Anda di halaman 1dari 72

1

Pelindung/ Penasehat :
Drs. H. MAKMUR HAKIM
Pengarah :
RAHMAT TAHIR, SE, M.Kes

I.
II.

Penyusun :
RAHMAT TAHIR, SE,M.Kes
HALMAWATI, SKM
III. A.PARAWANSYAH,SKM
IV.SERLY,S.ST.
V. SYAFRI,S.Kep
VI.Hj.SUWARNI DEWI,SKM
VII.DARWING SKM

Judul : Profil Kesehatan Puskesmas Ujung Loe 2012

Dicetak : Maret 2013


Diterbitkan oleh :

Puskesmas Ujung Loe


Jl.Poros Bira Kelurahan Dannuang Kecamatan Ujung Loe Kab.Bulukumba

Kata Sambutan
KEPALA PUSKESMAS UJUNG LOE
Alhamdulillaah segala Puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmaNya
sehingga buku Profil kesehatan Puskesmas Ujung Loe
2012 dapat diterbitkan dengan sajian data cakupan
kegiatan sebagai wujud partisipasi Unit pelaksanaan Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba.
Penerbitan Profil Kesehatan tahun ini merupakan terbitan
yang ke tiga, dan terdapat beberapa perubahan yang mendasar baik
proses penyusunannya, muatan data dan informasinya, maupun maksud
dan tujuan dari profil yang diterbitkan sebelumnya. Pada profil saat ini
terjadi perubahan dalam penyajian data dan informasi yaitu penyajian
menurut jenis kelamin.
Saya menyambut baik terbitnya Profil Kesehatan Puskesmas
Ujungloe tahun 2012 ini karena hingga saat ini semakin dirasakan bahwa
data dan informasi kesehatan sangat dibutuhkan, baik untuk manajemen
kesehatan, pelaksanaan pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan
serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi. Saya juga
mendukung upaya pelaksanaan program kesehatan di Puskesmas
Ujungloe ini untuk menjadikan profil kesehatan puskesmas sebagai salah
satu alat dalam memantau kinerja pelayanan kesehatan melalui standar
pelayanan minimal bidang kesehatan dan pencapaian visi kecamatan
sehat dalam mendukung visi Indonesia sehat 2015 dan keberhasilan
MDGS.
Disadari bahwa buku profil ini masih banyak kekurangannya dan
masih perlu terus ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam penyusunan profil puskesmas ini dan
menyampaikan maaf kepada pembaca atas keterlambatan dalam
penyusunan profil ini. Untuk itu, sangat diharapkan saran dan kritik yang
membangun serta partisipasi dari semua pihak, khususnya dalam upaya
mendapatkan dan menyajikan data dan informasi yang akurat, tepat waktu
dan sesuai dengan kebutuhan. Maka kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi sehingga terbitnya buku profil ini di ucapkan terima kasih.
Ujungloe,
Kepala,

2013

Drs.H.Makmur Hakim
Pangkat : Penata .Tk.I./III d
NIP
: 195712311980091006

DAFTAR ISI
Hal.
KATA SAMBUTAN

ii

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I PENDAHULUAN

. 1

BAB II GAMBARAN UMUM


A. KEADAAN PENDUDUK

.... 3

B. KEADAAN EKONOMI

C. TINGKAT PENDIDIKAN

D. KEADAAN LINGKUNGAN ..

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT 11


BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN)

14

B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN) .

15

C. STATUS GIZI

.... 24

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN


A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

28

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN & PENUNJANG ..

40

C. PEMBERATASAN PENYAKIT MENULAR

41

D. PEMBINAAN KES. LINGK. & SANITASI DASAR .

46

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT ...

49

F. PELAYANAN KEFARMASIAN & ALAT KESEHATAN

51

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


A. SARANA KESEHATAN

52

B. TENAGA KESEHATAN

54

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ..

55

BAB VI PENUTUP

57

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pendudukan menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2012
Tabel 2. Penyakit Tidak menular rawat jalan terbanyak tahun 2012
Tabel 3. Situasi Pembiayaan Kesehatan Puskesmas Ujungloe 2012

3
24
56

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Persentase penduduk menurut Desa / Kelurahan

. 4

Gambar 2. Peta wilayah puskesmas ..

Gambar 3. Proporsi keluarga sejahtera ..

Gambar 4. Perentase rumah sehat menurut desa/kelurahan ..

Gambar 5. Persentase Tempat Umum dan pengelolaan makanan


(TUPM) Sehat

Gambar 6. Persentase keluarga menurut sumber air minum dengan


sumber air minum terlindung ..
Gambar 7. Persentase keluarga menurut jenis saranan air bersih ..

10
10

Gambar 8. Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi


dasar (jamban keluarga) .

11

Gambar 9. Persentase Rumah Tangga Berprilaku hidup Bersih dan


Sehat ..

12

Gambar 10. Jumlah Posyandu Menurut Strata

13

Gambar 11. Angka kematian Bayi .

14

Gambar 12. Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin ..

17

Gambar 13. Prevalensi Kasus Baru Tb Paru dan kematian akibat Tb


Paru Menurut Jenis kelamin ..

19

Gambar 14. Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta


menurut jenis kelamin .
Gambar 15. Bayi Berat badan lahir rendah menurut jenis kelamin ..

19
25

Gambar 16. Cakupun balita gizi buruk yang mendapat perawatan


menurut jenis kelamin ..

26

Gambar 17. Status Gizi Balita menurut jenis kelamin

27

Gambar 18. Cakupan Kunjungan ibu hamil .

29

Gambar 19. Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan 30


Gambar 20. Persentase ibu hamil yang ditangani oleh tenaga kesehatan 31
Gambar 21. Persentasi Neonatal Risiko Tinggi/ Komplikasi ditangani .. 31
Gambar 22. Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut jenis kelamin . 32
Gambar 23. Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin 32
Gambar 24. Jumlah Bayi yang diberi Asi Eksklusif menurut jenis kelamin 33
Gambar 25. Pemberian Makanan pendamping Asi Anak usia 6-23 bulan
keluarga miskin ... 33

Gambar 26. Cakupan penjaringan anak sekolah . 34


Gambar 27. Jumlah peserta KB aktif .

35

Gambar 28. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada ibu hamil 37


Gambar 29. Cakupan Imunisasi BCG dan Polio pada bayi menurut jenis
Kelamin

37

Gambar 30. Cakupan Imunisasi Polio pada bayi menurut jenis kelamin 38
Gambar 31. Cakupan Imunisasi DPT HB 1 ... 38
Gambar 31. Cakupan Imunisasi DPT HB 3 39
Gambar 32. Cakupan Imunisasi Campak .. 39
Gambar 33. Cakupan pelayanan pra Usila dan Usila 40
Gambar 34. Cakupan pelayanan masyarakat miskin .

41

Gambar 36. Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya 47


Gambar 37. Persentase rumah/ bangunan bebas jentik nyamuk .

48

Gambar 38. Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan (Tupm)


Sehat

48

Gambar 39. Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin .. 49


Gambar 40. Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi, anak balita,
menurut jenis kelamin 50
Gambar 41. Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 . 50
Gambar 42. Jumlah Posyandu menurut starata, desa/ kelurahan, dan
Puskesmas .

53

Gambar 43. Proporsi tenaga kesehatan menurut jenis tenaga ... 54

DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1. Luas wilayah, jumlah desa/ kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah
tangga
Tabel 2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin dan kelompok umur
Tabel 4. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf
menurut jenis kelamin.
Tabel 5. Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
Tabel 6. Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, Desa/ Kelurahan dan
puskesmas.
Tabel 7. Jumlah kematian Bayi dan balita menurut jenis kelamin, Desa
kelurahan , dan puskesmas.
Tabel 8. Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, Desa/kelurahan,
dan puskesmas
Tabel 9. Jumlah kasus AFP (non polio) dan AFP rate (non polio)
menurut desa/kelurahan dan Puskesmas
Tabel 10. Jumlah kasus baru Tb paru dan kematian akibat Tb paru menurut jenis
kelamin, desa/ kelurahan dan puskesmas
Tabel 11. Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA+ menurut jnis
kelamin, desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 12. Jumlah kasus dan kesembuhan Tb paru BTA+ menurut jenis kelamin.
Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 13. Penemuan kasus phenomonia Balita menurut jenis kelamin.
Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 14. Jumlah kasus baru HIV, aids dan infeksi menular seksual lainnya
menurut jenis kelamin
Tabel 15. Persentase Donor darah diskrining terhadap HIV-AIDS menurut jenis
kelamin
Tabel 16. Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin,. Desa/kelurahan
dan puskesmas
Tabel 17. Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin. Desa/kelurahan dan
puskesmas
Tabel 18. Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut
jenis kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas

Tabel 19. Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut
jenis kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 20. Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis
kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 21. Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (pd3i)
menurut jenis kelamin
Tabel 22. Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (pd31)
menurut jenis kelamin
Tabel 23. Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin Desa/kelurahan
dan puskesmas
Tabel 24. Kesakitan dan kematian akibat malaria jenis kelamin. Desa/kelurahan
dan puskesmas
Tabel 25. Penderita filariasis ditangani jenis kelamin. Desa/kelurahan
dan puskesmas
Tabel 26. Bayi berat badan lahir rendah jenis kelamin. Desa/kelurahan
dan puskesmas
Tabel 27. Status gizi baliata jenis kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 28. Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan,
dan pelayanan kesehatan ibu nipas desa keluruhan dan puskesmas.
Tabel 29. Persentase cakupan Imunisasi TT pada ibu hamil, menurut
desa kelurahan dan puskesmas.
Tabel 30. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3,
menurut desa/kelurahan dan puskesmas.
Tabel 31. Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatal risiko tinggi komplikasi
ditangani, menurut desa/ kelurahan dan puskesmas.
Tabel 32. Cakupan pemberian vitamin A pad bayi, anak balita, dan ibu nifas
jenis kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 33. Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, desa keluraha dan
puskesmas.
Tabel 34. Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, desa/kelurahan
dan puskesmas.
Tabel 35. Jumlah peserta KB Baru dan KB aktif menurut desa/ kelurahan dan
puskesmas.
Tabel 36. Cakupan kunjungan neonates menurut jenis kelamin. Desa/kelurahan
dan puskesmas

Tabel 37. Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin. Desa/kelurahan dan
puskesmas
Tabel 38. Cakupan desa/kelurahan UCI menurut jenis kelamin. Desa/kelurahan
dan puskesmas
Tabel 39. Cakupan imunisasi DPT, HB dan campak pada bayi menurut jenis
kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 40. Cakupan imunisasi BCG dan polio pada bayi menurut jenis kelamin.
Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 41. Jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif jenis kelamin. Desa/kelurahan dan
puskesmas
Tabel 42. Pemberian makanan pendamping ASI anak usia 6-23 bulan keluarga
miskin, jenis kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 43. Cakupan pelayanan anak balita jenis kelamin. Desa/kelurahan dan
puskesmas
Tabel 44. Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin. Desa/kelurahan dan
puskesmas
Tabel 45. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis
kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 46. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis
kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 47. Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat jenis kelamin.
Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 48. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin.
Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 49. Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat
darurat (gadar) level 1
Tabel 50. Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis KLB.
Tabel 51. Desa/ kelurahan terkena KLB yang ditangani < 24 jam menurut desa/
kelurahan dan puskesmas
Tabel 52. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut jenis kelamin.
Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 53. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat
menurut jenis kelamin.
Tabel 54. Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan.
Tabel 55. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis

10

kelamin.
Tabel 56. Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin (dan hampir miskin)
menurut starata sarana.
Tabel 57. Cakupan pelayanan rawat nap masyarakat miskin (dan hampir miskin)
menurut starata sarana.
Tabel 58. Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, dan kunjungan gangguan
jiwa di sarana palayanan.
Tabel 59. Indicator kinerja pelayanan di puskesmas Ujungloe
Tabel 60. Persentase Rumah Tangga berprilaku hidup bersih dan sehat jenis
kelamin. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 61. Persentase Rumah sehat menurut. Desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 62. Persentase Rumah/Bangunan Bebas jentik nyamuk Aedes menurut
desa/keluruhan dan puskesmas
Tabel 63. Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan
, desa / kelurahan dan puskesmas.
Tabel 64. Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan,
desa/kelurahan dan puskesmas.
Tabel 65. Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
menurut desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 66. Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat
menurut desa/kelurahan dan puskesmas.
Tabel 67. Persentase intitusi dibina kesehatan lingkungannya menurut
desa/kelurahan dan puskesmas.
Tabel 68. Ketersediaan obat menurut jenis obat.
Tabel 69. Jumlah sarana palayanan kesehatan menurut kepemilikan
Tabel 70. Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes dan memiliki
4 spesialis dasar
Tabel 71. Jumlah posyandu menurut strata, desa/kelurahan dan puskesmas
Tabel 72. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) menurut
desa /kelurahan
Tabel 73. Jumlah tenaga media di sarana kesehatan
Tabel 74. Jumlah tenaga keperawatan di sarana kesehatan
Tabel 75. Jumlah tenaga kefarmasian dan Gizi di sarana kesehatan
Tabel 76. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di sarana
kesehatan.

11

Tabel 77. Jumlah tenaga teknisi medis dan fisioterapis di sarana kesehatan
Tabel 78. Anggaran kesehatan puskesmas Ujungloe

12

BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan

manusia

(Human

Development

Index).

Indekx

pembangunan manusia, ditentukan oleh beberapa indicator yaitu, kesehatan,


pendidikan, dan ekonomi. Untuk itu mengukur keberhasilan pembnagunan
kesehatan diperlukan indicator kinerja dari standar pelayanan minimal (SPM) dan
target Milenium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan. Indicator kinerja
SPM kesehatan dikabupaten / kota terdiri atas 18 indikator dari 4 kelompok jenis
pelayanan bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh kabupaten / kota yaitu
pelayanan kesehatan dasar (14 indikator), pelayanan kesehatan rujukan (2
indikator)

penyelidikan

epidemiologi

dan

penaggulanagna

KLB,

dan

pemberdayaan masyarakat. Sedangkan MDGs bidang kesehatan terdiri atas 21


indikator dari 6 target capaian. Profil kesehatan puskesmas merupakan salah
satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap
pencapaian program kesehatan dipuskesmas . Profil kesehatan puskesmas
ujungloe adalah gambaran situasi kesehatan dikecamatan ujungloe yang
diterbitkan setahun sekali. Dalam setiap penerbitannya selalu dilakukan berbagai
upaya perbaikan, baik dari segi materi, analisis maupun bentuk tampilan fisiknya,
sesuai masukan dari para pengelola program dilingkup puskesmas ujungloe.
Dan konsumen pada umumnya.
Tujuan diterbitkannya profil kesehatan Puskesmas 2012 ini adalah
dalam rangka menyediakan sarana Imformasi data kesehatan juga untuk
mengevaluasi pencapaian bangunan kesehatan tahun 2012 dengan mengacu
kepada Visi Indonesia sehat 2015. Oleh karena itu, gambaran yang disajikan
dalam profil kesehatan Puskesmas 2012 ini disusun secara sistematis mengikuti
pengertian dari visi Indonesia sehat 2015. Sistematika penyajian profil kesehatan
Puskesmas 2012 ini dalam bentuk narasi, tabel dan gambar profil kesehatan
Puskesmas 2012 ini terdiri dari 6 (enam) bab yaitu:
Bab I : pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya profil Puskesmas
Ujungloe dengan sitematika dan penyajiannya.
Bab II : Gambaran Umum

13

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum wilayah puskesmas

ujungloe.

Selain uraian tentang letak geografis, administrasi dan informasi umum lainnya,
bab ini juga mengulas factor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan
faktor-faktor lain, misalnya faktor-faktor kependudukan kondisi ekonomi,
perkembangan pendidikan dan lain-lain
Bab III Situasi Drajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indicator Keberhasilan pembangunan kesehatan
sampai dengan tahun 2012 yang mencakup umur harapan hidup, angka
kematian, angka kesakitan dan keadaan status Gizi.
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan
oleh bidang kesehatan selama tahun 2012

yang menggambarkan tingkat

pencapaian program pembangunan kesehatan . gambaran tentang upaya


kesehatan meliputi cakupnya pelayanan kesehatan dasar dan Rujukan,upaya
kesehatan Ibu dan Anak, pemberantasan penyakit menular, Upaya kesehatan
lingkungan,
kefarmasian

perbaikan
dan

alat

gizi

masyarakat,

kesehatan

serta

Promosi

kesehatan

beberapa

upaya

pelayana
kesehatan

pengembangan
Bab V : Situasi sumber daya kesehatan
Bab

ini

menguraikan

tentang

sumber

daya

yang

diperlukan

dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan, khususnya untuk tahun 2012. Gambaran


keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana kesehatan, tenaga
kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
Bab IV : Penutup

14

15

BAB II
GAMBARAN UMUM
Puskesmas Ujungloe adalah salah satu Puskesmas yang terletak di ibu
kota Kecamatan Ujungloe dengan jarak kurang lebih 9 Km dari kota Kabupaten
Bulukumba yang dibangun pada tahun 1973/1974 dengan luas area 2063 M2
serta luas bangunan 330 M2. Pada tahun 1996/1997 mendapat Bantuan Inpres
sarana kesehatan yaitu peningkatan

Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat

Inap Ujungloe dan terakhir mendapat Bantuan Dak tahun 2008 dan lanjutan
tahun 2009 yaitu Rehabilitasi total puskesmas Ujungloe.
Puskesmas Ujungloe memiliki luas wilayah kerja 73 KM2 yang terdiri dari
delapan desa/ satu kelurahan ( Kelurahan Dannuang, Desa Salemba,,
Manjalling, Garanta, Padang Loang, Seppang, Bijawang, Lonrong, Balong)
dengan 35 Dusun/Lingkungan, 76 Rw, 144 Rt dan batas wilayah melliputi bagian
utara dengan kecamatan Bonto bahari, bagian barat dengan kecamatan Rilau
Ale, bagian selatan dengan kecamatan ujungbulu serta dibagian Timur dengan
laut Flores, adapun keadaan penduduk sebagai berikut :
A. KEADAAN PENDUDUK
Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal
pokok, yaitu : jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang
menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relative
tinggi, dan persebaran pendudukan yang kurang merata.
1. Jumlah dan pertumbuhan penduduk
Penduduk di wilayah kerja puskesmas Ujungloe berdasarkan
angka

tahun

2012

berjumlah

27.749

jiwa

yang

dalam

tersebar

di

desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk tersebar yakni 4.423 jiwa


mendiami kelurahan Dannuang. Tingkat pertumbuhan penduduk di
kecamatan ujungloe tidak signifikan mengalami peningkatan namun
terjadinya perubahan proporsi penduduk di beberapa desa dikecamatan
Ujungloe dimungkinkan karena terjadi arus ubanisasi terutama untuk
melanjutkan pendidikan, merantau keluar negeri. Secara keseluruhan,
jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan rasio sebesar 84,34. Data
terinci pada lampiran tabel 2 :
N
o
1

Desa/Kel
Dannuang

Laki-laki
2131

Perempuan
2292

Jumlah
4423

16

2
3
4
5
6
7
8
9

Salemba
Manjalling
Garanta
Padang loang
Seppang
Bijawang
Lonrong
Balong

Jumlah
Sumber BPS

1528
1208
1765
1289
2049
1311
527
1366

1699
1451
2040
1319
2173
1474
593
1534

3227
2659
3805
2608
4222
2785
1120
2900

13.174

14.575

27.749

2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur


Komposisi

penduduk

menurut

kelompok

umur

dapat

menggambarkan tinggi/ rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi


penduduk

juga

mencerminkan

angka

beban

tanggungan

yaitu

perbandingan antara jumlah penduduk produktif (umur 15-64 tahun)


dengan umur tidak produktif (umur 0-14 tahun dan umur 65 tahun ke
atas). Data menunjukkan bahwa angka beban tanggungan pada tahun
2012 sebesar 48,95 %. Penduduk diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe
yang berusia 0-14 tahun pada tahun 2012 sebesar 28,29 %.
Meningkatnya proporsi penduduk usia muda tersebut merupakan
indicator bahwa pada periode tersebut terjadi peningkatan tingkat
kelahiran yang cukup berarti. Proporsi tersebut masih berada di berada
dibawah angka rata-rata nasional, yaitu sebesar 29,83%. Data terperinci
lihat pada lampiran tabel 3

60
-4
4
40
0

-4

20

-2
4

7
5

-6
5

Perempuan
9 11 13

Laki-laki

Gambar 1 . Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur


3. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

17

Penduduk di wilayah kerja puskesmas Ujungloe pada tahun 2012


tercatat sebanyak 27.749 jiwa tersebar di 9 desa/kelurahan. Namun
persebaran tersebut tidak merata,sekitar 23,23 % penduduk tinggal di
kelurahan Dannuang yang penduduk tertinggi. Hal tersebut di sebabkan
oleh letak daerahnya yang merupakan daerah pesisir dan disamping itu
masyarakat memiliki mata pencaharian sebagian neayan. Daerah yang
sangat menonjol jumlah penduduknya di kecamatan Ujungloe tidak ada,
dari data yang ada persebaran penduduk cukup merata. Kepadatan
penduduk per Km2 di Ujungloe rata-rata 391,38 jiwa/km. kelurahan
Dannuang merupakan kelurahan terpadat (593.69jiwa/km)

Gambar 2 : Peta wilayah Puskesmas Ujung Loe


B. KEADAAN EKONOMI
Keadaan ekonomi penduduk diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe secara
umum belum dapat disajikan karena terbatasnya sumber data dan imformasi
dari pihak-pihak terkait namun kami berusaha untuk mengungkap tingkat
kesejahteraan masyarakat, menurut data BKKBN cukup variatif dibagi
kedalam 5 indikator yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I,
keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, dan keluarga sejahtera III plus.
Seperti terlihat pada grafik berikut ini yang merupakan gambaran situasi
ekonomi diwilayah Puskesmas Ujungloe adalah persentasi tertinggi pada KS
III plus, di Salemba (1,88%) dan terendah Bijawang (1,12 %), KS III tertinggi
didesa Dannuang (12,18%) dan terendah Padangloang (3,08%), KS I
tertinggi di desa padangloang (61,9%) dan terendah di desa Balong (34,8%).
Sedangkan keluarga prasejahtera tertinggi di Manjalling (38,5%) dan
terendah di salemba (11,6%). Data terperinci lihat pada lampiran tabel 56 :

18

600

576

500

382

400
300

510
439

472
388

316
235

193

335
251

443
289
L

200

100
0
126

441

Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

326

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

532 364

Gambar 3 : Penduduk miskin diwilayah kerja Ujung Loe


C. TINGKAT PENDIDIKAN
Indikator yang

dapat digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan

masyarakat yaitu kemampuan baca tulis, partisipasi pendidikan dan


pendidikan tertinggi yang ditamatkan
1. Kemampuan baca tulis
Kemampuan membaca dan menulis atau baca tulis merupakan
keterampilan kesejahteraannya. Kemampuan bacar tulis tercermin dari
angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca
dan menulis huruf latin dan huruf lyang dapat dimaksud huruf lainnya
misalnya huruf arab, bugis, Makassar, jawa, cina dan sebagainya. Angka
melek huruf (AMH) di Sulawesi selatan, menurut data BPS 2008
menunjukkan bahwa penduduk usia 10 tahun keatas sekitar 88,10 %
AMH penduduk usia 10 tahun keatas bagi laki-laki sebesar 90,44 %,
sedangkan

untuk

perempuan

sebesar

85,98%.

Angka

tersebut

mengalami peningkatan 1,1% dibanding tahun 2007 yaitu 87,00%.


Sedangkan data melek huruf untuk wilayah kerja Puskesmas
Ujungloe tidak diperoleh baik dari Dinas terkait yaitu UPT Dispora
maupun dari kecamatan.
2. Partisipasi pendidikan
Pada

tahun

2012,

persentase

penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas Ujungloe yang berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum

19

pernah bersekolah sebesar 10,47%. Yang masih bersekolah sebesar


89,60% yang meliputi 58,14% bersekolah di SD/MI, 14,79 % di
SLTP/MTS, 12,69% di SMU/SMK/MA dan 3,97 % di akademi/universitas.
Angka partisipasi sekolah (APS) menurut data yang ada diwilayah kerja
Puskesmas Ujungloe tahun 2012 menurut jenis kelamin, terlihat
penduduk Perempuan yang lebih besar (53,03%) dari pada Laki Laki
(46,97%). Secara umum di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe, partisipasi
sekolah Perempuan lebih besar dibanding partisipasi sekolah Laki-laki.
Data terperinci lihat pada lampiran tabel 5
3. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan
Ijazah /STTB tertinggi yang dimiliki penduduk merupakan indicator
pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/STTB yang
dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu Negara mencerminkan semakin
tingginya taraf intelektualis bangsa dari Negara tersebu. Di Indonesia
pada tahun 2003,persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang
tidak/belum memiliki ijazah/STTB sebanyak 30,37. Sedangkan yang
sudah memiliki ijazah terdiri dari tamat SD/MI sebanyak 33,42% , tamat
SLTP/MTs sebanyak 16,65%,tamat SMU/SMK sebanyak 16,17%, dan
tamat diploma I sampai dengan universitas sebesar 3,39%. Pada tahun
2012 persentase penduduk diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe yang
berusia 10 tahun keatas yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar
10,47%. Yang masih bersekolah sebesar 89,60% yang meliputi 58,14%
bersekolah di SD/MI, 14,79% di SLTP/MTs,12,69% di SMU/SMK/MA
13,77% di akademi/universitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan yang ditamatkan penduduk di wilayah kerja puskesmas
Ujungloe semakin membaik. Data terperinci lihat pada lampiran tabel 5.
D. KEADAAN LINGKUNGAN
1. Rumah Sehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat
penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai
tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya
terkandung arti yang penting sebagian tempat untuk membangun
kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak

20

huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang
sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni rumah
sehat adalah kondisi fisik,kimia, biologi didalam rumah dan perumahan
sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
Di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe, berdasarkan laporan pengelola
sanitasi dan kesehatan lingkungan tahun 2012 yang terdiri dari 9
desa/kelurahan dengan persentase tertinggi yaitu pada Desa Manjalling
yang mencapai 80,04 % dan terendah di desa bijawang dengan
persentase rumah sehat mencapai 58,22 % dengan demikian diharapkan
terus terjadi peningkatan persentase rumah sehat yang dapat dilakukan
dengan upaya-upaya promotif yang mengarah kepada peningkatan
pencapaian rumah sehat. Data terinci lihat pada lampiran tabel 62.
75.00

70.64

77.03
66.75

60.89 58.22

67.84

80.04
69.61

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

Gambar 4.Persentase Rumah sehat menurut desa dan kelurahan


2. Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)
Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat
Umum (STTU) yaitu aspek teknis/hukum yaitu peraturan dan perundangundangan sanitasi, aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang :
kebiasaan

hidup,

adat

istiadat,

kebudayaan,

keadaan

ekonomi,

kepercayaan, komunikasi,dll dan aspek administrasi dann management


yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU
yang meliputi : Man Money, Method, Material dan Machine.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola program sanitasi
dan kesehatan lingkungan di Puskesmas Ujungloe menunjukkan bahwa

21

persentase rata-rata tempat-tempat umum yang sehat baru mencapai


50,0% yang berarti

sudah mencapai indikator maksimal pencapaian

tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang terdistribusi


pada 9 desa/kelurahan dengan persentase tertinggi di tiga desa (,
Salemba , Dannuang dan Garanta). Data terinci pada lampiran tabel 67.
100.00

66.67
33.33

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.00

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

Gambar 5. Persentase Tempat umum dan pengelohan makanan


sehat menurut DesaKelurahan.
3. Akses Terhadap Air Minum
Air

minum merupakan kebutuhan hidup yang tidak dapat

dipisahkan dari kebutuhan sehari-hari. Air minum yang bersih dan sehat
mutlak dibutuhkan oleh setiap manusia untuk tetap bertahan hidup mulai
dari masyarakat golongan ekonomi lemah maupun ekonomi tinggi. Setiap
hari dibutuhkan minimal 2 liter air minum bagi orang dewasa.
Pada dasarnya kebutuhan air minum yang bersih dan sehat ini
dapat dipenuhi sendiri oleh setiap rumah tangga dengan cara memasak
air bersih ataupun air sumur sampai mendidih. Namun tingginya aktivitas
di luar rumah serta meningkatnya kesejahteraan menyebabkan adanya
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan air minum siap pakai yang
bersih dan sehat dengan harga murah. Aktivitas memasak air minum
sendiri dinilai tidak praktis dan ketinggalan zaman. Perubahan paradigma
masyarakat ini ditangkap oleh industry dengan mendirikan industry air
minum dalam kemasan. Besarnya animo masyarakat terhadap produk air
minum dalam kemasan ini terliihat dengan makin suburnya industry air
minum dalam kemasan yang tumbuh di Sulawesi Selatan.
Tabel berikut ini menjelaskan bahwa pemanfaatan sumber air
minum masih didominasi pada penggunaan sumber air dari sumur gali

22

dengan persentase keluarga yang memanfaatkan sumber air minum yang


terlindung 100% disemua desa sedangkan sumber air minum lainnya
yang digunakan di wilayah kerja puskesmas Ujungloe adalah mata air
dan PAH. Data terperinci pada lampiran tabel 65.

100.00100.00100.00100.00100.00100.00100.00100.00100.00

Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

Gambar 6 .Persentase keluarga menurut sumber air minum


dengan sumber air terlindung.
Tabel berikut menjelaskan bahwa pemanfaatan air bersih menurut
jenis sarana air bersih. Diwilayah kerja puskesmas Ujungloe masih
didominasi dengan sumur gali dan Air isi Ulang . Data menunjukkan
bahwa persentase keluarga memanfaatkan sarana air bersih tersebut
tertinggi di desa Lonrong dan terendah didesa Garanta. Data terperinci
lihat pada lampiran tabel 64.
140.00

122.97
108.54

120.00
91.70

100.00
80.00
60.00

65.99

75.42

80.18

77.31
64.12
50.33

40.00
20.00

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

0.00

23

Gambar 7. Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih


4. Sarana Pembuangan tinja pada rumah tangga
Tabel

berikut

menjelaskan

bahwa

kepemilikan

sarana

pembuangan tinja pada tingkat rumah tangga diwilayah kerja Puskesmas


Ujungloe tertinggi didesa balong dan terendah manjalling 48,0 % .Data
terperinci lihat pada lampiran table 66.
75.0

80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

70.6

77.0
66.8

60.9

67.8

69.6

58.2

Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

48.0

Gambar 8. Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi


dasar (Jamban Keluarga) menurut desa/kelurahan.
E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
1. Rumah Tangga Ber PHBS
Pada riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mengumpulkan 10
indikator tunggal perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang terdiri dari
enam indicator individu dan empat indicator rumah tangga. Indicator
individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6
mendapat ASI ekslusif, kepemiolikan/ketersediaan jaminan pemeliharaan
kesehatan, penduduk tidak merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik
dan penduduk cukup mengkomsumsi saur dan buah. Indicator rumah
tangga meliputi rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses
jamban

sehat,

kesesuaian

luas

lantai

dengan

jumlah

penghuni

(>8m2/orang) dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.PHBS


di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

24

tangga agar tahu, mau dan mampu mempratekkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Pada grafik berikut ini memberi informasi tentang persentase
keluarga yang berprilaku hidup bersih dan sehat. Data menunjukkan
rumah tangga yang ber PHBS denga persentase tertinggi di Desa
Garanta (82,1%) dan terendah

Kelurahan Dannuang(46,5%). Data

terperinci lihat pad alampiran tabel 61.


82.1
71.6
59.4

62.9

67.4
56.2

60.3
49.8

46.5

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
-

Gambar 9 .Persentase Rumah Tangga berperilaku Hidup dan sehat


menurut Desa/Kelurahan.
2. Posyandu Purnama dan Mandiri
Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud
nyata

bentuk

peran

serta

masyarakat

antara

lain

muncul

dan

berkembangnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM),


misalnya pos pelayana terpadu (posyandu), pos kesehatan desa
(poskesdes) yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
yang diselenggaran oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan
tehnis dari petugas kesehatan.
Di wilayah kerja puskesmas ujungloe, jumlah posyandu yang
tercatat untuk tahun 2012 sebanyak 30 buah posyandu dengan rasio
posyandu/desa sebesar 1,31. Adapun jumlah posyandu purnama di
wilayah kerja puskesmas ujungloe tahun 2012

mencapai 12,12%.

Sedangkan untuk posyandu mandiri 2012 belum ada. Posyandu purnama


tertinggi di Padang Loang 50,00 %,Lonrong dan garanta 33,33%. Data
terinci pada lampiran tabel 72.

25

0
Manjalling
0
Garanta
0
0
Balong

100
33
25

Lonrong
0
0
Bijawang
0

0
Seppang
P.Loang
0
Salemba
0
Dannuang
0

67
75

33

67

PRATAMA
100 MADYA

20
25
25
25

PURNAMA

80

MANDIRI

50
75
100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 10. Jumlah Posyandu menurut strata desa/kelurahan

26

BAB III
SITUAS DERAJAT KESEHATAN
Gambaran derajat kesehatan masyarakat Ujungloe, berikut ini disajikan
dalam situasi mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat.
A. MORTALITAS (Angka Kematian)
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya relative
dapat ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan
perilaku

masyarakat

dan

keluarga

yang

dapat

menjamin

kehamilan,kelahiran dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat.


Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki perilaku
keluarga dan masyarakat terutama perilaku hidup bersih dan sehat
termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses,
memperkuat mutu managemen terpadu penyakit bayi dan balita,
memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi,
pengendalian penyakit menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.
Upaya lain yang dilakukan dalam rangka menurunkan angka
kematian anak adalah pengembangan upaya kesehatan bersumber
masyarakat seperti pos pelayanan terpadu (posyandu), penanggulangan
kurang energy protein, pendidikan gizi, penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit melalui
survilans dan imunisasi
Berdasarkan data pada grafik berikut ini menunjukkan bahwa
angka kematian bayi selama tahun 2012 terdapat 2 kematian di desa
Padangloang dan 1 kematian didesa Bijawang dan balong dengan angka
kematian sebesar 8,1 %

27
11

1
0.8
0.6
0.4
L

0.2

0
00

00

00

00

00

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

00

Gambar 11 .Angka Kematian bayi


2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Sebab kematian pada anak balita. Tiga penyebab utama kematian
bayi dn balita adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), komplikasi
perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini member andil bagi
75% kematian bayi. Pola penyebab utama kematian balita juga hampir
sama yaitu penyakit saluran pernapasan, diare, penyakit syaraf-termasuk
meningitis dan encephalitiss-dan tifus.
Data menunjukkan di wilayah puskesmas ujungloe tahun 2012
tidak terdapat kematian balita.
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab

kematian

terkait

dengan

gangguan

kehamilan

atau

penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42


hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu
AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup
sehat, status gizi dan keseahatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan
kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi
masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi
peran dukun dan meningkatkan peran bidang. Harapan kita agar bidan di
desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB
(IMR) dan AKI (MMR).
Berdasarkan data dari program kesehatan ibu dan anak pada
tahun 2012 tidak terdapat kematian ibu .
B. MORBIDITAS (Angka Kesakitan)

28

1. Penyakit Menular
Dewasa ini tingkat angka kematian baik di Indonesia maupun
didunia secara global relative meningkat pertahunnya, hal ini baik
disebabkan

kecelakaan,

proses

penuaan

yang

menyebabkan

kelemahan fungsi organ tubuh ataupun karena menderita berbagai


macam penyakit. Kita mengenal berbagai macam penyakit dan
istilahnya baik itu penyakit menular maupun penyakit tidak menular.
Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam
istilah medis adlaah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah
agen biologi (seperti virus, bacteria dan parasit), bukan disebabkan
faktor fisik (seperti luka bakar terutama benturan) atau kimia (seperti
keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang
lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, influenza dll), tempat
makan dan minum yang kurang bersih pencuciaannya (hepatitis,
typhoid/types dll), jarum suntik dan tranfusi darah (HIV Aids, Hepatitis
dll).
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain :
-

Penyakit menular langsung : diare, Pheumonia, typhus, penyakit


HIV/AIDS, penyakit TB Paru dan Kusta.

Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

Penyakit bersumber binatang, demam berdarah dengue, Rabies,


Filaria, malaria.

1) Penyakit Diare
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases
(> 200 mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya
cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak
untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal (Sutadi, 2003).
Diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu disebut
sebagai diare kronik. Bayi yang menderita diare kronik seperti ini
akan kehilangan berat badannya dan mengalami suatu keadaan
yang disebut gagal tumbuh (failure to thrive). Akan tetapi masalah
yang paling penting pada anak, terutama anak kecil atau bayi,
yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang terjadi karena
kehilangan cairan yang berlebihan. Sampai saat ini penyakit diare
masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara

29

berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya


angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan
4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta
diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur
5 tahun.
Grafik berikut ini menunjukkan kasus diare yang ditangani
di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe selama tahun 2012 dengan
angka kejadian tertinggi di desa Manjalling (362 kasus) dan
terendah di Desa Lonrong (50 kasus). Sedangkan menurut jenis
kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Data
terperinci lihat pada lampiran tabel 16.
182
180
200
167
180
141
160
140
104 108
120
89
84
81 75
100
80
56
53
39
60
28 27
23
40
20
0
110 Manjalling
Dannuang P.Loang 47
Bijawang Balong

L
P

Gambar 12. Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin


2) HIV/AIDS dan penyakit menular melalui hubungan seksual (PMS)
WHO pada tahun 2000 merekomendasikan surveilans
generasi kedua untuk HIV. Prevalensi IMS merupakan salah satu
indicator biologis yang penting dalam system surveilans generasi
kedua tersebut. Selain mempermudah penularan HIV, IMS juga
menunjukkan adanya perilaku seksual yang berikisiko. Prevalensi
IMS yang tinggi pada suattu populasi di suatu tempat merupakan
pertanda awal akan resiko penyebaran HIV walaupun prevalensi
HIV masih sangat rendah. Di lain pihak peningkatan penggunaan
kondom akan lebih cepat tergambar melalui penurunan prevalensi
IMS daripada penurunan prevalensi HIV. Selain menggambarkan
perubahan perilaku, penurunan prevalensi IMS dapat memberikan
gambaran perluasan cakupan dan peningkatan kualitas program

30

penannggulangan IMS. Oleh karena itu, data prevalensi IMS yang


diamati secara periodic melalui surveilans, berperanan penting
untuk

melihat

kecenderungan

perilaku

seksual,potensi

penyebaran HIV, dan untuk memonitor, mengevaluasi serta


merencanakan upaya penanggulangan IMS/HIV/AIDS.
Berdasarkan data yang ada, tidak terdapat kasus HIV dan
penyakit menular seksual selama tahun 2012 diwilayah kerja
Puskesmas Ujungloe.

3) Penyakit TB Paru
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis),
sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asa pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai basil tahan asam
(BTA) kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant,
tertidur lama selama beberapa tahun.
TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang
penderita TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang
disekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini
telah terinfeksi M. Tuberculosis. Kabar baiknya adalah orang yang
terinfeksi M. tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC.
Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi
infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.
Apabila

seseorang

sudah

terpapar

dengan

bakteri

penyebab tuberculosis akan berakibat buruk seperti menurunkan


daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain
terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan
dapat

menyebabkan

kematian.

Pada

penyakit

tuberculosis

jaringan paling sering diserang adalah paru-paru (95,9%).

31

Berdasarkan data yang ada kasus kejadian TB paru


diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe dalam angka prevalensi
terbanyak pada laki-laki dengan prevalensi 188 orang per 100.000
penduduk terjadi di Kel. Dannuang
Padangloang

(38

per100.000)

dan terendah di desa

dan

desa

Bijawang

(36

per100.000). Incidence rate per 100.000 penduduk pada kasus


baru pada laki-laki sebesar 98,7 dan perempuan sebesar 75,7.
Data terperinci lihat pada lampiran tabel 10.

4
4
3.5

3
2.5

2
1.5

11

11

11

L
P

0.5
0
00 Bijawang
0
0Balong Manjalling
Dannuang P.Loang

Gambar 13. Penyakit TB Paru


4). Penyakit Kusta
Berdasarkan laporan dari P2M bahwa sepanjang tahun
2012 penderita kusta terbanyak di desa Balong,anjalling,seppang
masing masing 1 orang laki-laki. Sedangkan ada perempuan
terdapat di desa Salemba dengan 2 kasus dengan angka
prevalensi per 10.000 penduduk diwilayah keja Puskesmas
Ujungloe sebesar 4,6 pada laki-laki. Sedangkan angka penemuan
kasus baru tercatat sebesar 25,23. Data terperini lihat pada
lampiran tabel 17 dan 19.

32
4
4
3.5
3
2.5

2
1.5

1
0.5
0

M
an
ja
llin
g

Ba
lo
ng

Bi
ja
wa
ng

P.L
oa
ng

D
an
nu
an
g

Gambar 14 . Penyakit Kusta


2. Penyakit Menular yang dapa dicegah dengan imunisasi (PD3I)
1) Tetanus NeonatorumPenyakit tetanus merupakan salah satu
infeksi yang disebabkan leh bakteri clostridium tetani yang
memproduksi toksin tetanspasmin. Gejala tetanus umumnya
diawali dengan kejang otot rahng (dikenal juga dengan trismus
atau kejang mulur) bersamaan dngan timbulnya pembengkakan,
rasa sakit dan kaku di otot leher bahu atau punggung. Neonatal
tetanus umumnya terjadi pada bayi baru lahir yang dilahirkan di
tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar
terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada
bayi dan banyak terjadi di Negara berkembang.
Berdasarkan laporan surveillance di Puskesmas Ujungloe
selama tahun 2012 tidak terjadi kasus tetanus nenatorum.
Kemajuan program imunisasi telah berhasil menurunkan kejadian
kasus neonatorum sampai titik nol.
2) Campak
Campak adalah penyakit menular yang menyerang anak
dibawah 15 tahun, anak usia sekolah atau remaja dan kadang
orang dewasa, dalam kasus ini pada usia 1-9 tahun. Campak
endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk
menjadi epidemic setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak
yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan

33

masyarakat yang lebih kecil, epidemic cenderung terjadi lebih luas


dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan
memiliki imunitas seumur hidup.
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling
stabil pada kelembapan dibawah 40%. Udara yang kering
menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan
penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan
seperti pada musim dingin di daerah utara, dalam kasus ini waktu
kejadian campak antara bulan juni 1986 sampai januari 1987.
Berdasarkan laporan surveillance di Puskesmas Ujungloe
selama tahun 2012 Tidak terdapat kasus campak.
3) Difteri
Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan
menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala
demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat
selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat
menutup jalan napas.
Berdasarkan laporan surveillance di Puskesmas Ujungloe
selama tahun 2012 tidak terjadi kasus difteri. Kemajuan program
imunisasi telah berhasil menurunkan kejadian kasus difteri sampai
titik nol.
4) Pertusis
Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan
Batuk Seratu Hari adalah penyakit infeksi saluran yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Gejalanya khas yaitu
batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah
atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah.
Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi
melengking.

Penularan

umumnya

terjadi

melalui

udara

(batuk/bersin).
Berdasarkan laporan surveillance di Puskesmas Ujungloe
selama tahun 2012 tidak terjadi kasus pertusis. Kemajuan
program imunisasi telah berhasil menurunkan kejadian kasus
pertusis sampai titik nol.

34

5) Hepatitis
Negara dengan tingkat HbsAg> dihimbau oleh WHO untuk
menyertakan Hepatitis B ke dalam program imunisasi nasional.
Target di tahun 2007 adalah Indonesia bebas dari hepatitis B. data
epidemiologi menyatakan sebagian kasus yang terjadi pada ibu
hamil penderita hepatitis B (10 %) akan menjurus kepada kronis
dan dari kasus yang kronis ini 20%-nya menjadi hepatoma. Dan
kemungkinan akan kronisitas akan lebih banyak terjadi pada anakanak balita oleh karena respon imun pada mereka belum
sepenuhnya berkembang sempurna.
Imunisasi hepatitis B ini diberikan sebanyak 3 dosis
masing-masing dosisnya 0,5 ml/1 buah HB PID, pemberian
suntikkan secara intras muskuler, sebaiknya pada anterolateral
paha. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari setelah bayi
lahir dan dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1
bulan). Bayi dengan infeksi berat yang disertai kejang tidak
dibenarkan untuk mendapatkan imunisasi ini.
Berdasarkan laporan surveillance di Puskesmas Ujungloe
selama tahun 2012 tidak terjadi kasus Hepatitis B.
3. Penyakit Bersumber binatang
1) Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sporozoa dari genus plasmodium dengan gambaran penyakit
berupa demam yang sering, periodic, anemia, perbesaran limpa,
dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada
beberapa organ, misalnya otak, hati dan ginjal. Malaria adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
plasmodium yang dapat dengan mudah dikenali dari gejala
meriang

(panas,

dingin

dan

menggigil)

serta

demam

berkepanjangan. Penyakit ini menyerang manusia dan juga sering


ditemukan pada hewan berupa burung, kera, dan primate lainnya
(achmadi, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kejadian malaria
di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe bukan termasuk daerah
yang

endemis

terhadap

malaria.

Kejadian

kasus

malaria

35

sepanjang tahun 2012 tidak terjadi kasus malaria. Data terperinci


lihat pada lampiran tabel 24.
2) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan
salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung
meningkat

jumlah

penderita

dan

semakin

luas

daerah

penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan


kepadatan penduduk. Penyakit DBD disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti maupun
aedes albopictus. Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan
penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah,
sedangkan aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang
kontak dengan manusia (Depkes RI, 1992 a).
Data menunjukkan kejadian DBD diwilayah Puskesmas
Ujungloe tahun 2012 ada 13

kasus DBD. Data terperinci lihat

pada lampiran tabel 23.


3) Penyakit Filariasis
Penyakit

kaki

gajah

(filariasis)

merupakan

masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan.


Penyakit menular ini disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk. Penyakit ini dapat mengakibatkan
menurunnya produktivitas kerja sehingga dapat menimbulkan
kerugian ekonomi, disamping itu juga menyebabkan kecacatan,
stigma sosial, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang ada, tidak terdapat penyakit
filariasis selama tahun 2012 diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe.
4. Penyakit Tidak Menular Yang Diamati
Data penyakit tidak menular (PTM) yang disajikan meliputi
penyakit hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes
mellitus, kanker payudara, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
asthma, Oesteoporosis, gagal ginjal kronik, kecelakaan lalu lintas
darat, tumor kulit. Prevalensi PTM adalah gabungan kasus PTM yang
pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan kasus yang mempunyai
riwayat gejala PTM.

36

Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, telah


banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat termasuk dalam pola komsumsi makanan keluarga.
Perubahan tersebut tanpa disadari telah member pengaruh terhadap
terjjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya
kasus-kasus penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, tumor,
diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Masalah kesehatan
telah mengalami perubahan pola penyakit dimana kasus-kasus
penyakit yang tidak menular justru mengalami peningkatan. Khusus
diwilayah kerja puskesmas penyaki tidak menular seperti hipertensi
selalu masuk dalam 10 penyakit terbanyak. Pada tahun 2012 ini
kasus yang diamati proporsi terbesar penyakit tidak menular adalah
hipertensi (64,37%) kemudian Diabetes Melitus (16,34 %) Kecelakaan
lalu lintas (16,18%) ,Asthma (3,11).
Tabel 2. Proporsi Penyakit Tidak Menular rawat jalan dan rawat
inap terbanyak tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe
N
Nama Penyakit
o
1
Hipertensi
2
Penyakit Jantung koroner
3
Stroke
4
Diabetes Melitus
5
Kanker Payudara
6
PPOK
7
Asthma
8
Oesteoporosis
9
Gagal Ginjal
10 Kecelakaan lalu lintas
11 Tumor kulit
Sumber : Surveilans PTM.

Jumlah

2833
0
0
719
0
0
137
0
0
712
0

64,37
16,34
3,11
16,18

Tabel 2 menunjukkan angka kunjungan penyakit tidak menular


tahun 2012 kunjungan rawat jalan dan rawat inap di wilayah kerja
Puskesmas Ujungloe terdapat 4 penyakit tidak menular yaitu
hipertensi, asthma,DM dan kecelakaan lalu lintas. Proporsi tertinggi
berada pada penyakit hipertensi dan terendah penyakit kecelakaan
lalu lintas.
C. STATUS GIZI

37

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat interaksi antara asupan
energy dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan
kesehatan tubuh. Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan zat gizi
dengan kebutuhan tubuh, yang diwujudkan dalam bentuk variable tertentu.
Ketidakseimbangan (kelebihan atau kekurangan) antara zat gizi dengan
kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan gizi digolongkan menjadi 2
yaitu overnutrition (kelebihan gizi) dan under nutrition (kekurangan gizi).
Overnutrition adalah suatu keadaan tubuh akibat mengkomsumsi zat-zat gizi
tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam waktu yang relative lama.
Undernutrition adalah keadaan tubuh yang disebabkan oleh asupan zat gizi
sehari-hari yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
(Gibson, 2005).
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (kurang dari .500 gram) merupakan
salah satu factor utama yang berpengaruh terhadap kematian
prenatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR
karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau
BBLR karena intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Negara
berkembang, banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi
buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual
(PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Grafik berikut ini menunjukkan keadaan gizi dengan berat badan
lahir rendah dengan persentase tertinggi didesa Garanta dan 6 desa
lainnya tidak terdapat BBLR. Data terperinci lihat pada lampiran tabel
26.

38
2
2
1.8
1.6
1.4
1.2

1
0.8

0.6

0.4
0.2
0
0
00P.Loang
00 0Bijawang
0 0
00Balong
00 Manjalling
0 00
Dannuang

Gambar 15 . Bayi baru lahir rendah menurut jenis kelamin


2.

Status Gizi Balita


Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari
tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggu dan tebal
lemak bawah kulit (supariasa, 2001). Sejak tahun 1992 untuk
mengukur keadaan gizi anak balita digunakan standar WHO-NCHS
untuk index berat badan menurut umur. Namun dari beberapa
studi/survey yang melakukan pengukuran berat badan dan tinggi
badan (BB/TB), pada umumnya, pengukuran BB/TB menunjukkan
keadaan gizi kurang yang lebih jelas, dan sensitive/peka.
Berdasarkan data yang ada di wilayah Puskesmas Ujungloe
memang terdapat kasus gizi buruk yaitu di kelurahan P.Loang, dan
Garanta namun tidak menunjukkan angka kejadian kasus yang
signifikasn. Data terperinci lihat pada lampiran tabel 27

39
1

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
L

0.3
0.2

0.1
0
00
00
0
Dannuang
P.Loang

0
0
00
00Balong
00 Manjalling
0
00
Bijawang

Gambar 16. Status gizi Balita menurut jenis kelamin.


Sedangkan keadaan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Ujungloe keadaan gizi yang cukup variatif. Status gizi di bagi kedalam
empat kategori yaitu gizi buruk,gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih.
Untuk kategori gizi buruk di wilayah kerja puskesmas Ujungloe
terdapat kasus sebanyak 2 orang, gizi kurang terbanyak di desa
Padangloang,Garanta dan terendah di 5 desa, gizi baik tertinggi di
Balong (99,2%),desa Seppang (98,4 %)dan terendah di Lonrong(97,2
%), dan gizi lebih terdapat di Lonrong (0,9%) dan Didesa Garanta
(0,7%). Melihat kejadiannya Dannuang

memiliki masalah ganda

mengingat dengan kejadian gizi buruk belum terselesaikan kemudian


menghadapi masalah gizi lebih. Data terperinci lihat pada lampiran
tabel 27.

40

Manjalling

208

Garanta

268

Balong

Lonrong

Bijawang

246
106
212

Seppang

P.Loang

Salemba

300
215

Gizi Baik
Gizi Kurang

225

Dannuang

322
50 100 150 200 250 300 350

Gambar 17 . Status Gizi Balita

Gizi Lebih

Gizi Buruk

41

BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Dalam

rangka

mencapai

tujuan

pembangunan

kesehatan

untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya


pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya
kesehatan khususnya untuk tahun 2012.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
1) Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan
kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil serta
kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang
ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil
pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil
merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan
kunjungan

pertama

ke

fasilitas

pelayanan

kesehatan

untuk

mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah


gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu
hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.
Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil. Gambaran persentase cakupan
pelayanan K1 menurut desa/kelurahan tahun 2012 tercatat sebesar
100% di desa P.Loang,Lonrong,Garanta dan Manjalling dan terendah
di desa Bijawang sebesar 81,0% dan K4 tertinggi di desa Padang
Loang (100%) dan terendah di desa Bijawang (32,8%). data
terperinci lihat pada lampiran tabel 28.

42

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

167

182
180

141
89

81
56

104 108

84
75
53

39
28

110

Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

47

27
23

Gambar 18 . Cakupan Kunjungan Ibu Hamil


2) Pertolongan

Persalinan

oleh

Tenaga

Kesehatan

dengan

Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir
sebagian besar terjadi pada masa sekitar persalinan. Hal ini antara
lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan (profesional).
Sementara itu, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe
tercatat sebesar 99,0%, bila dibandingkan dengan target SPM
Bidang Kesehatan tahun 2012 (86%) maka Puskesmas Ujungloe
berada diatas target. Sedangkan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012 menurut desa/kelurahan
dengan

persentase

tertinggi

Dannuang,Padangloang,Seppang,

Balong

di
dan

Kelurahan
desa

Manjalling

(100%) dan terendah di desa Lonrong yang baru mencapai 95,7%


data terperinci lihat pada lampiran tabel 28.

43
100.00

100.00
100.00

100.00

100.00

100.00
99.00

98.00

97.50

98.00

97.10

97.00
95.65

96.00
95.00
94.00
93.00
Dannuang P.Loang

Bijawang

Balong

Manjalling

Gambar 19 . Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan


3) Deteksi

Resiko,

Rujukan

Kasus

Risti

dan

Penanganan

Komplikasi
Kesehatan neonatal dan maternal. Tingginya kematian anak
pada usia hingga satu tahun, menunjukkan masih rendahnya status
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak; serta perilaku ibu hamil dan
keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat.
Berdasarkan data yang ada, pemeriksaan kehamilan diwilayah
kerja Puskesmas Ujungloe secara garis besar sudah bagus, hal ini
ditunjukkan dengan presentase pemeriksaan kehamilan oleh tenaga
kesehatan mencapai 100% dan sudah diatas angka rata-rata
nasional (Nasional 93,2%), sedangkan kasus neonatal resti yang
ditangani oleh tenaga kesehatan menurut desa/kelurahan dengan
presentase tertinggi didesa Garanta sebesar 67,6 %,dan terendah
didesa padangloang dan salemba . Data terperinci lihat pada
lampiran tabel 31.

44

140.00

133.93

125.00

117.65

119.05

120.00
100.00

93.33

85.37

80.00

65.22

60.00
40.00

36.36

26.32

20.00
0.00
Dannuang P.Loang

Bijawang

Balong Manjalling

Gambar 20 .Persentase Ibu Hamil yang ditangani oleh tenaga


kesehatan
67.63

70
60
50

51.28

46.30
33.33

40

26.32

30
20

28.99
20.51

13.33

10

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

0.00

Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

Gambar 21.Persentase Neonatal Resti/Komplikasi ditangani


4) Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur
yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya
kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara
lain

dengan

melakukan

pertolongan

persalinan

oleh

tenaga

kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonates (0-28 hari)


minimal 2 kali, satu akli pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi pada
umur 8 28 hari.
Cakupan kunjungan

Neonatus

(KN)

di

wilayah

kerja

Puskesmas Ujungloe pada tahun 2012 sebesar 89,2%. Dan desa

45

lonrong ,manjalling,salemba,seppang dan bijawang sudah memenuhi


standar, yaitu diatas 90 %. Data terperinci lihat pada lampiran tabel
36.
108.70
98.08
97.50
94.74
93.85
88.41

120.00
100.00 87.50

94.00

80.00
60.00
KN 1

40.00

KN 3

20.00
0.00
86.11
92.00
97.78
77.7893.42
92.50
100.00
80.0088.41
94.23
Dannuang
P.Loang
Bijawang
Balong
Manjalling

Gambar 22. Cakupan Kunjungan Neonatus menurut jenis kelamin


5) Kunjungan bayi
Berdasarkan data dan laporan dari program KIA diwilayah kerja
Puskesmas Ujungloe menunjukkan bahwa cakupan kunjungan bayi
menurut jenis kelamin di semua desa di wilayah kerja Puskesmas
Ujungloe sudah maksimal bahkan sudah mencapai 100%. Data
terperinci lihat pada lampiran tabel 37.
140.00

132.26

135.00

125.81

112.50
110.71
105.56
100.00
95.24
93.3390.00

120.00
100.00
80.00
60.00

40.00

20.00
0.00
M
an
ja
llin
g

Ba
lo
ng

Bi
ja
wa
ng

71.4361.3663.3375.0077.1485.3790.32

P.L
oa
ng

D
an
nu
an
g

91.49

Gambar 23. Cakupan kunjungan Bayi menurut jenis kelamin


Grafik berikut ini memberikan informasi tentang persentase bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif. Data yang ada dan laporan dari

46

program KIA diwilayah kerja puskesmas Ujungloe menunjukkan


bahwa cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin
di semua desa diwilayah kerja puskesmas Ujungloe sudah maksimal
bahkan mencapai 100%.
Data terperinci lihat pada lampiran tabel 41.
156
160.00
140.00
97

60.00
40.00

107

95

100.00

140

139

119

120.00
80.00

150

140

65.91
57.14
48.39
42.55
33.33

L
P

20.00
0.00
Dannuang P.Loang

68.5768.29
64.52
Bijawang66.67
Balong
Manjalling

Gambar 24. Jumlah Bayi yang diberi Asi Eksklusif menurut jenis
Kelamin.
Grafik berikut ini mmberikan informasi tentang persentase bayi
yang mendapatkan makanan pendamping ASI dari keluarga miskin.
Data yang ada dan laporan dari program KIA diwilayah kerja
Puskesmas Ujungloe dari keluarga miskin dengan persentase
tertinggi di 5 desa pada laki-laki dan pada perempuan sedangkan
persentase terendah di desa Bijawang 33,33%. data terperinci lihat
pada lampiran tabel 42.
Manjalling

50.00
50.00

Garanta

50.00

0.00
Balong

50.00

0.00
Lonrong

50.00

Bijawang

50.00
50.00

50.00
Seppang

50.00

50.00

P.Loang
Salemba
Dannuang

33.33

66.67

50.00

66.67

50.00

66.67

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

Gambar 25. Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia


6-23 Bulan keluarga Miskin.

47

6) Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan


Remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan
pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan
pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah
dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih
lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil.
Cakupan deteksi tumbuh kembang anak prasekolah,
pemeriksaan

siswa

sekolah

dasar/sederajat,

dan

pelayanan

kesehatan remaja di wilayah kerja puskesmas Ujungloe pada tahun


2012 dapat dilihat pada grafik dibwah ini dengan cakupan
penjaringan kesehatan siswa SD sebesar 100% dan data terinci pada
lampiran 100
tabel 46
47. 100 100 100 100 100 100
100dan100
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

L
P

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
t
M
an a
ja
llin
g

100 100 100 100 100 100 100 100 100

Gambar 26. Cakupan penjaringan anak sekolah


7) Pelayanan Keluarga Berencana
Masa subur wanita memiliki peranan bagi terjadinya kehamilan
sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut
hasil penelitian usia subur seorang wanita rata-rata 15-49 tahun
walaupun sebagian wanita mengalami menarche (haid pertama)
pada usia 9-10 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, pasangan usia subur ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Adapun persentase tertinggi alat/cara KB yang dipakai peserta
KB aktif adalah suntikan (54,2%) kemudian pil (35,4%) ,Implan (0,3
%) dan Kondom (0,0 %) menurut data dari KIA metode kontrasepsi

48

yang paling banyak digunakan pasangan usia subur (PUS) pada


peserta KB baru pada tahun 2012 adalah suntikan (63,1%).
Sedangkan peserta KB aktif menurut desa/kelurahan dengan
persentase tertinggi di desa Bijawang. data terperinci lihat lampiran
tabel 33.
60.00

56.5057.66
56.37
56.00
51.52
50.79
50.74
50.18

56.73

50.00
40.00
30.00
20.00
10.00

42.11
34.7736.00

37.93
35.3536.3434.01
33.59

28.65

IUD
MOW
IMPLAN

12.8913.26
10.0411.33
8.16
8.00 7.11

14.48

SUNTIKAN
PIL

6.01

0.86 1.43

0.00
0.00 0.00
0.00 0.00Balong
0.00 0.00
0.00
Dannuang P.Loang
Bijawang
Manjalling

Gambar 27. Jumlah KB Aktif


8) Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3
kali), polio (4 kali), hepatitis-B (3 kali) dan imunisasi campak (1 kali)
yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Cakupan imunisasi dasar pada bayi
(cakupan imunisasi campak) secara nasional di tahun 2003 sebesar
89,2%. Sedangkan untuk Sulsel tercatat sebesar 89,63% pada tahun
2006, pada tahun 2007 91,08% dan pada tahun 2008 meningkat
menjadi 97,79% dengan cakupan tertinggi yaitu Kab Luwu Timur dan
yang terendah di Kab. Selayar. Untuk wilayah kerja Puskesmas
Ujungloe cakupan imunisasi BCG dan polio masing-masing sebesar
95,87% dan 92,2%. Sedangkan imunisasi DPT, HB, dan campak
masing-masing sebesar 90,7%.
Beberapa pelayanan imunisasi yang diberikan untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis, tetanus, tuberculosis, poliomyelitis, hepatitis
B dan campak antara lain:
a) Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit tuberculosis yang
diberikan pada umur 0-11 bulan. Frekuensinya hanya satu

49

kali dengan suntikan pada lengan kanan atas luar


(intrakutan)
b) Imunisasi DPT untuk

mencegah penyakit difteri, pertusis

dan tetanus yang diberikan pada umur 2 -11 bulan.


Frekuensinya diberikan sebanyak 3 kali dengan selang
waktu 4 minggu disuntikkan pada paha tengah luar
(intramuscular)
c) Imunisasi polio
poliomyelitis

diberikan

yang

untuk

diberikan

pada

mencegah
umur

penyakit

0-11 bulan

sebanyak 4 kali, selang waktu 4 minggu dengan cara


meneteskan ke mulut bayi
d) Imunisasi HB diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis
B yang diberikan hanya satu kali pada umur 0-7 bulan
dengan

cara

menyuntikkan

pada

paha

tengah

luar

(intramuscular)
e) Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak yang
diberikan hanya satu kali pada umur 9 11 bulan dengan
cara menyuntikkan pada lengan kiri atas (subkutan)
Grafik berikut ini menunjukkan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil
terdapat Dua desa yang mencapai 100% yaitu desa Lonrong dan

50

Padangloang

data

terperinci

lihat

lampiran

tabel

29.

120.00
100.00
100.00
100.00
100.00
97.8397.01
96.72
92.39
100.00
100.00 88.64
100.00 90.1694.9494.64
92.05
89.55
81.03
80.00
68.97
TT-1

60.00

TT-2
40.00
20.00
0.00
Dannuang P.Loang Bijawang Balong Manjalling

Gambar. 28. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil


Cakupan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe sudah
mencapai maksimal yaitu di beberapa daerah seperti desa
Salemba,P.Loang,Bijawang,Lonrong,Garanta

dan

Manjalling

sedangkan menurut jenis kelamin persentase laki-laki diwilayah Desa


Dannuang,Salemba,P.Loang,
Bijawang,Lonrong,Balong,Garanta,Manjalling
pada lampiran tabel 40.

data terperinci lihat

51

112.0

111.1

110.0

108.3 108.7

108.0
106.5
104.8

106.0
104.0

103.6

102.0100.0
100.0
100.0

105.7

105.0
103.3

100.0
BCG
L
100.0

104.9

100.0
BCG 100.0
P
Linear (BCG P)100.0
100.0

98.0
96.0
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

Ba
lo
ng

Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

P.L
oa
ng

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba

94.0

Gambar 29. Cakupan Imunisasi BCG Pada Bayi menurut jenis


kelamin
Cakupan imunisasi polio di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe sudah
mencapai maksimal yaitu dibeberapa daerah seperti Padang Loang
100%

sedangkan

menurut

jenis

kelamin persentase

laki-laki

diwilayah P.Loang,Lonrong,Balong data terperinci lihat pada lampiran


tabel 40
102.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
97.56
97.14
98.00
96.7796.7796.43
95.74
96.00
95.45
95.24

100.00

94.00

93.33

100.00

96.77

92.86

92.00

Polio3 L
Polio3 P

90.00
88.00
Dannuang P.Loang Bijawang Balong Manjalling

Gambar 30. Cakupan Imunisasi Polio pada bayi menurut jenis


Kelamin

52

Cakupan imunisasi DPT HB di wilayah kerja puskesmas Ujungloe


sudah mencapai maksimal yaitu dibeberapa daerah seperti desa
P.Loang,Bijawang,Lonrong,dan Dannuang sedangkan menurut jenis
kelamin

persentase

laki-laki

diwilayah

P.Loang,Dannuang,Salemba,Bijawang,Lonrong dan manjalling data


terperinci lihat pada lampiran tabel 39
300
255

250
200
150
116.67
106.67113 104102.44
106 97.73
105100.00
103106.45
100.00
97.14 100
97 105
100

DPT L
DPT P

50
0
Dannuang P.Loang Bijawang

0.00
Balong Manjalling

Gambar 3. Cakupan DPT HB 1 menurut Jenis Kelamin


Cakupan imunisasi DPT HB3 di wilayah kerja Puskesmas Ujungloe
sudah mencapai maksimal yaitu dibeberapa daerah seperti Desa
Bijawang,Lonrong,P.Loang

sedangkan

menurut

jenis

kelamin

persentase laki-laki diwilayah Salemba,dan Lonrong data terperinci


lihat pada lampiran tabel 40.
110.00

108.33

105.00
100.00
97.87
96.77
95.0095.24

100.00
100.00

100.00
100.00
100.00
100.00 97.56
97.14

95.45
93.33
92.86

92.86

100.00
DPT 3 L
93.55

90.00
85.00
Dannuang P.Loang Bijawang Balong Manjalling

DPT 3 P

53

Gambar 31: Cakupan DPT HB 3 menurut jenis kelamin


Cakupan imunisasi Campak di wilayah kerja puskesmas
Ujungloe sudah mencapai maksimal yaitu dibeberapa daerah seperti
padangloang ,lonrong dan manjalling sedangkan menurut jenis
kelamin persentase perempuan diwilayah Salemba data terperinci
lihat pada lampiran tabel 40.
100.00

100.00
100.00

100.00

Campak L
Campak P

M
an
ja
llin
g

Ba
lo
ng

Bi
ja
wa
ng

P.L
oa
ng

D
an
nu
an
g

100.00
97.56
97.14
96.77
96.67
96.43
98.00
95.24
96.00
93.55
94.00
91.67
90.91
92.00
90.00
88.00
86.00
84.00
95.74 100.00
90.00
95.65
96.43

Gambar 32 : Cakupan Campak menurut jenis kelamin


9) Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut
Secara nasional cakupan pelayanan kesehatan prausila dan
usila pada tahun 2003 sebesar 25,34%, sedangkan untuk Sulawesi
Selatan cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila pada tahun
yang sama tercatat baru 4,48% dan untuk tahun 2004 meningkat
menjadi 23,81% sementara untuk tahun 2005 meningkat lagi menjadi
29,78% tahun 2006 meningkat menjadi 37,03% tahun 2007
meningkat menjadi 45,75%, dan tahun 2008 menurun menjadi
21,63%.
Cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila di wilayah
kerja puskesmas Ujungloe pada tahun 2012 dapat dilihat dan data
terperinci pada lampiran tabel 48.

54

64.52
61.45
59.65

70.00
52.5654.76

60.00
50.00
40.00

41.75
36.79

46.34
36.36

56.41
52.83
48.48

35.29

30.00
L

20.00

10.00
42.6244.25

M
an
ja
llin
g

Ba
lo
ng

Bi
ja
wa
ng

50.0051.4753.95
P.L
oa
ng

D
an
nu
an
g

0.00

Gambar 33 : Cakupan Pelayanan Pra Usila dan Usila menurut jenis


kelamin
B. PELAYANAN RUJUKAN
1. Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat Miskin
Upaya nyata penurunan kematian anak pada masa krisis telah
dilakukan melalui Jaring Pengaman Sosial dan Program Kompensasi
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak, yaitu dengan memberikan
akses pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin meliputi
pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kebidanan dasar, pelayanan
perbaikan

gizi,

revitalisasi

pos

pelayanan

terpadu

(posyandu),

pemerantasan penyakit menular , dan revitalisasi kewaspadaan pangan


dan gizi. Dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 40 tahun 2004
tentang system Jaminan Sosial nasional, maka upaya peningkatan akses
penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan dilanjutkan dan lebih
ditingkatkan melalui upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin
dengan Kartu Jamkesamas dan Jampersal yang preminya dibayar oleh
pemerintah. Dengnan system ini, sekitar 36.1 juta penduduk miskin
dapat memanfaatkan pelayanan di puskesmas dan jaringannya seperti
puskesmas pembantu dan bidan di desa, serta pelayanan di kelas III
rumah sakit secara gratis.
Data wilayah kerja Puskesmas Ujungloe menunjukkan bahwa
cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin tahun 2012
mencakup satu desa sangat tinggi seperti yang digambarkan pada grafik
berikut ini menurut jenis kelamin persentase laki-laki mencapai pada 100

55

% dan perempuan sebesar 100 % terdapat dikelurahan dannuang. Data


terperinci lihat pada lampiran tabel 56.
160.00 141.92

150.00

140.00
120.00 103.47

93.43

100.00
69.95

80.00
60.00
40.00

34.03

31.90
28.2525.00

62.13
37.92
23.11

L
P

20.00
0.00
19.10
52.33

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
t
M
an a
ja
llin
g

24.45 0.00
0.00 27.45

Gambar 34 : Cakupan pelayanan masyarakat miskin menurut


jenis kelamin diwilayah kerja puskesmas ujung loe.
C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian


Luar Biasa
Upaya penyelidikan epidemiologi dan penaggulangan Kejadian
Luar Biasa (KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasuskasus penyakit berpotensi KLB/wabah yang terjadi pada masyarakat.
Upaya penanggulangan yang dilakukan dimaksudkan untuk mencegah
penyebaran lebih luas dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Epidemic, wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman
yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di
suatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi/wabah/KLB dapat
mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban
jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesiadan
sampai sekarang masih terus diwaspadai antara lain demam berdarah,
malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah
penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga
kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian local dalam waktu
singkat biasa terjadi bencana nasional yang banyak menimbulkan korban
jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola

56

hidup masyarakat yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat


memicu terjadinya bencana ini.
Pada tahun 2012 tidak ada daerah yang terkena KLB diwilayah
kerja Puskesmas Ujungloe

3. Pemberantasan Penyakit Polio


Poliomyelitis atau polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke system
saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang keumpuhan. Polio
menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui
mulut

ketika

seseorang

memakan

makanan

atau

minuman

yang

terkontaminasi fases. Polio menyerang tanp mengenal usia, lima puluh persen
kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun.
Berdasarkan data yang ada, tidak terdapat kasus polio selama tahun
2012 diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe.

4. Pemberantasan TB Paru
Pengendalian atau penanggulangan TB yang terbaik adalah mencegah
agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan TB Pada dasarnya
adalah :
1) Mencegah penularan kuman dari penderita infeksi
2) Menghilangkan atau mengurangi faktor resiko yang menyebabkan
terjadinya penularan. Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan
dengan berbagai cara, yang utama adalah memberikan obat anti TB yang
benar dan cukup, serta dipakai dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan
obat.
Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan
faktor resiko, yakni pada dasarnya adalah mengupayakan kesehatan perilaku
atau lingkungan, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh
cahaya matahari, mengurangi keadaan anggota keluarga, mengatur kepadatan
penduduk,

mengjindari

meludah

sembarangan,

batuk

sembarangan,

57

mengkomsumsi makana yang bergizi yang baik dan seimbang. Dengan


demikian salah satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhann.
Penyuluhan TB dilakukan berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku
masyarakat tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TB (Amin. 1989 Reviono
2008).
Berdasarkan data yang ada, terdapat kasus TB selama tahun 2012
wilayah kerja Puskesma Ujungloe namun telah terjadi penurunan khusus dari
tahun sebelumnya. Keberhasilan pengobatan (DOST) imunisasi merupakan
salah satu indicator penting dalam pemberantasan TB.

58

Data menunjukan angka kesuksesan (Succee rate /SR) pengobatan khusus


TB Diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe tahun 2012 terdapat Empat daerah
yang

terdapat

penderita

masing-masing

Dannuang

,salemba,PadangLoang,Seppang, Balong,Lonrong,Garanta dan Manjalling


mencapai 100% data terperinci lihat tabel 12. 5. Penanggulangan Penyakit
HIV / AIDS dan PMS
Padatnya

penduduk

dan

kemiskinan

didaerah

perkotaan

serta

kebutuhan ekonomi yang makin meningkat kebanyakan banyak perempuan


turut mencari nafka terutama menjadi pekerja seks komersial karena tidak
membutuhkan keterampilan dan uangnya mudah diperoleh. Perilaku seks
bebas seperti ini jika tidak diimbangi dengan pemahaman tentang bahaya
penyakit sebagai akibat dari perilaku berisiko ini akan menimbulkan mudahnya
tertular penyakit berbahaya. Salah satunya adalah infeksi HIV/AIDS yang
sampai

saat

ini

makin

kompleks

dan

berada

pada

situasi

yang

menghawatirkan karena jumlahnya meningkat terus khususnya di daerah


perkotaan. Peningkatan yang menghawatirkan ini terutama jika dibandingkan
dengan jumlah pasien dengan penyakit tropis maupun penyakit kronis atau
terminal lainnya.
Berdasarkan data yang ada, tidak terdapat kasus HIV dan penyakit
menular seksual selama tahun 2012 diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe.

6. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Upaya pemberantasan DBD terdiri dari tiga hal yaitu 1) Penigkatan
kegiatan surveillance penyakit dan surveilans vector, 2) diagnosis dini dan
pengobatan dini 3). Peningkatan upaya pemberantasan vector penular
penyakit DBD dan upaya pemberantasan dititkberatkan pada penggerakan
potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang
nyamuk (gerakan 3 M), juru pemantauan jentik (jumantik) untuk memantau
angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya
di rumah tangga. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
penyakit menular yang sampai saait ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan menimbulkan
kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat
menyebabkan kematian. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan

59

oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus yang hidup digenangan air
bersih sekitar rumah. Di Indonesia saat ini dikenal 4 serotipe virus dengue
yaitu Den-1, Den -2, Den -3, Den-4. Dari 4 serotipe tersebut yang paling
banyak bersikulasi adalah serotype Den-3. Kasus umunya mulai meningat
pada saat musim hujan yaitu antara bulan oktober-Mei.
Diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe terdapat 13 penderita DBD

7. Pemberantasan Penyakit Malaria


Tujuan utama pada tahap pemberantasan adalah mengurangi tingkat
penularan malaria disatu wilayah minimal kabupaten/kota, sehingga pada
akhir tahap tersebut tercapai SPR <5%. Sasaran intervensi kegiatan dalam
tahap pemberantasan adalah seluruh lokasi endemis malaria (masih terjadi
penularan) di wilayah yang akan dieliminasi. Penyakit malaria dan penyakit
demam berdarah (dengue haemorhagic fever = DHF) merupakan penyakit
endemic di Indonesia. Kedua penyakit ini ditularkan oleh nyamuk. Sebagai
vector penularan mempunyai peran yang sangat penting terhadap terjadinya
epidemic penyakit-penyakit ini. Berkaitan dengan penyebaran penyakit
malaria dan demam dengue kita seringkali melupakan akar masalah mengapa
penyakit tersebut bisa tersebar dan malah menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) yang menelan korban jiwa. Saat ini diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe
tahun 2012 tidak terdapat kasus malaria.

8. Pemberantasan Penyakit Kusta


Pemberantasan

penyakit

kustas

dapat

dilakukan

dengan

cara

penemuan penderita melalui berbagai survey anak sekolah, survey kontak


dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan
dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta. Pada penderita
kusta yang ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas
rifanpicin, lampren dan DDS yang diberikan dalam kurun waktu tertentu.
Hasil pengumpulan data bidang P2M di laporkan bahwa jumlah
penderita kusta pada tahun 2012 sebanyak 7 orang dengan prevalensi kusta
per 10.000 penduduk tercatat sebesar 2,2. Jumlah dan persentase penderita
kusta telah ditangani dengan pengobatan yang rutin.

60

Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin


diwilayah kerja Puskesmas Ujungloe ada di desa/kelurahan Dannuang dan
padangloang dengan persentase 100%. Data terperinci lihat pada lampiran
tabel 20.

9. Pemberantasan Penyakit Filariasis


Filariasis ialah penyakit menular yang disebabkan karena infeksi cacing
filarial. Yang hidup di saluran dan kelenjer getah bening serta menyebabkan
gejala klinis dan akan berkembang menjadi kronis. Gejala klinis seperti
deman, limfadenitas, limfangitis desendes, abses funikulitis, epididimitis da
orkitis. Gejala akut berupa demam yang biasanya muncul jika penderita
bekerja berat dan kelelahan. Gejala kronis seperti sikatrik, hidrokel testis dan
elefantiasi yang sifatnya menetap. Filariasis ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk sebagai vector perantara. Walaupun penyakit ini tidak nyamuk
sebagai vector perantara. Walaupun penyakit ini tidak mengakibatkan
kematian, namun pada stadium lanjut dapat menyebabkan cacat fisik
permanen dan mempunyai dampak sosial ekonomi besar, khususnya
penduduk dengan sosial ekonomi rendah yang tinggal di Negara-negara
berkembang di daerah tropis maupun subtropics (Soeyoko, 2002). Sampai
saat ini di Indonesia telah ditemukan tiga spesies

cacing filarial yang

menginfeksi manusia, yaitu wuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia


timori.
Berdasarkan data surveillance Puskesmas Ujungloe kasus filariasis
sepanjang tahun 2012 tidak terdapat kasus diwilayah kerja Puskesmas
Ujungloe.

D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR


Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan
sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya
peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan
lingkungan pada institusi, surveillance vector dan pengawasan tempat-tempat
umum (TTU).

61

1. Grafik Kesehatan Lingkungan


Grafik berikut ini menjelaskan beberapa sarana dan fasilitas umum
yang dibina kesehatan lingkungannya seperti kantor terdapat 6 desa yang
mencapai angka maksimal (100%) dan ada 2 desa yang hanya mencapai
50%. Intitusi pendidikan yang dibina kesehatan lingkungannya dengan
persentase tertinggi di desa salemba,padangloang,bijawang,balong,dan
manjalling (100%) dan terendah di desa dannuang yang hanya 66,7% .
sedangkan sarana yang dibina semua desa mencapai angka maksimal
(80%). Data
lihat
pada
tabel
100 terperinci
100 100
100
100
100
100
100
100
100lampiran
100
100
100100
100
100
10068.
100
100
100
100
90
80
70

75
67

60

50

50

40

40
30

75
67

50

50

50

40
33
20

20

20

25

S .YANKES
S . PENDIDIKAN
S .IBADAH

20

KANTOR

10
0
Dannuang0 P.Loang

Bijawang

Balong Manjalling

Gambar .36 Cakupan institusi yang dibina diwlayah kerja puskesmas U.Loe
2. Surveilens Vektor
Keberadaan jentik aedes aegypti di suatu daerah merupakan indikator
terdapatnya populasi vector seperti nyamuk aedes aegypti di daerah
tersebut. Penanggulangan penyakit DBD dan malaria mengalami masalah
yang cukup kompleks, karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. Tetapi
cara paling baik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan pemberantasan
jentik nyamuk penularnya atau dikenal dengan istilah pemberantasan sarang
nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) (Depks RI, 1996).
Pada tahun 2012 survey yang dilakukan menempatkan Desa Balong
(98,11%) dengan persentase terendah di Desa Dannaung (65,39%). Seperti
terlihat pada grafik berikut ini. Data terperinci lihat pada lampiran tabel 63.

62

97.20

91.90 94.61 90.57

98.11
85.04

90.28
78.11

65.39

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g
Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

Gambar .37 : Cakupan rumah bebas jentik


3. Pengawasan tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan
(TUPM)
Menurut hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui program selama
tahun 2012, tercatat bahwa dari 7 TUPM/TTU yang diperiksa 1 terdapat
TUPM/TTU yang memenuhi syarat (100%). Desa/kelurahan dengan
persentase tertinggi TUPM sehat adalah di Salemba (100%) dan TUPM sehat
terendah terdapat di 6 desa yaitu Dannuang,Seppang,dan Garanta . Dan
jumlah dan persentase TUPM sehat menurut desa se wilayah kerja
Puskesmas Ujungloe tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran tabel 67.

Dannuang
33.33
66.67

Salemba
P.Loang
Seppang
Bijawang

100.00

Lonrong
Balong
Garanta
Manjalling

Gambar 38 : Cakupan TTU dan TPM

63

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk
menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalah
gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori
protein, kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat
kekurangan yodium dan anemia gizi besi.
1. Pemantauan pertumbuhan balita
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk
mengetahui adanya hambatan pertumbuhan (growth faltering) secara dini.
Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan
sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat
seperti posyandu, polindes, puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan
yang lain.
Keadaan gizi diwilayah Puskesmas Ujungloe terus dipantau secara
berkala seperti terlihat pada grafik berikut ini menunjukkan bahwa persentase
balita ditimbang menurut jenis kelamin, desa/kelurahan, dan puskesmas
pada laki-laki dengan persentase tertinggi di Lonrong (93,3%) dan terendah
di Garanta (69,5%). Sedangkan pada perempuan persentase tertinggi di
Lonrong (93,1%) dan terendah di Garanta (69,3). Data terperinci lihat pada
lampiran tabel 44.
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

93.33
73.10

76.52

81.55
71.17

75.45

74.22

69.54 72.32

L
P

Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

72.76 75.81 80.95 71.32 74.30 93.06 73.91 69.26 72.38

Gambar.39 : Cakupan pamantauan pertumbuhan balita menurut jenis


kelamin

2. Pemberian Kapsul Vitamin A

64

Pemberian kapsul vitamin A pada balita dan bayi seperti terlihat pada
grafik berikut ini menunjukkan bahwa pada balita cakupan tertinggi di
Dannuang (98,4%) dan terendah di Lonrong (92,31%). Sedangkan pada bayi
cakupan tertinggi di Balong (60,34%) dan terendah di Lonrong (50,0%). Data
terperinci lihat
pada lampiran tabel 32.
98.44

97.3496.6897.2096.89

100.00

92.3194.63

96.4696.25

90.00
80.00
70.00
60.00

60.34
58.70
56.5256.86
55.1355.77
54.0556.00
50.00

50.00
40.00
30.00

Bayi

20.00

Balita

10.00
M
an
ja
llin
g

Ba
lo
ng

Bi
ja
wa
ng

P.L
oa
ng

D
an
nu
an
g

0.00

Gambar 40 :Cakupan Pemberian Vit.A pada Bayi dan Anak Balita


3. Pemberian Tablet Zat Besi
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil seperti terlihat pada grafik berikut ini
menunjukkan bahwa pemberian tablet Fe3 cakupan tertinggi di Seppang
(100%) dan terendah di Bijawang (61,8%). Sedangkan pemberian tablet Fe1
cakupan tertinggi
desa.100.00
Data 100
terperinci
pada100
lampiran
100 disemua
100 100
100
100lihat
100
100 tabel 30.
97.33
96.15
91.30 90.48

84.21

91.07

61.82

FE 1
FE 3
Ba
lo
ng
G
ar
an
ta
M
an
ja
llin
g

89.41

D
an
nu
an
g
Sa
le
m
ba
P.L
oa
ng
Se
pp
an
g
Bi
ja
wa
ng
Lo
nr
on
g

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Gambar 41:Jumlah Ibu Hamil Yang mendapat Tablet Fe 1 Dan FE 3

F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

65

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian


yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya
tersebut dimaksudkan untuk (1)

menjamin ketersediaan, keterjangkauan,

pemerataan obat generic dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2)
mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generic, (3)
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi
klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari
penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan
keamanan. Pada tahun 2012 ketersediaan obat dipuskesmas ujungloe dengan
ditunjukkan persentase tingkat kecukupan obat telah mencapai hampir 6 %. Data
terperinci lihat pada lampiran tabel 69.

66

BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1. Puskesmas dan Pustu
Puskesmas adalah unit

pelaksana teknis dinas kesehatan

Kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap

pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan


upaya

kesehatan

untuk

meningkatkan

kesadaran,

kemauan

dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat


kesehatan yang optimal. Dengan demikian puskesmas berfungsi sebagai
pusat

penggerak

pemberdayaan

pembangunan

keluarga

dan

berwawasan

masyarakat

serta

kesehatan,
pusat

pusat

pelayanan

kesehatan strata pertama.


Puskesmas Ujungloe terletak di sentral administrasi pemerintahan
di kecamatan Ujungloe dan memiliki wilayah kerja delapan desa/ satu
kelurahan dengan Puskesmas pembantu sebanyak 3 masing-masing di
Desa lonrong, desa bijawang dan desa balong.
2. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat yaitu pos pelayanan terpadu (posyandu),
warung obat, desa, pondok persalinan desa (polindes), kelompok
pemakai air, arisan jamban keluarga dan lain-lain. Untuk dapat
menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa,
poskesdes memiliki pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa,
poskesdes memiliki kegiatan :
a. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama
penyakit menular yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) dan factor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu
hamil yang berisiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB serta factor resikonya termask
kurang gizi.

67

c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan


kesehatan.
d. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompotensinya.
e. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkata
n perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan
dan lain-lain. Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki satu
poskesdes.
Poskesdes diwilayah kerja puskesmas ujungloe berjumlah 6 buah
masing-masing di Desa Manjalling, desa garanta, desa seppang, desa
padang loang, desa bijawang dan desa Lonrong.
3. Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
Pada tahun 2012, jumlah posyandu di wilayah kerja puskesmas
Ujungloe tercatat sebanyak 30 Unit. Data menunjukkan persentase
posyandu menurut starata pratama tertinggi desa Padang Loang (25,0%)
dan terendah desa Seppang (20,00%) dan posyandu madya tertinggi
desa manjalling(100,0%) terendah di desa p.loang (25,0%)

dan

Posyandu Purnama tertinggi desa Lonrong dan Garanta (66,67%) dan


terendah didesa Salemba 25,00% dan posyandu mandiri tidak terdapat
diwilayah kerja puskesmas Ujungloe dengan rasio posyandu per 100
balita sebesar 1, 31.
Gambaran proporsi posyandu pada tahun 2012 menurut starata
atau tingkat perkembangannya dapat dilihat pada gambar berikut ini, dan
data terinci dapat dilihat pada lampiran tabel, lampiran tabel 72.
100.00
100.0
80.0
60.0

75.00

75.0066.7
66.6766.7
60.00
50.0

33.3
25.0
25.0
25.0020.0 33.3325.0
33.33

40.0
0.0

Madya
Purnama

Ba
lo
ng

D
an
nu
an
g

0.0

Pratama
75.00

Se
pp
an
g

20.0

Mandiri

Gambar 42: Jumlah Posyandu menurut strata,desa/kelurahan

68

4. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi

masalah-masalah

kegawatdaruratan

kesehatan,

berencana

dan

kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatan

menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurangkurangnya sebuah pos kesehatan desa (poskesdes).
Jumlah desa siaga secara nasional pada tahun 2006 sebanyak
12,300, sedangkan target departemen kesehatan tahun 2006 desa siaga
12.000 desa, hal ini berarti target depkes untuk desa siaga sudah
tercapai. Sedangkan dari hasil pengumpulan data profil kesehatan di
wilayah kerja puskesmas ujungloe tahun 2012 tercatat jumlah desa siaga
yaitu 9 desa dan 5 diantaranya merupakan desa siaga aktif. Data
terperinci lihat lampiran tabel 73.
B. TENAGA KESEHATAN
a. Tenaga Medis
Yang tergolong ke dalam tenaga medis adalah dokter spesialis,
dokter umum, dokter gigi dan dokter keluarga. Hingga tahun 2012 di
Puskesmas Ujungloe jumlah tenaga medis sebanyak 5 orang.
Gambar berikut ini menunjukkan proporsi tenaga kesehatan
menurut jenis tenaga yaitu proporsi tertinggi pada tenaga perawat(35,6%)
dan bidan (15,56%) kemudian disusul oleh tenaga kesmas (11,11%), gizi
(8,89%), sanitasi dan tenaga medis masing-masing 4,45% .

15.6

35.6

4.4

Tenaga Medis

11.1
11.1
8.9
4.4
4.4

Kesmas
Gizi
Sanitasi
Farmasi
Perawat
Bidan
Lab

69

Gambar 43: ketenagaan puskesmas dan jaringannya


b. Tenaga Kefarmasian dan Gizi
Untuk

tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 2 orang

dengan sedangkan rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk


masih jauh dari yang diharapkan karena hingga tahun 2011 rasio tenaga
kefarmasian baru mencapai 6,3 per 100.000 penduduk (target IIS 2011
adalah 10 per 100.000 penduduk). Data terinci pada lampiran tabel 56.
c. Tenaga Keperawatan
Yang tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah perawat
dan bidan. Rasio tenaga keperawatan di wilayah kerja Puskesmas
Ujungloe hingga tahun 2012 mencapai 69,56 per 100.000 penduduk. Bila
dibandingkan dengan target pencapaian IIS 2012 sebesar 117,5 per
100.000 penduduk maka Ujungloe belum mencapai target.
Sedangkan jumlah tenaga bidan sebanyak 7 orang atau dengan
proporsi sementara rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk adalah
sebesar 56,91 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian IIS 2012, sulsel masih sangat membutuhkan tenaga bidan
karena target hingga 2012 adlaah 100 per 100.000 penduduk khususnya
dalam memenuhi pos kesehatan desa. Data terinci pada lampiran tabel
75.
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Jumlah

tenaga kesehatan masyarakat di puskesmas ujungloe

tahun 2012 sebesar 5 orang atau dengan rasio sebesar 31,62 per
100.000 penduduk.
Sementara itu, pada tahun yang sama jumlah tenaga sanitasi
telah mencapai jumlah 2 orang dengan rasio sebesar 12,64 per 100.000
penduduk.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya melalui upaya pelayanan kesehatan dasar
yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan penyuluhan kesehatan.
Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan tersebut diperlukan

70

pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat,


termasuk swasta. Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi pada
tahun 2001, biaya untuk pelaksanan upaya kesehatan dari pemerintah
diharapkan sebagian besar dari pemerintah daerah.
Sesuai dengan data yang berhasil dikumpulkan, untuk menggambarkan
situasi pembiayaan kesehatan di puskesmas ujungloe, berikut ini akan
diuraikan tentang pembiayaan kesehatan oleh pemerintah melalaui APBN
yaitu Jamkesmas, Jampersal,BOK dan melalui APBD kab/Propinsi yaitu
Jamkesda,Belanja Jasa dan administrasi perkantoran, serta sumber-sumber
lainnya seperti Askes .Data terperinci lihat pada lampiran table 79.
PEMBIAYAAN KESEHATAN
ALOKASI ANGGARAN PEMBIAYAAN DI PUSKESMAS UJUNG LOE
N
Jenis
o
Sumber
Pembiayaan
Uraian
T.A 2010
Pagu
1
APBD
B.Rutin/Pembangunan/ Anggaran
71,448,920

APBD
Klem

APBN

APBN

/ Klem

APBN

ASKES

205,620,670

71,448,920

39,886,726

184,169,500

69,971,595

Realisasi

55.83

89.57

97.9

Pelayanan Gratis

% Realisasi
Pagu
Anggaran

232,512,000

386,604,200

490,480,000

/Jamkesda

Realisasi

229,449,000

386,604,200

490,480,000

98.68

100

100

Jamkesmas

% Realisasi
Pagu
Anggaran

98,795,944.00

115,496,500

222,976,400

Realisasi

93,576,200.00

115,496,500

222,976,400

94.72

100

100

0.00

9,570,000

142,305,000

Realisasi

0.00

9,570,000

142,305,000

% Realisasi
Pagu
Anggaran

0.00

100

100

20,705,820.00

87,000,000

119,000,000

Realisasi

20,705,820.00

87,000,000

119,000,000

100.00

100

100

18,973,500

20,442,700

18,973,500

20,442,700

100

100

% Realisasi
Pagu
Anggaran

Jampersal

BOK

ASKES//KAPITASI

% Realisasi
Pagu
Anggaran
Realisasi
% Realisasi

T.A 2012

Operasional
/

/ Klem

T.A 2011

SUMBER
LAIN :
JUMLAH PAGU
REALISASI

Rp.
Rp.

423,462,684
(%

SISA TIDAK TEREALISASI ( % )

######

(90,59%)
39,844,938

823,264,870
###
#

(97,39)

21,451,170

##########

##
#

(99,86)
1,477,325

71

BAB VI
PENUTUP
Agar upaya-upaya kesehatan terselenggara secara optimal maka
puskesmas harus melaksanakan manajemen dengan baik dengan penerapan
fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan secara terkait dan bersinambungan.
Imlementasi program juga tidak terlepas dari permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan khususnya di puskesmas
merupakan tantangan kita bersama semua pihak, di semua sector telah bertekad
untuk

memenuhi

komitmen

pencapaian

kecamatan

sehat

sebagaimana

puskesmas dengan wilayah kerja kecamatan menuju visi Indonesia sehat 2015.
Profil ini telah menjadi salah satu bahan masukan penting dalam penyusunan
dokumen perencanaan pembangunan bidang kesehatan. Upaya dialog dengan
dengan berbagai pihak akan terus diupayakan kesehatan. Upaya dialog dengan
berbagai pihak akan terus diupayakan untuk mencari kesepahaman dan langkah
kongkrit di masa yang akan datang. Hal ini penting dilakukan, mengingat
pencapaian kecamatan sehat melalui fungsi puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan berbasis masyarakat/community, akan lebih mudah dicapai melalui
dukungan dan partisipasi aktif dari swasta dan masyarakat.
Secara

umum,

pencapaian

pembangunan

manusia

berwawasan

kesehatan yang berhubungan dengan tujuan dan fungsi puskesmas telah


menjadi latar belakang dalam pengambilan keputusan penyusunan program
kegiatan, secara khusus juga mengukur dan menelaah kemajuan pencapaian
yang diperoleh, termasuk mengenali tantangan dan mengkaji program serta
kebijakan ke depan untuk mencapai sasaran masyarakat sehat melalui upaya
kesehatan di puskesmas permasalahan dan tantangan yang diuraikan dalam
profil ini adalah : masih rendahnya cakupan kunjungan ibu dan bayi, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dalam mendukung target MDGs (millennium
development goals) dalam indicator menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Sebagai rekomendasi dalam evaluasi kinerja melalui pencapaian target
kegiatan dari permasalahan yang ada maka di harapkan perlunya penyuluhan
kepada masyarakat sebagai upaya promotif dan preventif sehingga ke depan
puskesmas menjadi sentra pelayanan public bidang kesehatan yang bukan lagi
pelayanan untuk orang sakit namun diharapkan juga bagi orang sehat guna

72

mempertahankan status kesehatannya dan puskesmas menjadi kebutuhan


masyarakat bukan sebagai individu melainkan berbasis komunitas.

Anda mungkin juga menyukai