Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK

PENGUKURAN TEKANAN INTRAKRANIAL

PENANGANAN KEJANG PADA ANAK DAN DEWASA

Nama Kelompok

Syane Cintia Lumalessil

Marlike Akihary

Mariatul Usemahu

Raufan Soamolle

Nurhayati

Rosnawati

Pengukuran Tekanan Intrakranial

Tekanan intrakranial (intracranial pressure)(ICP) adalah tekanan


dalam ruang ventrikulosubarakhnoid dibandingkan dengan udara
luar (atmosfer). Dalam keadaan normal istirahat tekanan liquor
cerebrospinalis (cerebrospinalis fluid pressure) (CSFP) dalam
posisi lateral diukur dengan punctie lumbal besarnya 100-160
mm H2O(8-12 mmHg). Disebut hipertensi intrakranial bila lebih
dari 15 mmHg. Bila lebih dari 35 mmHg harus segera diturunkan,
karena berbahaya dan bila lebih dari 50 mmHg berarti
prognosenya cukup jelek. Evaluasi terhadap adanya peninggian
ICP periode preoperatif pada kasus-kasus dengan kecurigaan
adanya kelainan diotak adalah satu keharusan, untuk itu perlu
pengenalan gejala-gejala hipertensi intrakranial sedini mungkin.

Fungsi Lumbar

Diperkenalkan oleh Quinke 1897, tekanan CSS spinal digunakan


untuk pengukuran indirek TIK. Tekanan CSS didefinisikan sebagai
tekanan yang cukup untuk mencegah keluarnya cairan kejarum yang
dimasukkan kerongga subarakhnoid lumbar.
Sharpe,1920, menyarankan operasi dekompresisubtemporal pada
pasien cedera kepala bila tekanan cairan spinal diatas 15 mmHg.
Jackson, 1922, juga melakukan fungsi lumbar untuk mengukur
tekanan pada pasien cedera kepala, namun ia tidak menyetujui
lokasi pungsi yang mengundang bahaya. Demikian pula ia
meragukan ketepatan hasil pengukuran. Namun kebanyakan penulis
menyetujui bahwa tekanan diatas 200 mmH 2O adalah abnormal.
Dua hambatan utama pungsi lumbar dalam mendiagnosis
hipertensi intrakranial adalah bahaya yang memacu kompresi batang
otak karena herniasi tentorial atau tonsilar, serta kenyataan bahwa
tekanan CSS tidak selalu tepat menggambarkan TIK.

Pemantauan Tekanan Intrakranial

Pengukuran langsung TIK yang sinambung melalui rute


ventrikuler dipelopori Guillaume dan Janny 1951. Pengamatan TIK
menjadi populer setelah Lundberg 1960, dimana ia melakukan
pemantauan TIK secara sinambung dan teliti dengan
ditemukannya tiga bentuk gelombang. Pengembangan ini
dimungkinkan dengan dikembangkannya transduser strain gauge
menggantika manometer tua.

Unit Tekanan

Secara tradisional pengukuran TIK melalui fungsi lumbar


dinyatakan dalam mmH2O atau tepatnya mmCSS. Mudah untuk
mengukur tinggi kolom vertikal yang dilekatkan pada jarum
spinal. Kemudian dikonversikan kedalam mmHg dengan
membaginya dengan 13.6, berat jenis merkuri. Digunakan
pengkalibrasian dalam unit mmHg untuk mudah membandingkan
langsung terhadap tekanan darah hingga perbedaan antara
kedua tekanan rata-rata (Tekanan Perfusi Serebral) dapat diukur.

Metoda Pengukuran T.I.K

Tekanan intrakranial bervariasi luas dari menit ke menit,


terutama bila ia meninggi, hingga pemantauan tunggal melalui
fungsi lumbar atau kanulasi ventrikuler menimbulkan kesalahan.
Karenanya perlu mencatat TIK secara sinambung. Semua cara
untuk mencatat TIK saat ini berdasar pada konversi tekanan
menjadi sinyal listrik yang sinambung yang dapat ditampilkan pada
chart recorder atau pada layar. Kebanyakan alat pengamat yang
tersedia saat ini sistemnya berdasarkan atas penghubung antara
rongga intrakranial dan transduser sensitif tekanan eksternal.
Mereka dibagi atas sistem kopling cairan dan kopling non cairan

Sistem Detektor Ideal

Sistem ideal untuk mengukur TIK harus:


1.

Akurat

2.

Aman bagi pasien

3.

Penggunaannya sederhana

4.

Murah

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Intrakranial

1.

Jaringan otak sendiri

2.

Volume darah otak (CBV)

3.

Volume atau tekanan CSF

Ada beberapa tipe monitor yaitu monitor intraventrikular, intraparenkimal,


subarakhnoid/subdural, dan epidural. Tipe intraventrikular merupakan gold
standard dan dapat mengukur peningkatan tekanan intrakranial global
Tipe Monitor Keuntungan
Intraventriku Gold standard, pengukuran TIK global,
lar
digunakan untuk diagnosis dan terapi

Kerugian
Angka infeksi tinggi (5-20%), resiko
perdarahan 2%

Intraparenki
mal

Angka infeksi dan perdarahan rendah (1%),


penempatan mudah

Subarakhnoi
d/subdural
Epidural

Angka infeksi dan perdarahan rendah

Mengukur TIK regional, tidak dapat


dikalibrasi ulang setelah
ditempatkan, penyimpangan (3
mmHg)
Pengukuran tidak dapat percaya,
jarang digunakan
Pengukuran tidak dapat dipercaya

Resiko perdarahan lebih rendah jika


dibandingkan dengan monitor intraventrikular
dan intraparenkimal, kadang dipakai pada
pasien dengan koagulopati

Penanganan Kejang Pada Anak


dan Dewasa

Kejang adalah suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan


relaksasi secara cepat dan berulang, oleh karena abnormalitas
sementara dari aktivitas elektrik di otak, dapat karena kelainan
intracranial, ekstrakranial atau metabolic.

Semua gerakan kita dikendalikan oleh otak yang mengirim sinyalsinyal listrik melalui saraf ke otot. Jika sinyal dari otak mengalami
gangguan atau terjadi keabnormalan, otot-otot tubuh dapat
berkontraksi secara tidak terkendali. Itulah yang terjadi saat tubuh
mengalami kejang.

Tiap orang mengalami gejala kejang yang berbeda-beda. Perbedaan


ini umumnya tergantung pada bagian otak yang mengalami
gangguan.

Ciri-ciri Kejang Pada Anak

1.

Bola mata melihat ke atas kening.

2.

Kedua tangan dan kaki menjadi kaku dan disertai gerakan kejut.

3.

Gigi antara rahang bawah dan atas terkatup.

4.

Kadang-kadang disertai dengan muntah dan nafas terhenti


sejenak.

5.

Apabila sudah parah biasanya disertai dengan tidak sadarkan


diri.

6.

Kejang yang terjadi biasanya hanya selama 5 menit, namun jika


terjadi lebih lama dari 15 menit maka sudah termasuk
membahayakan sebab dapat menyebabkan kerusakan pada
otak.

Cara Mengatasi Kejang-kejang Pada Anak

1.

Jangan Panik, pindahkan anak ke tempat yang aman seperti


kasur dan lantai dan jauh dari benda-benda yang berbahaya.

2.

Segera longgarkan pakaiannya dan lepas semua yang


menghambat saluran pernafasan sang anak.

3.

Miringkan tubuhnya karena umumnya akan mengeluarkan air


liur dari mulut yang diakibatkan produksi air liur berlebih sebab
syaraf yang mengatur kelenjar air liur tidak terkontrol lagi. Hal
ini bertujuan agar cairan langsung keluar sehingga tidak
menggenang di mulut dan menghambat saluran pernafasan.

4.

Kompres dengan kain yang telah direndam dengan air hangat


dan hindari menggunakan air dingin apalagi air es sebab dapat
menyebabkan benturan karena perbedaan suhu yang signifikan
dan tentunya ini tidak baik.

5.

Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut sang anak selama


kejang berlangsung termasuk memberinya obat-obatan.

6.

Gunakan obat penghilang kejang yang disarankan oleh dokter.


Obat ini diberikan kepada anak melalui anus. Obat penghilang
kejang yang beredar di pasaran adalah Stesolid.

7.

Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat. Hal ini bertujuan agar
otak tidak terlalu lama tidak mendapat oksigen karena dapat
mengganggu otak sang anak.

Pencegahan Kejang-kejang Pada Anak

Kejang-kejang pada anak merupakan hal yang tidak baik sebab


dapat merusak sel otak pada anak. Oleh karena itu kita harus
melakukan pencegahan sebab jika anak sekali mengalami kejang
maka ada kemungkinan akan terulang kembali.

1.

Segera beri obat penurun panas jika anak terasa mulai


mengalami demam. Perbandingan obat yang bisa anda berikan
adalah 10 miligram per 1 kg berat anak. Sebagai acuan, satu
sendok takar sirup adalah 100 miligram.

2.

Segera kompres menggunakan air hangat, jangan air dingin.


panas anak akan mulai menurun.

3.

Hal yang paling penting adalah menjaga agar suhu badan anak
tidak melebihi 37.5 derajat Celcius, sebab jika telah mencapai 38
derajat atau lebih maka kemungkinan besar bisa terjadi kejang.
Jadi harus sang anak harus selalu dalam pengawasan anda.

4.

Agar penanganannya lebih profesional sebaiknya periksakan


anak anda ke dokter.

Ciri-ciri Kejang Pada Orang Dewasa

Tiap orang mengalami gejala kejang yang berbeda-beda.


Perbedaan ini umumnya tergantung pada bagian otak yang
mengalami gangguan. Beberapa gejala yang dapat muncul secara
tiba-tiba meliputi:
1.

Kehilangan kesadaran untuk sesaat dan merasa bingung ketika


sadar karena tidak ingat apa yang terjadi.

2.

Perubahan gerakan bola mata.

3.

Mengiler atau mulut berbusa.

4.

Perubahan suasana hati, misalnya mendadak marah atau panik.

5.

Gemetaran di seluruh tubuh.

6.

Tiba-tiba jatuh.

7.

Mulut terasa pahit atau ada sensasi rasa logam pada mulut.

8.

Kejang otot yang disertai gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan


kaki.

Sebagian penderita kejang kadang-kadang juga mengalami sensasi


aura, yaitu indikasi peringatan sebelum terjadi kejang. Tanda-tanda
ini dapat berupa kejanggalan yang dirasakan pada tubuh, mencium
aroma tertentu, atau mengecap rasa tertentu.
Pada lain sisi, terdapat sebagian penderita yang hanya mengalami
tangan gemetar dan tanpa kehilangan kesadaran. Bahkan
terkadang ada yang kehilangan kesadaran dan terlihat seperti
bengong untuk sesaat, tapi tanpa mengalami gemetaran. Itulah
kenapa kondisi kejang-kejang kadang sulit terdeteksi.
Durasi kejang juga tidak sama pada tiap penderita. Ada yang
mengalaminya selama beberapa detik atau beberapa menit. Yang
terpenting segera bawa penderita ke rumah sakit untuk menjalani
penanganan darurat, terutama jika:
1.

Ini adalah kejang pertama yang dialami penderita.

2.

Penderita tidak sadarkan diri selama lebih dari 10 menit.

3.

Durasi kejang melebihi lima menit.

4.

Kejang kembali terulang.

Penyebab Kejang Pada Orang Dewasa

Penyebab utama kejang adalah adanya gangguan pada aktivitas


sinyal listrik dalam otak. Sekitar satu dari sepuluh orang yang
mengalami kejang memiliki kondisi medis tertentu. Kejang pada usia
dewasa dapat disebabkan karna stroke, cedera kepala, infeksi otak,
ketidakseimbangan elektrolit/ion tubuh, atau kondisi metabolic seperti
gangguan ginjal, hati, dan sebagainya.
Pemicu utama gejala ini adalah epilepsi, tapi masih ada faktor-faktor
lain yang mungkin dapat menyebabkan gejala ini. Di antaranya:
1.

Akibat cedera, misalnya luka di kepala.

2.

Pengaruh kondisi kesehatan tertentu, seperti demam (terutama


pada anak-anak), gula darah yang rendah, meningitis, eklamsia,
atau stroke.

3.

Pengaruh obat-obatan, misalnya tramadol atau baclofen.

4.

Pola hidup yang buruk, misalnya terlalu banyak mengonsumsi


minuman keras atau obat-obatan terlarang. Gejala putus obat atau
alkohol dapat memicu kejang.

5.

Racun akibat gigitan hewan, misalnya ular.

Cara Mengatasi Kejang-Kejang Pada Orang Dewasa

Hampir semua penderita kejang akan sembuh dengan sendirinya


tanpa penanganan khusus. Tetapi selama mengalami reaksi otot yang
tidak terkendali, penderita mungkin saja dapat terluka. Tujuan utama
penanganan kejang adalah untuk mencegah cidera pada penderitanya.
Beberapa langkah sederhana yang bisa diambil meliputi:
1. Baringkan

penderita agar tidak jatuh, tapi jangan memindahkannya.

2. Letakkan

alas yang empuk di bawah kepala penderita, misalnya


bantal atau jaket, jika memungkinkan.

3. Jangan

memasukkan sesuatu dalam mulut penderita, misalnya


sendok atau jari.

4. Jauhkan

benda-benda berbahaya dari penderita, misalnya benda

tajam.
5. Jangan

memakai kekerasan untuk menahan gerakan penderita.

6. Longgarkan

pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher penderita.

7. Miringkan

kepala penderita. Posisi ini akan mencegah penderita


untuk menelan muntahnya jika dia muntah.

8. Hindari

menyuapi penderita dengan apa pun sebelum kejang

Setelah kejang berhenti, pastikan Anda memeriksa pernapasan


penderita, memberikan napas buatan jika dibutuhkan, memantau
tanda-tanda vital penderita (misalnya detak jantung), serta
mencatat durasi kejang yang terjadi.

~ Thanks ~

Anda mungkin juga menyukai