DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
B - 2013
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PREVIANA RAHMAWATI
BIMA ANGGARA
YUYUN FADILAH
NOVI ANDRIANI
RIZKA UTAMI PUTRI
YEHEZKIEL GIANKA
135130100111018
135130101111003
135130101111022
135130101111030
135130101111033
135130107111013
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Sebaceous Adenitis yang terjadi
pada anjing, Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua baik
pembaca maupun penulisnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
2
Daftar Isi................................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1................................................................................................................................ Lat
ar Belakang............................................................................................................4
1.2................................................................................................................................ Ru
musan masalah .....................................................................................................5
1.3................................................................................................................................ Tuj
uan Penulisan.........................................................................................................5
1.4................................................................................................................................ Ma
nfaat Penulisan.................................................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................................................
2.1..................................................................................................................................... Eti
ologi.......................................................................................................................6
2.2..................................................................................................................................... Pat
ologi Mekanisme...................................................................................................8
Bab III Pembahasan
3.1 Studi Kasus (Sebaceous Adenitis)..........................................................................9
3.2 Gejala Klinis ..........................................................................................................9
3.3 Diagnosa.................................................................................................................9
3.4 Patologi Anatomi...................................................................................................10
3.5 Treatment ..............................................................................................................11
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan............................................................................................................13
4.2 Saran.......................................................................................................................13
Daftar Pustaka.......................................................................................................................14
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring makin berkembangnya gaya hidup masyarakat saat ini, makin banyak
masyarakat yang memilih hewan peliharaan, baik hanya untuk hewan peliharaan saja ataupun
sebagai penjaga rumah atau lain sebagainya. Hewan peliharaan yang biasanya digemari oleh
masyarakat antara lain anjing dan kucing. Namun tidak jarang pemilik yang kurang memiliki
wawasan mengenai kesehatan hewan tersebut. Padahal penyakit hewan sangatlah beragam
mulai yang infeksius, genetik hingga metabolit.
Anjing merupakan salah satu pet animal paling populer di dunia. Berdasarkan PFI Pet
Ownership Statistics, total populasi anjing tahun 2013 adalah 71.639.000 ekor. Anjing
merupakan hewan kesayangan yang rentan terhadap penyakit. Beberapa penyakit disebabkan
oleh kelainan genetik ataupun metabolit. Penyakit yang disebabkan oleh genetik merupakan
penyakit keturunan yang dibawa sejak masa kebuntingan, sedangkan penyakit metabolit
merupakan penyakit yang disebabkan karena kesalahan manjemen seperti manajemen nutrisi,
kandang dan kebersihan dari hewan tersebut.
Tidak jarang pemlik anjing yang hanya sekedar ingin melihat keindahan dari hewan
tersebut saja. Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang sangat menggangu
penampilan hewan tersebut. Sebacous Adenitis (SA) merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan oleh faktor keturunan yang mengalami kerusakan dari kelenjar sebaeous. Penyakit
kulit ini bersifat idiopathic yang terjadi pada kelenjar sebaceous anjing. Sebaceous Adenitis
terbagi atas dua bentuk yaitu general dan lokal. Sebaceous adenitis juga dapat disebabkan
karena munculnya respon imun yang diperantari sel terhadap kelenjar sebaceous,
terganggunya proses keratinisasi yang disebabkan karena tersumbatnya saluran sebaceous
karena ada perdanga pada kelenjar tersebut.
Hewan yang menderita sebaceous adenitis akan terlihat bersisik pada kulit daerah
punggung hingga ekor disertai dengan alopecia. Beberapa bagian akan muncul nodul yang
berisi cairan purulent. Gejala tersebut terlihat mirip dengan adanya ektoparasit pada kulit.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami penulis akan membahas lebih lanjut mengenai
sebaceous adenitis paa anjing, serta menentukan treatment yang tepat.
Tujuan
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Etiologi Sebaceous Adenitis (Adenitis Sebasus)
Kelenjar sebasea merupakan struktur epitel yang berada pada isthmus dari folikel
rambut, respon untuk memproduksi emulsi lipid, yang memiliki fungsi hidrat dan melindungi
permukaan kulit dan mantel, membantu untuk menjaga kelembutan kulit dan fleksibilitas
rambut (Juliane et al. 2015)
Sebaceous adenitis (SA) adalah suatu penyakit kulit yang bersifat idiophatik ditandai
oleh reaksi inflamasi kronis pada kelenjar sebaceous. Sebaceous adenitis mempengaruhi
kelenjar sebaceous, sintesis dan komposisi emulsi lipid yang disekresikan. Kerusakan kelenjar
sebaceous menyebabkan kurangnya produksi sebum, kerusakan kulit alami struktur dan
fungsi. Karena itu, akan terjadi kekeringan kulit dan bulu. Sebaceous adenitis
dapat
diwariskan melalui autosomal gen resesif dengan ekspresi variabel. Potensi untuk
etiopathogeny adalah salah satu yang menggambarkan gangguan keratinisasi, menghalangi
saluran dan memicu proses inflamasi atau kemungkinan terjadinya respon autoimun terhadap
antigen yang berada di kelenjar dan saluran, merangsang peradangan dan terjadi kerusakan
(Marcella.2008). Xerosis, scaling, sisik yang melekat pada mantel dan kulit, folikel silinder
dan komedo merupakan karakteristik dari SA. Folikel hiperkeratosis dikaitkan dengan
alopecia, folikulitis, furunkulosis. Hewan yang terkena SA cenderung terjadi perkembangkan
infeksi bakteri dan sekunder yang berkontribusi untuk terjadinya pruritus (Juliane et al. 2015).
Sebaceous adenitis (SA) adalah penyakit radang kelenjar sebaceous yang dapat
menyerang anjing, kucing, kelinci, kuda dan manusia. Pada anjing, perubahan umum
dermatologis ditemukan dalam kondisi dyskeratosis dengan psoriasiform dan psoriasiform
scaling, komedo, alopecia dan hypotrichosis, folikel silinder dan rambut kering. Di kelinci,
adenitis sebaceous muncul sebagai progresif dan Proses kronis yang gatal pada daerah wajah
dan leher, berkembang ke dermatitis eksfoliatif
Sehubungan dengan kuda, ada laporan bahwa penyakit ini memanifestasikan dalam bentuk
non patch dengan skala remah, alopecia dan leucoderma di periokular, dan daerah lubang
hidung. Dan pada kucing kasus adenitis sebaceous dalam kondisi kronis bentuk progresif
dengan skala gatal, pengerasan kulit, alopecia dan depigmentasi kulit di daerah wajah, serviks
dan trunk (Juliane et al. 2015).
2.2 Patomekanisme
Kelenjar sebaceous yang didistribusikan di seluruh kulit berambut dan menghasilkan
sekresi minyak dikenal sebagai sebum. Sebum bertanggung jawab untuk membentuk emulsi
di atas permukaan stratum korneum yang mempertahankan kelembaban dan hidrasi
epidermis. Rambut menjadi kering dan rapuh jika fungsi kelenjar sebaceous tidak memadai.
Sebum tidak hanya bertindak sebagai penghalang fisik tetapi juga penghalang kimia, dengan
konstituen asam lemak (linoleat, miristat, oleat, dan asam palmitat) yang menunjukkan sifat
antimikroba. Alopecia terlihat pada sebaceous adenitis karena fibrosis perifollicular yang
disebabkan oleh penurunan fungsi folikel rambut (Andew and Lindasay. 2012).
Sebaceous adenitis (SA) yang paling sering yaitu idiopatik primer. Namun, hal ini
sebagai perubahan sekunder dengan dermatopathic lain seperti leishmaniasis, demodicosis,
sindrom uveodermatologic, dan alergi makanan. Terdapat empat teori yag menjelaskan
penyebab dari penyakit ini, yang pertama adalah penyakit keturunan yang diwariskan
menyebabkan kerusakan kelenjar sebaceous. Kedua penyakit ini bisa juga disebakan akibat
munculnya respon immune yang diperantarai sel terhadap kelenjar sebaceous. Ketiga
gangguan proses keratinisasi yang disebabkan karena tersumbatnya saluran sebaceous yang
disebabkan karena adanya peradangan pada kelenjar tersebut. keempat, penyakit ini dapat
disebabkan oleh abnormalitas dari produksi lipid pada kulit (dermal) yang mempengaruhi
keratinisasi dan produksi sebum (Andew and Lindasay. 2012).
Evaluasi fenotipik sel hadir pada sebaceous adenitis yang telah menunjukkan infiltrasi
ditandai dengan dendritik antigen-presenting sel dan sel T, yang menunjukkan imun dimediasi
patogenesis pada penyakit ini. Sebaceous adenitis tidak menanggapi kortikosteroid, yang
mungkin mencerminkan proses penyakit yang berbeda dari penyakit imun lainnya. Namun,
sebuah sel imunopatogenesis diperantarai oleh keberhasilan pengelolaan penyakit dengan
siklosporin, sebuah obat immunodulatory (Andew and Lindasay. 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
Ubi seekor anjing mini pom betina dengan usia 12 tahun datang pertama kali ke klinik
dengan keluhan kulit berkerak (sisik) parah seluruh badan, gatal, kemerahan dan sakit saat
disentuh. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian itraconazole dan lincomicin
bid selama 2 minggu dan omega 3 untuk 1 bulan. Sebulan kemudian anjing datang kembali ke
klinik dengan gejala klinis yang sama dengan kerak yang jauh lebih banyak dan alopecia yang
semakin meluas (Putra,2013)
Kondisi kulit yang seperti kulit ubi berwarna merah, ruam, terjadi kerontokan
rambut, dan kulit hewan menjadi kering.
cyclosporine atau kortikosteroid dan obat imunosupresan mungkin efektif, dan itu efektif,
melalui beberapa penelitian, bahwa dosis besar vitamin A yang diberikan secara oral dapat
mengakibatkan beberapa perbaikan. Bila tidak diobati secara agresif dengan terapi topikal,
dapat meningkatkan dan memberikan kontribusi untuk peradangan kelenjar sebaceous lebih
lanjut.
Terapi topical
Ini merupakan bagian utama dan penting dalam pengobatan penyakit dan pengobatan
menggunakan shampo dapat perlu diterapkan sesering 3 sampai 4 kali per minggu . Sebuah
shampo antiseborrheic menghilangkan skala dan memblokir theolr folikel. Direndam pada
minyak mineral, dimana minyak tetap pada hewan yang terkena selama minimal 2 jam,
diperlukan untuk mengganti lipid epidemal serta untuk mengembalikan fungsi epidermis
menjadi normal. Minyak tersebut kemudian dikeluarkan melalui proses mandi. Perawatan
dengan menggunakan minyak ini perlu diulang setidaknya sekali seminggu untuk 4-7 minggu
sampai pertumbuhan rambut baru lalu diamati . Setelah pertumbuhan rambut baru,
pengobatan topikal dapat menurun untuk setiap 2 sampai 4 minggu.
Terapi immunosuppressant
Terapi imunosupresan dan anti - inflamasi berfungsi untuk menghentikan
berlangsungnya perusakan kelenjar sebaceous. Seperti penyakit imun lainnya. Awalnya,
siklosporin oral diberikan dalam dosis 5 mg / kg dua kali sehari-hari dan kemudian secara
bertahap menurun dalam frekuensi .
Kortikosteroid (misalnya prednison) digunakan hanya jika pruritus adalah fitur
klinis utama, dan diberikan pada 2 mg / kg / hari selama 2 sampai 4 minggu..
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil study literatur kami, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit Sebaceous
adenitis mengacu pada penyakit autoimun yang biasanya terjadi pada anjing sangat jarang
pada kucing, kelinci dan kuda. Sebaceous adenitis adalah penyakit kulit yang ditandai dengan
respon imun terhadap kelenjar sebaceous (kelenjar yang ditemukan pada folikel rambut dan
kulit dermis), yang dapat menyebabkan kerusakan kelenjar. Pengobatan dilakukan dengan
pengobatan topikal,immunosuppressant, dan diet suplemen.
4.1 Saran
Semoga dalam perkuliahan selanjutnya akan menjadi lebih baik lagi.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Andrew Simpson and Lindsay. 2012. Sebaceous Adenitis in Dogs. Compendium. Continuing
Education for Veterinarians
Angus, DVM, DACVD, John C. (2014). "How I Treat Sebaceous Adenitis". Animal
Dermatology Clinic, Pasadena, CA, USA: Omnibooks Online. p. 1. Retrieved 2 June
2014.
Craig, Mark (2006). "Sebaceous Adenitis in the Dog: Three Cases". Veterinary Research
Communications 27: 441443.
Juliane, Marconi and Juliana Werner. 2015. Sebaceous Adenitis in a Cat. Acta Scientiae
Veterinariae, vol. 43, 2015, pp. 1-5. Universidade Federal do Rio Grande do Sul Porto
Alegr
Putra, Maulana Arraniri. Sajuthi, Cucu Kartini. Sulistiawati, Erni. 2013. Sebaceous Adenitis
pada Anjing Pom. Jakarta. Prakter Dokter Hewan Bersama drh. Cucu Kartini, dkk
14
15