Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK LISTRIK D3 KHUSUS

PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


MAKALAH
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

Disusun oleh :
1. Arya Fauzi Setiawan (07)
2. Danang Hutama(08)
3. Dimas Anas Aditya (09)
4. Faela Maana Shufa (10)

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

( POLINES )
Jl . Prof . H . Soedarto , SH .Tembalang Telp . (024) 7473417 Fax . (024)7472396

2013

BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian
dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya
masih

dapat

pamungkas

dirasakan sampai sekarang.


yang

dahsyat,

Di

sejak

samping
lama

orang

sebagai
telah

senjata
memikirkan

bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Sampai saat
ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai
bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi
dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi
teknik nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi
saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam
bentuk P e m b a n g k i t L i s t r i k T e n a g a n u k l i r ( P L T N ) , d i m a n a t e n a g a
n u k l i r d i g u n a k a n u n t u k membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak
mencemari lingkungan.
Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial
sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN air ringan
bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5 Mwe. Pada
tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor (GCR +
Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe. Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di
negara maju maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang
tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik
dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN
sedang dalam tahap kontruksi di 18 negara.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1

Pengertian PLTN
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas

yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk
dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan
(meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya
yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga1000 MWe. Unit baru yang
sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200MWe. Hingga tahun 2005
terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia, dengan 441 diantaranya beroperasi di 31
negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.
2.2

Sejarah
Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit percobaan EBR-

I pada 20 Desember 1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika Serikat. Pada 27 Juni1954, PLTN
pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power grid) mulai beroperasi di Obninsk,
Uni Soviet. PLTN skala komersil pertama adalah Calder Hall di Inggrisyang dibuka pada 17
Oktober 1956.
2.3

Jenis-jenis PLTN
1 . P r e s s u r i z e d Wat e r R e a c t o r ( P W R )
PWR adalah jenis reaktor daya nuklir yang menggunakan air ringan
biasa sebagai pendingin maupun moderator neutron. Reaktor ini pertama sekali
dirancang oleh WestinghouseBettis Atomic Power Laboratory untuk kepentingan
kapal perang, tetapi kemudian rancanganini dijadikan komersial oleh Westinghouse
Nuclear Power Division. Reaktor PWR komersial pertama dibangun di Shippingport,
Amerika Serikat yang beroperasi sampai tahun 1982. SelainWestinghouse, banyak
perusahaan lain seperti Asea Brown Boveri-Combustion Engineering(ABB-CE),
Framatome, Kraftwerk Union, Siemens, and Mitsubishi yang mengembangkan danmembangun
reaktor PWR ini. Reaktor jenis ini merupakan jenis reaktor yang paling umum.

Lebih dari 230 buah reaktor digunakan untuk menghasilkan listrik, dan beberapa
ratus lainnyadigunakan sebagai tenaga penggerak kapal.Pada reaktor jenis PWR, aliran
pendingin utama yang berada di teras reaktor bersuhumencapai 325oC sehingga
perlu diberi tekanan tertentu (sekitar 155 atm) oleh perangkat pressurizer
sehingga air tidak dapat mendidih. Pemindah panas, generator uap, digunakan
untuk memindahkan panas ke aliran pendingin sekunder yang kemudian mendidih
menjadi uap air dan menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik. Uap kemudian
diembunkan di dalamkondenser menjadi aliran pendingin sekunder. Aliran ini
kembali memasuki generator uap danmenjadi uap kembali, memasuki turbin, dan demikian
seterusnya.

Gambar 1 PLTN tipe PWR


2 . B o i l i n g Wat e r R e a c t o r ( B W R )
Reaktor jenis BWR merupakan rancangan reaktor jenis air ringan sebagai pendingin
danmoderator, yang juga digunakan di beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Reaktor
BWR pertama sekali dirancang oleh Allis-Chambers dan General Electric (GE).
Sampai saat ini,hanya rancangan General Electric yang masih bertahan.
Reaktor BWR rancangan General Electric dibangun di Humboldt Bay di
California. Perusahaan lain yang mengembangkan danmembangun reaktor BWR
ini adalah ASEA-Atom, Kraftwerk Union, Hitachi. Reaktor ini mempunyai

banyak persamaan dengan reaktor PWR; perbedaan yang paling kentara ialah pada reaktor BWR,
uap yang digunakan untuk memutar turbin dihasilkan langsung oleh teras reaktor. Pada reaktor
BWR hanya terdapat satu sirkuit aliran pendingin yang bertekanan rendah (sekitar
75 atm) sehingga aliran pendingin tersebut dapat mendidih di dalam teras mencapai
suhu 285oC. Uap yang dihasilkan tersebut mengalir menuju perangkat pemisah dan
pengering uap yang terletak di atas teras kemudian menuju turbin. Karena air yang
berada di sekitar teras selalu mengalami kontaminasi oleh peluruhan radionuklida,
maka turbin harus diberi perisai dan perlindungan radiasi sewaktu masa pemeliharaan.
Kebanyakan zat radioaktif yang terdapat pada air tersebut beumur paro sangat
singkat, misalnya N-16 dengan umur paro 7 detik s e h i n g g a r u a n g t u r b i n
dapat dimasuki sesaat setelah reaktor dipadamkan. Uap tersebut
kemudian memasuki turbin-generator. Setelah turbin digerakkan, uap diembunkan di
kondenser menjadi aliran pendingin, kemudian dipompa ke reaktor dan memulai
siklus kembali seperti diatas.

Gambar 2 PLTN tipe BWR


3 . Reaktor Air Didih Lanjut (Advanced Boiling Water Reactor, ABWR)
ABWR adalah reaktor air didih lanjut, yaitu tipe modifikasi dari reaktor air
didih yang ada pada saat ini. Perbaikan ditekankan pada keandalan, keselamatan,
limbah yang rendah, kemudahan operasi dan faktor ekonomi. Perlengkapan khas ABWR yang
mengalami perbaikan desain adalah pompa internal, penggerak batang kendali,

alat pengatur aliran uap, sistem pendinginan teras darurat, sungkup reaktor dari
beton pra-tekan, turbin, alat pemanas untuk pemisah uap (penurun kelembaban),
sistem kendali digital dan lain-lain.

Gambar 3 PLTN tipe ABWR


4. R eak to r C an D U
Reaktor CanDU atau Canada Deuterium Uranium adalah jenis
reaktor air berat bertekanan yang menggunakan Uranium alam oksida sebagai
bahan bakar. Reaktor ini dirancang oleh Atomic Energy Canada Limited
(AECL) semenjak tahun 1950 di Kanada. Karena menggunakan bahan bakar
Uranium alam, maka reaktor ini membutuhkan moderator yang lebih efisien seperti air
berat. Moderator reaktor CanDU terletak pada tangki besar yang disebut
calandria, yang disusun oleh tabung-tabung bertekanan horisontal yang digunakan sebagai
tempat bahan bakar, didinginkan oleh aliran air berat bertekanan tinggi yang mengalir
melewati tangki calandria ini sampai mencapai suhu 290oC. Sama seperti Reaktor PWR, uap
dihasilkan oleh aliran pendingin sekunder yang mendapat panas dari aliran pendingin
utama. Dengan digunakannya tabung-tabung bertekanan sebagai tempat bahan
bakar, memungkinkan untuk mengisi bahan bakar tanpa memadamkan reaktor dengan
memisahkan tabung bahan bakar yang akan diisi dari aliran pendingin.

Gambar 4 PLTN tipe CanDU


5 . R e a k t o r Tab u n g Tek a n
Reaktor tabung tekan merupakan reaktor yang terasnya tersusun atas
pendingin air ringan (ada juga air berat) dan moderator air berat atau pendingin
air ringan dan moderator grafit dalam pipa kalandria. Bahan pendingin dan bahan moderator
dipisahkan oleh pipa tekan, s e h i n g g a

bahan

pendingin

dan

bahan

m o d e r a t o r d a p a t d i p i l i h s e c a r a t e r p i s a h . P a d a kenyataannya
terdapat variasi gabungan misalnya pendingin air ringan moderator air
berat (Steam-Generating Heavy Water Reactor, SGHWR), pendingin air berat
moderator air berat (Canadian Deuterium Uranium , CANDU), pendingin air ringan
moderator grafit (Channel Type Graphite-moderated Water-cooled Reactor, RBMK).
Teras reaktor terdiri dari banyak kanal bahan bakar dan dideretkan berbentuk kisi
kubus di dalam tangki kalandria, bahan pendingin mengalir masing-masing di dalam pipa
tekan, energi panas yang timbul pada kanal bahan bakar diubah menjadi energi penggerak
turbin dan digunakan pada pembangkit listrik. Disebut juga reaktor nuklir tipe kanal.
6 . Pebble Bed Modular Reactor (PBMR)

Reaktor PBMR menawarkan tingkat keamanan yang baik. Proyek PBMR


masa kini merupakan lanjutan dari usaha masa lalu dan dipiloti oleh
konglomerat internasional USA berbasis Exelon Corporation (Commonwealth
Edison PECO Energy), British Nuclear FuelsLimited dan South African based ESKOM
sebagai perusahaan reaktor. PBMR menggunakan helium sebagai pendingin
reaktor, berbahan bakar partikel uranium dioksida yang diperkaya, yang
dilapisi dengan Silikon Karbida berdiameter kurang dari 1mm, dirangkai dalam
matriks grafit. Bahan bakar ini terbukti tahan hingga suhu 1600oCdan tidak akan
meleleh di bawah 3500 o C. Bahan bakar dalam bola grafit akan
bersirkulasi melalui inti reaktor karena itu disebut sistem pebble-bed.
7. R eak to r M ag n o x
Reaktor Magnox merupakan reaktor tipe lama dengan siklus bahan bakar yang
sangat singkat (tidak ekonomis), dan dapat menghasilkan plutonium untuk senjata
nuklir. Reaktor ini dikembangkan pertama sekali di Inggris dan di Inggris terdapat 11 PLTN
dengan menggunakan 26 buah reaktor Magnox ini. Sampai tahun 2005 ini, hanya tinggal 4 buah
reaktor Magnox yang beroperasi di Inggris dan akan didekomisioning pada tahun
2010. Reaktor Magnox menggunakan CO2 bertekanan sebagai pendingin, grafit
sebagai moderator dan berbahan bakar Uranium alam dengan logam
Magnox sebagai pengungkung bahan bakarnya. Magnox merupakan nama dari
logam campuran yaitu dengan logam utama M a g n e s i u m d e n g a n s e d i k i t
Aluminium

dan

logam

lainnya,

yang

digunakan

s e b a g a i pengungkung bahan bakar logam Uranium alam dengan penutup yang


tidak mudah teroksidasi untuk menampung hasil fisi.
8 . Advanced Gas-cooled Reactor (AGR)
Advanced Gas-Cooled Reactor (AGR) merupakan reaktor generasi kedua dari
reaktor berpendingin

gas

yang

dikembangkan

Inggris.

AGR

merupakan

pengembangan dari reaktor Magnox. Reaktor ini menggunakan grafit sebagai


moderator netron, CO2 sebagai pendingindan bahan bakarnya adalah pelet Uranium oksida
yang diperkaya 2,5%-3,5% yang dikungkung di dalam tabung stainless steel. Gas CO2
yang mengalir di teras mencapai suhu 650oC dankemudian memasuki tabung generator
uap. Kemudian uap yang memasuki turbin akan diambil panasnya untuk menggerakkan
turbin. Gas telah kehilangan panas masuk kembali ke teras.

9 . Russian Reaktor Bolshoi Moshchnosty


RBMK merupakan singkatan dari Russian Reaktor Bolshoi Moshchnosty Kanalny
yang berarti reaktor Rusia dengan saluran daya yang besar. Pada tahun 2004 masih
terdapat beberapa reaktor RMBK yang masih beroperasi, namun tidak ada rencana
untuk membangun reaktor jenis ini lagi. Keunikan reaktor RBMK terdapat pada
moderator grafitnya yang dilengkapi dengan tabung untuk bahan bakar dan tabung untuk
aliran pendingin. Pada rancangan reaktor RBMK, terjadi pendidihan aliran
pendingin di teras sampai mencapai suhu 290C. Uap yang dihasilkan kemudian
masuk ke perangkat pemisah uap yangmemisahkan air dari uap. Uap yang telah dipisahkan
kemudian mengalir menuju turbin, seperti pada rancangan reaktor BWR. Masalah yang
dihadapi pada BWR yaitu uap yang dihasilkan bersifat radioaktif juga terjadi pada
reaktor ini. Namun, dengan adanya pemisahan uap, maka terdapat waktu jeda yang
menurunkan radiasi di sekitar turbin. Dengan menggunakan moderasi netron yang sangat
bergantung pada grafit, apabila terjadi pendidihan yang berlebihan, maka aliran
pendingin akan berkurang sehingga penyerapan netron juga berkurang, tetapi reaksi
fisi akan semakin cepat sehingga dapat menimbulkan kecelakaan.
2.4

Prinsip Kerja PLTN


Prinsip kerja PLTN sebenarnya mirip dengan pembangkit listrik lainnya,

misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Uap bertekanan tinggi pada PLTU
digunakan

untuk memutar

turbin.

Perputaran

turbin

digunakan

untuk

menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik. Perbedaannya pada


pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan
bahan bakar fosil seperti : batu bara, minyak dan gas. Dampak dari pembakaran bahan bakar
fosil ini, akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (S02) dan nitrogen
oksida (Nox), serta debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan
teremisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bisa
menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global. Sedangkan pada PLTN panas yang akan digunakan
untuk menghasilkan uap yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisi
(uranium) dalam reaktor nuklir. Panas yang digunakan untuk membangkitkan uap
diproduksi sebagai hasil dari pembelahan inti atom yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Apabila satu neutron (dihasilkan dari sumber neutron) tertangkap oleh satu inti atom
uranium-235, inti atom ini akan terbelah menjadi 2 atau 3 bagian / fragmen. Sebagian dari

energi yang semula mengikat fragmen-fragmen tersebut masing masing dalam bentuk
energy kinetik, sehingga mereka dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Oleh karena
fragmen-fragmen itu berada di dalam struktur Kristal uranium, mereka tidak dapat bergerak
jauh dan gerakannya segera diperlambat.
Dalam proses perlambatan ini energy kinetic diubah menjadi panas (energy termal).
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa energy termal yang dihasilkan dari reaksi
pembelahan 1 kg uranium-235 murni besarnya adalah 17 milyar kilo kalori, atau setara
dengan energy termal yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2400 ton) batubara.
Selain fragmen-fragmen tersebut reaksi pembelahan menghasilkan pula 2 atau 3 neutron
yang dilepaskan dengan kecepatan lebih besar dari 10.000 km per detik.
Neutron neutron ini disebut neutron cepat yang mampu bergerak bebas tanpa dirintangi
oleh atom-atom uranium atau atom-atom kelongsongnya. Agar mudah ditangkap oleh inti
atom uranium guna menghasilkan reaksi pembelahan, kecepatan neutron ini harus
diperlambat. Zat yang dapat memperlambat kecepatan neutron disebut moderator.
2.4.1

Air Sebagai Pemerlambat Neutron (Moderator)


Seperti telah disebutkan di atas, panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan, oleh
air yang bertekanan 160 atmosfir dan suhu 3000 oC secara terus menerus dipompakan
kedalam reactor melalui saluran pendingin reaktor. Air bersirkulasi dalam saluran
pendingin ini tidak hanya berfungsi sebagai pendingin saja melainkan juga bertindak
sebagai moderator, yaitu sebagai medium yang dapat memperlambat neutron. Neutron
cepat akan kehilangan sebagian energinya selama menumbuk atom-atom hidrogen.
Setelah kecepatan neutron turun sampai 2000 m per detik atau sama dengan kecepatan
molekul gas pada suhu 3000oC, barulah ia mampu membelah inti atom uranium-235.

2.4.2

Neutron yang telah diperlambat disebut neutron termal.


Reaksi Pembelahan Inti Berantai Terkendali
Untuk mendapatkan keluaran termal yang mantap, perlu dijamin agar banyaknya
reaksi pembelahan inti yang terjadi dalam teras reactor dipertahankan pada tingkat
tetap, yaitu 2atau 3 neutron yang dihasilkan dalam reaksi itu hanya satu yang dapat
meneruskan reaksi pembelahan .

Neutron lainnya dapat lolos keluar reaktor, atau terserap oleh bahan lainnya tanpa
menimbulkan reaksi pembelahan atau diserap oleh batang kendali. Batang kendali
dibuat dari bahan-bahan yang dapat menyerap neutron, sehingga jumlah neutron yang
menyebabkan reaksi pembelahan dapat dikendalikan dengan mengatur keluar atau
masuknya batang kendali kedalam teras reactor . Sehubungan dengan uraian di atas
perlu digaris bawahi bahwa :
a. Reaksi pembelahan berantai hanya dimungkinkan apabila ada moderator.
b. Kandungan uranium-235 di dalam bahan bakar nuklir maksimum adalah 3,2 %.
Kandungan ini kecil sekali dan terdistribusi secara merata dalam isotop uranium238,sehingga tidak mungkin terjadi reaksi pembelahan berantai secara tidak terkendali
di dalamnya.
2.4.3

Radiasi dan Hasil Belahan


Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi pembelahan inti disebut hasil
belahan, yang kebanyakan berupa atom-atom radioaktif seperti xenon-133, kripton-85
dan iodium-131 . Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain dengan memancarkan
radiasi alpha, beta, gamma atau neutron. Selama proses peluruhan, radiasi yang
dipancarkan dapat diserap oleh bahan-bahan lain yang berada di dalam reactor,
sehingga energi yang dilepaskan berubah menjadi panas. Panas ini disebut panas
peluruhan yang akan terus diproduksi walaupun reactor berhenti beroperasi. Oleh
karena itu reactor dilengkapi dengan suatu sistem pembuangan panas peluruhan.
Reaksi pembelahan tersebut menghasilkan tenaga panas (termal) dalam jumlah yang

sangat besar serta membebaskan 2 sampai 3 buah neutron. Sebagai pemindah panas biasa
digunakan air yang d i s a l u r k a n

secara

terus

menerus

selama

PLTN

b e r o p e r a s i . P r o s e s p e m b a n g k i t y a n g menggunakan bahan bakar uranium ini


tidak melepaskan partikel seperti C02, S02, atau Nox, juga tidak mengeluarkan asap atau
debu yang mengandung logam berat yang dilepas kelingkungan. Oleh karena itu PLTN
merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Namun disamping itu
PLTN menghasilkan bahan radioaktif sebagai hasil aktivitas neutron. Bahan radioaktif ini
terjadi karena bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor (seperti kelongsongan atau
bahan struktur) menangkap neutron sehingga berubah menjadi unsur lain yang bersifat
radioaktif. Radioaktif adalah sumber utama timbulnya bahaya dari suatu PLTN, oleh karena
itu semua system pengamanan PLTN ditujukan untuk mencegah atau menghalangi

terlepasnya zat radioaktif kelingkungan dengan aktivitas yang melampaui nilai batas ambang
yang diizinkan menurut peraturan yang berlaku. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari
pengoperasian PLTN, adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen
bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan
secara lestari.

Gambar 5 Skema prinsip kerja PLTN

2.5

KOMPONEN UTAMA REAKTOR NUKLIR


1.

Tangki Reactor
Tangki ini bisa berupa tabung (silinder) atau bola yang dibuat dari logam campuran
dengan ketebalan sekitar 25 cm. fungsi dari tangki adalah sebagai wadah untuk
menempatkan

komponen-komponen

reaktor

lainnya

dan

sebagai

tempat

berlangsungnya reaksi nuklir. Tangki yang berdinding tebal ini juga berfungsi
sebagai penahan radiasi agar tidak keluar dari sistem reaktor.
2. Teras reaktor
Komponen reaktor yang berfungsi sebagai tempat untuk bahan bakar. Teras reaktor
dibuat berlubang (kolom) untuk menempatkan bahan bakar reaktor yang berbentuk
batang. Teras reaktor dibuat dari logam yang tahan panas dan tahan korosi.

3. Bahan bakar nuklir


Bahan bakar adalah komponen utama yang memegang peranan penting untuk
berlangsungnya reaksi nuklir. Bahan bakar dibuat dari isotop alam seperti
Uranium, Thorium yang mempunyai sifat dapat membelah apabila bereaksi
dengan neutron.
4. Bahan pendingin
Untuk mencegah agar tidak terjadi akumulasi panas yang berlebihan pada teras
reaktor, maka dapat dipergunakan bahan pendingin untuk pertukaran panasnya.
Bahan pendingin ini bisa digunakan air atau gas.
5. Elemen kendali
Reaksi nuklir bisa tidak terkendali apabila partikel-partikel neutron yang
dihasilkan dari reaksi sebelumnya sebagian tidak ditangkap atau diserap. Untuk
mengendalikan reaksi ini, reaktor dilengkapi dengan elemen kendali yang dibuat
dari bahan yang dapat menangkap atau menyerap neutron. Elemen kendali juga
berfungsi untuk menghentikan operasi reaktor (shut down) sewaktu-waktu apabila
terjadi kecelakaan.
6.

Moderator
Fungsi dari moderator adalah untuk memperlambat laju neutron cepat (moderasi)
yang dihasilkan dari reaksi inti hingga mencapai kecepatan neutron thermal untuk
memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi nuklir selanjutnya (reaksi berantai).
Bahan yang digunakan untuk moderator adalah air atau grafit.

2.6

Siklus Bahan Bakar Nuklir


Pada teknologi nuklir, hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan semacam

di atas, dikenal dengan istilah siklus bahan bakar nuklir. Ada tiga bagian pada siklus ini,
yaitu bagian depan (front end), bagian pembangkitan daya, dan bagian belakang (back end).
Secara sederhana siklus bahan bakar nuklir dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 6 di
bawah ini.

Gambar 6 Ilustrasi proses siklus bahan bakar nuklir

2.6.1 Bagian depan (front end)


1. Penambangan dan milling
Pada tahapan ini, bijih uranium ditambang pada tambang terbuka maupun
pada tambang bawah tanah. Contoh dari bijih uranium adalah uranitite dan
autunite. Selanjutnya bijih uranium dibawa ke pabrik pengolahan (milling
plant) yang biasanya terletak dekat dengan lokasi tambang. Dari pengolahan
ini akan diperoleh produk akhir yaitu yellow cake (U3O8).

Gambar 7 Uraninite

Gambar 8 Autunite

Gambar 9 Yellow cake atau (U3O8) yang berupa serbuk


2. Konversi
Pada tahapan ini serbuk yellow cake akan diubah menjadi uranium
heksafluorida (UF6), atau yang dalam istilah nuklir sering kali disebut dengan
hex. Hex pada tahapan ini berbentuk gas, dan selanjutnya disimpan di dalam
tabung untuk diproses pada tahapan berikutnya.

Gambar 10 Tabung berisi UF6 yang siap untuk diangkut.

3.

Pengkayaan
Sampai pada tahapan ini, uranium yang berbentuk UF6 merupakan uranium
alami. Artinya kandungan uranium terdiri dari 99,3% uranium-238 (U-238) dan
0,7% uranium-235 (U-235). Agar bisa dimanfaatkan di sebagian besar reaktor
nuklir, kandungan U-235 harus dinaikkan menjadi 3,5% 5%. Proses untuk
menaikkan kandungan U-235 ini dikenal dengan nama pengkayaan atau
enrichment. Oleh karenanya pabrik yang melakukan kegiatan pengkayaan ini
disebut dengan pabrik pengkayaan atau enrichment plant. Produk akhir pabrik
pengkayaan yaitu uranium yang diperkaya (enriched uranium), sementara
produk sisanya adalah uranium yang dipermiskin (depleted uranium) yaitu
uranium yang mempunyai kandungan U-235 kurang dari 0,7% (biasanya sekitar
0,2 0,3%).Saat ini ada dua cara untuk melakukan pengkayaan uranium dalam
skala besar, yaitu (1) metode difusi gas dan (2) metode sentrifugasi. Untuk
memisahkan isotop U-235 dan U-238, kedua metode ini sama-sama
memanfaatkan sifat fisis dari kedua isotop tersebut, yang mana beda massa
antara U-235 dan U-238 sekitar 1%.

Gambar 11 Tabung difusi pada pabrik pengkayaan metode difusi gas

Gambar 12 Tabung sentrifugal pada pabrik pengkayaan dengan metode


sentrifugasi
4. Fabrikasi
Setelah dilakukan pengkayaan, UF6 kemudian diproses secara kimia agar
dihasilkan serbuk uranium dioksida (UO2). Serbuk ini kemudian dipres menjadi
pelet, dilakukan proses sintering (dibakar pada suhu tinggi di atas 1400C)
sehingga berbentuk keramik. Selanjutnya pelet dimasukkan ke dalam tabung
yang terbuat dari paduan logam Zircaloy membentuk batang bahan bakar (fuel
pin). Selanjutnya batang bahan bakar disusun untuk menghasilkan perangkat
bahan bakar (fuel assembly). Ukuran dari pelet, batang bahan bakar maupun
perangkat bahan bakar tergantung dari masing-masing reaktor yang akan
menggunakannya. Biasanya pada satu perangkat bahan bakar, terdapat sekitar
264 batang bahan bakar, dengan tinggi sekitar 3 m dan panjang sisi sekitar 12
24 cm.

Gambar 13 Pelet bahan bakar uranium dioksida

Gambar 14 Batang bahan bakar di mana pelet uranium dioksida dimasukkan ke


dalamnya.

Gambar 15 Perangkat bahan bakar untuk PLTN tipe PWR.

2.6.2 Bagian pembangkitan daya

1.

Operasi di dalam reaktor


Perangkat bahan bakar selanjutnya dibawa ke reaktor. Di dalam reaktor ini
berlangsung reaksi fisi seperti yang telah kita bahas di artikel sebelumnya.
Perangkat bahan bakar ini akan disusun di dalam teras reaktor. Jumlah
perangkat bahan bakar yang dipakai tergantung pada besarnya tingkat daya
yang dihasilkan reaktor. Untuk PLTN jenis PWR biasanya sekitar 120 sampai
200 perangkat, sementara untuk jenis BWR jumlahnya lebih banyak sekitar
400 sampai 800 perangkat.

Gambar 16 Teras reaktor

Gambar 17 Pengisian perangkat bahan bakar ke dalam teras reaktor.

Reaktor akan dioperasikan sekitar 1 tahun, kemudian dilakukan pengisian


ulang perangkat bahan bakar. Hanya 1/3 dari perangkat bahan bakar yang akan
diganti dengan yang baru, dan perangkat bahan bakar yang lama akan disusun
ulang. Oleh karenanya satu perangkat bahan bakar akan berada di teras sekitar
3 tahun. Hal ini dilakukan agar energi yang dihasilkan di dalam reaktor dapat
terdistribusi merata. Perlu diingat pula bahwa tidak semua uranium yang ada di
perangkat bahan bakar akan habis dipakai dalam waktu 3 tahun. Perangkat
bahan bakar yang sudah dipakai disebut dengan istilah bahan bakar bekas atau
spent fuel. Pada bahan bakar bekas masih terdapat sekitar 1% U-235 yang tidak
terkonsumsi, 94% U-238, sekitar 1% plutonium dan 4% produk fisi.
2. Penyimpanan bahan bakar bekas
Pada reaksi fisi akan dihasilkan produk-produk fisi yang sifatnya radioaktif,
oleh karenanya setelah keluar dari reaktor, perangkat bahan bakar harus
didinginkan terlebih dahulu. Untuk itu perangkat bahan bakar akan
dimasukkan ke dalam kolam bahan bakar bekas (spent fuel pool) selama
beberapa tahun. Selanjutnya bahan bakar akan dipindahkan ke tempat
penyimpanan kering (dry cask storage). Baik kolam bahan bakar bekas
maupun tempat penyimpanan kering, keduanya masih berada di lokasi sekitar
reaktor.

Gambar 18 Kolam penyimpanan bahan bakar bekas

Gambar 19 Ilustrasi tabung penyimpan kering untuk bahan bakar bekas

Gambar 20 Tabung penyimpan kering bahan bakar bekas


2.6.3

Bagian belakang (back end)


1. Pengolahan ulang

Telah disebutkan di atas bahwa bahan bakar bekas akan mengandung


94% U-238, 1% U-235, 1% plutonium dan 4% produk fisi. Untuk
mengolah bahan bakar bekas, tabung penyimpan kering akan dibawa
ke pabrik pengolah ulang (reprocessing plant). Di pabrik ini bahan
bakar bekas akan dipisahkan menjadi tiga kategori, yaitu uranium,
plutonium dan limbah yang mengandung produk fisi. Uranium yang
masih mengandung U-235 lebih tinggi daripada uranium alami
kemudian akan dilakukan konversi dan dikirim ke pabrik pengkayaan.
Dengan kata lain uranium akan didaur ulang kembali ke tahapan 2 dan
3. Plutonium dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu
plutonium dari pabrik pengolah ulang akan dikirim ke fasilitas
fabrikasi agar dibuat pelet plutonium dioksida (PuO2) dan bersamasama dengan pelet UO2 akan dijadikan sebagai bahan bakar MOX
2.

(Mixed OXide) untuk reaktor yang menggunakannya.


Pengolahan limbah
Limbah yang telah dipisahkan di pabrik pengolahan ulang akan diolah
tersendiri. Agar bisa disimpan untuk jangka panjang, limbah perlu
distabilkan terlebih dahulu dalam bentuk atau struktur yang tidak akan
bereaksi maupun berkurang kekuatannya. Ada beberapa cara untuk
melakukannya, antara lain dengan melakukan vitrifikasi yaitu dengan
mengubahnya material limbah menjadi gelas Pyrex dan disimpan di
dalam tabung baja tahan karat. Gelas yang terbentuk sangat tahan
terhadap air. Cara yang lain adalah dengan menggunakan metode
Synroc atau Syntethic Rock. Pada metode ini, limbah nuklir dicampur
dengan tiga buah mineral yaitu hollandite (BaAl2Ti6O16), zirconolite
(CaZrTi2O7) dan perovskite (CaTiO3). Selanjutnya dengan memberikan
tekanan pada suhu yang tinggi, campuran tersebut akan membentuk
struktur yang padat dan keras seperti batu cadas.

Gambar 21 Lelehan gelas yang mengandung limbah radioaktif.

Gambar 22 Wadah atau kontainer limbah yang sudah divitrifikasi.

Gambar 23 Sampel Synroc


3. Penyimpanan lestari

Kontainer limbah maupun synroc selanjutnya akan diletakkan di


tempat penyimpanan lestari (final waste repository). Lokasi ini
dipilih di kawasan yang stabil secara geologis dan berada di bawah
tanah, biasanya pada kedalaman lebih dari 500 m di bawah
permukaan. Tujuan utamanya adalah untuk mengisolasi limbah
nuklir (yang sudah diolah tentu saja) dari jangkauan khalayak
ramai.

Gambar 24 Sketsa penyimpanan limbah lestari di Sderviken, Swedia

2.7 Keselamatan Nuklir


Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat, para pekerja reactor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk menjamin
agar radioaktif yang dihasilkan reactor nuklir tidak terlepas kelingkungan baik selama operasi
maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif dilakukan untuk menjamin agar PLTN
dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika diinginkan dan dapat tetap dipertahanan
dalam keadaanaman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untuk ini panas peluruhan
yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan bahaya akibat
pemanasan lebih pada reaktor. Beberapa hal yang diperhatikan adalah sebagaiberikut :
1 . K e s e la ma t a n Ter p a s a n g

Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila
suhudalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang
tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan
berkurang. Akibatnya panasyang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan
menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal
beroperasi.
2. Penghalang Ganda
P LTN m e m p u n ya i s i s t e m p e n g a m a n a n ya n g k e t a t d a n b e r l a p i s l a p i s , s e h i n g g a kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat
kecil. Sebagai contoh,zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti
uranium sebagian besar >90% akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan
bakar, yang berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi maupun
jika terjadi kecelakaan, selongsong bahan bakar, akan berperan sebagai penghalang
kedua

untuk

mencegah

terlepasnya

zat

radioaktif

tersebut

keluar k e l o n g s o n g . K a l a u z a t r a d i o a k t i f m a s i h d a p a t k e l u a r d a r i
d a l a m k e l o n g s o n g , m a s i h a d a penghalang ketiga yaitu sistem pendingin.
Lepas dari sistem pendingin, masih ada penghalangkeempat berupa bejana tekan
terbuat dari baja dengan tebal + 20cm. Penghalang kelima adalah perisai beton
dengan tebal 1,5 2m. Bila saja zat radioaktif itu masih ada yg lolos dari
perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistim pengukung yang terdiri
dari pelat bajasetebal + 7cm dan beton setebal 1.5 2m yang kedap udara.

Gambar 25 sistem keamanan berlapis


3. Pertahanan Berlapis

Desain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in depth).
Pertahanan berlapis ini meliputi :
a. Lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang, dibangun
d a n d i o p e r a s i k a n s e s u a i dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yg tinggi
dan teknologi mutakhir.
b. Lapisan keselamatan kedua, PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan/
keselamatanyang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibatakibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN.
c. Keselamatan ketiga, PLTN dilengkapi dengan sistim pengamanan tambahan,
yang dapatdiandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis, atau
kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN . Namun
2.8

kecelakaan tersebut kemungkinannya tidak akan pernah terjadi selama umur PLTN.
Limbah Radioaktif Operasi PLTN
Pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat

dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama
sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang
bersirkulasi di dalam reaktor. Sedangkan gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor
tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi
dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat
kecil (sekitar 2 milicurie/tahun) sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 80%).
Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklirbekas, sehingga
apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit.
Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga
prinsip, yaitu :
Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.
Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam transportasi dan
penyimpanan.
Menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi.
Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian dipadatkan
dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) didalam wadah yang kedap air, tahan banting,
misalnya terbuat dari beton bertulang atau daribaja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara
diperkecil volumenya melalui prosesinsenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan
limbah yang tidakdapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan di
dalamdrum/beton dengan semen. Sedangkan limbah padat yang tidak dapat dibakar atau tidak dapat

dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau
gelas masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun)
digudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan lembah
lestari dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak
bermanfaat.
2.9

Perbedaan Pembangkit Listrik Konvensional (PLK) dengan PLTN


Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel

melalui pembakaran bahan fosil (minyak, batubara dan gas). Uap yang dihasilkan dialirkan
ke turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya digunakan
untuk menggerakkan generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik. Pembangkit listrik dengan
bahan bakar batubara, minyak dan gas mempunyai potensi yang dapat menimbulkan
dampak lingkungan dan masalah transportasi bahan bakar dari tambang menuju
lokasi pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa
CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida), serta debu yang mengandung
logam berat.
Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil adalah
dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global. PLTN beroperasi dengan
prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak
dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan
fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir. Tenaga panas tersebut digunakan untuk
membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap ( Steam Generator) dan selanjutnya sama
seperti pada PLK, uap digunakan untuk menggerakkan turbin generator s e b a g a i
pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air
y a n g disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkitan listrik ini
tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan
atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan, sehingga
PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang
dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen
bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan dilokasi PLTN sebelum dilakukan penyimpanan
secara lestari.
2.10 Energi Nuklir

Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan


oleh reaksi nuklir, berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg)
bahan bakar nuklir 235U. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom 235U.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir 235U disertai dengan pelepasan energi sebesar 200MeV, maka 1
g 235U yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1.6 x 10-13 J,
maka energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi
listrik, makaenergi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g 235U adalah :
Elistrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV dengan daya
(P)100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g 235U selama :
t = Elistrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus
tanpa dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama 12
jam/hari, maka energi listrik dari 1 g 235U bisa dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik
pesawat TV selama lebih dari 15 tahun. Contoh perhitungan di atas dapat memberikan gambaran
yang cukup jelas mengenai kandungan energi yang tersimpan di dalam bahan bakar nuklir. Energi panas
yang dikeluarkan dari pembelahan satu kg bahan bakar nuklir 235U adalah sebesar 17 milyar
kilo kalori, atau setara dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2.400 ton) batu bara.
Melihat besarnya kandungan energi tersebut, maka timbul keinginan dalam diri manusia
untuk memanfaatkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik dalam rangka memenuhi
kebutuhan energi dalam kehidupan sehari-hari.
2.11 Kelebihan dan Kekurangan
2.11.1 Keuntungan PLTN
Dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya PLTN memiliki banyak
keuntungan anatara lain :
1. Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) gas
rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan
dan hanya sedikit menghasilkan gas)

2. T i d a k
gas-gas

mencemari
berbahaya

udara

dan

seperti

tidak

karbon

menghasilkan
monoksida, sulfur

dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap


fotokimia.

Gambar 26 Jumlah Pengeluaran Karbondioksida


3. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
4. B i a y a b a h a n b a k a r r e n d a h k a r e n a h a n y a s e d i k i t
b a h a n b a k a r y a n g d i p e r l u k a n d a n ketersedian bahan bakar
yang melimpah .

Gambar 27 Biaya Pembangkitan Per Kilowatt


2.11.2 Kekurangan

Namun untuk menghasilkan tenaga listrik yang hemat dan efisien , sesuai dengan hukum alam
maka harus ada akibat dari proses pembagkitan yang berupa kelemahan. Berikut ini beberapa
hal yang menjadi kekurangan PLTN:
1. Risiko kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl
(yang tidak mempunyai containment building).
2. Limbah nuklir radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga
ribuan tahun
3. Menimbulkan efek genetik pada dosis 25 150 rem.
Catatan : 1 rad = 100 erg/gram = 0,01 joule/kg terhadap jaringan sel

BAB III
KESIMPULAN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas
yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Terdapat
beberapa jenis PLTN, yaitu Pressurized Water Reactor (PWR), Boiling Water Reactor (BWR), Reaktor Air
Didih Lanjut (Advanced Boiling Water Reactor, ABWR), Reaktor Candu, Reaktor Tabung Tekan,
Pebble Bed Modular Reactor (PBMR), Reaktor Magnox, Advanced G a s - c o o l e d
Reactor

(AGR),

dan

Russian

Reaktor

Bolshoi

M o s h c h n o s t y . Prinsip kerja PLTN sama dengan PLTU yaitu uap bertekanan tinggi digunakan
untuk memutar turbin. Tenaga gerak putar turbin ini kemudian diubah menjadi tenaga listrik
dalam sebuah generator. Sistem keselamatan dalam PLTN ada 3 yaitu, keselamatan
terpasangan, pertahanan berganda dan pertahanan berlapis. Kelebihan PLTN dengan pembangkit
listrik lainnya yaitu, tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, tidak mencemari udara dan
tidak menghasilkan gas-gas berbahaya, sedikit m e n g h a s i l k a n l i m b a h p a d a t
d a n b i a y a b a h a n b a k a r r e n d a h . K e l e m a h a n P LTN d e n g a n pembangkit listrik
lainnya adalah limbah nuklir radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga
ribuan tahun.

DAFTARPUSTAKA
www.batan.go.id

www.hello-wiki.com
www.infonuklir.com
www.supertechno.com
www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai