*) Sebagai bahan untuk tugas akhir mata kuliah Ilmu tanah 2015
**) Mahasiswa Departemen Biologi FMIPA UI
berkembang lanjut dan kebanyakan tanah ini cukup subur. Alluvial atau Inceptisol merupakan
tanah-tanah yang memiliki epipedon dan okrik, horizon albik. Akumulasi besi sulfida dan
oksidanya penting pada sejumlah besar tanah Alluvial. Bakteri memerlukan bahan organik
dan merupakan obligat anaerob. Bakteri ini aktif mulai dari 0-700 C, pH hingga 5 sampai 9
dan konsentrasi NaCl 12%. Tanah endapan alluvial atau koluvial muda atau agak muda
dengan tanapa atau perkembangan prifil lemah. Sifat tanah alufial sangat beragam tergantung
sifat bahan asal yang diendapkan. Penyebarannya tidak terpengaruhi oleh iklim maupun
ketingian.
Menurut Hakim dkk (1986), tanah Alluvial yang dipersawahan akan berbeda sifat
morfologisnya dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat
dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan
berstruktur granular dan warna coklat tua. Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang
dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu. Tanah Alluvial
bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Beberapa bahan endapan dapat berupa batu
kapur, batuan metamorfik, deposit danau dan dapat pula berupa batu gunung berapi yang
bercampur bahan organik. Tanah Alluvial berwarna kelabu sampai kecoklat-coklatan.
Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan teguh
pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung pada
bahan induknya. Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa. Berdsarkan bahan induknya
terdapat ttanah Aluvial pasir, lempung, kapur, basa,asam dan lain-lain. Tanah Alluvial
memiliki kemantapan agregat tanah yang didalamnya terdapat banyak bahan organik sekitar
setengah dari kapasitas tukar katio (KTK) berasal dari bahan bahan sumber hara tanaman.
Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organism tanah dalam
memainkan peranannya bahn organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya. Tanah
Alluvial mengalami pencucian selama bertahun-tahun tanah ini ditandai dengan kandungan
bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan
tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang rendah menghambat dekomposisi bahan
organik sehingga menghasilkan tanah yang mengandung bahan organik dan KTK yang
tinggi. Kadar fosfor Alluvial ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang
megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal
yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor.
Status kesuburan Alluvial amat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu
kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative rendah dan
pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan
K lebih tinggi dan netral.
Kejenuhan Basa
Menurut Darmawijaya, (1990), nilai kejenuhan basa (KB) adalah persentase dari total
kapasitas tukar kation (KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Nilai KB berhubungan erat dengan pH
dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat
dengan meningkatnya KB. Laju pelepasan kation terjerab (teradsorpsi) bagi tanaman
tergantung pada tingkat kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa tanah bernilai > 80% memiliki
kesuburan yang tinggi, kejenuhan basa berkisar 50% - 80% tergolong mempunyai kesuburan
sedang dan dikatakan tidak subur jika < 50%. Kandungan Ca-dd, Mg-dd, K-dd, dan Na-dd
yang rendah dalam tanah namun dengan KTK yang tinggi akan mempersulit penyerapan
unsur hara dalam tanah, terutama basa-basa yang dipertukarkan oleh tanaman. Dalam
peningkatan kejenuhan basa tanah, pemberian kapur umum dilakukan. Pupuk yang terutama
mengandung CaCO3 dan MgO3 dapat merupakan sumber basa untuk tanah. Tingkat
kejenuhan basa suatu tanah mempengaruhi kation tanah. Hal ini terjadi karena ada interaksi
antara partikel kapur dengan partikel bahan organik hasil dari dekomposisi oleh
mikroorganisme. Partikel organik yang semula dipengaruhioleh H+ digantikan oleh Ca+.
Kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman serta kation basa ini
mudah tercuci, sehingga bila tanah kejenuhan basanya tinggi unsur tanah tersebut belum
mengalami pencucian yang intensif dan merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa juga
berhubungan erat dengan pH tanah, umumnya tanah dengan pH rendah mempunyai
kejenuhan basa rendah dan tanah dengan pH tinggi memiliki kejenuhan basanya yang tinggi
pula.
jumla h kation jumla h kation basa
100
Kejenuhan Basa =
jumla h kation basa+ jumla h kation asam
100
Tingkat kejenuhan basa di dalam tanah berbeda-beda dengan dua alasan utama.
Alasan pertama yaitu pebedaan muatan efektif, dan kemampuan kation dalam bentuk dapat
dipertukarkan, dengan perbedaan pH. Alasan lain yaitu basabasa yang dapat dipertukarkan
oleh ion H+ dan Al3+ dengan peningkatan pH, tetapi ini nampak seperti sekedar faktor pada
tanah mineral dengan menurunnya pH di bawah 5,5. Faktor ini yang paling penting pada
tingkat kejenuhan basa yang tergantung pada muatan relatif yang disumbangkan oleh pH
terhadap kapasitas tukar kation pada pH tanah yang diperhitungkan (Hausenbuiller, 1982).
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah yangdinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasiion unsur (H+) di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah maka semakin masam tanah tersebut. Selain ion H+
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada
tanah masam jumlah ion H+ > ion OH, Pada tanah alkalis jumlah ion OH- > H+, Pada tanah
netral jumlah ion H+ = ion OH-.
Kesimpulan
Tanah berperan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Kesuburan
tanah dipengaruhi oleh kejenuhan basa yang di dalamnya terdapat kation- kation yang akan
berinteraksi dengan mikroorgansme tanah. Tanah alluvial memiliki nilai kesuburan yang
tinggi karena besarnya nilai kejenuhan basa yang dimilikinya. Oleh karena itu, tanah alluvial
harus tetap di jaga agar tanah tetap subur dan kelangsungan hidup tetap berlangsung.
Daftar Pustaka
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta :
233 hlm..
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta :
274 hlm.
Martinus.H.Pandutama, Arie Mugjiharjati, Suyono, Mustamidin. 2006. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Jember: Fakultas Pertanian Universitas Jember
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit AndiYogyakarta.
Yogyakarta. 298 hlm..
Subagyo, H., N. Suharta dan A. B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah Pertanian di Indoensia.
Dalam: Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Universitas Padjadjaran. 2015. Ilmu tanah persentase kejenuhan basa. 1 hlm.
http://www.ilmutanah.unpad.ac.id/glossary-ilmu-tanah/details/11/615/glossary-ilmutanah-persentase-kejenuhan-basa.html?filter_order=&start=600 diakses 28 Mei 2015
pk. 13.00 WIB.