dan tahapan tertier adalah perubahan akhir yang teramati. Tahapan primer dapat
berupa peroksidasi lipid, interaksi kovalen dengan makromolekul sel, perubahan
status thiol seluler, inhibisi enzim aatu ischemia. Tahapan sekunder dapat
berwujud kerusakan dan hambatan fungsi mitokondrial, perubahan
sitoskeleton,perubahan struktur dan permeabilitas membrane,kerusakan
DNA,deplesi(pengurasan)ATP dan kofaktor lain, perubahan kadar
Ca,deatabilisasi lisosomal,stimulasi apoptosis atau kerusakan endoplasmic
reticulum. Tahapan tertier yang teramati dapat berupa steatosis,degenerasi
hidropik,nekrosis atau neoplasia (timbrell,1991).
Pada aras molekuler inisiasi sitotoksisitas/kerusakan sel karena senyawa kimia
dapat terjadi melalui berbagai cara (Alvares & Pratt,1990) :
1.
Reaksi Alkilasi
MANIFESTSI TOKSISITAS
Ada banyak cara suatu organism merespon senyawa toksik dan ujud responnya
di pengaruhi oleh sejumlah factor. Walaupun banyak efek toksik xenobiotik
mempunyai dasar biokimiawi yang sama,eksperi ekspresi efek tersebut dapat
sangat berbeda. Sebagai contoh interaksi xenobiotik dan atau metabolismenya
dengan nukleat dapat menginduksi pertumbuhan tumor atau boleh jadi
menghasilkan generasi baru yang abnormal. Interaksi suatu senyawa toksik
dalam proses metabolism normal dapat menyebabkan respon fisiologis seperti
paralisis otot atau turunnya tekanan darah atau dapat menyebabkan kerusakan
jaringan dari sebuah organ. Interaksi kovalen antara xenobiotik toksik dan
protein sel dalam kondisi tertentu menimbulkan respon imunologis dan di lain
jaringan mungkin kerusakan sel.
a.
Respon metabolisme xenobiotik dapat menguntungkan karena metabolit
yang dihasilkan menjadi zat yang polar sehingga dapat diekskresi keluar tubuh
b.
Respon
metabolisme
xenobiotik
dapat
merugikan
karena:
- Berikatan dengan makromolekul dan menyebabkan cidera sel
- Berikatan dengan makromolekul menjadi hapten merangsang pembentukan
antibodi dan menyebakan reaksi hipersensitivitas yang berakibat cidera sel
- Berikatan dengan makromolekul menjadi zat mutan yang menyebakan
timbulnya sel kanker
Respon metabolisme xenobiotik dapat menguntungkan karena metabolit yang
dihasilkan menjadi zat yang polar sehingga dapat diekskresi keluar tubuh dan
mencakup efek farmakologik, toksik, imunologik, dan karsinagenik. Jika
xenobiotik tersebut berada dalam bentuk obat, reaksi fase 1 dapat mengubahnya
kedalam bentuk aktif atau mungkin mengurangi atau menghilangkan efek obat
tersebut, jika xenobiotik itu sudah aktif secara farmakologik tanpa perlu
dimetabolisme sebelumnya. Berbagai efek yang ditimbulkan oleh obat
merupakan bidang studi farmakologi; di sini penting disadari bahwa obat
bekerja terutama melalui mekanisme biokimiawi. Beberapa reaksi obat penting
akibat bentuk mutan atau polimorfik enzim atau protein.
Enzim atau protein yang terkena Reaksi atau konsekuensi Glukosa 6-fosfat
Dehidrogenase (G6PD)(mutasi) (MIM 305900) Anemia hemolitik setelah
menelan obat, misalnya primakuin.
Kanal pengeluaran Ca2+ (Reseptor reanodin) di retikulum sarkoplasma (mutasi)
(MIM 180901) Hipertermia maligna (MIM 145600) setelah pemberian obat
anestesi tertenti (misalnya halatan)CYP2D6 (Polimorfisme) (MIM 124030)
Melambatnya metabolisme obat tertentu (misalnya debrisakuin) sehingga terjadi
penimbunan obat tersebut CYP2A6 (Polimerfisme) (MIM 122720) Gangguan
metabolisme nikotin, yang melindungi seorang dari kemungkinan menjadi
perokok dependen Yang mencerminkan perbedaan genetik dalam struktur enzim
dan protein di antara individu bagian bidang studi yang dikenal debagai
farmakogenetika.
Polimorfisme yang mempengaruhi metabolisme obat dapat terjadi pada enzim
apapun yang berperan dalam metabolisme obat (termasuk kelompok sitokrom
P450), pada transporter dan pada reseptor. Xenobiotik tertentu bersifat sangat
toksik bahkan pada kadar rendah (misal sianida). Beberapa xenobiotik lain,
termasuk obat , tidak menimbulkan efek toksik jika diberikan dalam jumlah
cukup. Walaupun spektrum efek toksik xenobiotik sangat luas, secara garis
besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar.
Pertama, adalah jejas sel (sitotoksisitas), yang dapat cukup parah sehingga
mematikan sel. Terdapat banyak mekanisme yang digunakan oleh xenobiotik
untuk mencederai sel salah satu yang dibahas di sini adalah pengikatan secara
kovalen spesies reaktif xenobiotik, yang dihasilkan oleh metabolisme pada
makromolekul sel. Makromolekul sel sasaran tersebut DNA, RNA, dan protein.
Jika makromolekul tempat xenobiotik reaktif terikat ini esensial bagi
kelangsungan hidup jangka pendek, misalnya protein atau enzim yang perperan
penting dalam suatu fungsi sel, seperti fosforilasi oksidatif atau regulasi
permeabilitas membran plasma, efek yang kuat terhadap fungsi sel dapat cepat
terlihat.
Kedua, spesies reaktif suatu xenobiotik dapat berikatan dengan protein dan
mengubah antigenisitasnya. Xenobiotik ini dikatakan berfungsi sebagai hapten,
yi, molekul kecil yang tidak merangsang penbentukan antibodi dengan
sendirinya, tetapi akan berikatan dengan antibodi jika telah terbentuk. Antibodi
yang terbentuk kemudian dapat merusak sel melalui beberapa mekanisme
imunologis yang sangat mengganggu proses biokimiawi normal sel.
Metabolik Detoksifikasi
Detoksifikasi ("detoks") memiliki konotasi yang luas mulai dari spiritual ke
ilmiah, dan telah digunakan untuk menggambarkan praktik dan protokol yang
mencakup kedua pelengkap (puasa, pembersihan kolon) dan konvensional
(chelation atau terapi antitoksin) sekolah pemikiran medis - serta beberapa yang
mendorong batas-batas masuk akal ilmiah (seperti detoksifikasi kaki ion).
Dalam konteks biokimia manusia (dan protokol ini), detoksifikasi dapat
digambarkan dengan presisi lebih banyak, di sini mengacu pada jalur
metabolisme yang spesifik, aktif di seluruh tubuh manusia, yang memproses
bahan kimia yang tidak diinginkan untuk eliminasi. Jalur ini (yang akan disebut
sebagai detoksifikasi metabolisme) melibatkan serangkaian reaksi enzimatik
yang menetralisir dan melarutkan racun, dan membawa mereka ke organ
sekretorik (seperti hati atau ginjal), sehingga mereka dapat dikeluarkan dari
tubuh. Jenis detoksifikasi kadang-kadang disebut metabolisme xenobiotik,
karena itu adalah mekanisme utama untuk membersihkan tubuh dari xenobiotik
(bahan kimia asing), namun, reaksi detoksifikasi sering digunakan untuk
dan produk sereal ke dalam benzopyrene mutagen kuat dan akrilamida, masingmasing. Ikan asap dan keju mengandung prekursor terhadap racun yang disebut
N-nitroso senyawa (NOC), yang menjadi mutagenik ketika dimetabolisme oleh
bakteri kolon.
Mekanisme detoksifikasi dalam tubuh terdiri dari dua tahap utama yaitu :
Transformasi
tahap
I, terjadi
proses
oksidasi
yang
hasilnya
dilanjutkan Transformasi tahap II, yaitu proses konjugasi Fungsi utama dari
reaksi tahap satu dan dua adalah mengoksidasi senyawa xenobiotik dan
melanjutkan dengan reaksi konjugasi untuk membuat senyawa xenobiotik
menjadi bersifat polar dan mudah disekresikan melalui urin. Masalah yang
dapat timbul adalah dihasilkannya produk oksidasi yang reaktif dan mempunyai
afinitas yang tinggi pada DNA dan protein sehingga menyebabkan kerusakan
DNA atau protein sel. Konjugasi pada DNA dan protein sel merupakan awal
dari proses keracunan kronis yang diketahui dapat termanifestasi dalam bentuk
berbagai penyakit degeneratif. Tranformasi tahap II ini memberikan beberapa
jalur konjugasi yang memperantarai racun yang bersifat minyak mudah larut
dalam air, sehingga dapat dibuang melalui urin, empedu, tinja dan keringat.
Reaksi konjugasi ini termasuk :
a. Konjugasi Glukuronidasi (Glucuronidation Conjugation)
b. Konjugasi Sulfasi (Sulfation Conjugation)
c. Konjugasi Glutation (N-acetyl cysteine, dimana asam amino cysteine dan
methionin
adalah bahan awal)
d. Konjugasi Acetylasie. Konjugasi Metilasi (Methylation Conjugation)
f. Konjugasi Asam Amino (Konjugasi glycine, taurine, glutamine, ornithin dan
arginin)
Selama proses detoksifikasi, apabila proses tranformasi tahap I terlalu cepat,
tetapi tahap dua terlambat, maka akan kelebihan bahan perantara yang sangat
beracun, menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih luas, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Alvarez & Pratt, D.E dan B.J.F Hudson. 1990. Natural Antioxidant Not Exploited
Commercially. Di dalam Food antioxidant. Hudson, B.J.F (ed)
Elsevier Applied science, London.
Timbrell, J.A., 1996, Principles of Biochemical Toxicology 2nd editions.