Asuhan Keperawatan Perioperatif An. M Dengan Tonsilitis Kronis Di Ok 10 Instalasi Bedah Sentral Rsud Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Asuhan Keperawatan Perioperatif An. M Dengan Tonsilitis Kronis Di Ok 10 Instalasi Bedah Sentral Rsud Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
M DENGAN
TONSILITIS KRONIS DI OK 10 INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO
Diajukan Oleh:
Putra Agina Widyaswara Suwaryo
Lembar Pengesahan
LAPORAN KASUS
Pembimbing Lahan
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mencoba merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan
keperawatan perioperatif kepada An.M dengan kasus tonsillitis kronis.
C. RUANG LINGKUP
Permasalahan yang timbul pada bedah urologi cukup luas, sehingga penulis
mengambil judul Asuhan Keperawatan Periopertif Tonsilitis kronis pada
An.M di Instalasi Bedah Sentral RSUD Margono Soekardjo.
D. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatanini adalah untuk
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif Tonsilitis kronis di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Margono Soekardjo.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operasi tonsilitis kronis
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan intra operasi tonsilitis kronis
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post operasi tonsilitis kronis
E. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Individu
Dapat membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan
kenyataan yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung
pelaksanaan praktek dirumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan
keperawatan keperawatan perioperatif tonsilitis kronis, membantu untuk
mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Peradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan tonsil yang pada
umumnya sering didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain, seperti
misal sinusitis, rhinitis, infeksi umum seperti morbili, dan sebagainya.
Tonsilis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan
tidak jarang tonsil tampak sehat. Tapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan
membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan bila
tonsil ditekan keluar detritus.
B. Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease yang bekerja sama dengan Surgeon
General of the Army, dimana dari 169 kasus didapatkan :
1. 25 % disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada masa
penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam
serum penderita.
2. 25 % disebabkan oleh Streptokokus lain yang tidak menunjukkan kenaikan
titer Sreptokokus antibodi dalam serum penderita.
3. Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influensa.
Ada pula yang menyebutkan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut:
1. Streptokokus hemolitikus Grup A
2. Hemofilus influensa
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5. Tuberkulosis (pada immunocompromise)
Faktor Predisposisi
1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)
2. Higiene mulut yang buruk
C. Manifestasi Klinis
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan
pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit waktu
menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang mungkin
tampak:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang
melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.(5,12)
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi
menjadi:
T0
T1
T2
T3
T4
D. Diagnosis
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting, karena hampir 50 %
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada
demam dan nyeri pada leher.
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut.
Sebagian
kripta mengalami
stenosis,
tapi
eksudat
(purulen) dapat
E. Komplikasi
1. Komplikasi sekitar tonsil
a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus
dan abses.
b. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi
berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus
kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus
paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os petrosus.
d. Abses retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi
pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih
berisi kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan
fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna
putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan
tonsil membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasi ke organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis
F. Penatalaksanaan
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan
tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan medis
atau yang konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan
medis termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari
dan usaha untuk membersihkan kripta tonsillaris dengan alat irigasi gigi/oral.
Ukuran
jaringan
kronis/berulang.
tonsil
tidak
mempunyai
hubungan
dengan
infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal
Tempat
: IBS
Jam
: 09.30 WIB
Metode
Sumber
: An. M
Oleh
: Putra Agina WS
A. Identitas Pasien
Nama
: An. M
Umur
: 10 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Pamijen - Sokaraja
Status
: Anak kandung
Pekerjaan
: Pelajar
Diagnosa Medis
: Tonsilitis Kronis
No. RM
: 870000
Tanggal masuk
: 20 desember 2012
B. Penanggung Jawab
Nama
: Ny. T
Umur
: 38 tahun
Alamat
: Pamijen - Sokaraja
Hubungan dg klien
: Ibu An. M
C. Riwayat penyakit
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan takut
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan takut akan dioperasi, sempat bertanya sakit tidaknya
tindakan operasi dan lamanya operasi berlangsung. Penyakit ini sudah
kambuh > 10 kali per tahun, dan kambuhnya setelah minum es. Ketika
kambuh diikuti dengan demam.
3. Riwayat penyakit dulu
Pasien sering kambuh sejak 2 tahun terakhir dan hanya berobat ke yankes
terdekat.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita seperti penyakit yang diderita pasien
sekarang
D. Sistem Tubuh
1. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 20x/m, irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak
cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, hasil thorax.
2. Kardiovascular (B 2 : Bleeding)
TD
100
Motorik
Status gizi
: BB 24 Kg,
a. Kepala
Rambut pasien lurus, beruban, kulit kepala bersih
b. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tak ikterik.
c. Telinga
Bentuk daun telinga simetris, pendengaran terganggu (agak tuli).
d. Hidung
Cukup bersih, terdapat rambut hidung, tidak terdapat polip.
e. Mulut
Bibir dan mukosa mulut lembab, terdapat peradangan pada kedua
tonsilnya (tonsil palatina membesar diameter 2 cm).
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan nodul limfe pada kedua sisi
leher, tidak terdapat peningkatan vena jugularis pressure (JVP).
g. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada benjoalan tulang costa saat pasien
bernafas, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Tidak terdapat acites, hepar tidak membesar, tidak ada distensi abdomen,
terdapat benjolan dua jari diatas simfisis, tidak ada nyeri tekan.
i. Genetalia
Bersih, tidak ada penyakit kulit di area tersebut.
j. Ekstremitas
Atas
G. Pemerikasaan Penunjang
1. Laboratorium Hematologi (20 desember 2012 jam 12.15 WIB)
Parameter
Hasil
Satuan
Nilai Normal
14.0 18.0
g/dL
12.7
Hemoglobin
/uL
4800 10800
12080
Leukosit
42 52
%
36
Hematokrit
4.7 6.1
10^6 /uL
4.8
Eritrosit
150000 450000
/uL
340.000
Trombosit
79.0 99.0
fL
75.3
MCV
27.0 31.0
pg
26.6
MCH
33.0 37.0
%
35.4
MCHC
11.5 14.5
%
13.4
RDW
7.2 11.1
fL
8.9
MPV
2. Hitung Jenis (20 desember 2012 jam 12.15 WIB)
Parameter
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
PT
APTT
LED
Hasil
0.5
3.3
0.00
38.0
49.3
8.9
12.2
40.9
18
Satuan
%
%
%
%
%
%
detik
detik
Informed consent
: Sudah
Gelang Identitas
: Sudah
Nilai Normal
0.0 1.0
2.0 4.0
2.00 5.00
40.0 70.0
25.0 40.0
2.0 8.0
11.5 15.5
25 35
H. Therapy
Ampicilin
3 x 500mg
RL
12 tpm
I. Persiapan operasi
a. Pasien puasa 8 jam sebelum operasi, mulai jam 03.00 WIB.
b. Mencocokkan identitas pasien (nama, nomor medical record), gelang pasien.
c. Cek hasil pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Rontgen dsb).
d. Pastikan inform consent dengan baik, persetujuan operasi dan
persetujuan anestesi lengkap.
e. Diruang persiapan pasien terpasang infus RL 12tpm ditangan kiri.
J. Data Fokus
1. Pre Operasi
Pasien mengatakan takut akan dioperasi, bertanya sakit tidaknya
tindakan operasi dan lamanya operasi berlangsung.
Tanda tanda vital:
Di Bangsal : TD 100/70mmHg, Nadi 90x/m, RR 20x/m, Suhu 36,3oC
Di Ruang Pre Op: TD
110
35,8 C
2. Intra Operasi
Operasi dilakukan pada tanggal 21 desember 2012 di OK X IBS RS
Margono Soekardjo Purwokerto, pasien dibawa ke ruang operasi
dibaringkan dimeja operasi pada jam 10.00 WIB dengan posisi
supinasi, menggunakan electro surgical unit (couter) bipolar. Pasien
dibius menggunakan general anestesi ETT no 4,5. Tanda tanda vital :
Nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 35 oC.
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
Cairan
: Input
RL 300 cc
Output
3. Post Operasi
An. M dipindahkan dari ruang operasi ke RR jam 11.15 WIB dengan
posisi SIM
a. Status Sirkulasi
100
TD
Nadi
: 88 x /menit
Respirasi
: 24 x/menit
/80 mmHg
b. Status Respirasi
Pasien terpasang binasal kanul dan mendapat therapy O2 2 l/menit.
c. Status Neurologis
Pasien sudah membuka mata ketika dipanggil, namun belum sadar
penuh.
Penilaian Steward Score
No.
1.
2.
3.
Kriteria
KESADARAN
Menangis
Respon terhadap stimulus/rangsangan
Tidak bereaksi
PERNAFASAN
Bangun atas dasar perintah, menangis, batuk
Mempertahankan jalan nafas dengan baik
Perlu bantuan untuk mempertahankan
GERAKAN
Menggerakkan anggota badan dengan tujuan
Gerakan tanpa tujuan
Tidak bergerak
JUMLAH
Nilai
Hasil
2
1
0
2
1
0
2
1
0
* Keterangan :
1) beri tanda () pada kriteria yang ada pada pasien saat dikaji
2) nilai normal Steward Score 5
Tanggal
Data Fokus
Masalah
Penyebab
Pre Operasi
21
des Ds:
Ketakutan Prosedur
Pasien
mengatakan
takut
akan
pembedahan
2012
dilakukan operasi.
yang akan
Do :
09.30 WIB Pasien tampak bingung dan gelisah,
dilakukan
Di Bangsal:
TD 100/70mmHg, Nadi 90x/m, RR
20x/m, Suhu 36,3oC
Di Ruang Pre Op:
TD 110/70mmHg, Nadi 98x/m, RR
24x/m, Suhu 35,8oC
Resiko
11.20 WIB Ds:cedera
Do:
Pasien belum mampu menggerakan
anggota badan, terlihat lemas
Perdarahan
post op TE
Proses
pemindahan
pasien
Dx Kep
Ketakutan
b.d. prosedur
pembedahan
yang akan
dilakukan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x10 menit diharapkan
ketakutan pasien berkurang dengan
kriteria hasil:
Resiko
combustio
b.d.
penggunaan
electro
surgical unit
Resiko
aspirasi b.d.
perdarahan
post op TE
Indikator
Tujuan Awal
2
3
a. Pasien tidak gelisah
2
3
b. TTV dalam batas normal
Keterangan :
( 1-5 : tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat )
Intervensi
1. Kaji dan dokumentasi tingkat ketakutan
pasien
2. Jelaskan informasi tentang prosedur, sensasi
yang biasanya dirasakan ketika operasi.
3. Berikan informasi yang faktual terkait
diagnosis dan tindakan operasi yang
dilakukan
4. Anjurkan pasien untuk rileks dan terlebih
dahulu berdoa sebelum tindakan operasi
dimulai
5. Memonitor TTV.
Rasional
1. Mengetahui tingkat ketakutan
pasien
2. Memberikan pemahaman terkait
prosedur operasi yang akan
dilaksanakan
3. Mengurangi ketakutan pasien
4. Memberikan kondisi rileks
5. Mengetahui perkembangan TTV
pasien
1. Mempertahankan kebutuhan O2
2. Menghisap
lendir
(mempertahankan jalan nafas
tanpa merangsang area post OP
TE)
3. Mencegah terjadinya aspirasi
Indikator
Tujuan Awal
1
3
a. tidak ada luka bakar
1
3
b. operasi berjalan lancar
Keterangan :
( 1-5 : tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat )
Indikator
Tujuan Awal
1
3
a. jalan nafas efektif
1
3
b. tidak ada aspirasi
Keterangan :
( 1-5 : tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat )
Resiko
cedera b.d.
proses
pemindahan
pasien
Tgl / Jam
21 des 2012
09.30 WIB
Implementasi
Respon
1. Menjelaskan
informasi
tentang
prosedur, sensasi yang biasanya
dirasakan ketika operasi dan informasi
yang faktual terkait diagnosis dan
tindakan operasi yang dilakukan
2. Menganjurkan pasien untuk rileks dan
terlebih dahulu berdoa sebelum
tindakan operasi dimulai
3. Memonitor TTV.
Evaluasi
S : pasien mengatakan cemas berkurang
O: pasien tidak gelisah, TD 100/70mmHg,
nadi 8x/m, RR 20x/m, suhu 36oC
A: masalah teratasi
Indikator
a. Pasien tidak gelisah
b. TTV dalam batas normal
Tujuan
2
2
Awal
3
3
Akhir
2
2
P : pertahankan intervensi
Tujuan
1
1
P : pertahankan intervensi
Awal
3
3
Akhir
1
1
Tujuan
1
1
Awal
3
3
Akhir
1
1
P : pertahankan intervensi
Tujuan
1
P : pertahankan intervensi
Awal
3
Akhir
1
BAB IV
PEMBAHASAN
100
Suhu 36,3oC dan di Ruang Pre Op: TD 110/70mmHg, Nadi 98x/m, RR 24x/m, Suhu
35,8o Dari hasil pengkajian dapat dianalisa diagnosa keperawatan yang muncul
adalah Ketakutan berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan
dilakukan, perubahan status kesehatan. Menurut Nanda (2006) ketakutan adalah
respon yang mempersepsikan ancaman yang secara sadar ataupun diakui sebagai
suatu bahaya.
Saat akan dilakukakan operasi, pembiusan dilakukan dengan general
anestesi, pasien terpasang ETT no 4.5 saturasi O2 100% dan mendapat terapi O2 8
liter/menit. Pasien terpasang netral couter, sehingga dapat diambil masalah
keperawatan resiko combustio b.d penggunaan mesin electro surgical unit. Namun
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama operasi berlangsung s/d selesai
combustio pada pasien tidak terjadi.
Pasien masuk recovery room (RR) dalam keadaan belum sadar penuh.
Pasien terpasang O2 binasal kanul 2 l/m. Dari keadaan tersebut dapat diambil
masalah keperawatan resiko aspirasi karena pasien dilakukan general anestesi.
Selain itu dengan kondisi yang belum sadar penuh tidak memungkinkan pasien
untuk bergerak, sehingga masalah keperawatan resiko cedera baik diam ditempat
tidur maupun saat pemindahan pasien diambil.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada pre ditemukan masalah keperawatan ketakutan berhubungan dengan
prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
2. Pada
intra
ditemukan
masalah
keperawatan
resiko
combustio
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien pre operasi yang mengalami ketakutan dapat dialihkan
perhatiannya dari tersebut dengan cara mengajaknya berkomunikasi atau
music hipnoteraphy bila ada, dan dianjurkan untuk selalu berdoa
menjelang tindakan operasi
2. Pantau terus perdarahan yang keluar selama operasi berjalan, dan
perhatikan cairan yang masuk lewat infuse
3. Pindahkan pasien dengan lebih hati-hati dan tidak gugup
4. Pantau selalu posisi pasien (harus dalam posisi SIM) sampai pasien sadar
penuh
DAFTAR PUSTAKA