Anda di halaman 1dari 45

16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang
sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik
fisik, mental, dan sosial. Dari pengertian tersebut, kita memerlukan suatu kesehatan
yang optimal terutama pada saat melakukan aktivitas fungsional sehari-hari.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, akan sering menimbulkan berbagai
keluhan. Dan yang paling banyak adalah keluhan yang timbul pada pinggang Aktivitas
yang bisa memicu timbulnya keluhan pada pinggang misalnya saat mengangkat benda
yang berat dengan posisi yang salah atau membungkuk,seperti kuli bangunan. Jika
berlangsung pada jangka waktu yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan
pada pinggang bawah yang biasa disebut nyeri pinggang bawah. Nyeri yang dirasakan
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Hal ini dapat disebabkan oleh struktur anatomi dari lumbal, dimana korpus dari
vertebra yang besar, diskus vertebra yang besar. Pada vertebra lumbalis, Facet pada
bidang sagital, sehingga gerakan yang terjadi pada lumbal adalah fleksi dan ekstensi
sehingga beban pada facet berat. Semua struktur yang terdapat dibagian belakang
bawah tubuh merupakan struktur yang peka terhadap rangsangan nyeri, sehingga
gangguan gerak atau pun iritasi pada struktur ini dapat menimbulkan gejala nyeri
pinggung bawah salah satu diantaranya karna mekanisme gerak hernia nucleus pulposus
(HNP). Pria dan wanita memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP, dengan
umur paling sering antara usia 30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling
umum kecacatan akibat kerja pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun. HNP sering
terjadi pada daerah Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 - Sacrum 1 dimana kelainan ini
lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat beban.Insiden Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90% dan Hernia cervical 510%. Fisioterapi berperan penting untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada
HNP lumbalis, sesuai dengan peran fisioterapi menurut KEPMENKES NO
517/MENKE /SK /VI/2008 tentang standar pelayanan fisioterapi di sarana kesehatan.
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,


peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik, mekanik), pelatihan fungsi
komunikasi (Sunarto, 2009).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
senior Departemen Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Haji Medan dan meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang Hernia Nucleus Pulposus (HNP).
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui dan
mempelajari lebih dalam mengenai Hernia Nucleus Pulposus (HNP) berdasarkan teori
dan kasus yang ada.

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. STATUS NEUROLOGI


IDENTITAS PRIBADI
Nama

: Tn. I

Umur

: 48 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jl. Pembinaan Pasar III Bandar Setia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Wiraswasta (Tukang besi)

Status perkawinan

: Menikah

Tanggal MRS

: 31 Maret 2015

2.2. ANAMNESA
Keluhan utama
Nyeri pinggang, BAK tidak lancar, demam (+)
Riwayat penyakit sekarang
Os datang ke RSHM dibawa oleh isterinya dengan keluhan nyeri
pinggang, dirasakan pasien 3hari SMRS. Os mengaku nyeri tersebut
bertambah berat pada saat duduk dan berdiri. Nyeri dirasakan
menjalar dari pinggang ke paha belakang, betis, punggung . Nyeri
dirasakan berkurang saat berbaring, keluhan ini sebenarnya sudah
dirasakan 1 tahun, tetapi hilang timbul karena os mengonsumsi
jamu-jamuan. Penderita juga mengeluh demam dan nafsu makan
berkurang . BAB (+) dan BAK (-) tidak lancer.
Riwayat penyakit terdahulu
-

Riwayat penyakit terdahulu tidak adadisangkal.

Riwayat penyakit pada keluarga


-

Riwayatkeluargadengankeluhan yang samadisangkal.

Riwayat penyakit lain di keluarga tidak ada.


LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Riwayat penggunaan obat


Konsumsi jamu-jamu dan minuman penambah energi.
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius

: Dalam batas normal

Traktus Respiratorius

: Sesak (+), TB lama aktif

Traktus Urogenitalis

: Dalam batas normal

Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : tidak ada, disangkal


Intoksikasi dan Obat-obatan

: tidak ada, disangkal

ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : tidak ada, disangkal
Faktor Familier

: tidak ada, disangkal

Lain-lain

: tidak ada

ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : Normal
Imunisasi

: Tidak jelas

Pekerjaan

: Wiraswasta, tukang besi

Perkawinan dan Anak : menikah,


2.3. PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 88 x/i

Frekuensi Nafas

: 28 x/i

Temperatur

: 38 oC

Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal


Kelenjar Getah Bening:Dalam batas normal
Persendian

: ROM sendi panggul menurun

KEPALA DAN LEHER


LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Bentuk dan Posisi

: medial

Pergerakan

: dalambatas normal

Kelainan Panca Indera : tidak ada


Rongga mulut dan Gigi : dalambatas normal
Kelenjar Parotis

: dalambatas normal

Desah

: tidak ada

Dan lain-lain

: tidak ada

RONGGA DADA DAN ABDOMEN


Paru-paru

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

: simetris kanan = kiri, dada nampak simetris


: stem fremitus kanan = kiri
: sonor di kedua lapangan paru

Jantung

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

: ictus cordis tidak terlihat


: ictus cordis tidak teraba
: batas atas jantung ICS II, batas kanan linea

sternalis kanan ICS

IV, batas kiri linea midclavicularis

ICS IV

Auskultasi : HR 88 x/menit, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

Palpasi

: simetris, datar
: supple, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak

teraba

Perkusi

Auskultasi : peristaltik (+) normal

: timpani

GENITALIA
Toucher

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4. STATUS NEUROLOGI


LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

SENSORIUM
KRANIUM
Bentuk

: bulat lonjong

Fontanella

: tertutup, keras

Palpasi

: dalam batas normal

Perkusi

: dalam batas normal, cracked pot sign

Auskultasi

: dalam batas normal

Transiluminasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

(-)

REFLEKS
Refleks Fisiologis

Kanan

Kiri

Biceps

Triceps

Radioperiost

APR

KPR

Strumple

Refleks Patologis

Babinski

Oppenheim

Chaddock

Gordon

Schaeffer

Hoffman Tromner

Klonus Lutut

Klonus Kaki

Refleks Primitif

: -/-

KOORDINASI
Lenggang

: Baik

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Bicara

: Bicara spontan

Menulis

: Tidak dilakukan pemeriksaan (TDP)

Percobaan Apraksia

: dalam batas normal

Mimik

: Baik

Test telunjuk-telunjuk : TDP


Tes Telunjuk-hidung

: TDP

Diadokhinesia

: DBN

Tes tumit-lutut

: TDP

Tes Romberg

: TDP

VEGETATIF
Vasomotorik

: DBN

Sudomotorik

: DBN

Pilo-erektor

:DBN

Miksi

:DBN

Defekasi

: BAB (-) seminggu

Potensi dan Libido

:DBN

VERTEBRA
Bentuk

Normal

: DBN

Scoliosis

: tidak ada kelainan

Hiperlordosis

: tidak ada kelaianan

Pergerakan

Leher

: DBN

Pinggang

: ROM menurun

PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk

:-

Tanda Kernig

:-

Tanda Lasegue

:-

Tanda Brudzinski I

:-

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Tanda Brudzinski II

:-

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL


Muntah

:-

Sakit Kepala

:-

Kejang

:-

2.5.SARAF OTAK/NERVUS KRANIALIS


NERVUS I

Meatus Nasi Dextra

Meastus Nasi

Sinistra
Normosmia

DBN

DBN

Anosmia

Parosmia

Hiposmia

NERVUS II

Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)

Visus
Lapangan Pandang

Normal

DBN

DBN

Menyempit

Hemianopsia

Scotoma

Refleks Ancaman

DBN (mengedip) DBN

Fundus Oculi

TDP

NERVUS III, IV, VI

TDP

Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)

Gerakan Bola Mata

Nistagmus

Lebar

3 mm

3 mm

bulat reguler

Pupil

Bentuk

bulat

reguler
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Refleks cahaya langsung:

Refleks cahaya tak langsung: +

Rima Palpebra

Deviasi Konjugate:

Fenomena Dolls Eye:

Strabismus

NERVUS V

+
Kanan

Kiri

Motorik

Membuka dan Menutup Mulut:

Palpasi otot masseter & temporalis:

Kekuatan gigitan

Sensorik

Kulit

Selaput lendir

Refleks kornea

Langsung

Tidak langsung
+
Refleks Masseter

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Refleks Bersin

: Tidak dilakukan pemeriksaan

NERVUS VII

Kanan

Kiri

Motorik

Mimik

Kerut kening

Menutup mata

Meniup sekuatnya

Memperlihatkan gigi :

+
+

+
+

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Tertawa

NERVUS VIII

Kanan

Kiri

Auditorius

Pendengaran

DBN

BDN

Test Rinne

TDP

TDP

Test Weber

TDP

TDP

Test Schwabach :

TDP

TDP

Vestibularis

Nistagmus

Reaksi Kalori

TDP

TDP

Vertigo

Tinnitus

NERVUS IX, X
Pallatum mole

: simetris

Uvula

: medial

Disfagia

:-

Disartria

:-

Disfonia

:-

Refleks Muntah

:+

Pengecapan 1/3 belakang

: DBN (anamnesa)

NERVUS XI
Mengangkat bahu

: +/+

Fungsi otot sternokleidomastoideus

: +/+

NERVUS XII
Lidah

Tremor

:LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Atrof

:-

Fasikulasi

:-

Ujung lidah sewaktu istirahat

: medial

Ujung lidah sewaktu dijulurkan : medial


2.6. SISTEM MOTORIK
Trof

: normotrof

Tonus

: normotonus

Kekuatan Otot

:
ESD: 5 5 5 5 5

ESS: 5 5 5

55
55555

55555

EID: 5 5 5 5 5

EIS: 5 5 5

55
55555

55555

Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring): nyeri bila duduk dan berdiri


sehingga sikap sulit dinilai.
Gerakan Spontan Abnormal

Tremor

:-

Khorea

:-

Ballismus

:-

Mioklonus

:-

Ateotsis

:-

Distonia

:-

Spasme

:-

Tic

:-

Dan lain-lain

:-

TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif

: nyeri (+), raba (+), suhu (+)

Propioseptif

: gerak (+), posisi (+)


LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Fungsi kortikal untuk sensibilatas

Sterognosis

Pengenalan 2 titik

Grafestesia

: DBN
: DBN

: DBN

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER


Laseque

: tidak ada nyeri/kelainan

Cross Laseque

: tidak ada nyeri/kelainan

Tes Lhermitte

: tidak ada nyeri/kelainan

Test Naffziger

: tidak ada nyeri/kelainan

GEJALA-GEJALA SEREBELLAR
Ataksia

:-

Disartria

:-

Tremor

:-

Nistagmus

;-

Fenomena Rebound

:-

Vertigo

:-

Dan lain-lain

:-

GEJALA-GEJALA EKSTRAPRAMIDAL
Tremor

:-

Rigiditas

:-

Bradikinesia

:-

Dan lain-lain

:-

FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif

: compos mentis

Ingatan Baru

: baik

Ingatan Lama

: baik

Orientasi

Diri

: baik

Tempat

: baik
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Waktu

: baik

Situasi

: baik

Intelegensia

: baik

Daya Pertimbangan

: baik

Reaksi Emosi

: baik

Afasia

Represif

: baik

Ekspresif

: baik

Apraksia

: DBN

Agnosia

Agnosia visual

Agnosia jari-jari : -

Akalkulia

Disorientasi Kanan-Kiri

:-

::-

KESIMPULAN
KU

: Nyeri pinggang, BAK tidak lancar, demam (+)

Os datang ke RSHM dibawa oleh isterinya dengan keluhan nyeri

pinggang, dirasakan pasien 3 hari SMRS.


Os mengaku nyeri tersebut bertambah berat pada saat duduk,
dan berdiri. Nyeri dirasa kan menjalar dari pinggang ke paha

belakang, betis, punggung .


Nyeri dirasakan berkurang

saat

berbaring.

Keluhan

ini

sebenarnya sudah dirasakan 1 tahun, tetapi hilang timbul

karena os mengonsumsi jamu-jamuan.


Penderita juga mengeluh demam dan nafsu makan berkurang.
BAB (+) dan BAK (+) tidak lancar.

Riwayat penyakit terdahulu


tidak ada disangkal

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Riwayat penyakit pada keluarga


-

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.

Riwayat penyakit lain di keluarga tidak ada.

Riwayat penggunaan Obat


jamu-jamu dan minuman penambah energi.
STATUS PRESENS
Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 88 x/i

Frekuensi Nafas

: 28 x/i

Temperatur

: 38 oC

STATUS NEUROLOGI
Refleks Fisiologis

Kanan Kiri

B/T

: +/+

+/+

APR/KPR

: +/+

+/+

Refleks Patologis

Kanan

Kiri

Babinski

Oppenheim

Chaddock

Gordon

Schaeffer

Hoffman Tromner

Klonus Lutut

Klonus Kaki

Refleks Primitif

: -/-

Peningkatan Tekanan Intrakranial


Muntah

:-

Sakit Kepala

:LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Kejang

:-

Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk

:-

Tanda Kernig

:-

Tanda Lasegue

:-

Tanda Brudzinski I

:-

Tanda Brudzinski II

:-

Kekuatan Otot

:
ESD: 5 5 5 5 5

ESS: 5 5 5

55
55555

55555

EID: 5 5 5 5 5

EIS: 5 5 5

55
55555

55555

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai rujukan
A.Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin

*9.3

g/dl
106 /L

12 - 16

Hitung eritrosit

*3.5

3.9 5.6

Hitung Leukosit

*14.500

/L

4000 11.000

Hematokrit

*29.3

36 - 47

Hitung Trombosit

*29.000

/L

150.000

450.000
Index Eritrosit
MCV

84

MCH

*26.4

fl

80 - 96

pg

27 - 31

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

MCHC

31,5

30 - 34

Hitung Jenis Leukosit


Eosinofl

Basofl

1-3

N. Stab

*0

N. Seg

%
%

0-1
2-6

*82

53 - 75

Limfosit

*18

20 - 45

Monosit

4-8

Laju endap darah

*82

0 - 20

mg/dl

< 140

B. Kimia Klinik
Glukosa Darah
Glukosa Darah Sewaktu*142
Fungsi Ginjal
Ureum

*34

Kreatinin

*1.30

As.Urat

mg/dl

20 - 40

mg/dl

0.6 1.1

mg/dl

<7

Foto Polos Thorax 04-04-2015

Kesan: TB Paru lama aktif dengan efusi pleura kiri

Jantung kesan tidak membesar

Sinus costophrenicus dan diaphragma normal.

CT scan lumbal tanpa kontras potongan axial 13-04-2015

Tampak mediolateral disc herniasi L3-4 dan L4-5

Tampak lesi hipodes densitas udara pada discus intervertbralis


L3-4

Tampak spur formation pada L3

Tidak tampak garis fraktur

Tidak

tampak

lesi

hipo/hiperdens

patologis

pada

corpus

vertebrae lumbal

Jaringan lunak paravertebrae tampak normal

Kesan:
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

o Suggestive mediolateral disc herniasi (HNP) L3-4 dan L4L5


o Vacum phenomenon L3-4
o Osteoft vertebrae L3
MRI

DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL : Low Back Pain (LBP)
DIAGNOSA ETIOLOGIK

: Hernia Nucleus Pulposus

DIAGNOSA ANATOMIK

: Nucleus Pulposus vertebrae

lumbal 3-4
DIAGNOSA KERJA

: LBP ec. Hernia Nucleus Pulposus

PROGNOSIS

FOLLOW UP (7 April-16 April 2015)


Tangga

Pemeriksaan

l
7/4/201

Neurologi)
S: nyeri pinggang bawah

O: Compos mentis

1. HNP lumbal

amp/8jam

TD: 150/80 mmHg

2. SOL

MST 10 mg 1x1/2

HR: 80 x/i

(VS,

Diagnosis

Penatalaksanaan

LBP ec.

Inj.
medulla

spinalis

Neuralgin

Gabapentin 100mg

RR: 22 x/i

3x1

Temp: 36,7oC

Paracetamol

TIK : -

500mg 3x1

Rangsang meningeal: N. Kranialis


LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

NI : Normosmia
NII,III: RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI: gerak bola mata N
NV: buka/tutup mulut (+)
NVII: sudut mulut simetris
NVIII: pendengaran baik
NIX,X: uvula medial
NXI: angkat bahu (+)
NXII: lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR:+/+
Refleks Patologis
H/T: -/Babinski: -/Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
55555
EID: 5 5 5 5 5
55555
ESS: 5 5 5 5 5
55555
EIS: 5 5 5 5 5
8/9/201

55555
S: nyeri pinggang bawah

O: compos mentis

1. HNP lumbal

amp/8jam

TD: 140/90 mmHg

2. SOL

MST 10 mg 1x1/2

HR: 125 x/i

LBP ec.

Inj.
medulla

spinalis

Neuralgin

Gabapentin 100mg

RR: 30 x/i

3x1

Temp: 36,7 oC

Paracetamol

TIK : -

500mg 3x1

Rangsang meningeal: N. Kranialis


NI : Normosmia
NII,III: RC +/+ pupil isokor, 3

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

mm
NIII,IV,VI: gerak bola mata N
NV: buka/tutup mulut (+)
NVII: sudut mulut simetris
NVIII: pendengaran baik
NIX,X: uvula medial
NXI: angkat bahu (+)
NXII: lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/Babinski: -/Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
55555
EID: 5 5 5 5 5
55555
ESS: 5 5 5 5 5
55555
EIS: 5 5 5 5 5
55555
9/4/201

S:

nyeri

pinggang/punggung

1. HNP lumbalis

berkurang, pusing, BAB 5


hari

lalu,

BAK

LBP ec.

lancar,

(L3-4)

Inj.

Neuralgin

amp/8jam
MST 10 mg 1x1/2
Gabapentin 100mg

demam

3x1

O: compos mentis

Paracetamol

TD:130/80 mmHg

500mg 3x1

HR: 104 x/i


RR: 24 x/i
Temp: 38,8 oC
TIK : Rangsang meningeal: N. Kranialis

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

NI : Normosmia
NII,III: RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI: gerak bola mata N
NV: buka/tutup mulut (+)
NVII: sudut mulut simetris
NVIII: pendengaran baik
NIX,X: uvula medial
NXI: angkat bahu (+)
NXII: lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/Babinski: -/Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
55555
EID: 5 5 5 5 5
55555
ESS: 5 5 5 5 5
55555
EIS: 5 5 5 5 5
10/4/20

55555
S: nyeri pinggang,

15

BAB 6 hari lalu

tidak

O: compos mentis

LBP ec.
2. HNP lumbalis
(L3-4)

Inj.

Neuralgin

amp/8jam
MST 10 mg 1x1/2

TD: 140/80 mmHg

Gabapentin 100mg

HR: 70 x/i

3x1

RR: 24 x/i

Paracetamol
o

Temp: 37,5 C

500mg 3x1

TIK : Rangsang meningeal: N. Kranialis


NI : Normosmia

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

NII,III: RC +/+ pupil isokor, 3


mm
NIII,IV,VI: gerak bola mata N
NV: buka/tutup mulut (+)
NVII: sudut mulut simetris
NVIII: pendengaran baik
NIX,X: uvula medial
NXI: angkat bahu (+)
NXII: lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/Babinski: -/Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
55555
EID: 5 5 5 5 5
55555
ESS: 5 5 5 5 5
55555
EIS: 5 5 5 5 5
55555

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Dan Fisiologi


3.1.1 Vertebrae
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis adalah
pilar utama tubuh merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak
beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut1:
a) Cervicalis (7)
b) Thoracalis (12)
c) Lumbalis (5)
d) Sakralis (5, menyatu membentuk sacrum)
e) Coccygeus (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas
2 bagian1:
1. Bagian anterior tersusun atas korpus bertebra, diskus intervertebralis
(sebagai artikulasi) dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior
dan posterior.
2. Bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong
dan pelindung kolumna vertebrae.

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Gambar 1. Padangan lateral columna vertebralis


3.1.2 Diskus Intervertebralis
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus
ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan
columna vertebralis. Struktur ini dapat dianggap sebagai discus semi elastis, yang
terletak di antara corpus vertebrae yang berdekatan dan bersifat kaku. Ciri fisiknya
memungkinkan berfungsi sebagai peredam benturan bila beban pada columna
vertebralis mendadak bertambah, seperti bila seseorang melompat dari tempat yang
tinggi. Kelenturannya memungkinkan vertebra yang kaku dapat bergerak satu dengan
yang lain. Sayangnya daya pegas ini berangsur-angsur menghilang dengan
bertambahnya usia.1

Gambar 2. Pandangan lumbar vertebrae


LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Setiap discus terdiri atas bagian pinggir, anulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu
nucleus pulposus.
a) Anulus fibrosus
Terdiri atas jaringan fibrocartilago, didalamnya serabut-serabut kolagen
tersususn dalam lamel-lamel yang kosentris..1
b) Nucleus fibrosus
Pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjong dari zat gelatin
yang banyak mengandung air, sedikit serabut kolagen, dan sedikit selsel tulang rawan.1

Gambar 3. A. Perubahan bentuk nucleus pulposus saat fleksi dan ekstensi.


B. Diskus intervertebralis
Discus intervertebralis tidak ditemukan di antara vertebra C1 dan C2 atau di
dalam os sacrum atau os coccygeus. Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus
maupun nucleus pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang
merupakan bagian peka nyeri adalah:1
a. Lig. Longitudinale anterior
b. Lig. Longitudinale posterior
c. Corpus vertebra dan periosteumnya
d. Articulatio zygoapophyseal
e. Lig. Supraspinosum
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP


sering terjadi di bagian postero lateral.1

Gambar 4. Penonjolan nucleus pulposus


3.2 PAIN (NYERI)
3.2.1 Definisi Pain
The International Association for the Study of Pain mendefinisikan nyeri
sebagai perasaan yang tidak menyenangkan baik itu sensasi maupun emosi berkaitan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan. Definisi ini mencakup aspek objektif, proses
fisiologi nyeri, subjektif, emosi dan psikologi. Respon nyeri sangat bervariasi antar
individu maupun pada individu yang sama dalam waktu yang berbeda.2
Menurut Smeltzer & Bare (2002), jenis pengukuran nyeri adalah sebagai
berikut:4
1. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak
yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri
sampai nyeri yang tidak tertahankan..5

Gambar 5
2. Skala Identitas Nyeri Numeriks
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,
maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).5

3. Skala Analog Visual


Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi pasien kebebasan penuh
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan
nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.6

Gambar 7.
4. Skala Nyeri menurut Bourbanis
Kategori dalam skala nyeri Bourbanis sama dengan kategori VDS, yang
memiliki 5 kategori dengan menggunakan skala 0-10. Menurut AHCPR (1992), kriteria
nyeri pada skala ini yaitu:5
0

: Tidak nyeri

1-3

: Nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6

: Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.

7-9

: Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

10

: Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Gambar 8.

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

3.3 LOW BACK PAIN


3.3.1 Definisi Low Back Pain
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah atau nyeri pinggang bawah
adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal
(inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung
bawah dapat berujuk kedaerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah/refered pain.7
Menurut Rakel (2002) Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung
antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor).
Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha.
LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.8
3.3.2 Klasifikasi Low Back Pain
Jenis Low Back Pain dari beberapa symptom penyakit spinal (nyeri, kaku,
keterbatasan gerakan, dan deformitas), nyeri adalah yang paling penting. Empat jenis
nyeri dapat dibedakan, yaitu lokal, alih, radicular, dan yang diakibatkan oleh spasme
otot sekunder (protektif). Jenis-jenis nyeri ini dapat dibedakan dari deskripsi pasien
tentang karakteristik, lokasi, kondisi yang memodifikasi nyeri itu sendiri.9
1. Nyeri Lokal
Nyeri lokal disebabkan oleh proses patologis yang mengenai struktur yang
mengandung serabut saraf sensorik. Keterlibatan dari periosteum copus vertebra, kapsul
sendi apophysial, otot-otot, annulus fibrosus, dan ligamentum-ligamentum sering
menyebabkan nyeri. Nyeri lokal sering digambarkan seperti nyeri yang terus-menerus
dan sangat nyeri, namun dapat juga intermiten dan tajam, dan walaupun tidak berbatas
jelas, nyeri selalu dirasakan di dalam atau dekat bagian yang terlibat dari tulang
belakang.9
2. Nyeri Alih
Nyeri alih memiliki 2 tipe ;
a. Pertama, yang berasal dari spinal ke visera dan struktur lain yang mendasari
dermatom lumbal dan sacral atas.

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

b. Yang kedua, yang berasal dari visera pelvis dan abdomen ke spinal. Nyer
yang disebabkan oleh penyakit dari lumbar bagian atas sering dialihkan ke
panggul, panggul lateral, inguinal, dan paha anterior.93.
3.

Nyeri Radikular
Mekanismenya adalah peregangan, iritasi, atau kompresi dari radiks spinal.

Karakteristik nyeri tersebut tajam dan intensitas tinggi. Batuk, bersin, dan mengangkat
beban dapat mencetuskan nyeri alih ini, walaupun tiap aktivitas ini meningkatkan
tekanan intrabdominal, dapat juga meningkatkan tekanan intraspinal yang dapat
menekan radiks.9
4. Nyeri yang berasal dari spasme otot
Nyeri ini biasanya terjadi berhubungan dengan nyeri lokal, spasme otot
berhubungan dengan gangguan punggung bawah dan mengganggu postur
normal. Kontraksi otot yang kronik dapat meningkat menjadi tumpul dan terasa
nyeri kram. Pasien dapat merasa kaku pada otot sacrospinalis dan gluteal dan
saat palpasi nyeri bersifat lokal.9
3.3.3 Faktor Risiko Low Back Pain
Obesitas yang berasal dari obesitas sentral, dan kehamilan pada tingkat akhir
dapat mengganggu kelengkungan spinal dan menyebabkan low back pain. Pada
kehamilan, nyeri biasanya membaik saat kelahiran. Beberapa aktivitas seperti jogging,
lari pada jalan bersemen ketimbang lintasan sintel, mengangkat beban berat, duduk
yang terlalu lama (mengendara truk, mobil, dan kursi yang didesain tidak baik) dapat
mencetuskan nyeri. Namun demikian faktor psikologis juga dapat mencetuskan nyeri.10

3.3.4 Penyebab Low Back Pain


Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP, antara lain:
A. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainan-kelainan
kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian
karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back
pain yang disertai dengan skoliosis ringan.11

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

B. Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo,
2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang
akut.11
C. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang
disebabkan oleh perubahan jaringan antara lain osteoartritis (spondylosis deformans),
fibrositis, dan penyakit infeksi sendi.12
D. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu
yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP.11
3.3.5 Diagnosis
-----

Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,

pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.


1

Anamnesis
-

Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
spontan.

Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari
sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.

Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan


keterlibatan radiks saraf.-

Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah


melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin
disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor
dalam kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang
setelah

melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan

spondilitis

ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi nyeri pada


HNP.
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis


neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal
dan nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.

Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,


misalnya spondilitis.

Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila


progresif mungkin tumor.

Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.

Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.

Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.

Pemeriksaan Fisik umum


a. Posisi berdiri:
-

Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.

Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,


lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring
tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.

Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.

Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).

Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.

Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.

b. Posisi duduk:

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

c. Posisi berbaring :
-

Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.

Pengukuran panjang ekstremitas inferior.

Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

d. Pemeriksaan neurologik,
1

Pemeriksaan sensorik

Pemeriksaan motorik yang dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau


fasikulasi otot

Pemeriksaan tendon

Pemeriksaan yang sering dilakukan


-

Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes


Sicard)

Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)

Tes Patrick dan Tes Contra Patrick

Tes Distraksi dan Tes Kompresi

e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi
2. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati
3. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.
4. MRI tulang belakang

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda


equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku emas
untuk HNP.
5. Pemeriksaan Radiologi
-

Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela
invertebrata dan pembentukan osteofit.

Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

g. pemeriksaan Laboratorium klinik


h. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang
menuju ke sana).
3.3.6 Terapi
Pada prinsipnya penanganan LBP dapat mencakup :
1. Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka
waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan
interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki
efek depresan. Pada tahap awal, apabila didapati pasien dengan depresi
premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri, pemberian anti depresan
dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis lainnya, kadang-kadang memerlukan
campuran antara obat analgesik, antiinflamasi, OAINS, dan penenang.
2. Rehabilitasi Medik
a. High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
-

Mempercepat resolusi inflamasi kronik

Mengurangi nyeri

Mengurangi spasme

Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous

b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling
menjauh.
Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
-

Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi

Peregangan terhadap diskus intervertebralis

Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus

artikularis.

Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh

c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan berdasarkan
kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap badan melawan
kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas
sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik terapi ini bersifat umum
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh. Tujuan
terapi ini:
-

Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh

Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan

Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan psikis


sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan pernafasan.

Mengurangi nyeri
Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise

Pelvic tilt exercise

Curl-up exercise

Lower trunk rotation stretch Curl-up exercise

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Alternate arm-leg extension exercise

Alternate leg extension

Trunk flexion stretch Alternate arm-leg extension exercise

Prone Lumbar Extension Alternate leg extension

Hamstring stretch while standing

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

3 Pembedahan

merupakan tindakan yang paling jarang di lakukan. Pada umumnya


dilakukan bila nyeri karena tonjolan discus ( hernia nucleus pulposus HNP).
Bila nyeri tidak teratasi dan kelemahan tungkai beranjak memburuk, karena
tekanan pada saraf.
3.3.7 Prognosis
Prognosis mencakup prognosis klinis dan prognosis fungsional. Tujuan dari
menentukan prognosis adalah untuk memberikan penilaian terhadap perkembangan
lebih lanjut dari penyakit yang diderita.16
1.

Prognosis Klinis
Secara klinis, prognosis LBP bergantung dari etiologi LBP, tata laksana yang

akan dijalani oleh pasien, kepatuhan pasien, dan latihan-latihan yang akan dilakukan
oleh pasien. Pasien sedang menjalani fisioterapi berupa pemanasan dalam (SWD dan
IRR), TENS, dan disarankan untuk menggunakan korset. Jika pasien patuh, mengikuti
latihan dan tata laksana dengan baik, prognosis secara klinis dari pasien ini adalah
dubia ad bonam.16
2. Prognosis Fungsional
Prognosis secara fungsional dapat dinilai dengan menggunakan standar
fungsional Functional Independence Measure (FIM), Indeks Katz, atau Indeks Barthel.
Secara umum yang dinilai adalah fungsional aktivitas pasien yang mencakup kegiatan
sehari-hari, yaitu makan, mobilitas, mandi, personal toilet, berpakaian, mengatur BAB
dan BAK. Pasien ini dapat dapat melakukan semua kegiatan tersebut secara mandiri,
tetapi ada keterbatasan gerak pada saat duduk, hendak berdiri, dan beribadah (sholat).
Dengan program rehabibiltasi tulang belakang yang aktif dan terfokus, prognosis dari
pasien ini untuk dapat beraktivitas yang bebas dari nyeri sangat baik, walaupun

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

beberapa pasien LBP menetap dan membutuhkan lebih banyak intervensi. Oleh karena
itu, prognosis fungsional pasien ini adalah dubia ad bonam.16

3.4 Hernia Nucleus Pulposus


3.4.1 Definisi Hernia Nucleus Pulposus
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan yang
berada diatara

ruas tulang belakang biasa disebut nucleus pulposus mengalami

kompresi di bagian posterior atau lateral, kompresi tersebut menyebabkan nucleus


pulposus pecah sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis
spinalis dan mengakibatkan iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi
terasa nyeri yang menjalar(Benjamin, 2011). Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNP
adalah:
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat
batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri
4.

berkurang klien beristiraho berbaring.


Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot

menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.


5. Nyeri bertambah bila daerah L5S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan

Gambar 12.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus


3.4.2 Etiologi dan Predisposisi
Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan dari anulus fibrosus.
Dalam keadaan normal anulus fibrosus melindungi dari letak nukleus yang terkandung
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

di dalamnya. Pada saat terjadi herniasi pada nukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf
yang berdekatan dengan tempat terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang
menyebabkan rasa nyeri yang bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi
disfungsi sistem saraf(Sahrakar, 2011).
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat dirubah dan
yang tidak dapat dirubah yaitu:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera atau trauma pada punggung
Faktor risiko yang dapat diubah:
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus
untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
3.4.3 Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di
canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor
nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis,
termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

yang

bertujuan

untuk

mencegah

pergerakan

sehingga

proses

penyembuhan

dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat
menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan
dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik panas
yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Sahrakar, 2011);(Foster
2012).

Gambar 13. Gambar proses terjadinya herniasi

3.4.4 Penegak Diagnosa


1. Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila
duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan
dari intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai
timbulnya keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita
diawali kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga
ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler,
riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi(windsor, 2012).
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

2. Pemeriksaan Fisik
Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis
lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang
panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
c. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
d.

Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).

e. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
f. Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.

Posisi duduk:
a.

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

b.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

Posisi berbaring:
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

Pemeriksaan neurologik:
LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

a.

Pemeriksaan sensorik

b.

Pemeriksaan motorik untuk mencari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot

c.

Pemeriksaan tendon

d.

Pemeriksaan yang sering dilakukan


-

Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)

Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)

Tes Patrick dan Tes Contra Patrick

Tes Distraksi dan Tes Kompresi (windsor, 2012).

3.
-

Gambar 14. Pemeriksaan patrik dan laseque


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lab untuk mengetahui adanya infeksi.
Skrining rheumatologi.
Tes neuroendokrin

Elektromiografi (EMG)

Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)

Magnetic resonance imaging (MRI) (windsor, 2012).

4. Pemeriksaan Gold standard


Pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan Magnetic resonance imaging
karena dengan pemeriksaan tersebut dapat didiagnosis terjadinya kompresi pada tulang
belakang (windsor, 2012).

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

Gambar 15.Gambaran MRI HNP


3.4.5 Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
OAINS dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. OAINS
yang dapat dipilih adalah bergantung pada dosis yang akan digunakan dan harga yang
akan diberikan. Apabila nyeri dirasakan sangat menyiksa, dapat diberikan analgesic
narkotik untuk mengurangi rasa nyeri dengan cepat. Contoh obat anti inflamasi non
steroid yang dapat diberikan adalah Calecoxib, Ibuprofen, Naproxen, dan Ketoprofen.
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah
yang dapat dilakukan apabila terjadi herniasi diskus intravertebralis adalah
microdiscectomy dan laminotomy.

2) Non-medikamentosa
Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:
Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberian penanganan awal

seperti pemberian analgetik, anti inflamasi, dan terapi fisik.


Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dari biokimia dan deficit

jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik ringan untuk memperkuat otot.
Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah agar rasa nyeri
kembali menyerang (Windsor, 2012).

3.4.6 Prognosis
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasin yang dioperasi, 90% keluhan membaik terutama nyeri tungkai, sementara
kemungkinan terjadinya kekambuhan setelah operasi adalah 5%.

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

BAB IV
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis
atau mengarah kedorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
Gangguan ini berupa nyei pinggang yang sering dikeluhkan oleh orang awam.
Walaupun etiologi nyeri pinggang bawah terdapat berbagai sebab, tetapi HNP
merupakan penyakit yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Prevalensinya berkisar
antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai disk
intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik
dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.
Untuk mendiagnosis HNP butuh pemeriksaan radiologi. MRI merupakan pilihan
dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki spesitifitas dan sensitivitas yang
tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang hanya dapat melihat komponen
tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat mencurigai kearah HNP
dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti myelografi, MRI,
ataupun diskografi.

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
2. IASP. 2011. IASP Taxonomy. Diunduh dari http://www.iasp-pain.org/. [Diakses
tanggal 22 Maret 2013].
3. Tamsuri, A. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
4. Smeltzer, S. C, Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: EGC
5. Agency for Health Care Policy and Research. 1992. Assessment & management of
pain. Diunduh dari http://rnao.ca/. [Diakses tanggal 22 Maret 2013].
6. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC.
7. Meliala, L. dan Pinzon, R. 2004. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri
Punggung Bawah. Dalam Meliala, L. et al. Kumpulan Makalah Pain
Symposium: Toward Mechanism Based Treatment, hal 109-116. Yogyakarta:
Medikagama Press.
8. Maher, Salmond dan Pellino. 2002. Low Back Pain Syndrome. Philadelphia: FA
Davis Company.
9. Roper, A.H. dan R.H. Brown. 2005. Adams dan Victors Priciples of Neurology. Edisi
8. The McGraw Hill Companies. Inc. USA. Halaman 168-170.
10. Ehrilch, G.E. 2003. Low Back Pain. Bulletin of the World Health Organization; 81.
Halaman 671-676.
11. Bimariotejo. (2009). Low Back Pain(LBP). Diunduh dari www.backpainforum.com/
[Diakses tanggal 22 Maret 2013].

LAPKAS NEUROLOGI | LBP e.c Hernia Nucleus Pulposus

Anda mungkin juga menyukai