Ucu Suhendri-Fkik
Ucu Suhendri-Fkik
Disusun Oleh :
UCU SUHENDRI
NIM : 105104003490
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (SKep)
Disusun Oleh :
UCU SUHENDRI
NIM: 105104003490
LEMBAR PERNYATAAN
: Ucu Suhendri
NIM
: 105104003490
Jurusan
: Ilmu Keperawatan
Fakultas
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya sini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ucu Suhendri
ABSTRAK
Menurut Riskesdas tahun 2007 status gizi anak balita di Provinsi Banten berdasarkan
BB/U menunjukan prevalensi dengan gizi buruk 4,4% dari total Nasional (5,4%) dan gizi kurang
12,2 % (total Nasional 13,0%) dan Pada tahun 2006 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
mencatat sekitar 18 ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak 17.150
bayi dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya menderita gizi buruk dari 280 ribu bayi di
Kabupaten Tangerang. Sedangkan dari laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) balita Puskesmas
Sepatan bulan Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi buruk sebanyak 154 balita dan 414 balita
dengan gizi kurang dari total balita yang ditimbang sebanyak 6.207 balita atau sekitar (81,75%).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan hubungan antara variabel dependen
dan independen di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini
menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data
dilakukan pada bulan September 2009. Sebagai sampel penelitian adalah anak balita umur 0-59
bulan. Variabel dependen adalah status gizi anak balita dan variabel independen adalah
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga,
jenis kelamin, umur balita, dan penyakit infeksi. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat
dan analisa bivariat (Chi-Square) dengan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 107 anak balita di Puskesmas Sepatan
diperoleh balita dengan gizi kurang sebesar 57%. Sebagian besar balita berasal dari keluarga
yang pendidikan ibunya masih rendah SLTP (77.6%), ibunya yang tidak bekerja (89.7%),
sekitar 98.1% pendapatan keluarga balita masih rendah, sebagian besar ibu balita pengetahuan
tentang gizinya tinggi (97.2%), persentase balita perempuan (56.1%) lebih banyak dibandingkan
balita laki-laki, persentase umur 13-36 bulan lebih banyak yaitu sebesar (60.7%), balita yang
jumlah anggota keluarga 6 orang (70.1%), dan balita yang menderita penyakit infeksi ringan
sebesar (86.9%) dan infeksi berat (13.1%). Dari hasil analisa bivariat diperoleh hasil p-value >
0,05 bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, umur balita, dan penyakit infeksi
dengan status gizi di Puskesmas Sepatan Kecamtan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
ii
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, disarankan kepada pihak Puskesmas untuk lebih
meningkatkan kegiatan monitoring dan penilaian status gizi secara berkala yang dilaksanakan
dalam Pos Gizi dan Klinik Gizi. Untuk ibu balita dengan gizi kurang agar lebih memperhatikan
pola makan dan asupan konsumsi makan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap anak balita. Saran
untuk penelitian lain yang akan mempelajari tentang status gizi anak balita dan faktor-faktornya
agar meneliti dengan sampel yang lebih besar dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan
penelitian seperti kohort, dan meneruskan dengan analisa multivariat.
Referensi: 51 (1988-2008)
iii
The Factors Associated With Nutritional Status of Children Under Five Years (Toddlers)
The District Health Center Sepatan Tangerang Year 2009
xxiv + 117 pages, 22 tables, 4 images, 3 attachment
ABSTRACT
According to the 2007 year Riskesdas nutritional status of children under five in Banten
province on the basis of BW/U showed a malnutrition prevalence of 4.4% of national total
(5.4%) and 12.2% under nutrition (13.0% national total) and in the 2006 Tangerang District
Health Office recorded about 18 thousand infants under five years suffer from malnutrition. The
total number of infant in Tangerang regency was 280.000 babies. Within those number 17.150
infants with under nutrition and other 1.180 infants suffer from malnutrition. While the monthly
Nutrition Status Monitoring report (PSG) in Sepatan health center for infants under five years
conducted in August 2008 there were 154 infants with malnutrition and 414 infants with under
nutrition from the total number of infants which 6.207 infants who were weighed, or
approximately (81.75%).
This study aims to look at the picture and the relationship between the independent and
dependent variables in Sepatan district health center Tangerang. This study uses a quantitative
design with a cross-sectional approach, where data collection conducted in September 2009. As a
sample of research is children under the age of 0-59 months. Dependent variable was the
nutritional status of children under five (toddler) and the independent variables were maternal
education, maternal knowledge, maternal employment, family income, family size, gender, age
of infants, and infectious diseases. Analysis is used univariate and bivariate analysis (ChiSquare) with 5%.
The results showed that 107 children under five at district health centers obtained in
Sepatan, the percentage of infants with under nutrition was 57%. Most infants came from
families who had low mother's education junior (77.6%), the mother who does not work
(89.7%), approximately 98.1% of familys income is still low, most of mothers had high
knowledge about nutrition (97.2%), percentage female infants (56.1%) more than male infants,
the percentage of aged 13-36 months more in the amount (60.7%), the number of infants 6
iv
family members of people (70.1%), and toddler who suffer from a mild infectious diseases
(86.9%) and severe infection (13.1%). Bivariate analysis p-value > 0.05 which means there is no
relationship between maternal education, maternal knowledge, maternal employment, family
income, family size, gender, age infants, and infectious diseases with nutritional status in the
district health center Sepatan Tangerang District in 2009.
Based on that research results, is in recommended to the health center especially in
nutritional clinic monitoring and evaluation for nutritional status of the infants periodically. For
mothers who have children with under nutrition should pay more attention about their food
intake and quality of nutritious food based on their needs. Other recommendation for other
research to continue the study related to nutritional status of children and the factors influences
to nutritional status using qualitative research.
References: 51 (1988-2008)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing I
Pembimbing II
NIP: 196902051994031003
vi
Penguji II
Penguji III
vii
Mengetahui,
Tien Gartinah, MN
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ucu Suhendri
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
No. Telepon/Hp
:(021) 98771547/085710340478
: ichikawa_hirata@yahoo.com
Riwayat Pendidikan:
1.
(1993-1999)
2.
(1999-2002)
3.
(2002-2005)
4.
S-1 Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2005-2009)
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat
dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis
sampaikan kepada baginda Rassulallah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhoi
Allah SWT. Dengan penuh kesadaran skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Anak diBawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 masih banyak yang harus diperbaiki dalam
penyusunannya.
Selama penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan dan doa dari beberapa
pihak, sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M. K. Tadjudin Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3) Bapak Ahmad Eru S. SKp, M.Kep., Sp. Kom., sebagai dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pengembangan pemikiran dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4) Bapak Bambang P. Cadrana, SKM, MKM, sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pengembangan pemikiran dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5) Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM dan
Diah Juliastuti, M.Kep, Sp.Mat sebagai dosen penguji sekaligus pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan demi penyusunan skripsi ini.
6) Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna
bagi penyusun, beserta Civitas Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
membantu kelancaran dalam proses perkuliahan.
xi
7) Dr. Indra Suardi, selaku kepala Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan yang telah
memberikan izin penelitian.
8) Ibu Farida Haryati, SKM selaku ketua Klinik gizi Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan dan Teh Fitri Damayanti, AMG yang selalu membimbing, membantu, dan
menemani penulis dalam melakukan penelitian.
9) Teman-teman seperjuangan Ners 05 yang telah memberikan dukungan terima kasih
banyak, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kedua Orang tuaku tercinta dan kakek nenekku tersayang yang telah memberikan dukungan,
doa, perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menempuh program Sarjana Strata
Satu (S-1). Kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan inspirasi bagi penulis dalam
penulisan skripsi ini. Serta seluruh sanak saudaraku paman dan bibi yang selalu memberikan
dukungan moril dan materil.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penulisan atau skripsi ini dapat digunakan dengan
baik dan bermanfaat bagi penulis pada khususunya serta orang lain pada umumnya. Amin.
Ucu Suhendri
xii
DAFTAR ISI
Halaman
i
ABSTRAK ......................................................................................................
ii
vi
vii
ix
xi
DAFTAR ISI...................................................................................................
xiii
xix
xx
xxii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
10
12
12
12
14
14
15
15
15
xiii
15
16
17
18
19
19
20
21
22
23
24
25
1. Pertumbuhan ...........................................................................
25
2. Perkembangan ........................................................................
26
28
29
30
1. Pendidikan ..............................................................................
30
2. Pengetahuan............................................................................
32
33
35
35
36
36
37
38
xiv
38
38
2. Marasmus ..............................................................................
40
41
41
43
46
47
48
1. Anamnesis.. ............
49
49
50
50
53
54
55
59
59
59
2. Sampel . ...........
60
61
62
62
63
64
xv
65
65
66
67
68
68
a. Jumlah Penduduk.................................................................
68
68
69
69
69
70
70
1.
2.
3.
72
5.
71
4.
70
73
74
75
76
xvi
77
78
79
79
80
81
82
83
84
85
86
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian .................................................................
88
89
89
2. Pendidikan Ibu..........................................................................
90
91
91
92
93
94
96
97
C. Analisa Bivariat.............................................................................
98
98
99
xvii
100
101
102
103
104
105
107
B. Saran ....................................................................................................
110
113
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR SKEMA
Nomor Skema
Halaman
Skema 2.1
Skema 2.2
19
43
Skema 2.3
52
Skema 3.1
53
xix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2.1
21
Tabel 2.1
22
Tabel 2.3
23
Tabel 2.4
28
Tabel 3.1
55
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
71
Tabel 5.4
71
72
Tabel 5.5
73
Tabel 5.6
Tabel 5.7
74
75
76
xx
Tabel 5.8
Tabel 5.9
77
Tabel 5.1.1
78
Tabel 5.1.2
79
Tabel 5.1.3
80
Tabel 5.1.4
81
Tabel 5.1.5
82
Tabel 5.1.6
83
Tabel 5.1.7
84
Tabel 5.1.8
85
86
xxi
DAFTAR SINGKATAN
AKG
APBD
ASI
Bapenas
BB/U
: Berat Badan/Umur
BBLR
BKKBN
BPS
CI
: Confidence Interval
DDST
Depkes RI
HDI
ISPA
IU
: International Unit
Kadarzi
KB
: Keluarga Berencana
KEP
KKP
MDGs
MEP
MP-ASI
PASI
xxii
PBB
: Perserikatan Bangsa-Bangsa
PHBS
PKG
PKK
PKMD
PMT
Posyandu
PSG
RDA
Riskesdas
SD
: Standar Deviasi
SDM
SKPG
Susenas
TB
: Tinggi Badan
UPGK
WHO
xxiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia, dan merupakan investasi sumber daya
manusia yang paling mahal, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI).
Oleh karena itu menjadi keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat
(Depkes RI 2007).
Pembangunan suatu negara pada hakekatnya adalah suatu upaya pemerintah
bersama masyarakat untuk mensejahterakan bangsa. Keberhasilan pembangunan
nasional suatu negara ditentukan oleh ketersediaanya sumber daya manusia
(SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang
tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu
pengetahuan serta teknologi. Salah satu indikator untuk mengukur tinggi
rendahnya kualitas SDM adalah Indek Pembangunan Manusia. Tiga faktor utama
penentu HDI adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi (Azwar, 2004).
Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Makanan adalah sumber energi satu-satunya
bagi manusia untuk mencapai kesehatan. Karena jumlah penduduk yang terus
berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus tetap bertambah melebihi
jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Seperti telah
dikemukakan terdahulu, permasalahan yang timbul dapat mengakibatkan kualitas
dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki
karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap
bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karena makanan. Dengan demikian
makanan sangat bermanfaat bagi anak balita (Slamet, 2004).
Dalam kesepakatan global yang dituangkan Millenium Development Goals
(MDGs) 2007 yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target, dan 59 indikator, menegaskan
bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan
separuh dari kondisi tahun 1990. Seperti pada tujuan pertama MDGs yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Dengan target pertama yaitu
menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah US$1 per
hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015. Target kedua
menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya
dalam kurun waktu 1990-2015 dengan (indikator 6) presentase anak-anak berusia
lima tahun yang mengalami gizi buruk (severe underweight), (indikator 7) yaitu
presentase anak-anak berusia lima tahun yang mengalami gizi kurang (moderate
underweight).
Sejalan dengan upaya mencapai kesepatan global, World Summit for Children
1990, International Conference on Nutrition 1992 di Roma dan World Food
Summit 1996 menetapkan sasaran program pangan dan perbaikan gizi yang harus
dicapai oleh semua negara. Sasaran global tersebut sampai saat ini menjadi salah
satu acuan pokok didalam pembangunan program gizi di semua negara termasuk
Indonesia. Pembangunan program pangan dan gizi di Indonesia selama 30 tahun
terakhir menunjukan hasil yang positif. Analisis penyediaan pangan tahun 1999
secara makro disimpulkan bahwa persediaan energi dan protein perkapita/hari
masing-masing sebesar 2.890 Kkal dan 62,7 gram, telah memenuhi kecukupan
yang dianjurkan. Masalah pangan baru terlihat pada tingkat konsumsi rumah
tangga. Data tahun 1998 menunjukan bahwa antara 49% sampai 53% rumah
tangga diberbagai daerah mengalami defisit energi (konsumsi < 70% kebutuhan
energi). Defisit pangan ditingkat rumah tangga disertai distribusi pangan antar
anggota keluarga yang tidak baik didasari pengetahuan atau perilaku gizi yang
belum memadai berakibat munculnya masalah kurang gizi (Adisasmito, 2007).
Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu
asupan makanan dan penyakit infeksi yang terkait satu sama lain. Sedangkan
faktor penyebab tidak langsung seperti ketersediaan dan pola konsumsi pangan
dalam rumah tangga, pola pengasuh anak, jangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan. Apabila anak tidak mendapatkan asupan makanan yang tidak cukup
akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit. Status gizi
seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan individu, karena
disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit
infeksi, juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin
yang masih berada dalam kandungan dan masih menyusu sangat dipengaruhi oleh
status gizi (Depkes RI, 2004).
Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap generasi mendatang.
Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik
dan
perkembangan
mental.
Gangguan
pertumbuhan
diartikan
sebagai
terganggu dan sering pula tidak sembuh sempurna dan menjadi penyandang cacat
(Slamet, 2004).
Ketidakstabilan ekonomi, politik dan sosial, dapat berakibat pada rendahnya
tingkat kesejahteraan rakyat yang dapat mencerminkan masalah gizi kurang dan
gizi buruk di masyarakat. Upaya mengatasi masalah ini bertumpu pada
pembangunan ekonomi, politik dan sosial yang kondusif sehingga mampu
menurunkan tingkat kemiskinan setiap rumah tangga untuk mewujudkan
ketahanan pangan dan gizi serta memberikan akses kepada pendidikan dan
pelayanan kesehatan (Bapenas, 2007).
Data yang dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2004
ada 5.119.935 anak balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk. Kondisi gizi
buruk, termasuk busung lapar yang belakangan terungkap, sebenarnya dapat
dicegah. Gizi buruk sebenarnya masalah yang bukan hanya disebabkan oleh
kemiskinan. Juga karena aspek sosial-budaya yang ada di masyarakat kita,
sehingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang
memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga) (Kompas.com, 2009).
yang kekurangan gizi terdapat setengah juta yang menderita malnutrisi akut dan
dari hasil survey 58% rumah tangga mengaku sulit mendapatkan makanan yang
cukup sepanjang tahun 2008 akibat kenaikan harga bahan pangan (Kompas.com,
2009).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi gizi buruk
Nasional menurun (5,4%) jika dibandingkan dengan hasil Susenas 2005 (8,8%),
namun masalah anemia di Indonesia masih berada diatas ambang batas masalah
kesehatan. Dimana presentase berat badan lahir rendah (BBLR) 12 bulan terakhir
menurut Provinsi yaitu sekitar 11,5% dari 33 Provinsi. Sedangkan prevalensi
status gizi anak balita menurut BB/U berdasarkan wilayah (Kota dan Desa) yaitu
prevalensi gizi buruk wilayah Kota sebesar 4,2%, dan wilayah Desa 6,4% dimana
prevalensi gizi kurang wilayah Kota sebesar 11,7% dan wilayah Desa 14,0%
dengan prevalensi Nasional 13,0% (Depkes RI, 2008).
Menurut Riskesdas tahun 2007 status gizi anak balita di Provinsi Banten
berdasarkan BB/U menunjukan prevalensi dengan gizi buruk 4,4% dari total
Nasional (5,4%) dan gizi kurang 12,2 % (total Nasional 13,0%), dan berdasarkan
TB/U terdapat 20,6% (total Nasional 18,8%) balita sangat pendek dan 18,3%
balita pendek dari total Nasional (18,0%), sedangkan prevalensi status gizi
berdasarkan (BB/TB) sangat kurus 6,6% (total Nasional 6,2%) dan 7,5% balita
kurus dari total Nasional (7,4%) (Depkes RI, 2008).
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi (Al Baqoroh: 168)
Alquran menganggap gizi adalah sarana bukan tujuan. Ia merupakan sarana
penting untuk mencapai tujuan kehidupan manusia. Allah menciptakan di dalam
diri manusia naluri yang selalu cenderung untuk makan, disamping menetapkan
hikmah bahwa kecenderungan ini disertai dengan indera untuk merasakan
makanan dan organ pencernaan.
Dengan semakin berkembangannya masalah kurang gizi di masyarakat, maka
sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) yang sudah ada perlu diaktifkan
kembali terutama di tingkat kecamatan. Sistem ini akan berjalan efektif apabila di
tunjang oleh kerja sama lintas sektoral yang baik antara sektor Pertanian,
Kesehatan, BKKBN dan dikoordinasi langsung oleh camat setempat. Ujung
tombak untuk mengetahui pelaksanaan SKPG ada di Posyandu (sektor kesehatan)
karena efektivitas penimbangan berat badan anak balita dilakukan secara rutin.
Posyandu akan efektif memantau secara dini terjadinya masalah kekurangan gizi
di masyarakat. Penimbangan berat badan anak di posyandu perlu diprioritaskan
untuk wilayah kerja Puskesmas yang rawan pangan. Anak-anak yang sakit karena
kekurangan gizi yang berat akan dipantau melalui Balai Pengobatan Puskesmas.
Oleh karena itu, peningkatan efesiensi dan efektivitas manajemen program
pelayanan kesehatan merupakan alternatif terbaik untuk terus dikembangkan.
B. Rumusan Masalah
Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor
penyebab. Pertama penyebab langsung, yaitu asupan makanan dan penyakit
infeksi yang terkait satu sama lain. Apabila anak tidak mendapatkan asupan
makanan yang tidak cukup akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap
penyakit. Kedua penyebab tidak langsung seperti ketersediaan dan pola konsumsi
pangan dalam rumah tangga, pola pengasuh anak, jangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan.
Rendahnya kualitas konsumsi pangan dipengaruhi oleh kurangnya akses
rumah tangga dan masyarakat terhadap pangan, baik akses pangan karena
masalah ketersediaan maupun tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh pada
daya beli rumah tangga terhadap pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan dan
sanitasi lingkungan dipengaruhi oleh pendidikan, pelayanan kesehatan, informasi,
pelayanan keluarga berencana, serta kelembagaan sosial masyarakat untuk
pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada tahun 2006 tercatat
sekitar 18 ribu bayi dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak
17.150 bayi dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya mendapat gizi buruk dari
280 ribu bayi di Kabupaten Tangerang. Dari data program gizi Puskemas Sepatan
tahun 2008 di wilayah Kecamatan Sepatan terdapat keluarga miskin dengan
jumlah 44,51% dari 8 Desa. Sedangkan dari laporan Pemantauan Status Gizi
10
(PSG) balita Puskesmas Sepatan bulan Agustus 2008 terdapat balita dengan gizi
buruk sebanyak 154 balita dan 414 balita dengan gizi kurang dari total balita yang
ditimbang sebanyak 6.207 balita atau sekitar (81,75%). Presentase balita gizi
buruk berdasarkan golongan umur yaitu 3,9% (umur 0-11 bulan), 46,75% (umur
12-35 bulan), dan 49,35% (umur 36-59 bulan). Dengan presentase gizi buruk
bedasarkan jenis kelamin di wilayah UPT Puskesmas Sepatan sekitar 55,84%
laki-laki dan 44,16% perempuan.
Berdasarkan uraian data di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti faktorfaktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan,
sebagai salah satu masukan informasi demi upaya penyelesaian masalah gizi
buruk dan gizi kurang di wilayah Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan untuk penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana gambaran status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
2. Bagaimana gambaran pendidikan ibu anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
3. Bagaimana gambaran pekerjaan orang tua anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
11
12
13. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan
status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009?
14. Apakah ada hubungan antara banyaknya jumlah anggota keluarga dengan
status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009?
15. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
16. Apakah ada hubungan antara umur anak dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
17. Apakah ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status
gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
13
14
D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti:
a. Menambah pengetahuan dan untuk mengetahui berbagai masalah tentang
gizi pada anak balita.
15
pengembangan
program
khususnya
bidang
kesehatan
16
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gizi
Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru mulai dikenal sekitar tahun
1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris Nutrition. Kata gizi berasal
dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza
dibaca ghizi. selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan
mengejanya sebagai nutrisi. Terjemahan ini terdapat dalam kamus umum
bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.
dan
pengeluaran
zat-zat
yang
tidak
digunakan
untuk
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan
antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. (Almatsier, 2005).
18
B. Zat Gizi
Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan didalam alat
pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrient. Zat tersebut
selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh.
Fungsi umum zat gizi tersebut ialah:
1. Sebagai sumber energi atau zat pembangun.
2. Menyumbang pertumbuhan badan.
3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak.
4. Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan
asam-basa di dalam cairan tubuh.
5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai
antibodi dan antitoksin.
Terdapat penggolongan lain bahan makanan berdasarkan fungsi zat gizi
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Zat gizi penghasil energi, ialah karbohidrat, lemak, dan protein.
Zat gizi ini sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok.
2. Zat gizi pembangun sel, terutama diperankan protein. Oleh karena itu,
bahan pangan lauk pauk digolongkan makanan sumber zat pembangun.
3. Zat pengatur, termasuk didalamnya vitamin dan mineral. Bahan pangan
sumber mineral dan vitamin adalah buah sayur.
19
Skema 2.1
Zat gizi dan fungsi utamanya
Karbohidrat
Prinsip
Sumber energi
Lemak
gizi pada
balita
Mineral
Setelah
Pertumbuhan
dan
mempertahnkan
jaringan
Protein
anak
Vitamin
berumur
satu
Air tahun
Regulasi proses
dalam tubuh
menunya
harusYuniastuti, 2008 Gizi dan Kesehatan.
Sumber:
bervariasi
untuk
1. Standar Kecukupan Gizi
mencegah
Standar
kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh
kebosanan
dan secara
diberi rata-rata dalam sehari untuk mencapai derajat optimal.
individu
susu,
Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda tergantung beberapa faktor yang
serealia
mempengaruhinya.
Penilaian standar kecukupan gizi berpedoman pada Angka
(seperti
bubur Gizi (AKG). AKG yang digunakan sebagai pedoman adalah hasil
Kecukupan
beras, roti),
Widya Karya Pangan dan Gizi yang direvisi setiap lima tahun sekali.
daging,
sup,
2. Konsep dan Kegunaan Angka Kecukupan Gizi
sayuran
Pedoman
atau acuan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh
dan buahbuahan.
individu
secara rata-rata dalam satu hari sangat diperlukan. Berkaitan dengan itu
Makanan
padat yang
diberikan
tidak perlu
diblender
20
21
1. Pengukuran Antropometri
Pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri
gizi. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas dan tebal lemak kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi dari bebagai ketidakseimbangan antara asupan dan
kebutuhan (Supariasa, 2002). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut:
Tabel 2.1
Pengukuran Antropometri yang Utama
Pengukuran
Tinggi badan
Komponen
Jaringan utama yang diukur
Kepala, tulang belakang, Tulang
tulang panggul, dan kaki
Berat Badan
Seluruh tubuh
Seluruh jaringan khususnya;
lemak, otot, tulang, tulang
dan air.
Lemak bawah kulit
Otot (secara tehnik lebih
sedikit digunakan di negara
maju)
Lingkar lengan
Otot, tulang
Lemak
(lebih
sering
digunakan secara tehnik di
negara maju)
Lipatan lemak
Lemak bawah kulit, kulit
Lemak
Sumber: Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assesment.
Oxford University Press dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
22
Status Gizi
Gizi lebih
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Normal
Pendek (stunted)
Gemuk
Normal
Kurus
Kurus sekali
Ambang Batas*)
> + 2 SD
- SD sampai + 2 SD
< - 2 SD sampai - 3 SD
< - 3 SD
- 2 SD
< - 2 SD
> + 2 SD
- 2 SD sampai + SD
< - 2 SD sampai - 3 SD
< - 3 SD
23
Udang
3,4
0,03
31,6
0,3
1,0
2,5
12,1
0
1,8
11,3
37,5
Kedelai
19,1
9,1
80,8
22,3
52,0
6,0
8,6
0
0,8
24,7
62,5
24
Kandungan zat gizi (nutrient content) pangan menunjukan jumlah energi dan
zat gizi dalam pangan, namun tidak langsung menentukan nilai gizi pangan.
Sementara, konsep kepadatan zat gizi (nutrient density) lebih dapat digunakan
untuk menentukan suatu pangan bergizi atau tidak. Yang dimaksud dengan
kepadatan zat gizi adalah nisbah antara kandungan energi, atau zat gizi terhadap
kebutuhan energi, atau zat gizi yang dianjurkan (AKG atau angka kecukupan gizi).
Kepadatan zat gizi dinyatakan sebagai persentase terhadap energi, atau zat gizi
yang dianjurkan (% AKG). Konsep tersebut menjelaskan bahwa pangan bergizi
(nutrient food) adalah pangan yang mampu memberi sumbangan tinggi terhadap
kecukupan dan kebutuhan energi dan zat gizi yang dianjurkan. Oleh karena itu,
kepadatan zat gizi dapat digunakan untuk menilai suatu pangan lebih bergizi dari
jenis pangan yang lain.
25
26
2. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dari lingkungan (Soetjiningsih,1995).
Frankerburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental Screening
Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita yaitu:
27
dengan
kemampuan
mandiri,
bersosialisasi
dan
28
5) Komunikasi pasif
6) Komunikasi aktif
7) Gerakan motorik kasar.
Berat
Tinggi
Umum
Badan
Badan
1-3 tahun
12 kg
4-6 tahun
18 kg
Energi
Protein
89 cm
1220 Kkal
23 gram
108 cm
1720 Kkal
32 gram
29
30
31
dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat
(Notoadmodjo, 2003).
Pendidikan pada hakekatnya adalah:
a. Salah satu bentuk pemecahan masalah kesehatan dengan pendekatan
pendidikan.
b. Suatu bentuk penerangan pendidikan dalam pemecahan masalah
kesehatan masyarakat.
c. Suatu usaha untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan atau perilaku untuk mencapai kesehatan
secara optimal.
d. Didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,
perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa, lebih matang pada diri
individu, kelurga, kelompok, dan masyarakat.
e. Merupakan komponen vital dalam community health nursing sebab
peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan kesehatan mengandalkan
klien untuk memahami syarat-syarat pemeliharaan kesehatan.
f. Salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan.
g. Salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan.
32
Unsur-unsur pendidikan
a. Input
Input adalah sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok, masyarakat,
dan pendidik atau pelaku pendidikan.
b. Proses
Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
c. Output
Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau pelaku.
Perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode
penyuluhan yang tepat. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat
diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam
keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Apriadji, 1986).
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan
(beliefes), takhayul (supersitition, dan penerangan-penerangan yang keliru
(misinformation). (Soekanto, 2003). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
33
yang
dicakup
dalam
domain
kognitif
menurut
34
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran penilaian
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga
kenyataan: (1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan; (2) setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika
makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi; (3) ilmu
gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
35
dan banyak
3. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan
biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih
tinggi. Khumaidi (1989) menyebutkan bahwa anak laki-laki biasanya
mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dalam hal makanan dibandingkan anak
perempuan. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa kekurangan gizi lebih
banyak terdapat pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
36
4. Sosial Ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah
tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan
keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar
kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat
pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan
terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan
makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan tingkat
ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian pendapatan untuk
makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang
belanja untuk makanan. Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan
faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangannya.
5. Pekerjaan Ibu
Menurut Hurlock (1999), pengaruh ibu yang bekerja terhadap hubungan ibu
dan anak, sebagian besar bergantung pada usia anak pada waktu ibu mulai
bekerja. Jika ia mulai bekerja sebelum anak telah terbiasa selalu bersamanya
dan sebelum suatu hubungan terbentuk maka pengaruhnya akan minimal, tetapi
bila hubugan ibu dan anak telah terbentuk maka pengaruhnya akan
mengakibatkan anak merasa kehilangan dan kurang diperhatikan.
37
6. Pendapatan keluarga
Pendapatan/kapita/bulan adalah besarnya rata-rata penghasilan yang
diperoleh seluruh anggota keluarga (ayah dan ibu, jika bekerja) dibagi dengan
jumlah anggota keluarga. Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumber
daya manusia, sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya
memiliki pendapatan yang relatif tinggi pula. Pendapatan keluarga juga
tergantung pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya.
Pendapatan keluarga akan relatif lebih besar jika suami dan istri bekerja bekerja
diluar rumah (Susanti, 1999).
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak
dan status gizi anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik primer maupun sekunder.
Berdasarkan hasil laporan statistik yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat
Statistik) diketahui bahwa pendapatan per kapita penduduk Indonesia tahun
2007 sebesar 17.600.000,- per orang/tahun. Artinya untuk keluarga dengan 4
orang (orang tua dengan 2 anak) didapat penghasilan keluarga sebesar Rp
38
6000.000,- per bulan (Anonim, 2008). Jika dihitung dalam per kapita penduduk
diperoleh sebesar Rp 1.500.000,- /kapita/bulan.
39
golongan umur, kwashiorkor sering terjadi pada anak balita. Angka kejadian
tertinggi pada umur 1 - 2 tahun, yaitu saat terjadinya penyapihan sedangkan
anak belum mengenal jenis makanan lainnya. Pada masa pertumbuhan balita
memerlukan
protein
lebih
banyak
dibanding
orang
dewasa,
apabila
keseimbangan energi protein tidak terpenuhi, maka setelah beberapa saat anak
akan menderita malnutrisi protein.
Gejala kwashiorkor
Gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis.
b. Edema.
c. Otot menyusut (kurus).
d. Depigmentasi rambut dan kulit.
e. Karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint
dermatosis.
f. Hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversibel.
g. Atropi dari kelenjar Acini dari pankreas sehingga produksi enzim untuk
merangsang aktivitas enzim atau mengeluarkan juice duodenum terhambat.
h. Anemia.
i. Masalah diare dan infeksi.
40
Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kalori yang
kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badannya sangat rendah
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).
a. Gejala marasmus
Gejala umum maarasmus adalah:
1) Kurus kering.
2) Tampak hanya tulang dan kulit.
3) Otot dan bawah kulit atropi (mengecil).
4) Wajah seperti orang tua.
5) Keriput atau kulit wajah mengkerut.
6) Lemas, layu/kering.
7) Diare umum terjadi.
b. Masalah penyebab terjadinya marasmus
Marasmus terjadi karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:
1) Masalah sosial yang kurang menguntungkan
2) Kemiskinan
3) Infeksi.
41
dinyatakan dalam skor standar nilai tengah (median of reference) yang diterima
secara international sebagai acuan menurut usia dan jenis kelamin. Kekurangan
berat badan yang sedang (moderat) menunjukan bahwa berat badan menurut
usia yang kurang dari -2 SD dibawah nilai tengah/median dari NCHS (the
National for Center Health Statistics), stunting yang menunjukkan tinggi badan
menurut usia yang kurang dari -2 SD, dan wasting yang sedang menunjukkan
berat badan menurut tinggi badan yang kurang dari -2 SD. Nilai dibawah -3 SD
menunjukkan keadaan yang parah.
4. Penyakit Infeksi
Scrimshaw (1968, 2003) mengemukakan interaksi sinergis antara gizi
dengan infeksi. Dikemukakan bahwa kurang gizi sebagian besar diikuti dengan
infeksi, dan sebaliknya, infeksi akan mempengaruhi status gizi. Tomkins (1989)
menjelaskan proses hubungan antara kesakitan, kekurangan asupan gizi dengan
pertumbuhan seperti pada skema 2.2. Kurang gizi merupakan hasil interaksi
antara penyakit dan kecukupan asupan gizi. Kekurangan gizi akan menurunkan
daya tahan tubuh dan meningkatkan resiko dan meningkatkan infeksi.
Ketidakcukupan asupan gizi dapat menyebabkan kematian. Mekanisme dampak
infeksi terhadap pertumbuhan dijelaskan sebagai berikut. Infeksi menurunkan
asupan karena gangguan nafsu makan, mengganggu absorbsi zat gizi,
42
43
Skema 2.2.
Interaksi antara ketidakcukupan asupan gizi dengan penyakit menurut Tomkins
(1989).
Tidak cukup
asupan gizi
- Kehilangan zat
gizi
- Malabsorpsi
- Kelainan
metabolisme
- berat badan
turun/tidak cukup
- daya tahan turun
- kerusakan jaringan
Penyakit: - insidens
- Keparahan
- Lama sakit
44
45
pemanfaatan pelajaran ilmu gizi dan upaya perbaikan gizi sekolah, terutama di
sekolah tingkat dasar dan menengah. Disamping kegiatan-kegiatan diatas,
dilakukan pula program perbaikan makanan bayi dan anak, yang bertujuan
memperbaiki kebiasaan pemberian makanan pada bayi dan anak, termasuk
pemberian ASI, pengganti ASI (PASI), makanan pendamping ASI (MP ASI),
dalam rangka meningkatkan status gizi dan kesehatan anak berumur 0-5 tahun.
Upaya-upaya dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kekurangan
vitamin A di Indonesia pada dasarnya adalah penyediaan vitamin A yang cukup
untuk tubuh, dan ditempuh dengan dua cara yaitu:
1. Penyuluhan untuk meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami
terutama sayuran hijau.
2. Suplementasi vitamin A yang dilakukan dengan dua cara yaitu secara
langsung dan tak langsung.
Cara langsung dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dosis tinggi
(200.000 IU) secara periodik (2 kali setahun) pada umur 1-4 tahun di Puskesmas
maupun di Posyandu.
Cara tidak langsung dilakukan dengan menambahkan vitamin A pada bahan
makanan yang dikonsumsi oleh golongan sasaran secara luas, cara ini disebut
fortifikasi.
46
untuk
hidup
sehat,
meningkatkan akses
kesehatan.
Dalam
menjalankan
strategi
utama
tersebut,
Desa siaga yaitu desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka
mewujudkan Desa Sehat. Dalam tahun 2006 akan digerakkan 12 ribu desa
47
dengan
mengaktifkan
kegiatan
preventif
dan
promotif,
48
L. Penatalaksanaan Keperawatan
Anak yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit
kecuali yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/marasmik kwashiorkor atau
malnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman/psikososial, dan kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai makanan anak.
Anak yang menderita malnutrisi energi protein (MEP) yang berat pada
umumnya menderita anoreksia yang hebat sehingga sukar sekali untuk
memberikan makanan. Selain anoreksia juga menderita gangguan pada saluran
pencernaan sebagai akibat kurangnya enzim-enzim yang diperlukan untuk
pencernaan makanan; juga adanya atrofi vili usus mengakibatkan gangguan
penyerapan. Akibat tidak dicerna dan diserap dengan baik, makanan yang ada di
dalam usus tersebut menyebabkan berkembang-biaknya flora usus dan terjadi
49
diare. Padahal anak dengan defisiensi gizi yang berat memerlukan makanan tinggi
kalori dan protein (3-4 g/kg BB/hari dan 160-175 g/kg BB/hari).
Karena pada MEP/kwashiorkor toleransi terhadap makanan rendah maka
pemberian makanannya harus bertahap; caranya dimulai dari tahap penyesuaian
yaitu pemberian kalori dimulai dari 50 kalori/kg BB/hari dalam cairan 200 ml/kg
BB/hari pada kwashiorkor, dan 250 ml/ kg BB/hari pada marasmus.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada anak dengan gangguan gizi yaitu:
1. Anamnesis
Dengan anamnesis yang baik akan diperoleh informasi tentang riwayat
nutrisi selama dalam kandungan, saat kelahiran, keadaan waktu lahir (termasuk
berat badan dan panjang badan), penyakit dan kelainan yang diderita, data
imunisasi, data keluarga, serta riwayat kontak dengan penderita riwayat
penyakit tertentu.
2. Pemeriksaan Jasmani
Bermanfaat untuk memperoleh kesan klinis tentang tumbuh kembang.
Secara umum perlu diperhatikan bentuk tubuh serta perbandingan bagian
kepala, tubuh dan anggota gerak. Demikian pula keadaan mental anak yang
dapat kompos mentis, bersifat cengeng, atau apatik. Pada kepala yang perlu
mendapat perhatian khusus adalah rambut (warna, tekstur, mudah dicabut),
wajah (serupa anak sehat, orang tua susah, wajah bulan), mata yang mencakup
sinar mata (biasa, sayu, apatik), bulu mata (biasa atau lurus, panjang dan
50
jarang), dan gejala defisiensi vitamin A, serta mulut (stomatitis dan noma).
Pada abdomen mungkin tampak biasa atau membuncit, adanya asites,
hepatomegali, dan splenomegali. Terhadap ektremitas perhaitkan adanya
edema dan hipertropi otot.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Terutama mencakup pemeriksaan darah rutin seperti kadar haemoglobin
dan protein serum (albumin, globulin), serta pemeriksaan kimia darah lain bila
diperlukan (kadar hormon, perbandingan asam amino esensial dengan nonesensial, kadar lipid, kadar kolesterol).
M. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian dari berbagai literatur serta berbagai penelitian yang
dilakukan para peneliti sebelumnya tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan
status gizi anak balita, maka dapat dikatakan bahwa status gizi anak balita
ditentukan oleh berbagai faktor yang terdiri dari penyebab langsung dan tidak
langsung.
faktor penyebab langsung, yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi yang
terkait satu sama lain. Apabila anak tidak mendapatkan asupan makanan yang
tidak cukup akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit.
Faktor penyebab gizi kurang juga dapat disebabkan oleh tiga faktor penyebab
tidak langsung seperti ketersediaan dan pola konsumsi pangan dalam rumah
51
52
Kurang gizi
Makanan tidak seimbang
Tidak cukup
Persediaan
pangan
Pola asuh
anak tidak
memadai
Infeksi
Penyebab
langsung
Penyebab
tidak
langsung
Kurang pendidikan
Pengetahuan dan
ketrampilan
Pokok
masalah di
masyarakat
Krisis Ekonomi,
Politik, dan Sosial
Akar
masalah
Sumber : UNICEF (1988) dengan penyesuaian dalam buku pengantar pangan dan
gizi oleh Baliwati, et el. 2004.
53
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA PENELITIAN, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kepustakaan, diketahui bahwa banyak faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan gizi, namun dalam penelitian ini tidak semua
faktor dapat dianalisis. Dalam penelitian ini yang dianalisis hanya pendidikan ibu,
pengetahuan ibu tentang gizi, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah
anggota keluarga, jenis kelamian anak, umur balita, dan penyakit infeksi. Maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:
Skema 3.1
Kerangka Konsep
Sosial ekonomi:
- Pendidikan ibu
- Pengetahuan ibu
tentang gizi
- Pekerjaan orang tua
- Pendapatan keluarga
STATUS
GIZI
ANAK
BALITA
Sosio demografi:
- Jumlah anggota keluarga
- Jenis kelamin anak
- Umur balita
Keadaan kesehatan anak/riwayat
penyakit:
- Penyakit infeksi
Keterangan:
Variabel Independen
Variabel Dependen
54
B. Hipotesa penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep
penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:
a. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
b. Ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
c. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
d. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi
anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009.
e. Ada hubungan antara banyaknya jumlah anggota keluarga dengan status gizi
anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2009.
f. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
g. Ada hubungan antara umur anak dengan status gizi anak balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
h. Ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
55
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Pendidikan
Definisi
Cara ukur
operasional
Jenjang pendidikan Pertanyaan
ibu
formal terakhir
kepada
A No. 5
yang berhasil
responden
(1)Tinggi:
diselesaikan oleh
dengan
SLTP
responden.
menggunakan
Variabel
Alat ukur
kuesioner.
Hasil ukur
Skala
ukur
Ordinal
SLTP
(Depdiknas,
wajib belajar 9
tahun)
Pengetahuan Tingkat
Pertanyaan
ibu tentang
pemahaman ibu
kepada
gizi
15
kurang dari
dengan
Median.
menggunakan
(1): Pengetahuan
kuesioner.
kepada
dalam rangka
responden
memberikan
dengan
penghasilan
menggunakan
tambahan pada
kuesioner.
keluarga.
(Miko, 2003)
bekerja
(1): Bekerja
(Miko, 2003)
Ordinal
56
Definisi
operasional
Pendapatan Perbandingan
Pertanyaan
Alat
Hasil ukur
ukur
Kuesioner (0): Ekonomi
per kapita/
antara jumlah
kepada
A No. 7
keluarga
pendapatan
responden
Rp. 1.500.000,-
keluarga terhadap
dengan
/kapita/bulan
seluruh jumlah
menggunakan
(1): Ekonomi
seluruh anggota
kuesioner.
menengah ke bawah
Variabel
Cara ukur
Skala
ukur
Ordinal
menengah ke atas:
keluarga.
(Orisinal, 2003)
/kapita/bulan.
(BPS, 2007)
Jenis
Menyebutkan
kelamin
Pertanyaan
Nominal
(1): perempuan
biasanya responden
mendapatkan
dengan
dalam
hal kuesioner.
makanan
dibandingkan anak
perempuan.
(Khumaidi (1989)
dalam responden
menggunakan
kuesioner.
2: 7-12 bulan
3: 3: 13-36 bulan
4: 4: 37-59 bulan
(LIPI, 1998)
Ordinal
57
Jumlah
Skala
ukur
Kuesioner (0): 6 orang Ordinal
anggota
E. No. 1
keluarga
(Morley
dalam
al, 2001)
menggunakan
Pudjiadi
kuesioner.
1997)
Variabel
Definisi operasional
Penyakit
Kuesioner0: (0):Tidak
infeksi
atau
tidaknya
menderita
anak kepada
diare
atau responden
infeksi
(1): Ada
terakhir
penyakit
sebelum/saat menggunakan
pengumpulan data.
kuesioner.
infeksi
(Sihotang,
2007)
tinja
atau
cair).
diantara
gejala-
gejala
seperti
demam/panas,
batuk,
dan pilek.
(Sihotang, 2007)
Ordinal
58
Variabel
Status gizi
Skala
ukur
balita, Penimbangan Dacin, 1. Gizi baik : - Ordinal
Definisi operasional
Keadaan
yang
gizi
diukur
dengan
BB/U
berdasarkan
indeks
antropometri:
Meteran.
2 SD s/d + 2
SD
2. Gizi kurang:
< - 2 SD
dibandingkan
sampai - 3
umur,
dengan
menggunakan
standar WHO-NCHS.
SD
3. Gizi buruk:
4. < -3 SD
(Depkes, 1991)
(Menkes,
2002)
59
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan rancangan penelitian
kuantitatif dengan metode penelitian Cross-sectional (potong lintang) karena pada
penelitian ini variabel independen dan dependen akan diamati pada waktu
(periode) yang sama. Rancangan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
menerangkan atau menggambarkan faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan status gizi seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi, pekerjaan,
pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin anak, umur balita,
dan keadaan kesehatan anak/riwayat penyakit (penyakit infeksi).
60
balita umur 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang sebanyak 568
orang di Kecamatan Sepatan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria sampel penelitian ini
adalah orang tua/ibu/bapak dengan anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang dengan jumlah sampel sebanyak 107 orang yaitu
keluarga yang mempunyai masalah dengan status gizi anak balita.
Besar sampel dihitung berdasarkan Hipotesis beda dua proporsi dengan rumus
sebagai berikut:
[Z1/2 2 1
+ Z1 P 1 P + P(1 P)]
(P P)
Keterangan:
n
Z1/2
Z1
61
[Z1/2 2 1
+Z1 P 1P +P(1P)]
(PP)
= 97 orang
97
10%
100
9,7 sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97+9,7 = 106,7
dibulatkan menjadi 107 orang.
62
63
penelitian
dilanjutkan
di
puskesmas,
setelah
peneliti
64
6. Sebelum
kuesioner
dikumpulkan,
responden
dipersilahkan
untuk
G. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data peneliti mengunakan langkah-langkah
pengolahan data diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir
kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel. Misalnya status pekerjaan dilakukan coding (0 = tidak bekerja
dan 1 = bekerja).
65
3. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.
4. Processing data
Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga data sudah
dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.
Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari
kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistik.
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat
meng-entry data ke komputer.
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel
frekuensi tentang karakteristik responden sebagai variabel independen dalam
penelitian ini berdasarkan karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu,
pengetahuan ibu tentang gizi, pekerjaan, pendapatan keluarga), Sosio demografi
(jumlah anggota keluarga, jenis kelamin anak, umur balita), dan keadaan
66
67
BAB V
HASIL PENELITIAN
Data Geografi
Puskesmas Sepatan merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang yang terletak di jalan raya Mauk Desa Sepatan Kecamatan
Sepatan. Dengan luas wilayah 11.030,326 Ha. Terdiri dari perumahan,
perkampungan, pesawahan, ladang dan sungai dengan luas pesawahan
2.305,093 Ha. Ketinggian dari permukaan laut 4-5 meter dan jarak ke Ibu
Kota Kabupaten 39 kilometer.
68
2.
a.
Desa Sepatan
b.
c.
Desa Karet
d.
e.
f.
g.
h.
Desa Sarakan
Data Demografi
a.
Jumlah Penduduk
Komposisi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sepatan berasal
dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Tahun 2008 yaitu
laki-laki sebanyak 33.418 jiwa dan perempuan sebanyak 42.534 jiwa,
dengan jumlah keseluruhan 75.952 jiwa.
b. Jenis Pekerjaan
Lapangan pekerjaan penduduk Puskesmas Sepatan terdiri dari
petani, buruh, nelayan, pedagang, pengusaha, pengrajin, pedangang,
pengangkutan,
peternak,
PNS,
TNI
dan
POLRI.
Dengan
69
3.
70
4.
Pelayanan Puskesmas
penyakit,
kesehatan
lingkungan,
kesehatan
Jiwa,
71
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009
2.
Status Gizi
Jumlah
Persen (%)
Baik
46
43
Kurang
61
57
Total
107
100
Jumlah
Persen (%)
Tinggi
24
22.4
Rendah
83
77.6
Total
107
100
72
Dari tabel 5.2 terlihat bahwa dari 107 ibu balita yang menjadi responden
di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang yang
berpendidikan berpendidikan tinggi sebanyak 24 orang atau sekitar 22.4 %
dan rendah yaitu sebanyak 83 orang atau sebesar 77.6% . Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu tergolong rendah,
sehingga kemungkinan balita dapat mengalami gizi kurang. Sebab tingkat
pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang
diberikan kepada balitanya. Semakin tinggi pendidikan ibu maka akan
memberikan makanan yang semakin baik untuk balitanya, sehingga akan
memberikan dampak terhadap status gizi anak balitanya.
3.
Jumlah
Persen (%)
Tidak bekerja
96
89.7
Bekerja
11
10.3
Total
107
100
73
Dari tabel 5.3 terlihat bahwa dari 107 ibu di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang sebagian besar ibunya tidak
bekerja yaitu sebanyak 96 orang atau sekitar 89.7%. Jadi hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai waktu lebih banyak
untuk merawat anaknya karena ibu tidak bekerja diluar rumah untuk mencari
nafkah, sehingga kemungkinan balitanya tidak mengalami gizi kurang.
4.
Jumlah
Persen (%)
Tinggi
1.9
Rendah
105
98.1
Total
107
100
Dari tabel 5.4 terlihat bahwa dari 107 responden di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang sebagian besar pendapatan
keluarga masih rendah yaitu sebanyak 105 orang atau sekitar 98.1%. Hal ini
74
5.
Jumlah
Persen (%)
Laki-Laki
47
43.9
Perempuan
60
56.1
Total
107
100
Dari tabel 5.5 terlihat bahwa dari 107 balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 persentase balita
yang berjenis kelamin perempuan sekitar 56.1% (60 orang) lebih banyak
daripada laki-laki. Hasil ini menunjukkan bahwa yang sering mengalami
masalah gizi lebih banyak balita berjenis kelamin perempuan. Hal ini juga
75
6.
Jumlah
Persen (%)
0-6 bulan
0.9
7-12 bulan
13
12.1
13-36 bulan
65
60.7
37-59 bulan
28
26.2
Total
107
100
Dari tabel 5.6 terlihat bahwa dari 107 balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 persentase balita
yang datang ke Puskesmas paling banyak umur 13-36 bulan sebanyak 65
orang atau sekitar 60.7%.
76
7.
Jumlah
Persen (%)
Berat
14
13.1
Ringan
93
86.9
Total
107
100
Dari tabel 5.7 terlihat bahwa dari 107 balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 persentase balita
yang menderita penyakit infeksi berat sebanyak 14 balita atau (13.1%) dan
yang menderita penyakit infeksi ringan sebanyak 93 balita atau sebesar
(86.9%).
77
8.
Jumlah
Persen (%)
6 orang
75
70.1
> 6 orang
32
29.9
Total
107
100
Dari tabel 5.8 terlihat bahwa dari 107 balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 sebagian besar balita
berasal dari keluarga yang jumlah anggota keluarganya kurang dari sama
dengan ( 6 orang) yaitu sebesar 70.1% atau sebanyak 75 balita. Sedangkan
sebagian kecil balita berasal dari keluarga yang jumlah anggota keluarganya
lebih dari 6 orang yaitu sebesar 29.9% atau sebanyak 32 balita.
78
9.
Jumlah
Persen (%)
Pengetahuan Tinggi
104
97.2
Pengetahuan Rendah
2.8
Total
107
100
Dari tabel 5.9 terlihat bahwa dari 107 ibu balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 sebagian besar ibu
balita pengetahuannya baik yaitu sebanyak 104 ibu balita atau sebesar
97.2%. Sedangkan hanya sebagian kecil ibu balita pengetahuan rendah yaitu
sebanyak 3 orang atau sebesar 2.8%.
79
1.
Kurang
Jumlah
OR
95% CI
Kategori
Tinggi
Pendidikan
Ibu
Rendah
Total
(%)
(%)
(%)
10
14
24
41.7%
58.3%
100%
1.072
36
47
83
43.4%
56.6%
100%
0.4272.692
46
61
107
43.0
57.0%
100%
Pvalue
1.000
80
Dari tabel 5.1.1 diketahui bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak dialami oleh ibu yang memiliki pendidikan rendah yaitu
sebesar 47 balita daripada yang memiliki ibu berpendidikan tinggi 14 balita.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai P 1.000. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bemakna secara statistik antara pendidikan ibu dengan status gizi balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
2.
Kategori
Tidak
Pekerjaan bekerja
Ibu
Bekerja
Total
Baik
Kurang
Jumlah
n
(%)
40
41.7%
6
54.5%
46
43.0%
n
(%)
56
58.3%
5
45.5%
61
57.0%
n
(%)
96
100%
11
100%
107
100%
OR
95% CI
Pvalue
0.595
0.1702.086
0.620
81
Dari tabel 5.1.2 diketahui bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak dialami oleh ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 56 balita
dibandingkan dengan ibu yang bekerja yaitu sebanyak 5 balita.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai P 0.620. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bemakna secara statistik antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
3.
Tinggi
Rendah
Total
Baik
Kurang
Jumlah
n
(%)
0
0%
46
43.8%
46
43.0%
n
(%)
2
100%
59
56.2%
61
57.0%
n
(%)
2
100%
105
100%
107
100%
P-value
0.269
82
Dari tabel 5.1.3 diketahui bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak dialami oleh keluarga yang berpendapatan rendah yaitu
sebanyak 59 balita dibandingkan dengan ibu yang berpendapatan tinggi yaitu
sebanyak 2 balita.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nila P 0.269. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bemakna secara statistik antara pendapatan dengan status gizi balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
4.
Kategori
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
OR
95% CI
Pvalue
47
100%
1.542
0.815
60
100%
107
100%
0.7113.340
Baik
Kurang
Jumlah
n
(%)
n
(%)
n
(%)
23
48.9%
24
51.1%
23
38.3%
46
43.0%
37
61.7%
61
57.0%
83
Dari tabel 5.1.4 diketahui bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak dialami oleh balita perempuan yaitu sebanyak 37 balita
dibandingkan dengan balita laki-laki yaitu sebanyak 24 balita.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai P 0.815. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bemakna secara statistik antara jenis kelamin dengan status gizi balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
5.
Umur
Balita
0-6
bulan
7-12
bulan
13-36
bulan
37-59
bulan
Total
Baik
Kurang
Jumlah
Pvalue
n
(%)
0
0%
6
46.2%
31
45.6%
9
36.0%
46
43.0%
n
(%)
1
100%
7
53.8%
37
54.4%
16
64.0%
61
57.0%
n
(%)
1
100%
13
100%
68
100%
25
100%
107
100%
0.684
84
Dari tabel 5.1.5 diketahui bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak dialami oleh balita umur 13-36 bulan yaitu sebanyak 37 balita
dibandingkan dengan balita umur 0-6 bulan hanya ada 1 balita.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai P 0.684. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bemakna secara statistik antara umur balita dengan status gizi balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
6.
Penyakit
Infeksi
Kurang Jumlah
Kategori
n
(%)
n
(%)
n
(%)
Infeksi
Berat
6
42.9%
8
57.1%
14
100%
Infeksi
Ringan
40
43.0%
53
57.0%
93
100%
Total
46
43.0%
61
57.0%
107
100%
OR
95% CI
P-value
0.994
0.319-3.093
1.000
85
Dari tabel 5.1.6 diketahui bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak mengalami penyakit infeksi ringan yaitu sebanyak 53 balita
atau sekitar (57%) dibandingkan dengan balita yang gizi baik yaitu sebanyak
40 balita atau sekitar (43%).
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai P 1.000. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bemakna secara statistik antara penyakit infeksi dengan status gizi balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
7.
6 orang
> 7 orang
Total
Kurang Jumlah
n
(%)
n
(%)
n
(%)
33
44.0%
13
40.6%
46
43.0%
42
56.0%
19
59.4%
61
57.0%
75
100%
32
100%
107
100%
OR
95% CI
Pvalue
1.148
0.4962.660
0.913
86
Dari tabel 5.1.7 menunjukkan bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak pada jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan 6
orang ( 6 orang) yaitu sebanyak 42 balita. Dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai P 0.913. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bemakna secara statistik antara jumlah anggota keluarga
dengan status gizi balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang tahun 2009.
8.
Kategori
Pengetahuan
Rendah
Tinggi
Total
Baik
n
(%)
0
0%
46
44.2%
46
43.0%
Kurang
n
(%)
3
100%
58
55.8%
61
57.0%
Jumlah
n
(%)
3
100%
104
100%
107
100%
P-value
0.350
87
Dari tabel 5.1.8 menunjukkan bahwa balita yang menderita gizi kurang
lebih banyak dari orang tua yang pengetahuannya tinggi yaitu sebanyak 58
balita daripada orang tua yang pengetahuannya rendah yaitu sebanyak 3
balita. Dengan perhitungan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai P
0.350. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bemakna
secara statistik antara pengetahuan dengan status gizi balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.
88
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, variabel sebab dan
akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur untuk atau dikumpulkan
secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Penggunaan desain ini
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mengetahui hubungan kausal dari
masing-masing variabel. Akan tetapi desain ini memiliki keunggulan antara
lain cepat dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar (Pratiknya, 2003).
Kerangka konsep pada penelitian ini hanya menghubungkan beberapa
faktor yang dapat berhubungan dengan status gizi balita yaitu pendidikan ibu,
pengetahuan ibu tentang gizi, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah
anggota keluarga, jenis kelamin anak, umur
89
B. Analisa Univariat
1.
90
2.
Pendidikan Ibu
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pendidikan ibu tergolong masih rendah, sehingga kemungkinan balita
mengalami
masalah
kurang
gizi
bisa
terjadi.
Hasil
penelitian
91
3.
Pekerjaan Ibu
Ibu yang tidak bekerja dalam keluarga dapat mempengaruhi asupan
gizi balita. Karena ibu berperan sebagai pengasuh dan pengatur konsumsi
makanan anggota keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian balita yang mengalami gizi kurang di Klinik Gizi Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 berasal
dari keluarga yang ibunya tidak bekerja sebesar 89.7%.
Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian ibu memiliki waktu yang
yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anaknya karena ibu
tidak bekerja diluar rumah untuk mancari nafkah. Namun hal ini tidak
diimbangi dengan pemberian makanan yang seimbang dan bergizi pada
anak balitanya. Sebab tanpa diberi jaminan makananyang bergizi dan pola
asuh yang benar, maka anak akan mengalami kekurangan gizi.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Miko
(2003). Pada penelitian Miko (2003) didapatkan proporsi gizi kurang
pada anak umur 6-60 bulan mempunyai ibu tidak bekerja lebih banyak
(22,4%) dibandingkan dengan anak yang mempunyai ibu bekerja (19,9%)
di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya.
4.
Pendapatan Keluarga
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 107 ibu balita di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang sebagian besar
92
pendapatan keluarga masih rendah yaitu sebanyak 105 orang atau sekitar
98.1%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan keluarga dapat
mempengaruhi status gizi pada balita, jika suatu keluarga memiliki
pendapatan yang besar serta cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
anggota keluarga maka dijamin kebutuhan gizi pada balita akan
terpenuhi.
Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumber daya manusia,
sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
pendapatan yang relatif tinggi pula. Pendapatan keluarga juga tergantung
pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan
keluarga akan relatif lebih besar jika suami dan istri bekerja diluar rumah.
5.
93
6.
Umur Balita
Umur balita merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan
gizi, sehingga umur berkaitan erat dengan status gizi anak balita. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009 menunjukkaan balita yang
mengalami gizi kurang banyak terjadi pada umur 13-36 bulan yaitu
sebesar 60.7%.
94
diperlukan
untuk
tumbuh
kembang
pada
setiap
tingkat
perkembangan dan usia, yaitu masa bayi, masa balita dan masa usia
prasekolah. Pemilihan makanan yang tepat dan benar, bukan saja akan
menjamin kecukupan gizi bagi tumbuh kembang fisik, tetapi juga
perkembangan sosial, psikologis dan emosional.
Hasil ini sejalan dengan hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
keseriusan masalah gizi menjadi lebih jelas terjadi pada kelompok umur
12-47 bulan, karena pada kelompok ini merupakan periode pertumbuhan
kritis dimana terjadi kegagalan pertumbuhan (growth failure). Kejadian
masalah gizi pada kelompok umur tersebut yang tinggal didaerah desa
lebih tinggi dibandingkan dengan kota. Dengan demikian usia 12-47
bulan merupakan usia rawan untuk menderita gizi kurang. Karena
semakin bertambah umur anak balita, berarti semakin besar pula
kebutuhan zat gizi bagi anak balita tersebut.
7.
95
sering menolak makan yang berarti asupan zat gizi juga tidak ada.
Apalagi infeksi yang disertai muntah yang menghilangkan zat gizi yang
ada pada balita.
Penyakit infeksi dapat berpengaruh negatif terhadap daya tahan
tubuh abak balita, karena penyakit infeksi dapat menurunkan nafsu makan
sehingga konsumsi makanan menurun. Padahal kebutuhan gizi anak pada
waktu sakit justru meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun
2009 persentase balita yang menderita penyakit infeksi berat sebanyak 14
balita (13.1%) dan yang menderita penyakit infeksi ringan sebanyak 93
balita atau sebesar (86.9%).
Pada penelitian ini, jenis penyakit infeksi yang banyak diderita
yaitu penyakit infeksi ringan seperti batuk, pilek, dan demam. Tetapi
menurut Depkes RI (2005) penyakit infeksi yang sering diderita adalah
diare (7.52%), demam thipoid (3.155%) dan demam dengue (3.01%).
Sedangkan Malta (1992) menemukan bahwa panas, diare, dan batuk
merupakan gejala yang paling sering ditemui bayi diatas 6 bulan.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa apabila anak kurang gizi menderita
penyakit infeksi, maka gangguan pertumbuhan dan perkembangan
semakin besar.
96
97
9. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan
gizi
ibu
merupakan
salah
satu
faktor
yang
yang
keliru
(misinformation).
Sedangkan
98
C. Analisa Bivariat
1.
99
2.
100
3.
101
4.
102
anak balita, disamping juga pengaruh faktor genetika dan perbedaanperbedaan dalam hal perawatan dan pemberian makanan.
5.
103
6.
104
7.
dengan
distribusi
makanan
yang
tidak
merata
akan
105
8.
106
107
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang tahun 2009 maka dapat disimpukan bahwa:
1.
2.
3.
4.
108
5.
6.
7.
8.
Dari 107 anak balita persentase balita umur 13-36 bulan di Puskesmas
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 lebih
banyak yaitu sebesar 60.7%.
9.
10. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak balita
di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun
2009 dengan p-value sebesar 1,000 (p>0,05).
11. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak balita
di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun
2009 dengan p-value sebesar 0,620 (p>0,05).
109
12. Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak
balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
tahun 2009 dengan p-value sebesar 0,269 (p>0,05).
13. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak
balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
tahun 2009 dengan p-value sebesar 0,350 (p>0,05).
14. Tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi
anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang tahun 2009 dengan p-value sebesar 0,913 (p>0,05).
15. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak balita
di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun
2009 dengan p-value sebesar 0,815 (p>0,05).
16. Tidak ada hubungan antara umur balita dengan status gizi anak balita di
Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun
2009 dengan p-value sebesar 0,684 (p>0,05).
17. Tidak ada hubungan antara penyakit infeksi yang diderita balita dengan
status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang tahun 2009 dengan p-value sebesar 1,000
(p>0,05).
110
B. Saran
Mengingat bahwa gizi kurang pada anak balita dapat mengganggu ketahanan
kesehatan tubuh, dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan balita maka
disarankan kepada:
1.
penyuluhan
kesehatan
secara
rutin
dengan
111
2.
3.
112
b.
c.
Pada
penelitian
selanjutnya
sebaiknya
dilakukan
penelitian
113
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. Sistem Kesehatan Ed.1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2001.
Aslamiah, Suhaibatul. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih
Pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam Al Azhar 8 Jaka Permai
Bekasi Tahun 2008. Jakarta: Skripsi FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
2008
Astuti, Rahayu. Peran penyakit ifeksi, sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan dalam
mempengaruhi status gizi balita dipedesaan provinsi jawa tengah
tahun 2002. Tesis FKM-UI. Depok. 2004
Azwar, Azrul. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi.
Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi LIPI. 2004
Baliwati, Yayuk Farida., dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya. 2004
Beck, Mary E. Nutrition and Dietitics For Nurses (Ilmu Gizi dan Diet). Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medika. 2000
Berg, Alan. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. CV. Rajawali, Jakarta.
1998
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007
Depkes RI. Pedoman Penanggulangan KEP dan petunjuk Pelaksanaan Pemberian
Makanan Tambahan Balita. Jakarta: Depkes RI 1997
. Rencana aksi pangan dan gizi nasional. Depkes RI Jakarta. 2000
114
115
116
117
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI
ANAK DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI PUSKESMAS SEPATAN
KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009
Assalamualaikum. WR. WB
Salam sejahtera.
Nama
: Ucu Suhendri
NIM
: 105104003490
TIDAK
Tertanda
Responden
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI
ANAK DIBAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI PUSKESMAS SEPATAN
KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009
Tujuan :
Kuisioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Anak Dibawah Lima Tahun (Balita) Di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2009.
Petunjuk:
1. Beri tanda silang (X) pada kotak pertanyaan yang Ibu/saudara anggap benar.
2. Jika Ibu/Saudara salah mengisi jawaban, coret jawaban tersebut (#) dan beri
tanda silang pada jawaban yang dianggap benar.
3. Agama
4. Suku Bangsa
5. Pendidikan terakhir
: ( ) Tidak tamat SD
( ) SD
( ) SLTP
( ) SLTA
( ) Perguruan Tinggi (PT)
6. Pekerjaan
: ( ) Tidak bekerja
( ) Bekerja
Jika bekerja sebutkan:.
7. Pendapatan
: ( ) 1.500.000,- /kapita/bulan
( ) < 1.500.000,- /kapita/bulan
b. Tidak
Pertanyaan
1.
2.
Ya
Tidak
No.
Pertanyaan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Ya
Tidak
Valid
Missing
107
0
Pendidikan terakhir
Valid
< SLTP
> SLTP
Total
Frequency
83
24
107
Percent
77.6
22.4
100.0
Valid Percent
77.6
22.4
100.0
Cumulative
Percent
77.6
100.0
Frequencies
Statistics
Pekerjaan
N
Valid
Missing
107
0
Pekerjaan
Valid
Tidak bekerja
Bekerja
Total
Frequency
96
11
107
Percent
89.7
10.3
100.0
Valid Percent
89.7
10.3
100.0
Cumulative
Percent
89.7
100.0
Frequencies
Statistics
Pendapatan
N
Valid
Missing
107
0
Pendapatan
Frequency
Valid
Tinggi ( 1500000)
Rendah (<1500000)
Total
2
105
107
Percent
1.9
98.1
100.0
Valid Percent
1.9
98.1
100.0
Cumulative
Percent
1.9
100.0
Frequencies
Statistics
Jenis kelamin
N
Valid
Missing
107
0
Jenis kelamin
Valid
Laki-laki
Perempuan
Total
Frequency
47
60
107
Frequencies
Statistics
Umur balita
N
Valid
Missing
107
0
Percent
43.9
56.1
100.0
Valid Percent
43.9
56.1
100.0
Cumulative
Percent
43.9
100.0
Umur balita
Valid
1-6 bulan
7-12 bulan
13-36 bulan
37-59 bulan
Total
Frequency
1
13
65
28
107
Percent
.9
12.1
60.7
26.2
100.0
Valid Percent
.9
12.1
60.7
26.2
100.0
Cumulative
Percent
.9
13.1
73.8
100.0
Frequencies
Statistics
Apakah dalam satu bulan terakhir ini anak ibu pernah sakit?
N
Valid
Missing
107
0
Apakah dalam satu bulan terakhir ini anak ibu pernah sakit?
Valid
Frequency
107
Ya
Percent
100.0
Valid Percent
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Frequencies
Statistics
Bila pernah sakit, sakit apa?
N
Valid
107
Missing
0
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
14
13.1
13.1
13.1
93
86.9
86.9
100.0
107
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Jumlah anggota keluarga
N
Valid
107
Missing
0
Frequency
Valid
6 orang
> 6 orang
Total
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
75
70.1
70.1
70.1
32
107
29.9
100.0
29.9
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Kategori pengetahuan
N
Valid
Missing
107
0
Kategori Pengetahuan
Valid
pengetahuan rendah
pengetahuan tinggi
Total
Frequency
3
104
107
Percent
2.8
97.2
100.0
Valid Percent
2.8
97.2
100.0
Cumulative
Percent
2.8
100.0
STATUS GIZI
Statistics
s tatusgizi
N
Valid
Mis s ing
107
0
statusgizi
Valid
baik
kurang
Total
Frequency
46
61
107
Percent
43.0
57.0
100.0
Valid Percent
43.0
57.0
100.0
Cum ulative
Percent
43.0
100.0
N
Pendidikan
terakhir * s tatus gizi
Valid
Percent
107
100.0%
Cas es
Mis sing
N
Percent
0
.0%
Total
N
Percent
107
Pendidikan
terakhir
<SLTP
>SLTP
Total
Count
% within
Pendidikan terakhir
Count
% within
Pendidikan terakhir
Count
% within
Pendidikan terakhir
s tatusgizi
baik
kurang
36
47
Total
43.4%
56.6%
100.0%
10
14
24
41.7%
58.3%
100.0%
46
61
107
43.0%
57.0%
100.0%
83
100.0%
Chi-Square Tests
Value
.022 b
.000
.022
Pears on Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fis her's Exact Test
N of Valid Cases
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.882
1.000
.882
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
1.000
.536
107
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
Value
Odds Ratio for
Pendidikan terakhir
(<SLTP / >SLTP)
For cohort
s tatusgizi = baik
For cohort
s tatusgizi = kurang
N of Valid Cases
1.072
.427
2.692
1.041
.611
1.775
.971
.659
1.429
107
Bivariat pekerjaan
Case Processing Summary
N
Pekerjaan * s tatus gizi
Valid
Percent
107
100.0%
Cases
Mis sing
N
Percent
0
.0%
Total
N
107
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Total
Count
% within Pekerjaan
Count
% within Pekerjaan
Count
% within Pekerjaan
s tatusgizi
baik
kurang
40
56
41.7%
58.3%
6
5
54.5%
45.5%
46
61
43.0%
57.0%
Total
96
100.0%
11
100.0%
107
100.0%
Percent
100.0%
Chi-Square Tests
Pears on Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fis her's Exact Test
N of Valid Cases
Value
.668 b
.246
.660
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.414
.620
.416
df
1
1
1
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
.525
.308
107
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Pekerjaan
(Tidak bekerja / Bekerja)
For cohort status gizi =
baik
For cohort status gizi =
kurang
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
.595
.170
2.086
.764
.424
1.377
1.283
.657
2.506
107
Bivariat pendapatan
Case Processing Summary
N
Pendapatan * s tatusgizi
Valid
Percent
107
100.0%
Cas es
Mis sing
N
Percent
0
.0%
Total
N
107
Percent
100.0%
Pendapatan
>1500000
<1500000
Total
s tatusgizi
baik
kurang
0
2
.0%
100.0%
46
59
43.8%
56.2%
46
61
43.0%
57.0%
Count
% within Pendapatan
Count
% within Pendapatan
Count
% within Pendapatan
Total
2
100.0%
105
100.0%
107
100.0%
Chi-Square Tests
Value
1.537 b
.269
2.277
Pears on Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fis her's Exact Test
N of Valid Cases
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.215
.604
.131
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
.505
.323
107
Risk Estimate
Value
For cohort
s tatusgizi = kurang
N of Valid Cases
1.780
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
1.503
2.107
107
Valid
N
Percent
107
100.0%
Cas es
Mis sing
N
Percent
0
.0%
Total
N
107
Percent
100.0%
Jenis kelamin
laki-laki
Count
% within Jenis kelamin
Count
% within Jenis kelamin
Count
% within Jenis kelamin
perempuan
Total
s tatus gizi
baik
kurang
23
24
48.9%
51.1%
23
37
38.3%
61.7%
46
61
43.0%
57.0%
Total
47
100.0%
60
100.0%
107
100.0%
Chi-Square Tests
Pears on Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fis her's Exact Test
N of Valid Cases
Value
1.209 b
.815
1.209
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.272
.367
.272
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
.327
.183
107
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Jenis
kelamin (laki-laki /
perempuan)
For cohort s tatusgizi
= baik
For cohort s tatusgizi
= kurang
N of Valid Cas es
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
1.542
.711
3.340
1.277
.827
1.970
.828
.587
1.168
107
Valid
N
Percent
107
100.0%
Cas es
Mis sing
N
Percent
0
.0%
Total
N
107
Umur
balita
1-6 bulan
Count
% within Umur balita
Count
% within Umur balita
Count
% within Umur balita
Count
% within Umur balita
Count
% within Umur balita
7-12 bulan
13-36 bulan
37-59 bulan
Total
s tatusgizi
baik
kurang
0
1
.0%
100.0%
6
7
46.2%
53.8%
31
37
45.6%
54.4%
9
16
36.0%
64.0%
46
61
43.0%
57.0%
Chi-Square Tests
Value
1.493 a
1.870
107
Pears on Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
df
3
3
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.684
.600
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Umur balita (1-6
bulan / 7-12 bulan)
Total
1
100.0%
13
100.0%
68
100.0%
25
100.0%
107
100.0%
Percent
100.0%
N
Bila pernah s akit,
s akit apa? * s tatus gizi
Cases
Mis sing
N
Percent
Valid
Percent
107
100.0%
Total
N
.0%
Percent
107
100.0%
Bila pernah
s akit, s akit
apa?
Total
Count
% within Bila pernah
s akit, s akit apa?
Count
% within Bila pernah
s akit, s akit apa?
Count
% within Bila pernah
s akit, s akit apa?
s tatusgizi
baik
kurang
6
8
Total
42.9%
57.1%
100.0%
40
53
93
43.0%
57.0%
100.0%
46
61
107
43.0%
57.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pears on Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fis her's Exact Test
N of Valid Cases
Value
.000 b
.000
.000
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.991
1.000
.991
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
1.000
.613
107
14
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
Value
Odds Ratio for Bila
pernah s akit, sakit apa?
(Infeksi berat ( diare,
ISPA, pneumonia,
campak) / infeksi ringan
(nbatuk, pilek, demam))
For cohort s tatus gizi =
baik
For cohort s tatus gizi =
kurang
N of Valid Cases
.994
.319
3.093
.996
.521
1.906
1.003
.616
1.631
107
N
Berapa jumlah anggota
keluarga yang tinggal
dalam serumah dan
menjadi tanggungan
keluarga?..... orang. *
s tatusgizi
Valid
Percent
107
100.0%
Cases
Mis sing
N
Percent
.0%
Total
N
Percent
107
100.0%
Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam serumah dan menjadi tanggungan
orang. * statusgizi Crosstabulation
keluarga?.....
statusgizi
baik
Berapa jumlah anggota
keluarga yang tinggal
dalam serumah dan
menjadi tanggungan
keluarga?..... orang.
6 orang
Count
% within Berapa jumlah
anggota keluarga yang
tinggal dalam serumah
dan menjadi tanggungan
keluarga?..... orang.
> 6 orang
Count
% within Berapa jumlah
anggota keluarga yang
tinggal dalam serumah
dan menjadi tanggungan
keluarga?..... orang.
Total
Count
% within Berapa jumlah
anggota keluarga yang
tinggal dalam serumah
dan menjadi tanggungan
keluarga?..... orang.
33
kurang
42
Total
75
44.0%
56.0%
100.0%
13
19
32
40.6%
59.4%
100.0%
46
61
107
43.0%
57.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pears on Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fis her's Exact Test
N of Valid Cases
Value
.104 b
.012
.105
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.747
.913
.746
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
.832
.458
107
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value
Lower
Upper
1.148
.496
2.660
1.083
.663
1.769
.943
.665
1.338
N of Valid Cases
107
Bivariat pengetahuan
N
kategori pengetahuan
* status gizi
Valid
Percent
107
100.0%
Cas es
Mis sing
N
Percent
0
Total
N
.0%
Percent
107
100.0%
pengetahuan tinggi
Total
Count
% within kategori
pengetahuan
Count
% within kategori
pengetahuan
Count
% within kategori
pengetahuan
s tatusgizi
baik
kurang
0
3
Total
3
.0%
100.0%
100.0%
46
58
104
44.2%
55.8%
100.0%
46
61
107
43.0%
57.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pears on Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fis her's Exact Test
N of Valid Cases
Value
2.328 b
.873
3.437
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-s ided)
.127
.350
.064
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
.258
.181
107
Risk Estimate
Value
For cohort
s tatusgizi = kurang
N of Valid Cases
1.793
107
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
1.511
2.128