Anda di halaman 1dari 4

TENTANG PUASA RAJAB DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN RAJAB

A. PUASA DI BULAN RAJAB HARAMKAH?











Telah menceritakan kepada kami Abubakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada
kami Abdullah bin Numair (dalam riwayat lain Ibnu Numair), telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Utsman bin Hakim al-Anshari ia berkata, saya
bertanya kepada Said bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan
Rajab. Maka ia pun menjawab, saya telah mendengar Ibnu Abbas Ra. Berkata: Dulu
Rosululloh Saw. pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan
beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa. Dan telah
menceritakannya kepadaku Ali bin Hujr, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir
(dalam riwayat lain Ibrahim bin Musa), telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus,
keduanya dari Utsman bin Hakim di dalam isnad ini, yakni dengan hadits semisalnya. (HR.
Muslim
hadits
no.
1960)
Tiada satupun dalil dari hadits Rosul Saw. yang melarang Puasa Rajab. Bahkan para sahabat
sebagian melakukannya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim di atas, bahwa
Utsman bin Hakim al-Anshari bertanya pada Said bin Jubair mengenai Puasa Rajab, maka ia
menjawab bahwa Ibnu Abbas Ra. berkata bahwa rosul Saw. bila berpuasa maka terus puasa,
dan bila tak puasa maka terus tak puasa. Riwayat tersebut menunjukkan bahwa tak ada
pelarangan yang mengharamkan Puasa Rajab. Bila ada pelarangan maka tentu akan
disebutkan bahwa Rasul Saw., atau Ibn Abbas Ra., atau Said bin Jubair akan berkata bahwa
itu haram dan dilarang.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami
Khalid bin Abdullah dari Abdul Malik dari Abdullah (budak dari Asma binti Abubakr dan dia
juga adalah paman anaknya Atha), dia berkata: Asma binti Abubakar pernah menyuruh
saya untuk menemui Abdullah bin Umar agar menyampaikan pesannya yang berbunyi:
Telah sampai kepada saya bahwasanya, engkau telah mengharamkan tiga hal; pakaian yang
terbuat dari campuran sutera, pelana sutera yang berwarna merah tua, dan berpuasa di
bulan Rajab seluruhnya. Abdullah bin Umar berkata kepadaku: Mengenai berpuasa di bulan
Rajab yang telah kamu singgung tadi, maka bagaimana dengan orang yang berpuasa
selama-lamanya? (HR. Muslim hadits no. 3855)
Ummul Mukminin Aisyah Ra. menegur Abdullah bin Umar Ra. bahwa apakah betul ia
melarang orang berpuasa Rajab, maka Abdullah bin Umar berkata: Bagaimana dengan
puasa seumur hidup?, ini menunjukkan tidak ada pelarangan dari Abdullah bin Umar Ra.
mengenai puasa Rajab. Dan pertanyaan itu muncul dari Aisyah Ra. memberikan pemahaman
pada kita bahwa beliau melakukan puasa Rajab. Bila beliau tak melakukannya maka paling
tidak beliau (Aisyah Ra.) menyukai dan menyetujuinya, karena beliau menegur Abdullah bin
Umar Ra. apakah betul ia melarang orang puasa Rajab.

Setumpuk dalil mereka kemukakan dan tak satupun ada hadits Rasul Saw. yang melarang
atau mengharamkan puasa Rajab, namun mereka mengharamkannya seenak perutnya. Bila
Ummul Mukminin Aisyah Ra. menyetujuinya, kiranya dari manakah Aisyah mengenal hal itu?
Dari kitab kah? Atau dari catatan-catatan yang mungkin palsu dan salah cetak?
Dari suaminya tentunya, siapakah suaminya? Sayyidina Muhammad Saw. dan Aisyah Ra. tak
pernah mengetahui sesuatu dari ilmu syariah selain bersumber dari Suaminya, Rosulullh Saw.
Aisyah Ra. mengingkari orang yang melarang puasa Rajab, silahkan kita memilih antara
pemahaman Wahabi yang sesat (salah paham) atau Ummul Mukminin Aisyah Ra.

Sebagaimana dikatakan oleh al-Hafidz Imam an-Nawawi bahwa tidak ada riwayat pelarangan
puasa di bulan Rajab, maka pelarangan akan hal itu adalah hal yang mungkar.
Firman Alloh Azza wa Jalla: Katakanlah! Tuhanku hanya mengharamkan hal-hal yang tidak
baik yang timbul daripadanya dan apa yang tersembunyi dan dosa dan durhaka yang tidak
benar dan kamu menyekutukan Alloh dengan sesuatu yang Alloh tidak turunkan keterangan
padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Alloh dengan sesuatu yang kamu tidak
mengetahui. (QS al-Araf ayat 32-33)

Dalam hadits Qudsi, Rosulullah Saw. Bersabda bahwa Alloh Swt. berfirman: Aku ciptakan
hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada
mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan
atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya mereka
mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan padanya. (HR.
Muslim)
Alloh Azza wa Jalla berfirman: Mereka menjadikan para rahib dan pendeta mereka sebagai
tuhan-tuhan selain Alloh. (QS at-Taubah ayat 31)
Ketika Nabi Saw. ditanya terkait dengan ayat ini: Apakah mereka menyembah para rahib dan
pendeta sehingga dikatakan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan selain Alloh?
Nabi Saw. Menjawab: Tidak. Mereka tidak menyembah para rahib dan pendeta itu, tetapi jika
para rahib dan pendeta itu menghalalkan sesuatu bagi mereka, mereka menganggapnya
halal, dan jika para rahib dan pendeta itu mengharamkan bagi mereka sesuatu, mereka
mengharamkannya.
Pada riwayat yang lain disebutkan, Rosulullah Saw. Bersabda: Mereka (para rahib dan
pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan
sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah
penyembahannya kepada mereka. (HR. at-Tirmidzi)

Al-Hafidz Imam an-Nawawi menjelaskan: Sebagaimana Rosul Saw. menyukai puasa di bulan
yg mulyakan, dan Rajab adalah termasuk bulan yg di mulyakan, maka puasa di bulan Rajab
adalah mulia.
Diriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud bahwa Nabi Saw. menyunnahkan puasa di bulan yg di
mulyakan, dan Rajab termasuk padanya. (Syarh an-Nawawi ala Shahih Muslim juz 7
halaman 60).
Dan berkata al-Hafidz Imam asy-Syaukaniy bahwa disunnahkan puasa di bulan Rajab. (Nail
al-Authar juz 4 halaman 333).
Rosululloh Saw. bersabda: Barangsiapa yang menolak sunnahku maka bukan dari
golonganku. (HR. Bukhari).
Berpuasa bulan Rajab hukumnya sunnah berdasarkan hadits yang menganjurkan sunnahnya
berpuasa secara umum dan sunnahnya puasa pada bulan-bulan yg di mulyakan. Dan Rajab
termasuk bulan yg di mulyakan secara ijma (kesepakatan ulama).

Berpuasa pada sebagian bulan Rajab tidak sebulan penuh hukumnya sunnah menurut
kesepakan madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali). Tetapi mengkhususkan
berpuasa sebulan penuh pada bulan Rajab (sementara bulan yg di mulyakan lain tidak)
adalah makruh menurut sebagian ulama. Dan tetap sunnah menurut sebagian ulama yang
lain.

B. AMALAN-AMALAN DI BULAN RAJAB


Nilai amal ibadah yang dikerjakan dalam bulan Rajab pahalanya dilipatgandakan sampai 70
kali.
Tentang Rajab, Rosululloh Saw. bersada:

.


Rajab adalah bulannya Alloh, Syaban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulannya
ummatku.
a. Amaliyah dan Fadhilah
Sholat Sunnah
Dalam kitab Khazinat al-Asrar disebutkan bahwa pada malam 1 Rajab disunnahkan
menjalankan sholat sunnah 10 rakaat dengan metode setiap selesai membaca surat alFatihah membaca surat al-Kafirun satu kali dan surat al-Ikhlas tiga kali.
Amalan-amalan berikut ini dinukil dari kitab Kanz an-Najah Halaman 48-52 dan kitab alGunyah, bahwa Syekh Abdul Qadir al-Jailaniy menuturkan: Pada malam pertama bulan Rajab
disunnahkan membaca doa sebagai berikut:


Memperbanyak istighfar:


[2]






b. Dibaca pagi dan sore 70 X:
Amalan berikut ini disadur dari kitab Rimah ath-Thulab halaman 48-92:







c. Tiga Macam Tasbih Bulan Rajab:





dibaca pada sore hari tanggal 1 sampai tanggal 10 bulan Rajab

sebanyak 100 kali.




dibaca pagi dan sore hari tanggal 11 sampai tanggal 20 Rajab


sebanyak 100 kali.




dibaca pagi dan sore hari tanggal 21 sampai tanggal 30 Rajab sebanyak
100 kali.

d. Doa Bulan Rojab


Amalan berikut ini disadur dari kitab Jawahir al-Khamsiy halaman 58:
Dibaca setiap hari terutama tanggal 27 Rajab:

Membaca surat Yasin: Setelah sholat Shubuh disunnahkan membaca surat Yasin.
Sebagaimana riwayat dari Aisyah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:





Barangsiapa membaca surat Yasin bada sholat Shubuh di bulan Rajab satu kali maka Alloh
akan mengampuni baginya dosa-dosa sebanyak 50 tahun dan menghapuskan baginya siksa
kubur.
Sholat sunnah 27 Rajab: Pada malam 27 Rajab setelah sholat Isya disunnahkan
menjalankan sholat sunnah 12 rakaat dengan metode 4 rokaat salam. Setelah al-Fatihah
surat yang dibaca bebas dan setelah salam membaca tasbih 100 kali, istighfar 100 kali dan
sholawat 100 kali:

100









100





100


Kemudian duduk dan sujud seraya memohon hajat pada Alloh Swt.

Anda mungkin juga menyukai