
Tes Roomberg
: Tidak dilakukan
Disdiadokokinesis
: sulit dinilai
Finger to nose
Rebound phenomen
Heel to knee
simetris, tidak melebar. Perifer sulci, sulcus sylvii dan basal cisterna tidak melebar. Cerebellum
dan pons baik.
Kesan: solitare rimlike lesion di cerebral puduncle dextra disertai moderate vasogenic edema,
mendesak midbrain, basal ganglia dan ventricle 3 disertaiearly obstruktive. Hydrocephalus,
suggestive CNS lymphoma.
Lab (06/06/2013)
Hb
Ht
Leukosit
: 8.800 4.000/12.000
Trombosit
: 288.000 150.000/400.000
KGDS
: 183 mg/dl
III. RESUME
Ny. S 44 tahun di antar oleh keluarganya ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan sakit
kepala pada sisi sebelah kanan 2 hari SMRS. Sakit kepala dirasakan berdenyut dan semakin
memberat. Selain itu pasien juga mengeluhkan lengan dan tungkai sebelah kiri terasa lemah dan
semakin memberat sampai tidak bisa digerakan keesokan harinya, disertai bicara pelo dan mulut
menyon ke sebelah kanan. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien. Keluhan susah
menelan disangkal oleh pasien. Pasien merasa nafsu makan sedikit menurun. Keluhan pandangan
kabur pada mata kanan , dan tidak bisa membuka kelopak mata sebelah kanan, keluhan telinga
berdenging disangkal oleh pasien. Pasien dapat mengangkat alis namun tidak simetris antara
pergerakan alis sebelah kanan dan kiri, alis sebelah kanan terkesan kaku.
Kesadaran
: Composmentis
GCS
: E4V5M6
Tekanan Darah
: 130/80
Nadi
: 80x/menit
N. Cranialis
N. III (Occulomotor)
Ptosis
: (+)/(-)
N. V (Trigeminus)
Membuka mulut
: asimetris
N. VII (Facialis)
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Perasaan lidah
(2/3 bagian depan lidah)
N. XI (Asesorius)
Mengangkat bahu (M. Trapezius)
Fungsi motorik
Tubuh bagian atas 5/0, tubuh bagian bawah 5/1
Refleks fisiologis
Tubuh bagian atas (+)/(+), tubuh bagian bawah (+)/(-)
Refleks patologis
Tubuh bagian atas (-)/(-), tubuh bagian bawah (-)/(-)
Hasil CT Scan kepala
Solitare rimlike lesion di cerebral puduncle dextra disertai moderate vasogenic edema
IV. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIS
Chephalgia
Ptosis
Hemiparesis sinistra
9
DIAGNOSIS TOPIS
Masa pada cerebral dextra
DIAGNOSIS ETIOLOGI
Space Occupying Lesion (SOL)
V. DIAGNOSA BANDING
- Abses Cerebri
- Neurofibroma
- Hemangiofibroma
VI. PENATALAKSANAAN
1. IVRL 20 tpm
2. Neurobat 1x1
3. Ceftriaxone 2x2
4. Ranitidin 2x1
5. ketorolac 2x1
6. dexametasone 3x1
V. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad malam
: ad malam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Berdasarkan data-data Surveillance Epidemiology & End Result Registry USA dari tahun
1973- 1995 dilaporkan bahwa; setiap tahunnya di USA dijumpai 38.000 kasus- kasus baru tumor
otak primer, dan pada tahun 2001 dijumpai lebih dari 180.000 kasus tumor otak, dimana 38.000
diantaranya adalah tumor primer dengan 18.000 bersifat ganas dan selebihnya, 150.000 adalah
tumor sekunder yang merupakan metastase dari tumor paru, tumor payudara, tumor prostate dan
tumor-tumor lainnya. Insidens tumor otak lebih sering dijumpai pada laki-laki (6,3 dari 100.000
penduduk) dibanding perempuan (4,4 dari 100.000 penduduk), dengan kelompok usia terbanyak
sekitar 65 79 tahun. (R. Soffieti, 2003).
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan
(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (31,85 persen); selebihnya
terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135
penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penulis dan lainnya (26,9
persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumortumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem,
cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor
terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis
tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan. (Hakim. AA, 2005)
1.2 Definisi
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada
11
ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi
pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial. Karena
cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan
meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara
mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan
gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai
naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan
serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan
gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinalatau yang
langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial
dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisir lesi akan tergantung
pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh
lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat
tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum. Pungsi lumbal tidak boleh dilakukan
pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada
timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii
posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini
CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnosa.
1.3 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
Herediter: Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
12
Radiasi: Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma.
Virus: Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
Substansi-substansi Karsinogenik: Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama
dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada
hewan.
1.4 Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
a. JinakAcoustic neuroma
a. Meningioma
b. Pituitary adenomaAstrocytoma ( grade I )
b. MalignantAstrocytoma ( grade 2,3,4 )
a. Oligodendroglioma
b. Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :
13
nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa posterior. Muntah tersebut dapat
bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk
sementara waktu.
c. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih
dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Frekwensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan tumor. Pada tumor di fossa
posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt dan Wilder (1968)
mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering pada tumor yang letaknya dekat korteks serebri
dan jarang ditemukan bila tumor terletak dibagian yang lebih dalam dari himisfer, batang otak dan
difossa posterior. Bangkitan kejang ditemukan pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan
astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
1.7 Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan :
Infus 2A yang isinya glukosa 5% dan natrium klorida 0,45% yang berguna untuk
mengatasi dehidrasi, menambah kalori, dan mengembalikan keseimbangan elektrolit.
Dexamethasone merukapan steroid untuk mengurangi edema di sekitar tumor. Dexamathasone 10
mg IV/ p.odilanjutkan dengan 4mg setiap 6 jam
Ranitidine Suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Kadar dalam
serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung
adalah 36 94 mg/ml. kadar tersebut bertahan selama 6 8 jam setelah pemberian dosis
50 mg IM/IV.
Neurobion 5000 Drip berisi Vitamin B1 yang berperan sebagai koenzim pada
dekarboksilasi asam keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6
didalam tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat
membantu dalam metabolisme protein dan asam amino. Vitamin B12 berperan dalam
sintesa asam nukeat dan berpengaruh pada pematangan sel dan memelihara integritas
jaringan saraf.
Ikaneuron 1 beisi Vitamin B1 100 mg, Vitamin B6 200 mg, Vitamin B12 200 g.
indikasinya untuk Polineuritis (degenerasi saraf-saraf tepi secara serentak dan simetris),
neuralgia (nyeri pada saraf)
17
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Jika memungkinkan, maka
tumor diangkat melalui pembedahan.Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa
menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi
pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting.
Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi
ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan
lainnya. Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di
dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.
Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah
pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa.
Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi penyinaran
dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran
tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor
dapat dikendalikan.
Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak. Kanker otak primer
maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi. Jika terjadi
peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol dan kortikosteroid untuk
mengurangi tekanan dan mencegah herniasi. Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada
sumber kankernya. Sering dilakukan terapi penyinaran. Jika penyebarannya hanya satu area, maka
bisa dilakukan pembedahan.
Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak
berefek langsung terhadap tumor. Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti 4 mg. q.i.d.
sering mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari
pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan risiko efek samping yang tak diharapkan.
18
Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi steroid. Pada pasien ini
perlindungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan anestetik atau operatif.
Tindakan Operatif
Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih pendekatan bedah-saraf.
Contohnya antara lain sebagai berikut:
Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat.
Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik.
Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari.
Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odontoid dan klivus memberikan jalan
mencapai aspek anterior batang otak dan cord servikal atas. Jarang digunakan. Biasanya untuk
tumor letak depan seperti neurofibroma, khordoma.
Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang sekitarnya untuk memperluas bukaan, rutin
digunakan untuk pendekatan pada fossa posterior.
Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi internal atau pengangkatan total
tumor tergantung
asal dan
infiltratif mencegah
pengangkatan total dan sering operasi dilakukan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor.
Prospek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti meningioma atau kraniofaringioma;
bila banyak tumor yang terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur dalam, bisa berakibat
rekurensi.
Radioterapi
Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial menggunakan salah satu dari cara berikut:
-
sinar-x megavoltase
partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti neutron, nuklei dari helium, proton
Sebagai alternatif, tumor ditindak dari dalam (brakhiterapi) dengan mengimplantasikan
butir radioaktif seperti ytrium90. Kontras dengan metoda tua dengan 'terapi sinar-x dalam', tehnik
modern memberikan penetrasi jaringan lebih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap
permukaan kulit. Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad, dan durasi
pengobatan. Harus terdapat keseimbangan
sekitar.
Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama
bernilai pada pengelolaan tumor ganas; astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma dan
germinoma, namun juga berperan penting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari,
kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur CSS seperti medulloblastoma,
iradiasi seluruh aksis neural menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat.
Komplikasi Radioterapi: Setelah tindakan, perburukan pasien bisa terjadi karena beberapa hal:
-
enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversible (biasanya satu hingga dua tahun)
Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah iradiasi tumor spinal.
Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari proses destruktif adalah konversi oksigen ke
ion
radioresistensi.
Khemoterapi
Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan adalah BCNU, CCNU, metil CCNU,
prokarbazin, vinkristin dan metotreksat. Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tumor
20
secara selektif; namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tak dapat dihindarkan,
dosis tinggi menyebabkan toksisitas 'bone marrow'. Dalam praktek, kegagalan menimbulkan
tanda depresi 'marrow' (antara lain leukopenia) menunjukkan dosis yang tidak adekuat.
Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada tumor jinak atau 'derajat rendah'.
Pada pasien
dengan tumor
ganas,
beberapa penelitian
menunjukkan
acak
memperlihatkan hasil yang tak sesuai. Pada astrositoma maligna, BCNU mungkin bermanfaat
sedang. Pada medulloblastoma, terapi kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat
rekurensi.
Antibodi Monoklonal
Tehnik produksi antibodi monoklonal memberi harapan yang lebih baik dalam mengelola
tumor ganas, walau pengangkutan dan lokalisasinya masih merupakan masalah. Antibodi
monoklonal berperan sebagai karier, yang membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida
langsung kedaerah tumor.
Komplikasi Penatalaksanaan
1.8 Prognosis
Tergantung jenis tumor spesifik. Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker
otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma
dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah
pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
Berdasarkan data di Negara-negara maju dengan diagnosis dini dan juga penangan yang
tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahan hidup 5 tahun (5 years
survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 3040%. Beberapa hal yang merupakan prognosis buruk tumor otak metastase adalah usia lanjut,
gejala-gejala muncul kurang dari 1 minggu, dan adanya penurunan kesadaran.
Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
- Penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- Penderita astrositoma anaplastik
- Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L. J. Diagnosa keperawatan. 1997. Ed. 6. Jakarta: EGC
2. Doenges, M. E. , et al. Rencana asuhan keperawatan. 1997.Jakarta: EGC
3.Herainy,
H.
(2008).
Tumor
otak.
Diperoleh
pada
tanggal
12
April
2012
dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_TumorOtakTinjauanKepustakaan.pdf/11_TumorOtakTinja
uanKepustakaan.html
4. Long, B. C. Perawatan medikal bedah. 1996. Jakarta: EGC
5. Price, S. A., & Wilson, L. M. Patofisiologi; konsep klinik proses- proses penyakit. (Ed. 4).
1995.Jakarta: EGC
6. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. Buku ajar keperawatan medikal bedah. (Ed.8).2001. Jakarta: EGC
23