Anda di halaman 1dari 2

Cara Penularan

Menyebarluasnya kasus antraks disebabkan oleh spora yang keluar dari hewan yang mati
akibat bakteri bacillus antrachis yang keluar bersama hewan yang mati disemelih atau pada
cairan yang dikeluarkan hewan tersebut (Turnbull 2008). Wabah terjadi di daerah dimana
sebelumnya hewan mati karena antraks. Wabah ini bisa menular ke daerah lain karena
dipengaruhi beberapa faktor:
a. perpindahan atau transportasi ternak yang terinfeksi antraks
perpindahan ternak yang terinfeksi dari daerah endemik dapat menularkan pada ternak
lainnya yang tidak terinfeksi pada daerah yang dituju.
b. Pengunaan Lahan dikuburnya ternak yang terinfeksi antraks
Lahan yang digunakan mengubur ternak yang terinfeks antraks disterilkan dari bakteri
dengan menggunakan kapur. Tanah tersebut tidak seharusnya digunakan untuk ladang
persawahan, ladang penggembalaan atau perkebunan, karena spora pada bakteri
bacillus antrachis dapat bertahan hidup hingga 35 tahun. Anthraks tidak lazim
ditularkan dari hewan yang satu kepada yang lain secara langsung. Wabah anthraks
pada umumnya ada Hubungannya dengan tanah netral atau berkapur yang alkalis
yang menjadi daerah inkubator kuman tersebut. Di daerah-daerah tersebut spora
tumbuh menjadi bentuk vegetatif bila keadaan lingkungan serasi bagi
pertumbuhannya, yaitu tersedianya makanan, suhu dan kelembaban tanah, serta dapat
mengatasi persaingan biologik. Bila keadaan lingkungan tetap menguntungkan,
kuman akan berkembang biak dan membentuk spora lebih banyak.
c. Spora terbawa oleh angin atau aliran air
Pada hewan positif antraks yang tidak sengaja tersembelih maka spora bakteri dapat
menyebar melalui aliran air seperti selokan, air tanah, air sungai dan juga terbawa
oleh angin. Sehingga apabila spora menempel, terhirup atau termakan oleh ternak
lain, maka ternak lain akan tertular. Spora-spora tersebut dapat diterbangkan angin,
atau dihanyutkan aliran air kemudian dapat mencemari air, pakan, rumput, peralatan
dan sebagainya (Rahayu, 2010).
d. Distribusi dan Pengkonsumsian karkas daging atau bahan pangan hasil ternak
terinfeksi
Konsumsi daging dengan infeksi bakteri dapat memindahkan atau mendistribusikan
spora bakteri dari suatu daerah ke daerah yang lain.
Gerbang penularan penyakit antraks antara lain:
1. Per oral
Penularan penyakit yang lazim adalah melalui saluran pencernaan, dimana hewan
tertular antraks karena menelan spora antraks atau memakan dan minum bahan
makanan yang mengandung atau tercemar bakteri penyebab antraks (Ditjennak,
2001). Spora akan masuk ke saluran pencernaan dan akan membuat ulcer pada bagian
organ pencercernaan sehingga fungsi pencernaan terganggu.
2. Per kutan
Spora yang terdapat di lingkungan dapat menularkan antraks melalui kulit yang
terbuka, sehingga spora dapat melakukan germinasi menjadi bakteri vegetatif. Dan

merusak jaringan yang terdapat pada sekitar daerah terinfeksi dan menyebabkan ulser
serta necrosis yang tampak menghitam (pada manusia).
3. Per inhalasi
Spora yang terbang terbawa angin, akan mudah terhirup oleh hewan rentan maupun
manusia. Apabila spora terhirup, dapat terjadi gangguan di daerah saluran pernapasan.
Bakteri yang telah germinasi menjadi bentuk vegetatif akan merusak mukosa dari
hidung. Dan terjadi gangguan pada sistema respiratory.
4. Perantara
Artropoda juga dapat berperan sebagai perantara dalam penyebarluasan bakteri
berspora bacillus antracis. Di daerah iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis
Tabanus dapat bertindak sebagai pemindah penyakit.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2001. Manual Penyakit Hewan. Direktorat


Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian.
Jakarta.
Turnbull, P. C. B., Bohm, R., Doganay, M.,Hugh-Jones, M., Lalitha, M. K. and De Vos, V.
1998. Guidelines on Antraks Surveillance and Control of Antraks in Human and Animals. 3rd
edition. http://www.Turnbull.int/emc[26 Juli 2010].
Rahayu, Asih. 2010. Antrax di indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai