Anda di halaman 1dari 5

KEJENUHAN BASA PADA TANAH TANAH ALLUVIAL *)

Oleh : Tri Puspita sari **)


Abstrak
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian wilayahnya di
dominasi oleh laut. Mayoritas penduduk Indonesia juga hidup bergantung
pada sektor pertanian dan perkebunan. Sehingga keberadaan tanah yang baik
sangat mempengaruhi aktivitas penduduk Indonesia. Tanah alluvial adalah
salah satu jenis tanah yang sangat baik digunakan dalam sektor pertanian dan
perkebunan. Kejenuhan basa yang dimiliki oleh tanah alluvial sangat tinggi
sehingga memungkinkan berbagai jenis tumbuhan tumbuh subur dengan
tanah tersebut.
Kata kunci: alluvial; Indonesia; kejenuhan basa; tanah
Pendahuluan
Tanah berdasarkan pendekatan geologi adalah lapisan permukaan bumi yang berasal
dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk regolit (lapisan partikel halus). Tanah berdasarkan pendekatan pedologi adalah
bahan padat berupa mineral atau organik yang terletak di permukaan bumi, yang telah
mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bahan induk, iklim,
organisme, topografi, dan waktu. Tanah memiliki berbagai macam definisi yang berbedabeda tergantung pada sudut pandang masing- masing, namun secara umum tanah adalah
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air
dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg,
S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl). Secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untukmenghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obatobatan,industri perkebunan, maupun kehutanan. Tanah terbentuk dari proses pelapukan
batuan yang dibantu oleh organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan
bumi. proses pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan yang menutupi seluruh
permukaan bumi. lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki tekstur yang berbeda, sehingga
mampu diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam dan
memiliki iklim tropis. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup bergantung pada alam,
terutama pada sektor pertanian dan perkebunan. Sehingga peran tanah sangat berpengaruh
pada kehidupan mereka. Jenis tanah yang ada di Indonesia diantaranya organosol atau tanah
gambut atau tanah organik, alluvial, regosol, litosol, latosol, grumosol, podsolik merah
kuning, podsol, andosol, mediteran merah kuning, hodmorf kelabu (gleisol), dan tanah
sawah (paddy soil).

*) Sebagai bahan untuk tugas akhir mata kuliah Ilmu tanah 2015
**) Mahasiswa Departemen Biologi FMIPA UI

Karakteristik tanah yang terdapat di Indonesia


Menurut Hardjowigeno (1993), tanah Organosol atau tanah Gambut berasal dari
bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman,
tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan
kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari
sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang
baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi. Tanah Aluvial
adalah jenis tanah yang masih muda dan belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal
dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini
banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai. Tanah regosol merupakan endapan
abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng
gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali,
dan Nusa Tenggara. Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah
yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami
proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan
pegunungan di seluruh Indonesia.
Menurut Hardjowigeno (1993), tanah latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah
hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 3001.000 meter. Tanah ini
terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut. Tanah
grumusol berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumidatau
subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Tanah podsolik berasal dari batuan
pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500
mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah,
dan kering. Tanah podzol berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim
basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan
Papua Barat. Kesuburan tanah rendah. Tanah andosol berasal dari bahan induk abu vulkan.
Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa
bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di
atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam. Tanah
mediteran merah kuning berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah
beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m.
Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah
topografi karst disebut Terra Rossa. Hidromorf kelabu adalah jenis yang perkembangannya
lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau
cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan
Karakteristik Tanah Alluvial
Menurut Sarief (1987), tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung
dari bahan induk asal tanah dan topografi, punya tingkat kesuburan yang bervariasi dari
rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organik dari
rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin. Kejenuhan basa
dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk. Alluvial atau
Inceptisol memiliki pH yang sangat rendah yaitu kurang dari 4, sehingga sulit untuk
dibudidayakan. Alluvial atau Inceptisol yang bermasalah adalah sulfaquepts yang
mengandung horizon sulfuric (cat clay ) yang sangat masam.
Tanah Alluvial memperlihatkan awal perkembangan biasanya lembab atau basa
selama 90 hari berturut-turut. Umumnya mempunyai lapisan kambik, karena tanah ini belum

berkembang lanjut dan kebanyakan tanah ini cukup subur. Alluvial atau Inceptisol merupakan
tanah-tanah yang memiliki epipedon dan okrik, horizon albik. Akumulasi besi sulfida dan
oksidanya penting pada sejumlah besar tanah Alluvial. Bakteri memerlukan bahan organik
dan merupakan obligat anaerob. Bakteri ini aktif mulai dari 0-700 C, pH hingga 5 sampai 9
dan konsentrasi NaCl 12%. Tanah endapan alluvial atau koluvial muda atau agak muda
dengan tanapa atau perkembangan prifil lemah. Sifat tanah alufial sangat beragam tergantung
sifat bahan asal yang diendapkan. Penyebarannya tidak terpengaruhi oleh iklim maupun
ketingian.
Menurut Hakim dkk (1986), tanah Alluvial yang dipersawahan akan berbeda sifat
morfologisnya dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat
dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan
berstruktur granular dan warna coklat tua. Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang
dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu. Tanah Alluvial
bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Beberapa bahan endapan dapat berupa batu
kapur, batuan metamorfik, deposit danau dan dapat pula berupa batu gunung berapi yang
bercampur bahan organik. Tanah Alluvial berwarna kelabu sampai kecoklat-coklatan.
Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan teguh
pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung pada
bahan induknya. Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa. Berdsarkan bahan induknya
terdapat ttanah Aluvial pasir, lempung, kapur, basa,asam dan lain-lain. Tanah Alluvial
memiliki kemantapan agregat tanah yang didalamnya terdapat banyak bahan organik sekitar
setengah dari kapasitas tukar katio (KTK) berasal dari bahan bahan sumber hara tanaman.
Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organism tanah dalam
memainkan peranannya bahn organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya. Tanah
Alluvial mengalami pencucian selama bertahun-tahun tanah ini ditandai dengan kandungan
bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan
tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang rendah menghambat dekomposisi bahan
organik sehingga menghasilkan tanah yang mengandung bahan organik dan KTK yang
tinggi. Kadar fosfor Alluvial ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang
megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal
yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor.
Status kesuburan Alluvial amat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu
kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative rendah dan
pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan
K lebih tinggi dan netral.
Kejenuhan Basa
Menurut Darmawijaya, (1990), nilai kejenuhan basa (KB) adalah persentase dari total
kapasitas tukar kation (KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Nilai KB berhubungan erat dengan pH
dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat
dengan meningkatnya KB. Laju pelepasan kation terjerab (teradsorpsi) bagi tanaman
tergantung pada tingkat kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa tanah bernilai > 80% memiliki
kesuburan yang tinggi, kejenuhan basa berkisar 50% - 80% tergolong mempunyai kesuburan
sedang dan dikatakan tidak subur jika < 50%. Kandungan Ca-dd, Mg-dd, K-dd, dan Na-dd
yang rendah dalam tanah namun dengan KTK yang tinggi akan mempersulit penyerapan
unsur hara dalam tanah, terutama basa-basa yang dipertukarkan oleh tanaman. Dalam
peningkatan kejenuhan basa tanah, pemberian kapur umum dilakukan. Pupuk yang terutama

mengandung CaCO3 dan MgO3 dapat merupakan sumber basa untuk tanah. Tingkat
kejenuhan basa suatu tanah mempengaruhi kation tanah. Hal ini terjadi karena ada interaksi
antara partikel kapur dengan partikel bahan organik hasil dari dekomposisi oleh
mikroorganisme. Partikel organik yang semula dipengaruhioleh H+ digantikan oleh Ca+.
Kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman serta kation basa ini
mudah tercuci, sehingga bila tanah kejenuhan basanya tinggi unsur tanah tersebut belum
mengalami pencucian yang intensif dan merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa juga
berhubungan erat dengan pH tanah, umumnya tanah dengan pH rendah mempunyai
kejenuhan basa rendah dan tanah dengan pH tinggi memiliki kejenuhan basanya yang tinggi
pula.
jumla h kation jumla h kation basa
100
Kejenuhan Basa =
jumla h kation basa+ jumla h kation asam

jumlah kation basa


Kapasitas tukar kation( KTK )

100

Tingkat kejenuhan basa di dalam tanah berbeda-beda dengan dua alasan utama.
Alasan pertama yaitu pebedaan muatan efektif, dan kemampuan kation dalam bentuk dapat
dipertukarkan, dengan perbedaan pH. Alasan lain yaitu basabasa yang dapat dipertukarkan
oleh ion H+ dan Al3+ dengan peningkatan pH, tetapi ini nampak seperti sekedar faktor pada
tanah mineral dengan menurunnya pH di bawah 5,5. Faktor ini yang paling penting pada
tingkat kejenuhan basa yang tergantung pada muatan relatif yang disumbangkan oleh pH
terhadap kapasitas tukar kation pada pH tanah yang diperhitungkan (Hausenbuiller, 1982).
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah yangdinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasiion unsur (H+) di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah maka semakin masam tanah tersebut. Selain ion H+
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada
tanah masam jumlah ion H+ > ion OH, Pada tanah alkalis jumlah ion OH- > H+, Pada tanah
netral jumlah ion H+ = ion OH-.

Gambar 1. Hubungan konsentrasi H+, OH dan pH tanah

Kesimpulan
Tanah berperan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Kesuburan
tanah dipengaruhi oleh kejenuhan basa yang di dalamnya terdapat kation- kation yang akan
berinteraksi dengan mikroorgansme tanah. Tanah alluvial memiliki nilai kesuburan yang
tinggi karena besarnya nilai kejenuhan basa yang dimilikinya. Oleh karena itu, tanah alluvial
harus tetap di jaga agar tanah tetap subur dan kelangsungan hidup tetap berlangsung.
Daftar Pustaka
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta :
233 hlm..
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta :
274 hlm.
Martinus.H.Pandutama, Arie Mugjiharjati, Suyono, Mustamidin. 2006. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Jember: Fakultas Pertanian Universitas Jember
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit AndiYogyakarta.
Yogyakarta. 298 hlm..
Subagyo, H., N. Suharta dan A. B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah Pertanian di Indoensia.
Dalam: Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Universitas Padjadjaran. 2015. Ilmu tanah persentase kejenuhan basa. 1 hlm.
http://www.ilmutanah.unpad.ac.id/glossary-ilmu-tanah/details/11/615/glossary-ilmutanah-persentase-kejenuhan-basa.html?filter_order=&start=600 diakses 28 Mei 2015
pk. 13.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai