Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Letak Sungsang
2.1.1

Definisi Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada
posisi aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri 2,3,4,7,9 .

Gambar II.1 Letak Sungsang

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong murni ( frank
breech ), presentasi bokong kaki sempurna ( completed breech presentation ), presentasi
bokong kaki tidak sempurna ( incompleted breech presentation ), dan presentasi kaki, baik
berupa ekstensi satu kaki ( single footling presentation ) atau ekstensi kedua kaki ( double
footling presentation ).2,9,11,13

Gambar II.2 Jenis-jenis letak Sungsang

Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada

pemeriksaan dalam hanya dapat diraba sakrum. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada
primipara. Pada presentasi bokong kaki sempurna di samping sakrum dapat diraba kedua
kaki. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas, sakrum tidak teraba. 2,3,4 Pada presentasi
kaki bagian paling rendah ialah satu atau dua kaki. Letak sungsang ditemukan pada 2 - 4,6 %
kehamilan.2,3,4 Beberapa literatur lainnya menyebutkan angka 3 5 %. Insiden terbanyak
terdapat pada usia kehamilan 28 minggu,dan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan,
insidens semakin berkurang.2,11 Biasanya terjadi koreksi spontan pada usia kehamilan 34
minggu menjadi presentasi kepala.2
2.1.2

Etiologi dan Patofisiologi

Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah
1. Prematuritas
2. Tali pusat yang pendek dan lilitan tali pusat
3. Multiparitas
Rahim ibu yang telah melahirkan banyak anak sudah sangat elastis dan akan membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
4. Kehamilan kembar
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
5. Polihidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.
6. Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin
mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
7. Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang
(kepala bayi akan sulit berputar kea rah bawah)

8. Kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan dinding
uterus akibat multiparitas, dan adanya tumor uterus.
Adanya kelainan letak implantasi plasenta ( plasenta previa ) juga menyebabkan
terjadinya letak sungsang. Ini dikarenakan adanya plasenta yang menutupi jalan lahir
sehingga mengurangi luas ruangan dalam rahim dan akibatnya, janin berusaha mencari
tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim. Panjang tali pusat yang terlalu pendek juga
akan menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang.2,14
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di daerah fundus uteri
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi
dengan adanya gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus akibat faktor
faktor tersebut di atas, maka terjadilah kehamilan letak sungsang. 2,3,4,14 Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala.2
2.1.3

Diagnosis

Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.2 Seringkali wanita menyatakan lebih terasa
penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Pada pemeriksaan
luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala teraba di fundus uteri.
Kadang kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.2,9 Pada palpasi abdomen dengan
menggunakan manuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan
punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain.
Leopold III menunjukkan tidak terjadinya engagement.5 Denyut jantung umumnya terdapat
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.2,5

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,
misalnya karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air
ketuban, maka diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dalam. 2,5 Dari pemeriksaan
dalam akan teraba sakrum, kaki atau tuberositas iskii. Jika janin telah turun dan
memasuki rongga pelvis kemungkinan alat kelamin janin dapat diraba.2,5
Sebagai pemeriksaan penunjang, penggunaan USG dan MRI dapat dipertimbangkan.
USG dapat menentukan ukuran kepala, diameter biparietal, derajat fleksi janin, adanya
anomali janin, jumlah air ketuban, letak plasenta, adanya kehamilan ganda, abnormalitas
uterus, serta berat janin dan usia gestasi. 5 Selain itu USG juga dapat untuk mencari
kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin. Sedangkan MRI merupakan jenis
pemeriksaan radiologis yang relatif tidak membahayakan untuk janin maupun ibu.5
2.1.4
Penanganan
A. Dalam Kehamilan
Mengingat bahaya bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindarkan. Untuk itu bila pada pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama
pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi
kepala.

Gambar II.5 Versi Luar

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan
besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit
untuk berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah
berkurang.2,3,4,5

Gambar II.6 Versi luar pada letak sungsang


Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus
dikeluarkan lebih dulu dari rongga panggul. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari
rongga panggul, usaha versi luar tidak ada gunanya.2

Gambar II.7 Versi luar pada letak sungsang


Selama versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus
selalu diawasi, baik dengan non stress test maupun dengan USG. Sesudah janin berada
dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul.2,11
Kontraindikasi versi luar :2,3,4,5
1

Panggul sempit

Perdarahan antepartum

Hipertensi

Kehamilan kembar

Plasenta previa

Bila terdapat kegagalan versi luar karena penderita meregangkan otot otot perutnya,
maka dapat dilakukan dengan narkose. Namun demikian karena narkose harus cukup
dalam, sehingga bahaya yang timbul adalah karena penderita tidak dapat merasa sakit ada
kemungkinan terjadi lepasnya plasenta akibat penggunaan tenaga berlebihan. 2 Versi luar
dihentikan bila dijumpai keadaan adanya hambatan, nyeri, dan gangguan denyut jantung
janin, baik berupa peningkatan atau penurunan yang nyata maupun berupa iregularitas.2,3,4
Versi luar dapat mengalami kegagalan akibat jumlah air ketuban sedikit, presentasi
bokong murni ( akibat pergeseran letak kaki saat diputar ), kelainan bentuk uterus,
kontraksi otot perit berlebihan, kehamilan ganda dan tali pusat pendek. Resiko yang

10

terjadi akibat versi luar adalah persalinan prematur, ketuban pecah dini, solusio plasentae,
perdarahan, dan lilitan tali pusat.2
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi
pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).7
Tabel 1. Skor Bishop6

Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan
narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya
plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga
penggunaan narkosis dihindari pada versi luar.7

B. Dalam Persalinan
B.1Persalinan Pervaginam
Selama terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda tanda bahaya yang
mengancam janin, maka tidak diperlukan tindakan untuk mempercepat kelahiran janin.
Terdapat 3 tahap persalinan yaitu, tahap fase lambat dimulai dari lahirnya bokong sampai
pusar, lalu tahap fase cepat, dari pusar sampai mulut ( harus tercapai dalam watu 8 menit )
, dan tahap ketiga di mana kembali menjadi fase lambat, yaitu tahap lahirnya mulut
sampai kepala.
Setelah bokong lahir tidak boleh dilakukan tarikan pada bokong atau dorongan
Kristeller, karena kedua tindakan tersebut dapat menyebabkan kedua lengan menjungkit

11

ke atas dan kepala terdorong turun di antara lengan sehingga menyulitkan kelahiran
lengan dan bahu.
Pada saat kepala masuk rongga panggul, tali pusat tertekan di antara kepala janin dan
panggul ibu. Dengan demikian lahirnya bahu dan kepala tidak boleh memakan waktu
terlalu lama dan harus diusahakan supaya bayi sudah lahir seluruhnya dalam waktu 8
menit sesudah umbilikus lahir, untuk mencegah kerusakan susunan saraf pusat akibat
hipoksia janin. Setelah umbilikus lahir, tali pusat ditarik sedikit sehingga kendor untuk
mencegah teregangnya tali pusat dan terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul.2
Perasat perasat yang digunakan pada persalinan sungsang untuk melahirkan bahu,
lengan dan kepala : 1,2,3,4,5,11
1. Perasat Bracht :
Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, kemudian
dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat laun bagian atas,
bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Penolong sama sekali tidak melakukan
tarikan dan hanya membantu proses persalinan sesuai mekanisme persalinan.

Gambar II.8 Perasat Bracht


2. Perasat Klasik :
Lengan kiri janin dilahirkan dengan tangan kiri penolong, sedangkan lengan kanan
janin dengan tangan kanan penolong ; kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang.
Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, badan ditarik ke
bawah sampai ujung bawah skapula depan kelihatan di bawah simfisis. Kedua kaki janin
dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh
janin ditarik ke atas, sehingga perut janin ke arah perut ibu, tangan penolong yang satu

12

dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju lengan
belakang sampai fossa cubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar
dengan humerus.
Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin dipegang dengan kedua
tangan. Tubuh janin diputar untuk mengubah lengan depan supaya berada di belakang
dengan arah putaran sedemikian rupa sehingga punggung melewati simfisis, kemudian
lengan yang sudah berada di belakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama.
3. Perasat Mueller :
Dengan kedua tangan berada pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke
bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis, kemudian lengan depan dikeluarkan
dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan di depan, sesudah
itu baru lengan belakang dilahirkan.

Gambar II.9 Perasat Mller


4. Perasat Loevset :
Dasar pemikirannya adalah bahu belakang selalu lebih rendah dari bahu depan karena
lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya
akan lahir di bawah simfisis.

13

Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan
pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah skapula depan terlihat di
bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan
punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah
simfisis. Bahu yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan
memutar kembali tubuh janin ke arah yang berlawanan sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah.

Gambar II.10 Perasat Loevset


5. Perasat Mauriceau :
Untuk melahirkan kepala. Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan
kiri penolong. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan
jari manis pada maksilla untuk mempertahankan kepala janin tetap pada keadaan fleksi.
Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah
berada di sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke bawah dengan tangan kanan
sampai suboksiput atau batas rambut di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin digerakkan
ke atas sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala sehingga muka lahir
melewati perineum disusul bagian kepala yang lain.

14

Gambar II.11 Perasat Mauriceau

Penggunaan cunam Piper dapat dilakukan bila terdapat kesulitan melahirkan kepala
dengan cara Mauriceau. Cara ini dianggap lebih baik karena tarikan dilakukan pada
kepala bukan leher.

Gambar II.12 Perasat Mauriceau dengan cunam piper

15

Gambar II.13 perasat Mauriceau dengan cunam piper

Pada persalinan sungsang, bila dicurigai adanya kesempitan panggul sedangkan versi luar
tidak berhasil, maka tidak boleh dilakukan partus percobaan. Dalam keadaan ini mungkin
timbul kesulitan dalam melahirkan kepala.
B.2Persalinan Paraabdominal
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam
memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua
letak sungsang harus dilahirkan perabdominam. Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria
bila:
1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau skor
Zachtuchni Andros 3).7,9
Skor Zachtuchni Andros

16

Arti nilai:
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan:
Prematur (EFBW=2000 gram)
Post date (umur kehamilan 42 minggu)
5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi.
6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:
Hipertensi dalam persalinan
Ketuban pecah dini
Kriteria persalinan Pervaginam pada presentasi bokong:6,7,8
1.
2.
3.
4.
5.

Presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki


Tafsiran berat janin pada primi : < 3500g, pada multigravida <4000g
Panggul luas
Zatuchni Andros > 4
Plasenta tidak dibawah

Kriteria section cesarean pada bokong:6,7,8


1.
Panggul sempit, DKP
2.
Janin besar
3.
Preterm sudah inpartu
4.
Ketuban pecah > 12 Jam
5.
Zatuchni Andros <4
6.
Cacat rahim (bekas SC)
7.
Tafsiran berat janin pada primi > 3500g, pada multi >4000g
8.
Plasenta previa
9.
Presentasi lutut/kaki
10. Kepala dalam posisi hiperekstensi

17

2.1.5

Prognosis
Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan

dengan letak kepala. Sebab kematian utama adalah akibat prematuritas dan penanganan
persalinan yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam
tengkorak. Hipoksia akibat terjepitnya tali pusat antar kepala dan panggul dapat
menyebabkan lepasnya plasenta. Kelahiran janin di atas 8 menit setelah umbilikus lahir
dapat membahayakan janin. Di samping itu bila janin bernapas sebelum hidung dan mulut
lahir dapat menyebabkan sumbatan jalan napas akibat terhisapnya mukus. Laserasi jalan
lahir dapat terjadi akibat dilatasi serta pendataran serviks yang tidak sempurna, demikian
juga perineum dapat mengalami robekan setelah kepala lahir. Pada janin dapat terjadi
bahaya fraktur klavikula, humerus dan femur. Adanya anemia pada ibu juga harus
diperhatikan mengingat rendahnya kadar hemoglobin dapat mempengaruhi kontraksi
uterus. Pada persalinan dan post partum harus diperhatikan kemungkinan terjadinya
inersia uteri dan perdarahan post partum.
2.2 Lilitan Tali Pusat
2.2.1

Definisi 1,2

Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang membentuk lilitan sekitar badan janin, bahu,
tungkai atas/ bawah dan leher. Lilitan tali pusat terjadi karena gerak janin yang berlebihan,
tali pusat yang panjang, janin kecil dan polihidramnion. Lilitan tali pusat bisa terjadi dimana
saja dari tubuh janin, tetapi yang sering terjadi adalah di bagian leher (nuchal cord). Jumlah
lilitan bisa sekali (terjadi pada 21,3 % kehamilan) atau lebih dari sekali lilitan (terjadi pada
3,4 % kehamilan). Lilitan tali pusat dapat menimbulkan bradikardia dan hipoksia janin, dan
bila jumlah lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan mortalitas perinatal. Lilitan tali pusat
yang erat menyebabkan gangguan (kompresi) pada pembuluh darah umbilical, dan bila
berlangsung lama akan menyebabkan hipoksia janin.
Dalam masa kehamilan janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Gerakan janin dalam rahim yang
aktif pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Keadaan
ini dijumpai pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang dan bayinya yang
kecil. Tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, lilitan tali pusat tidak bisa dilepas
tetapi dipantau dan memberi tahu ibu. Sebenarnya lilitan tali pusat tidaklah terlalu
membahayakan namun menjadi bahaya ketika memasuki proses persalinan dan terjadi

18

kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali
pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-plasenta, juga
menyebabkan penekanan/kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya
suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi terganggu. Lilitan
tali pusat di leherpun tidak harus berujung sesar, tetapi proses persalinan dipantau ketat pada
kala I dan observasi denyut jantung. Bila denyut jantung terganggu, persalinan diakhiri
dengan bedah sesar, karena jika dipaksa lahir dengan normal bisa berdampak buruk pada
janin.
2.2.2

Etiologi1,2

Penyebab lilitan tali pusat adalah :


1) Polihidramnion
Jumlah air ketuban melebihi 2000 cc. Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya kepala
janin belum memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan
jumlah air ketuban berlebihan, kemungkinan bayi terlilit tali pusat.
2) Tali pusat yang panjang
Tali pusat dikatakan panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika kurang dari 30
cm. Tali pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat rata-rata 50-60 cm,
namun tiap bayi mempunyai tali pusat yang berbeda-beda.
2.2.3

Tanda-tanda janin terlilit tali pusat

1) Pada bayi dengan umur kehamilan dari 34 minggu namun bagian terendah janin

(kepala/bokong) belum memasuki bagian atas rongga panggul.


2) Pada janin letak sungsang/lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha
memutar janin (versi luar/ knee chest position) perlu dicurigai pada adanya lilitan tali
pusat.
3) Tanda penurunan DJJ dibawah normal, terutama pada saat kontraksi.
2.2.4
Komplikasi pada Ibu dan Janin
1) Pada ibu dapat terjadi persalinan lama : merupakan persalinan yang berjalan lebih dari 24
jam untuk primigravida atau 18 jam untuk multigravida.
2) Pada bayi dapat terjadi hipoksia yang menyebabkan terjadinya asfiksia, dimana bayi
tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
2.2.5

Penatalaksanaan1,2

19
1) Melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah ada gambaran

tali pusat disekitar leher. Namun tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat
tersebut melilit leher janin/tidak. Apalagi untuk erat/tidaknya lilitan. Namun dengan
USG berwarna (Coller Doppen) atau USG tiga dimensi dan dapat lebih memastikan tali
pusat tersebut melilit/tidak dileher atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta menilai
erat tidaknya lilitan tersebut.
2) Memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan
berlangsung lama dengan DJJ semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera
diakhiri dengan operasi Caesar.
3) Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi, melepaskan melewati kepala bayi namun jika
tali pusat melilit erat dileher dengan menjepit tali pusat dengan klem di dua tempat,
kemudian memotong diantaranya, kemudian melahirkan bayi dengan segera..

Anda mungkin juga menyukai