BAB I
PENDAHULUAN
16
16
BAB II
LAPORAN KASUS
: Tn. I
Umur
: 48 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Status perkawinan
: Menikah
Tanggal MRS
: 31 Maret 2015
2.2. ANAMNESA
Keluhan utama
Nyeri pinggang, BAK tidak lancar, demam (+)
Riwayat penyakit sekarang
Os datang ke RSHM dibawa oleh isterinya dengan keluhan nyeri
pinggang, dirasakan pasien 3hari SMRS. Os mengaku nyeri tersebut
bertambah berat pada saat duduk dan berdiri. Nyeri dirasakan
menjalar dari pinggang ke paha belakang, betis, punggung . Nyeri
dirasakan berkurang saat berbaring, keluhan ini sebenarnya sudah
dirasakan 1 tahun, tetapi hilang timbul karena os mengonsumsi
jamu-jamuan. Penderita juga mengeluh demam dan nafsu makan
berkurang . BAB (+) dan BAK (-) tidak lancer.
Riwayat penyakit terdahulu
-
16
Traktus Respiratorius
Traktus Urogenitalis
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : tidak ada, disangkal
Faktor Familier
Lain-lain
: tidak ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : Normal
Imunisasi
: Tidak jelas
Pekerjaan
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/i
Frekuensi Nafas
: 28 x/i
Temperatur
: 38 oC
16
: medial
Pergerakan
: dalambatas normal
: dalambatas normal
Desah
: tidak ada
Dan lain-lain
: tidak ada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
ICS IV
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: simetris, datar
: supple, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi
: timpani
GENITALIA
Toucher
16
SENSORIUM
KRANIUM
Bentuk
: bulat lonjong
Fontanella
: tertutup, keras
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Transiluminasi
(-)
REFLEKS
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
Triceps
Radioperiost
APR
KPR
Strumple
Refleks Patologis
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaeffer
Hoffman Tromner
Klonus Lutut
Klonus Kaki
Refleks Primitif
: -/-
KOORDINASI
Lenggang
: Baik
16
Bicara
: Bicara spontan
Menulis
Percobaan Apraksia
Mimik
: Baik
: TDP
Diadokhinesia
: DBN
Tes tumit-lutut
: TDP
Tes Romberg
: TDP
VEGETATIF
Vasomotorik
: DBN
Sudomotorik
: DBN
Pilo-erektor
:DBN
Miksi
:DBN
Defekasi
:DBN
VERTEBRA
Bentuk
Normal
: DBN
Scoliosis
Hiperlordosis
Pergerakan
Leher
: DBN
Pinggang
: ROM menurun
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk
:-
Tanda Kernig
:-
Tanda Lasegue
:-
Tanda Brudzinski I
:-
16
Tanda Brudzinski II
:-
:-
Sakit Kepala
:-
Kejang
:-
Meastus Nasi
Sinistra
Normosmia
DBN
DBN
Anosmia
Parosmia
Hiposmia
NERVUS II
Visus
Lapangan Pandang
Normal
DBN
DBN
Menyempit
Hemianopsia
Scotoma
Refleks Ancaman
Fundus Oculi
TDP
TDP
Nistagmus
Lebar
3 mm
3 mm
bulat reguler
Pupil
Bentuk
bulat
reguler
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
Rima Palpebra
Deviasi Konjugate:
Strabismus
NERVUS V
+
Kanan
Kiri
Motorik
Kekuatan gigitan
Sensorik
Kulit
Selaput lendir
Refleks kornea
Langsung
Tidak langsung
+
Refleks Masseter
Refleks Bersin
NERVUS VII
Kanan
Kiri
Motorik
Mimik
Kerut kening
Menutup mata
Meniup sekuatnya
Memperlihatkan gigi :
+
+
+
+
16
Tertawa
NERVUS VIII
Kanan
Kiri
Auditorius
Pendengaran
DBN
BDN
Test Rinne
TDP
TDP
Test Weber
TDP
TDP
Test Schwabach :
TDP
TDP
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi Kalori
TDP
TDP
Vertigo
Tinnitus
NERVUS IX, X
Pallatum mole
: simetris
Uvula
: medial
Disfagia
:-
Disartria
:-
Disfonia
:-
Refleks Muntah
:+
: DBN (anamnesa)
NERVUS XI
Mengangkat bahu
: +/+
: +/+
NERVUS XII
Lidah
Tremor
16
Atrof
:-
Fasikulasi
:-
: medial
: normotrof
Tonus
: normotonus
Kekuatan Otot
:
ESD: 5 5 5 5 5
ESS: 5 5 5
55
55555
55555
EID: 5 5 5 5 5
EIS: 5 5 5
55
55555
55555
Tremor
:-
Khorea
:-
Ballismus
:-
Mioklonus
:-
Ateotsis
:-
Distonia
:-
Spasme
:-
Tic
:-
Dan lain-lain
:-
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Propioseptif
16
Sterognosis
Pengenalan 2 titik
Grafestesia
: DBN
: DBN
: DBN
Cross Laseque
Tes Lhermitte
Test Naffziger
GEJALA-GEJALA SEREBELLAR
Ataksia
:-
Disartria
:-
Tremor
:-
Nistagmus
;-
Fenomena Rebound
:-
Vertigo
:-
Dan lain-lain
:-
GEJALA-GEJALA EKSTRAPRAMIDAL
Tremor
:-
Rigiditas
:-
Bradikinesia
:-
Dan lain-lain
:-
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif
: compos mentis
Ingatan Baru
: baik
Ingatan Lama
: baik
Orientasi
Diri
: baik
Tempat
: baik
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
Waktu
: baik
Situasi
: baik
Intelegensia
: baik
Daya Pertimbangan
: baik
Reaksi Emosi
: baik
Afasia
Represif
: baik
Ekspresif
: baik
Apraksia
: DBN
Agnosia
Agnosia visual
Agnosia jari-jari : -
Akalkulia
Disorientasi Kanan-Kiri
:-
::-
KESIMPULAN
KU
saat
berbaring.
Keluhan
ini
16
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/i
Frekuensi Nafas
: 28 x/i
Temperatur
: 38 oC
STATUS NEUROLOGI
Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
B/T
: +/+
+/+
APR/KPR
: +/+
+/+
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaeffer
Hoffman Tromner
Klonus Lutut
Klonus Kaki
Refleks Primitif
: -/-
:-
Sakit Kepala
16
Kejang
:-
Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk
:-
Tanda Kernig
:-
Tanda Lasegue
:-
Tanda Brudzinski I
:-
Tanda Brudzinski II
:-
Kekuatan Otot
:
ESD: 5 5 5 5 5
ESS: 5 5 5
55
55555
55555
EID: 5 5 5 5 5
EIS: 5 5 5
55
55555
55555
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
A.Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin
*9.3
g/dl
106 /L
12 - 16
Hitung eritrosit
*3.5
3.9 5.6
Hitung Leukosit
*14.500
/L
4000 11.000
Hematokrit
*29.3
36 - 47
Hitung Trombosit
*29.000
/L
150.000
450.000
Index Eritrosit
MCV
84
MCH
*26.4
fl
80 - 96
pg
27 - 31
16
MCHC
31,5
30 - 34
Basofl
1-3
N. Stab
*0
N. Seg
%
%
0-1
2-6
*82
53 - 75
Limfosit
*18
20 - 45
Monosit
4-8
*82
0 - 20
mg/dl
< 140
B. Kimia Klinik
Glukosa Darah
Glukosa Darah Sewaktu*142
Fungsi Ginjal
Ureum
*34
Kreatinin
*1.30
As.Urat
mg/dl
20 - 40
mg/dl
0.6 1.1
mg/dl
<7
Tidak
tampak
lesi
hipo/hiperdens
patologis
pada
corpus
vertebrae lumbal
Kesan:
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL : Low Back Pain (LBP)
DIAGNOSA ETIOLOGIK
DIAGNOSA ANATOMIK
lumbal 3-4
DIAGNOSA KERJA
PROGNOSIS
Pemeriksaan
l
7/4/201
Neurologi)
S: nyeri pinggang bawah
O: Compos mentis
1. HNP lumbal
amp/8jam
2. SOL
MST 10 mg 1x1/2
HR: 80 x/i
(VS,
Diagnosis
Penatalaksanaan
LBP ec.
Inj.
medulla
spinalis
Neuralgin
Gabapentin 100mg
RR: 22 x/i
3x1
Temp: 36,7oC
Paracetamol
TIK : -
500mg 3x1
16
NI : Normosmia
NII,III: RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI: gerak bola mata N
NV: buka/tutup mulut (+)
NVII: sudut mulut simetris
NVIII: pendengaran baik
NIX,X: uvula medial
NXI: angkat bahu (+)
NXII: lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR:+/+
Refleks Patologis
H/T: -/Babinski: -/Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
55555
EID: 5 5 5 5 5
55555
ESS: 5 5 5 5 5
55555
EIS: 5 5 5 5 5
8/9/201
55555
S: nyeri pinggang bawah
O: compos mentis
1. HNP lumbal
amp/8jam
2. SOL
MST 10 mg 1x1/2
LBP ec.
Inj.
medulla
spinalis
Neuralgin
Gabapentin 100mg
RR: 30 x/i
3x1
Temp: 36,7 oC
Paracetamol
TIK : -
500mg 3x1
16
mm
NIII,IV,VI: gerak bola mata N
NV: buka/tutup mulut (+)
NVII: sudut mulut simetris
NVIII: pendengaran baik
NIX,X: uvula medial
NXI: angkat bahu (+)
NXII: lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/Babinski: -/Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
55555
EID: 5 5 5 5 5
55555
ESS: 5 5 5 5 5
55555
EIS: 5 5 5 5 5
55555
9/4/201
S:
nyeri
pinggang/punggung
1. HNP lumbalis
lalu,
BAK
LBP ec.
lancar,
(L3-4)
Inj.
Neuralgin
amp/8jam
MST 10 mg 1x1/2
Gabapentin 100mg
demam
3x1
O: compos mentis
Paracetamol
TD:130/80 mmHg
500mg 3x1
16
NI : Normosmia
NII,III: RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI: gerak bola mata N
NV: buka/tutup mulut (+)
NVII: sudut mulut simetris
NVIII: pendengaran baik
NIX,X: uvula medial
NXI: angkat bahu (+)
NXII: lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/Babinski: -/Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
55555
EID: 5 5 5 5 5
55555
ESS: 5 5 5 5 5
55555
EIS: 5 5 5 5 5
10/4/20
55555
S: nyeri pinggang,
15
tidak
O: compos mentis
LBP ec.
2. HNP lumbalis
(L3-4)
Inj.
Neuralgin
amp/8jam
MST 10 mg 1x1/2
Gabapentin 100mg
HR: 70 x/i
3x1
RR: 24 x/i
Paracetamol
o
Temp: 37,5 C
500mg 3x1
16
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
16
Setiap discus terdiri atas bagian pinggir, anulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu
nucleus pulposus.
a) Anulus fibrosus
Terdiri atas jaringan fibrocartilago, didalamnya serabut-serabut kolagen
tersususn dalam lamel-lamel yang kosentris..1
b) Nucleus fibrosus
Pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjong dari zat gelatin
yang banyak mengandung air, sedikit serabut kolagen, dan sedikit selsel tulang rawan.1
16
Gambar 5
2. Skala Identitas Nyeri Numeriks
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,
maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).5
Gambar 7.
4. Skala Nyeri menurut Bourbanis
Kategori dalam skala nyeri Bourbanis sama dengan kategori VDS, yang
memiliki 5 kategori dengan menggunakan skala 0-10. Menurut AHCPR (1992), kriteria
nyeri pada skala ini yaitu:5
0
: Tidak nyeri
1-3
4-6
7-9
: Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
10
: Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Gambar 8.
16
16
b. Yang kedua, yang berasal dari visera pelvis dan abdomen ke spinal. Nyer
yang disebabkan oleh penyakit dari lumbar bagian atas sering dialihkan ke
panggul, panggul lateral, inguinal, dan paha anterior.93.
3.
Nyeri Radikular
Mekanismenya adalah peregangan, iritasi, atau kompresi dari radiks spinal.
Karakteristik nyeri tersebut tajam dan intensitas tinggi. Batuk, bersin, dan mengangkat
beban dapat mencetuskan nyeri alih ini, walaupun tiap aktivitas ini meningkatkan
tekanan intrabdominal, dapat juga meningkatkan tekanan intraspinal yang dapat
menekan radiks.9
4. Nyeri yang berasal dari spasme otot
Nyeri ini biasanya terjadi berhubungan dengan nyeri lokal, spasme otot
berhubungan dengan gangguan punggung bawah dan mengganggu postur
normal. Kontraksi otot yang kronik dapat meningkat menjadi tumpul dan terasa
nyeri kram. Pasien dapat merasa kaku pada otot sacrospinalis dan gluteal dan
saat palpasi nyeri bersifat lokal.9
3.3.3 Faktor Risiko Low Back Pain
Obesitas yang berasal dari obesitas sentral, dan kehamilan pada tingkat akhir
dapat mengganggu kelengkungan spinal dan menyebabkan low back pain. Pada
kehamilan, nyeri biasanya membaik saat kelahiran. Beberapa aktivitas seperti jogging,
lari pada jalan bersemen ketimbang lintasan sintel, mengangkat beban berat, duduk
yang terlalu lama (mengendara truk, mobil, dan kursi yang didesain tidak baik) dapat
mencetuskan nyeri. Namun demikian faktor psikologis juga dapat mencetuskan nyeri.10
16
Anamnesis
-
Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
spontan.
Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari
sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
spondilitis
16
Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
b. Posisi duduk:
16
c. Posisi berbaring :
-
d. Pemeriksaan neurologik,
1
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan tendon
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi
2. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati
3. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.
4. MRI tulang belakang
16
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela
invertebrata dan pembentukan osteofit.
16
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang
menuju ke sana).
3.3.6 Terapi
Pada prinsipnya penanganan LBP dapat mencakup :
1. Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka
waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan
interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki
efek depresan. Pada tahap awal, apabila didapati pasien dengan depresi
premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri, pemberian anti depresan
dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis lainnya, kadang-kadang memerlukan
campuran antara obat analgesik, antiinflamasi, OAINS, dan penenang.
2. Rehabilitasi Medik
a. High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
-
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme
b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling
menjauh.
Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
-
artikularis.
c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan berdasarkan
kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap badan melawan
kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas
sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik terapi ini bersifat umum
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh. Tujuan
terapi ini:
-
Mengurangi nyeri
Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise
Curl-up exercise
16
16
3 Pembedahan
Prognosis Klinis
Secara klinis, prognosis LBP bergantung dari etiologi LBP, tata laksana yang
akan dijalani oleh pasien, kepatuhan pasien, dan latihan-latihan yang akan dilakukan
oleh pasien. Pasien sedang menjalani fisioterapi berupa pemanasan dalam (SWD dan
IRR), TENS, dan disarankan untuk menggunakan korset. Jika pasien patuh, mengikuti
latihan dan tata laksana dengan baik, prognosis secara klinis dari pasien ini adalah
dubia ad bonam.16
2. Prognosis Fungsional
Prognosis secara fungsional dapat dinilai dengan menggunakan standar
fungsional Functional Independence Measure (FIM), Indeks Katz, atau Indeks Barthel.
Secara umum yang dinilai adalah fungsional aktivitas pasien yang mencakup kegiatan
sehari-hari, yaitu makan, mobilitas, mandi, personal toilet, berpakaian, mengatur BAB
dan BAK. Pasien ini dapat dapat melakukan semua kegiatan tersebut secara mandiri,
tetapi ada keterbatasan gerak pada saat duduk, hendak berdiri, dan beribadah (sholat).
Dengan program rehabibiltasi tulang belakang yang aktif dan terfokus, prognosis dari
pasien ini untuk dapat beraktivitas yang bebas dari nyeri sangat baik, walaupun
16
beberapa pasien LBP menetap dan membutuhkan lebih banyak intervensi. Oleh karena
itu, prognosis fungsional pasien ini adalah dubia ad bonam.16
16
di dalamnya. Pada saat terjadi herniasi pada nukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf
yang berdekatan dengan tempat terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang
menyebabkan rasa nyeri yang bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi
disfungsi sistem saraf(Sahrakar, 2011).
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat dirubah dan
yang tidak dapat dirubah yaitu:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera atau trauma pada punggung
Faktor risiko yang dapat diubah:
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus
untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
3.4.3 Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di
canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor
nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis,
termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
yang
bertujuan
untuk
mencegah
pergerakan
sehingga
proses
penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat
menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan
dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik panas
yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Sahrakar, 2011);(Foster
2012).
16
2. Pemeriksaan Fisik
Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis
lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang
panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
c. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
d.
e. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
f. Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
Posisi duduk:
a.
b.
Posisi berbaring:
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
Pemeriksaan neurologik:
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus
16
a.
Pemeriksaan sensorik
b.
Pemeriksaan motorik untuk mencari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
c.
Pemeriksaan tendon
d.
3.
-
Elektromiografi (EMG)
16
2) Non-medikamentosa
Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:
Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberian penanganan awal
jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik ringan untuk memperkuat otot.
Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah agar rasa nyeri
kembali menyerang (Windsor, 2012).
3.4.6 Prognosis
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasin yang dioperasi, 90% keluhan membaik terutama nyeri tungkai, sementara
kemungkinan terjadinya kekambuhan setelah operasi adalah 5%.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis
atau mengarah kedorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
Gangguan ini berupa nyei pinggang yang sering dikeluhkan oleh orang awam.
Walaupun etiologi nyeri pinggang bawah terdapat berbagai sebab, tetapi HNP
merupakan penyakit yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Prevalensinya berkisar
antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai disk
intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik
dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.
Untuk mendiagnosis HNP butuh pemeriksaan radiologi. MRI merupakan pilihan
dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki spesitifitas dan sensitivitas yang
tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang hanya dapat melihat komponen
tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat mencurigai kearah HNP
dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti myelografi, MRI,
ataupun diskografi.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
2. IASP. 2011. IASP Taxonomy. Diunduh dari http://www.iasp-pain.org/. [Diakses
tanggal 22 Maret 2013].
3. Tamsuri, A. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
4. Smeltzer, S. C, Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: EGC
5. Agency for Health Care Policy and Research. 1992. Assessment & management of
pain. Diunduh dari http://rnao.ca/. [Diakses tanggal 22 Maret 2013].
6. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC.
7. Meliala, L. dan Pinzon, R. 2004. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri
Punggung Bawah. Dalam Meliala, L. et al. Kumpulan Makalah Pain
Symposium: Toward Mechanism Based Treatment, hal 109-116. Yogyakarta:
Medikagama Press.
8. Maher, Salmond dan Pellino. 2002. Low Back Pain Syndrome. Philadelphia: FA
Davis Company.
9. Roper, A.H. dan R.H. Brown. 2005. Adams dan Victors Priciples of Neurology. Edisi
8. The McGraw Hill Companies. Inc. USA. Halaman 168-170.
10. Ehrilch, G.E. 2003. Low Back Pain. Bulletin of the World Health Organization; 81.
Halaman 671-676.
11. Bimariotejo. (2009). Low Back Pain(LBP). Diunduh dari www.backpainforum.com/
[Diakses tanggal 22 Maret 2013].