Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PENYAKIT INTERNAL GANGGUAN METABOLIT


SEBACEOUS ADENITIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
B - 2013
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PREVIANA RAHMAWATI
BIMA ANGGARA
YUYUN FADILAH
NOVI ANDRIANI
RIZKA UTAMI PUTRI
YEHEZKIEL GIANKA

135130100111018
135130101111003
135130101111022
135130101111030
135130101111033
135130107111013

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah tentang Sebaceous
Adenitis tepat pada waktunya.
1

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Sebaceous Adenitis yang terjadi
pada anjing, Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua baik
pembaca maupun penulisnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang, 19 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
2

Daftar Isi................................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1................................................................................................................................ Lat
ar Belakang............................................................................................................4
1.2................................................................................................................................ Ru
musan masalah .....................................................................................................5
1.3................................................................................................................................ Tuj
uan Penulisan.........................................................................................................5
1.4................................................................................................................................ Ma
nfaat Penulisan.................................................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................................................
2.1..................................................................................................................................... Eti
ologi.......................................................................................................................6
2.2..................................................................................................................................... Pat
ologi Mekanisme...................................................................................................8
Bab III Pembahasan
3.1 Studi Kasus (Sebaceous Adenitis)..........................................................................9
3.2 Gejala Klinis ..........................................................................................................9
3.3 Diagnosa.................................................................................................................9
3.4 Patologi Anatomi...................................................................................................10
3.5 Treatment ..............................................................................................................11
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan............................................................................................................13
4.2 Saran.......................................................................................................................13
Daftar Pustaka.......................................................................................................................14

BAB I
3

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Seiring makin berkembangnya gaya hidup masyarakat saat ini, makin banyak

masyarakat yang memilih hewan peliharaan, baik hanya untuk hewan peliharaan saja ataupun
sebagai penjaga rumah atau lain sebagainya. Hewan peliharaan yang biasanya digemari oleh
masyarakat antara lain anjing dan kucing. Namun tidak jarang pemilik yang kurang memiliki
wawasan mengenai kesehatan hewan tersebut. Padahal penyakit hewan sangatlah beragam
mulai yang infeksius, genetik hingga metabolit.
Anjing merupakan salah satu pet animal paling populer di dunia. Berdasarkan PFI Pet
Ownership Statistics, total populasi anjing tahun 2013 adalah 71.639.000 ekor. Anjing
merupakan hewan kesayangan yang rentan terhadap penyakit. Beberapa penyakit disebabkan
oleh kelainan genetik ataupun metabolit. Penyakit yang disebabkan oleh genetik merupakan
penyakit keturunan yang dibawa sejak masa kebuntingan, sedangkan penyakit metabolit
merupakan penyakit yang disebabkan karena kesalahan manjemen seperti manajemen nutrisi,
kandang dan kebersihan dari hewan tersebut.
Tidak jarang pemlik anjing yang hanya sekedar ingin melihat keindahan dari hewan
tersebut saja. Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang sangat menggangu
penampilan hewan tersebut. Sebacous Adenitis (SA) merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan oleh faktor keturunan yang mengalami kerusakan dari kelenjar sebaeous. Penyakit
kulit ini bersifat idiopathic yang terjadi pada kelenjar sebaceous anjing. Sebaceous Adenitis
terbagi atas dua bentuk yaitu general dan lokal. Sebaceous adenitis juga dapat disebabkan
karena munculnya respon imun yang diperantari sel terhadap kelenjar sebaceous,
terganggunya proses keratinisasi yang disebabkan karena tersumbatnya saluran sebaceous
karena ada perdanga pada kelenjar tersebut.
Hewan yang menderita sebaceous adenitis akan terlihat bersisik pada kulit daerah
punggung hingga ekor disertai dengan alopecia. Beberapa bagian akan muncul nodul yang
berisi cairan purulent. Gejala tersebut terlihat mirip dengan adanya ektoparasit pada kulit.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami penulis akan membahas lebih lanjut mengenai
sebaceous adenitis paa anjing, serta menentukan treatment yang tepat.

1.1 Rumusan Masalah


4

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu;


1. Apa yang dimaksud dengan sebaceous adenitis?
2. Bagaimana patomekanisme dari sebaceous adenitis?
3. Bagaimana mengetahui gejala klinis, serta menentukan diagnosa dari sebaceous
adenitis?
4. Bagimana treatment dari sebaceous adenitis?
2.1.

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu;


1. Untuk mengetaui yang dimaksud sebaceous adenitis serta etiolog dari penyakit
tersebut.
2. Untuk mengetahui patomekanisme dari sebaceous adenitis.
3. Untuk mengetahui gejala klinis serta penentuan diagnosa dari sebaceous adenitis.
4. Untuk mengetahui treatment dari sebaceous adenitis.
1.1.

Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu

diharapkan seluruh mahasiswa dapat

mengetahui penyakit sebaceous adinitis sehingga memliki kemampuan mendiagnosa


untuk menentukan terapi yang tepat.
1.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Etiologi Sebaceous Adenitis (Adenitis Sebasus)
Kelenjar sebasea merupakan struktur epitel yang berada pada isthmus dari folikel
rambut, respon untuk memproduksi emulsi lipid, yang memiliki fungsi hidrat dan melindungi
permukaan kulit dan mantel, membantu untuk menjaga kelembutan kulit dan fleksibilitas
rambut (Juliane et al. 2015)
Sebaceous adenitis (SA) adalah suatu penyakit kulit yang bersifat idiophatik ditandai
oleh reaksi inflamasi kronis pada kelenjar sebaceous. Sebaceous adenitis mempengaruhi
kelenjar sebaceous, sintesis dan komposisi emulsi lipid yang disekresikan. Kerusakan kelenjar
sebaceous menyebabkan kurangnya produksi sebum, kerusakan kulit alami struktur dan
fungsi. Karena itu, akan terjadi kekeringan kulit dan bulu. Sebaceous adenitis

dapat

diwariskan melalui autosomal gen resesif dengan ekspresi variabel. Potensi untuk
etiopathogeny adalah salah satu yang menggambarkan gangguan keratinisasi, menghalangi
saluran dan memicu proses inflamasi atau kemungkinan terjadinya respon autoimun terhadap
antigen yang berada di kelenjar dan saluran, merangsang peradangan dan terjadi kerusakan
(Marcella.2008). Xerosis, scaling, sisik yang melekat pada mantel dan kulit, folikel silinder
dan komedo merupakan karakteristik dari SA. Folikel hiperkeratosis dikaitkan dengan
alopecia, folikulitis, furunkulosis. Hewan yang terkena SA cenderung terjadi perkembangkan
infeksi bakteri dan sekunder yang berkontribusi untuk terjadinya pruritus (Juliane et al. 2015).
Sebaceous adenitis (SA) adalah penyakit radang kelenjar sebaceous yang dapat
menyerang anjing, kucing, kelinci, kuda dan manusia. Pada anjing, perubahan umum
dermatologis ditemukan dalam kondisi dyskeratosis dengan psoriasiform dan psoriasiform
scaling, komedo, alopecia dan hypotrichosis, folikel silinder dan rambut kering. Di kelinci,
adenitis sebaceous muncul sebagai progresif dan Proses kronis yang gatal pada daerah wajah
dan leher, berkembang ke dermatitis eksfoliatif

dengan alopecia dan leucoderma.

Sehubungan dengan kuda, ada laporan bahwa penyakit ini memanifestasikan dalam bentuk
non patch dengan skala remah, alopecia dan leucoderma di periokular, dan daerah lubang
hidung. Dan pada kucing kasus adenitis sebaceous dalam kondisi kronis bentuk progresif
dengan skala gatal, pengerasan kulit, alopecia dan depigmentasi kulit di daerah wajah, serviks
dan trunk (Juliane et al. 2015).

Sebaceous adenitis (SA) terdiri dari dua jenis, yaitu :


a. Bentuk Lokal
Bentuk lokal di tandai dengan area terbatas dengan gejala klinis berupa alopecia,
erythrema dan sisik (scale) berlebihan dengan karakteristik yang melekat pada rambut.
inflamasi dan pruritus bisa terjadi khsusnya yang disertai dengan pyoderma
superficial. Bentuk ini paling sering muncul pada anjing-anjing berbulu pendek dan
sering diawali dari dari kepala atau wajah dan brgerak ke caudal (white 2001).
b. Bentuk General
Bentuk general di tandai dengan jumlah sisik yang sangat berlebihan pada kulit,
alopecia dan kulit teraba kering saat disentuh bagian belakang punggung, medial
pinnae dan liang telinga adalah daerah yang paling sering terpengaruh dalam bentuk
ini. Pruritus sangat bervariasi tetapi mungkin terjadi, terutama apabila pyodermal
yang disertai dengan infeksi sekunder bakteri (white 2001).

2.2 Patomekanisme
Kelenjar sebaceous yang didistribusikan di seluruh kulit berambut dan menghasilkan
sekresi minyak dikenal sebagai sebum. Sebum bertanggung jawab untuk membentuk emulsi
di atas permukaan stratum korneum yang mempertahankan kelembaban dan hidrasi
epidermis. Rambut menjadi kering dan rapuh jika fungsi kelenjar sebaceous tidak memadai.
Sebum tidak hanya bertindak sebagai penghalang fisik tetapi juga penghalang kimia, dengan
konstituen asam lemak (linoleat, miristat, oleat, dan asam palmitat) yang menunjukkan sifat
antimikroba. Alopecia terlihat pada sebaceous adenitis karena fibrosis perifollicular yang
disebabkan oleh penurunan fungsi folikel rambut (Andew and Lindasay. 2012).
Sebaceous adenitis (SA) yang paling sering yaitu idiopatik primer. Namun, hal ini
sebagai perubahan sekunder dengan dermatopathic lain seperti leishmaniasis, demodicosis,
sindrom uveodermatologic, dan alergi makanan. Terdapat empat teori yag menjelaskan
penyebab dari penyakit ini, yang pertama adalah penyakit keturunan yang diwariskan
menyebabkan kerusakan kelenjar sebaceous. Kedua penyakit ini bisa juga disebakan akibat
munculnya respon immune yang diperantarai sel terhadap kelenjar sebaceous. Ketiga
gangguan proses keratinisasi yang disebabkan karena tersumbatnya saluran sebaceous yang
disebabkan karena adanya peradangan pada kelenjar tersebut. keempat, penyakit ini dapat
disebabkan oleh abnormalitas dari produksi lipid pada kulit (dermal) yang mempengaruhi
keratinisasi dan produksi sebum (Andew and Lindasay. 2012).
Evaluasi fenotipik sel hadir pada sebaceous adenitis yang telah menunjukkan infiltrasi
ditandai dengan dendritik antigen-presenting sel dan sel T, yang menunjukkan imun dimediasi
patogenesis pada penyakit ini. Sebaceous adenitis tidak menanggapi kortikosteroid, yang
mungkin mencerminkan proses penyakit yang berbeda dari penyakit imun lainnya. Namun,
sebuah sel imunopatogenesis diperantarai oleh keberhasilan pengelolaan penyakit dengan
siklosporin, sebuah obat immunodulatory (Andew and Lindasay. 2012).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
Ubi seekor anjing mini pom betina dengan usia 12 tahun datang pertama kali ke klinik
dengan keluhan kulit berkerak (sisik) parah seluruh badan, gatal, kemerahan dan sakit saat
disentuh. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian itraconazole dan lincomicin
bid selama 2 minggu dan omega 3 untuk 1 bulan. Sebulan kemudian anjing datang kembali ke
klinik dengan gejala klinis yang sama dengan kerak yang jauh lebih banyak dan alopecia yang
semakin meluas (Putra,2013)

3.2 Gejala Klinis


Gejala klinis yang muncul adalah kulit terlihat bersisik pada daerah punggung mulai
dari bagian bawah tengkuk hingga ujung ekor, alopecia seluruh bagian yang ditutupi sisik
termasuk ekor (rat tail) dan beberapa bagian muncul nodul yang berisi cairan purulen. Saat
disentuh bagian kulit anjing terlihat kesakitan, khususnya pada daerah yang mengalami
kemerahan. Dari hasil pengamatan d bawah wood lamp, beberapa kerak terlihat berpendar.
Tidak terlihat ektoparasit apapun dari pemeriksaan kerokan kulit.
3.3. Diagnosa
Dari hasil pemeriksaan hematologi kesemua parameter masih berada dalam kisaran
normal, begitu pula pada kimia darah untuk fungsi ginjal, liver, kolesterol, gula darah dan
hormon T4 semua masih dalam kisaran normal. Sementara dari hasil pemeriksaan
histopatologi jaringan kulit terlihat kulit khususnya pada bagian epidermis menunjukkan local
extensive cutaneous acanthosis, adanya peradangan multifokal non suppurativ yang bersifat
moderat pada kelenjar sebaceous ( sebaceous adenitis) serta dijumpai pula hyperplasia dan
hipertropi disertai perluasan lumen dari kelenjar sebaceous. Ditemukan pela kelenjar
sebaceous yang mengalami destruksi. Pada lapisan epidermis terlihat adanya intraepidermal
vesicular dermatosis dan cutaneous hyperkeratosis. Selain itu ditemukan pula peradangan
intracorneal mononucleus yang tidak terlalu signifikan. Dari hasil pemeriksaan klinis dan uji
pendukung ubi didiagnosa mengalami sebaceous adenitis bentuk general. Dengan differensial
diagnosa nutritional disorder (zink dan vitamin A responsive dermatitis), penyakit autoimune
(Pemphigus Foliaceus) dan endocrinopathy yang berhubungan dengan Addison diseases.
Prognosa dari kasus ini adalah dubius.
3.4. Patologi Klinik dan Histologi
9

Kondisi kulit yang seperti kulit ubi berwarna merah, ruam, terjadi kerontokan
rambut, dan kulit hewan menjadi kering.

Hasil histopatologi dan biopsy kulit ubi


A. Terlihat akantosis lokal
B. Infiltrasi sel sel radang pada kelenjar keringat
B.1 Hydradenitis
B.2 Sebaceous Adenitis
C. Kelenjar sebaceous yang mengalami hypertrophy dan hyperplasia epitel kelenjar
D. Dekstruksi kelenjar sebaceous
Merupakan massa kecil tumor jinak yang berupa soliter atau muncul dalam kelompok
dan biasanya terkumpul seperti kutil atau menyerupai kembang kol, mulai dari beberapa
milimeter sampai beberapa sentimeter dengan diameter yang berbeda-beda. Tumor ini
biasanya berwarna merah muda, kekuningan atau gelap berpigmen dan mungkin berminyak,
ulserasi atau berbulu. Pada anjing, tumor umumnya tumbuh di daerah ventral abdomen, tetapi
dapat juga muncul dibagian lain. Tumor juga bisa terlihat di kelopak mata dan kaki pada
anjing yang lebih tua. Ada beberapa jenis tumor kelenjar sebaceous anjing termasuk
hiperplasia sebaceous nodular, epitheliomas sebaceous dan adenoma sebaceous dan sering
terlihat pada anjing berumur tua terutama ras Beagles, Pudel, Dachshund, Cocker Spaniel,
Schnauzers Miniature, Lhasa Apsos, Shih Tzus, Malamute, Siberian Huskies dan setter
Irlandia
3.5 Treatment
Tidak ada obat untuk kondisi ini. Pengobatan umumnya untuk seumur hidup dan
dalam bentuk mandi dan berendam dalam minyak mineral dan mencuci dengan sampo
antibiotik untuk mencoba meringankan gejala dan memperlambat perkembangan kondisi ini.
Antiseptic dan shampoo antibiotik (chlorhexidine atau benzoyl peroxide) yang digunakan
untuk mengelola infeksi bakteri sekunder lebih lanjut. untuk beberapa obat seperti,
10

cyclosporine atau kortikosteroid dan obat imunosupresan mungkin efektif, dan itu efektif,
melalui beberapa penelitian, bahwa dosis besar vitamin A yang diberikan secara oral dapat
mengakibatkan beberapa perbaikan. Bila tidak diobati secara agresif dengan terapi topikal,
dapat meningkatkan dan memberikan kontribusi untuk peradangan kelenjar sebaceous lebih
lanjut.
Terapi topical
Ini merupakan bagian utama dan penting dalam pengobatan penyakit dan pengobatan
menggunakan shampo dapat perlu diterapkan sesering 3 sampai 4 kali per minggu . Sebuah
shampo antiseborrheic menghilangkan skala dan memblokir theolr folikel. Direndam pada
minyak mineral, dimana minyak tetap pada hewan yang terkena selama minimal 2 jam,
diperlukan untuk mengganti lipid epidemal serta untuk mengembalikan fungsi epidermis
menjadi normal. Minyak tersebut kemudian dikeluarkan melalui proses mandi. Perawatan
dengan menggunakan minyak ini perlu diulang setidaknya sekali seminggu untuk 4-7 minggu
sampai pertumbuhan rambut baru lalu diamati . Setelah pertumbuhan rambut baru,
pengobatan topikal dapat menurun untuk setiap 2 sampai 4 minggu.
Terapi immunosuppressant
Terapi imunosupresan dan anti - inflamasi berfungsi untuk menghentikan
berlangsungnya perusakan kelenjar sebaceous. Seperti penyakit imun lainnya. Awalnya,
siklosporin oral diberikan dalam dosis 5 mg / kg dua kali sehari-hari dan kemudian secara
bertahap menurun dalam frekuensi .
Kortikosteroid (misalnya prednison) digunakan hanya jika pruritus adalah fitur
klinis utama, dan diberikan pada 2 mg / kg / hari selama 2 sampai 4 minggu..

11

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil study literatur kami, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit Sebaceous
adenitis mengacu pada penyakit autoimun yang biasanya terjadi pada anjing sangat jarang
pada kucing, kelinci dan kuda. Sebaceous adenitis adalah penyakit kulit yang ditandai dengan
respon imun terhadap kelenjar sebaceous (kelenjar yang ditemukan pada folikel rambut dan
kulit dermis), yang dapat menyebabkan kerusakan kelenjar. Pengobatan dilakukan dengan
pengobatan topikal,immunosuppressant, dan diet suplemen.
4.1 Saran
Semoga dalam perkuliahan selanjutnya akan menjadi lebih baik lagi.

12

13

DAFTAR PUSTAKA
Andrew Simpson and Lindsay. 2012. Sebaceous Adenitis in Dogs. Compendium. Continuing
Education for Veterinarians
Angus, DVM, DACVD, John C. (2014). "How I Treat Sebaceous Adenitis". Animal
Dermatology Clinic, Pasadena, CA, USA: Omnibooks Online. p. 1. Retrieved 2 June
2014.
Craig, Mark (2006). "Sebaceous Adenitis in the Dog: Three Cases". Veterinary Research
Communications 27: 441443.
Juliane, Marconi and Juliana Werner. 2015. Sebaceous Adenitis in a Cat. Acta Scientiae
Veterinariae, vol. 43, 2015, pp. 1-5. Universidade Federal do Rio Grande do Sul Porto
Alegr
Putra, Maulana Arraniri. Sajuthi, Cucu Kartini. Sulistiawati, Erni. 2013. Sebaceous Adenitis
pada Anjing Pom. Jakarta. Prakter Dokter Hewan Bersama drh. Cucu Kartini, dkk

Kelenjar sebaceous adalah struktur epitel


ditempatkan di kawasan tanah genting folikel rambut, bertanggung jawab
untuk memproduksi emulsi lemak, yang telah
fungsi hidrat dan melindungi permukaan kulit
dan mantel, membantu untuk menjaga kelembutan kulit dan rambut
fleksibilitas [2]. Sebaceous adenitis (SA) adalah penyakit
dengan disposisi inflamasi kronis yang mempengaruhi

14

kelenjar sebaceous, demikian juga sintesis dan komposisi


dari emulsi lemak yang dikeluarkan. Akibatnya,
kekeringan kulit dan mantel akan terjadi [15]. Meskipun memiliki
asal-usul idiopatik, pudel standar dan akitas, sebaceous
adenitis dapat diwarisi melalui autosomal
resesif gen dengan variabel ekspresi [9,13]. Hipotesis
untuk etiopathogeny yang adalah salah satu yang menjelaskan
keratinisation gangguan yang memodifikasi sebasea
komposisi, menghalangi saluran dan memicu
inflamasi memproses atau mempertimbangkan kemungkinan
respon autoimun terhadap antigen yang berlokasi di kelenjar
dan saluran, merangsang inflamasi dan conducing untuk
kemusnahannya [7,12]. Xerosis, scaling, keperakan skala
yang mematuhi mantel dan kulit, folikular silinder
dan komedo karakteristik SA. Folikular
hyperkeratosis telah dikaitkan dengan alopecia, folikulitis,
furunculosis [13]. Hewan yang terpengaruh dengan SA
cenderung untuk mengembangkan infeksi bakteri dan
sekunder Malassezia sp., yang memberikan kontribusi untuk
munculnya gatal [9].
Mengingat fakta bahwa infeksi ini jarang
menggambarkan jenis kucing, laporan kasus ini memiliki tujuan
untuk menyajikan klinis, dermatologi dan terapi
aspek sebasea adenitis di cat.

15

Anda mungkin juga menyukai