Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Negara dikatakan suatu negara apabila memenuhi 3 unsur utama yaitu :
Wilayah, pemerintah, dan rakyat. Ketiga unsur tersebut saling melengkapi dalam
suatu Negara. Unsur yang lainnya yang juga harus dimiliki oleh suatu Negara
adalah pengakuan dari Negara lain. Pengakuan dari Negara lain harus dimiliki
oleh suatu Negara supaya keberadaan Negara tersebut diakui oleh Negara-negara
lain.
Setelah suatu Negara terbentuk maka Negara tersebut berhak membentuk
undang-undang atau konstitusi. Konstitusi di Indonesia sudah ada sejak zaman
dahulu bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia, konstitusi telah ada yang
berfungsi mengatur kehidupan bermasyarakat yang disebut dengan adat istiadat
yang ada karena kesepakatan dari suatu masyarakat yang terlahir dan dipakai
sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat.Adat istiadat mempunyai suatu hukum
yang dinamakan hukum adat.
Seperti halnya adat istiadat, konstitusi juga mengatur kehidupan suatu
Negara supaya tertatanya kehidupan dalam Negara.Jika dalam adat istiadat,
pelanggar adat istiadat dikenai hukum adat maka dalam konstitusi, pelanggar
konstitusi dikenai hukuman yang telah diatur dalam undang-undang.Maka untuk
mengatur kehidupan Negara dan unsur-unsur didalamnya, konstitusi sangat
dibutuhkan keberadaannya. Suatu Negara tanpa konstitusi atau undang-undang
seperti halnya mobil yang tanpa stir yang tidak dapat diatur geraknya yang jika
dibiarkan akan menabrak, seperti halnya suatu Negara yang tanpa kostitusi maka
semua hal dalam Negara tidak dapat diatur pergerakannya yang jika dibiarkan
mengakibatkan Negara akan kacau, bobrok, runtuh dan berdampak buruk dengan
hilang keberadannya.
Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan konstitusi. Dasar Negara
menempati kedudukan sebagai norma hukum tertinggi suatu Negara. Sebagai
norma tertinggi, dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan norma-norma
hukum dibawahnya. Konstitusi adalah salah satu norma hukum dibawah dasar
Negara. Dalam arti yang luas : konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu
keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem

ketatanegaraan suatu negara. Dalam arti tengah : konstitusi adalah hukum dasar,
yaitu keseluruhan aturan dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Dalam arti sempit : konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu
atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan
demikian, konstitusi bersumber dari dasar Negara.norma hukum dibawah dasar
Negara isinya tidak boleh bertentangan dengan norma dasar. Isi norma tersebut
bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar Negara. Dasar Negara
merupakan cita hukum dan Negara. Terdapat hubungan-hubungan yang sangat
terkait antara keduanya yang perlu kita ketahui.

1.1.

Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas tentang
1.2.1.
Apa Pengertian Negara serta elemen yang membentuknya?
1.2.2.
Apa Pengertian Konstitusi dan tujuan pembentukannya?
1.2.3.
Bagaimana implementasi Konstitusi di Indonesia?
1.2.4.
Bagaimana Hubungan Antara Negara Dan Konstitusi?

1.2.

Tujuan
Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah sederhana ini
adalah agar dapat dimanfaatkan ataupun diamalkan sebaik mungkin
sehingga dapat memberi pembelajaran untuk kita semua kedepan agar
saling memahami mengenai seluk Beluk Negara Dan Konstitusi,
disamping itu pula guna memenuhi tugas Kewarganegaraan yang
diberikan dan sebagai sarana media refrensi menambah wawasan
pengetahuan informasi maupun teknologi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara
2

Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa


kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah
(territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus
tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
ada di wilayahnya.Organisasi negara dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya
organisasi, ada organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan
dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang lepas dari
masalah kenegaraan).
Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama yang
ada di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan
mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi
lainnya.
Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara.
Elemen-elemen tersebut adalah:
1.

Masyarakat
Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu negara.

Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam


suksesna suatu tatanan dalam pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu
negara tidak hanya diperlukan dalam ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga
perlu melahirkan apa yang disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu
pengetahuan baru yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan.
Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum tata negara.
2. Wilayah (teritorial)
Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah. Disamping
pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan
khusus wilayah yang bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk
suatu negara tertentu atau sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara.
Apabila mengeluarkan peraturan perundang-undangan pada prinsipnya hanya
berlaku bagi orang-orang yang berada di wilayahnya sendiri. Orang akan segera
sadar berada dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas

wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi


berbagai kewajiban yang ditentukan.
Paul Renan (Perancis) menyatakan satu-satunya ukuran bagi suatu
masyarakat untuk menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir deetre
ansemble). Pada sisi lain Otto Bauer menyatakan, ukuran itu lebih diletakkan pada
keadaan khusus dari wilayah suatu negara.
3. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan
memiliki kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk
suatu negara dan berada dalam wilayah negara.
2.2. Pengertian Konstitusi
Kata Konstitusi berarti pembentukan, berasal dari kata kerja yaitu
constituer (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan
demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan
perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah Grondwet
yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum.
Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar.
Sedangkan menurut Carl Schmitt dari mazhab politik adalah :
Konstitusi dalam arti absolut, mencakup seluruh keadaan dan struktur
dalam negara. Hal ini didasarkan bahwa negara adalah ikatan dari manusia
yang

mengorganisir

dirinya

dalam

wilayah

tertentu.

Konstitusi

menentukan segala bentuk kerja sama dalam organisasi negara. Sehingga


konstitusi menentukan segala norma.
Konstitusi dalam arti relatif, naskah konstitusi merupakan naskah penting
yang sulit untuk diubah dan dengan sendirinya menjamin kepastian
hukum. Konstitusi memuat hal-hal yang fondamental saja sehingga tidak
absolut.
Konstitusi dalam arti positif, konstitusi merupakan keputusan tertinggi dari
pada rakyat.

Konstitusi dalam arti ideal, konstitusi dapat menampung ide yang


dicantumkan satu persatu sebagai isi konstitusi seperti pada konstitusi
relatif.
2.2.1. Tujuan Konstitusi
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan
yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama
dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau UndangUndang Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.
Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama deengan hukum,
namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya
masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga negara
3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara
(rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak
menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara
yang memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun
memiliki peranan yang tidak kalah penting dengan lembaga-lembaga yang
terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur
diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan dengan yang
diatur di dalam konstitusi.
Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis di luar
konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat
pada konstitusi.

2.2.2. Klasifikasi Konstitusi

Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu


dengan negara lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan
demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua
negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan
klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain K.C. Wheare,
C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya.
Dalam buku K.C. Wheare Modern Constitution (1975) mengklasifikasi
konstitusi sebagai berikut:
a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and
unwritten constitution)
b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution)
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi
(Supreme and not supreme constitution).
d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution)
e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).
2.3.

Konstitusi Indonesia
Konstitusi dalam praktik ketatanegaraan dapat diartikan sebagai undang-

undang dasar suatu Negara. Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang


berlaku adalah Undang-Undang Dasar 1945 beserta amamdemennya.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu
khusus hukum dasar tertulis, yang di sampingnya masih ada hukum dasar tidak
tertulis. Hukum dasar tertulis merupakan konstitusi. Hukum dasar tertulis ini
terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjalasan, sebagai satu kesatuan
organik yang masing-masing mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri.

2.3.1. Kedudukan UUD 1945

Undang-Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan kerangka dan


tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu negara dan menentukan
secara garis besar cara kerja badan-badan pemerintahan tersebut.
Selanjutnya, Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis.
Selain itu ada pula hukum dasar yang tidak tertulis yang sering disebut konvensi.
Artinya kebiasaan politik dalam politik dalam ketatanegaraan yang tidak tertulis,
adapun pelaksanaanya dapat diterima dan dibenarkan oleh rakyat, seperti presiden
setiap tanggal 17 Agustus.
Namun hukum dasar pada UUD hanyalah sebagian saja melainkan ada
juga yang hukum yang tidak tertulis sebagaimana dijelaskan pada penjelasan
UUD 1945, dinyatakan bahwa:
Undang-Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya
dasar negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis,
sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar tidak tertulis ialah
aturan-aturan tidak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
Jadi dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui kedudukan utama
dari Undang-Undang Dasar adalah sebagai hukum dasar dan bukanlah satusatunya hukum dasar melainkan hanya sebagian hukum dasar, yakni hukum dasar
yang tertulis. Di samping itu masih terdapat hukum dasar yang tidak tertulis.
Sebagai hukum dasar, maka UUD 1945 merupakan sumber hukum.
2.3.2.Fungsi UUD 1945
Sebagi Konstitusi tentulah UUD 1945 memiliki fungsi, bila dijabarkan
fungsi UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a. Sebagai sumber hukum dalam tertib hukum, merupakan perundangundangan yang tertinggi.
b. Sebagai alat kontrol bagi hukum yang berada di bawahnya.
c. Sebagai pedoman yang memberi arah bangsa.
d. Sebagai kerangka dasar dalam pembagian dan penyelenggaraan
pemerintah

negara.

Fungsi tersebut adalah suatu acuan dalam melakukan segala kehidupan berbangsa
dan keseimbangan dalam berprilaku bila diterapkan dengan baik.

2.3.3. Nilai-Nilai dalam UUD 1945


Selain sebagai konstitusi, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia juga memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai
berikut:
a.

Paham negara persatuan yaitu negara yang melindungi segenap bangsa

b.

dan seluruh tumpah darah Indonesia.


Tujuan negara, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

c.

keadilan sosial.
Negara yang

d.

permusyawaratan/perwakilan.
Negara berdasar adas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar

e.
f.

kemanusiaan yang adil dan beradab.


Menentang Penjajahan
Mencita-citakan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan

berkedaulatan

berdasar

atas

kerakyatan

dan

makmur
Jelaslah bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia memiliki
kandungan nilai-nilai yang sangat baik, mewakili cita-cita, identitas, dan
kepribadian bangsa Indonesia yang harus terus dipupuk agar masyarakat
Indonesia tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang berjiwa
nasionalisme dan patriotisme.
2.3.4. Sejarah UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia
UUD 1945 dirancang sejak 29 mei 1945 oleh Badan Penyelidikan Usaha
Kemerdekaan

Indonesia

(BPUPKI

yang

diketuai

oleh

Radjiman

Wedyodiningrat. Tugas utamanya adalah menyusun rancangan Undang-Undang


sebagai salah satu persiapan Untuk membentuk negara yang merdeka, namun
anggota lembaga ini sibuk mengusung ideologinya masing-masing ketika
membicarakan masalah Ideologi negara Akibatnya, pembahasan tentang
rancangan UUD menjadi terbengkalai. Maka BPUPKI dalam sidang pertamanya
membentuki panitia kecil untuk merumuskan UUD yang diberinama Panitia

Sembilan7. Dan pada tanggal 22 juni 1945 Panitia Sembilan ini berhasil mencapai
kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian
diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno
membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo
dengan tugas menyusun rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD
atau konstitusi Negara Indonesia ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18
Agustus 1945, Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. . Dengan
demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu Negara modern karena telah
memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.
1. Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya

karena

Indonesia

sedang

disibukkan

dengan

perjuangan

mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal


16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena
MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet
Semi-Presidensiel (Semi-Parlementer) yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
2. Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 17 Agustus
1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri
dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Namun karena tidak
sesuai dengan jati diri bangsa serta mencuat issu disintegrasi, maka kemudian
Indonesia berganti bentuk lagi menjadi Negara kesatuan Republik.
3. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 5 Juli 1959

Perubahan bentuk Negara secara otomatis juga membuat perubahan dalam


konstitusinya. Mulai Pada tanggal 17 Agustus 1950 Konstitusi Indonesia berubah
menjadi Undang-Undang Sementara Republik Indonesia. Pada periode UUDS
50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi
Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan
kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan
sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun,
maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi
Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi
pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur;
sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran
Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS
1950.
4. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak
saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD
baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950
yang berlaku pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
a.

Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta

b.
c.

Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara.


MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30
September Partai Komunis Indonesia.

5. Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun

10

pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang


murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan
beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan
pada pihak swasta untuk menghancur hutan dan sumber alam kita.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat
sakral, diantaranya melalui sejumlah peraturan:
a.

Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR


berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak

b.

akan melakukan perubahan terhadapnya.


Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang
antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD

c.

1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

6. Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari
NKRI.
7. Periode Pasca Remormasi (Amandemen)
Setelah Reformasi banyak kalangan yang menginginkan dilakukannya
perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Tujuan dilakukannya perubahan
adalah untuk menambah sesuatu yang belum ada aturannya dalam konstitusi serta
untuk merespon tuntutan zaman. Para pengamat politik berpandangan bahwa
keberadaan UUD 1945 didesain oleh para pembuatnya bersifat sementara karena
belum menentunya kondisi Negara pada saat itu. Selain itu Undang-Undang dasar
1945 juga telah diselengkan oleh pemerintah orde baru untuk melanggengkan
Kekuasaanya.
Salah satu hal yang berubah dengan adanya amandemen adalah
keberadaan lembaga Negara. Keberadaan lembaga ini cukup vital karena pada
masa sebelumnya berbagai macam lembaga Negara dikendalikan oleh satu orang
saja, yaitu Presiden. Meskipun secara formal terdapat aturan untuk memisahkan
antara lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif namun karena ketiadaan aturan

11

yang jelas, maka aturan tersebut dapat dimanipulasi. Oleh sebab itu setelah
reformasi mencoba diperbarui agar lebih jelas pola pemisahannya serta
memunggkinkan adanya control secara baik diantara berbagi macam lembaga
Negara. Dengan adanya check and balances maka bisa mengurangi penumpukan
kekuasaan dan penyalahgunaan wewenang.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
a.

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 oktober 1999 : Perubahan

b.

Pertama UUD 45
Sidang Umum MPR 2000, tanggal 7-18 Oktober 2000: Perubahan

c.

Kedua UUD 45
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001: Perubahan

d.

Ketiga UUD 45
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002: Perubahan
Keempat UUD 45

2.4.

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN KONSTITUSI


Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk

melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang


penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan
satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara
Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
Negara.

BAB III
KESIMPULAN
Negara adalah oraganisasi tertinggi di antara suatu kelompok masyarakat
yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai

12

konstitutif dari sebuah negara yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah
negara yaitu rakyat, wilayah, kedaulatan dan pengakuan dari negara lain.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada
yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis
yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara
Hubungan antara Negara dan Konstitusi dimana konstitusi lahir
merupakan usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat normanorma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD
(Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45
tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga
melaksanakan dasar Negara.
UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia telah mengalami sejarah
yang sangat panjang dan telah mengalami pasang surut serta perubahan-peubahan,
dari awal pembentukan hingga proses amandemen. Hal ini adalah agar terwujud
suatu kesempurnaan yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa. Dan dengan
masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia diharapkan dapat menjadikan
bangsa kita menjadi lebih dewasa dan lebih bijak dalam proses berbangsa dan
bernegara.

DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Budiyanto. 2003.Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara. Jakarta: Erlangga.
Khoirul Anam, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk

13

Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Inti Media


Ashiddiqie, Jimly., Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan
Pelaksanaannya Di Indonesia, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta
1994
Kaelan, M.S., Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas
Proses Reformasi Paradigm Reformasi Masyarakat Madani,
paradigm, Yogyakarta, 1999

14

Anda mungkin juga menyukai