Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dosen Pengampu :
Zainul Anwar, S.Psi., M.Psi
Oleh:
Laila Indra Lestrari
201310230311380

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
BAB II

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN


Konsep dasar ilmu menurut Islam berbeda secara diametral dengan konsep
ilmu menurut pandangan barat. Kesalahan memahami konsep ilmu ini akan
menyebabkan kekeliruan dalam memahami proses Islamisasi ilmu pengetahuan.
Sebab, Islamisasi ilmu pengetahuan mensyaratkan suatu konsep ilmu yang benar
menurut Islam. Westernisasi atau sekularisasi ilmu inilah yang menimbulkan
permasalahan di dunia Islam dan kaum muslimin pada umumnya. Solusi dari
permasalahan tersebut adalah Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Menurut Al-Ghazali,
dan Al-Attas (dalam Budi Handrianto, 2010:63) ilmu dikategorikan menjadi dua yaitu
FardhuAin (The Religious Scinces/Ilmu-ilmu Agama), terdiri dari Al-Quran (tafsir dan
tawilnya), Sunnah (kehidupan Nabi, sejarah, dan risalah nabi-nabi terdahulu, hadist
dan periwayatannya), Syariah (fikih dan hokum, prinsip-prinsip dalam Islam), Teologi
(Tuhan, Dzat-Nya, sifat, nama dan Perbuatan-Nya), Metafisika Islam (At-Tasawwuf,
psikologi, kosmologi dan ontologi), Ilmu bahasa (bahasa Arab, tata bahasanya,
leksikografi dan sastra) dan Fardhu Kifayah (The Rational, Intellectual and
Philoshopical Sciences), terdiri dari ilmu kemanusiaan, ilmu alam, ilmu terapan, ilmu
teknologi, perbandingan agama, kebudayaan barat, ilmu linguistic, dan sejarah.
Sedangkan definisi Ilmu menurut Ilmuwan Muslim (dalam buku Islamisasi
Sains,2010:49) tentu berbeda dengan yang pernah disebutkan di atas, salah
satunya pendapat yang berkembang adalah pendapat Ibnu Taimiyah.

Beliau

mendefinisikan ilmu sebagai sebuah pengetahuan yang berdasar pada dalil (bukti).
Dalil yang dimaksud bisa berupa penukilan wahyu dengan metode yang benar (alnaql al-mushaddaq), bisa juga berupa penelitian ilmiah (al-bahts al-muhaqqaq).
Sedang yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat adalah yang bersumber
dari rasul. Disini jelas bahwa Islam, wahyu merupakan sumber ilmu. Sedangkan
dalam pandangan barat, wahyu tidak termasuk ilmu karena tidak dapat dibuktikan
kebenarannya.
Menurut buku Islamisasi Sains karangan Budi Handrianto, Ilmu-ilmu Islam
yang berkembang di abad pertengahan itu kemudian dibawa (diambil) Barat dan
dipisahkan dari ruh agama (sekularisasi). Setelah itu peradaban barat muncul
didukung oleh ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada aspek rasio semata.

Seperti di bidang psikologi, digemakan oleh Sigmund Freud dengan teori


psikoanalisisnya.
Jadi kesimpulannya, Ilmu dalam pandangan Islam mempunyai ruang lingkup
yang lebih luas dari pada sains dalam istilah peradaban barat. Sains membatasi
dirinya dalam hal-hal yang bersiat fisik, sedangkan ilmu dalam pandangan Islam
masih tetap meliputi tidak hanya fisik tetapi juga metafisika. Ilmu dalam pandangan
Islam tidak bebas nilai, sedangkan sains barat atau sains modern yang saat ini
berkembang di dunia barat atau dunia Islam menyatakan bahwa sains itu netral
atau bebas nilai. Pada kenyataannya, ilmu itu tidak bebas nilai karena ilmu dari
waktu ke waktu mengalami naturalisasi, yaitu diadaptasi berdasarkan agama,
budaya, paradigma, dan cara pandang tertentu.
Budi Handrianto dalam buku Islamisasi Sains (2010) berpendapat bahwa Ilmu
pengetahuan mengalami naturalisasi karena terjadi akulturasi dari luar terhadap
budaya yang berlaku di ranah baru. Melalui proses inilah ilmu tersebut kemudian
menjadi terasimilasi secara penuh pada tuntutan-tuntutan kebudayaan negeri
tersebut,

termasuk

agamanya.

Ilmuwan

muslim

terdahulu

juga

melakukan

naturalisasi ilmu dengan menyerap dan mengadaptasi ilmu-ilmu dari Yunani.


Naturalisasi atau Islamisasi awal Islam ini akan diuraikan pada bagian Sejarah
Islamisasi Sains di Awal Islam. (Budi Handrianto, 2010)
Ilmu pengetahuan itu adalah pengetahuan yang paling eksak, diverifikasikan
secara paling cermat dan yang paling umum yang dapat diperoleh manusia
(Herbert dalam Zuardin,2010). Ashley Montagu (2010), guru besar antropologi di
Rutgers University menyimpulkan bahwa Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi, dan
percobaan untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang
dipelajari.Mengislamkan ilmu pengetahuan itu didasarkan menurut Islam sehingga
kita sebagai umat muslim harus dapat memilah milah ilmu yang didapat dari sudut
pandang manapun. Sebagaimana kita tahu bahwa sekarang era globalisasi yang
berkembang semakin pesat.
Pengertian Islamisasi pengetahuan itu sendiri adalah sebuah gagasan yang
timbul akibat adanya dikotomi dalam ilmu pengetahuan. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan mengembalikan ilmu pengetahuan pada pusatnya yaitu
dengan tauhid. Berbicara tentang Islamisasi tidak bisa lepas dari peran pemikiran
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, penggagas awal ide Islamisasi ilmu pengetahuan.

Al-Attas menurut Wan Daud telah menemukan temuan ilmiah terpenting dunia
islam abad ini, yaitu masalah ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan modern tidak
bebas nilai (netral), umat Islam perlu mengislamkan ilmu pengetahuan masa kini.
Padahal, munculnya Islamisasi ilmu pengetahuan disebabkan perbedaan
pandangan-alam antara Islam dan agama atau budaya lain berbeda. Islamisasi
bukan

saja

mengkritik

budaya

dan

peradaban

global

Barat.

Ia

juga

menstransformasi bentuk-bentuk local, etnik supaya sesuai dengan pandanganalam Islam. Islamisasi adalah menjadikan bentuk-bentuk budaya, adat, tradisi dan
lokalitas universal agar sesuai dengan agama Islam yang universal.
Dapat

disimpulkan

bahwa

kemajuan

Barat

banyak

di

dukung

oleh

intelektualisme Islam, yaitu melalui penerjemahan karya-karya sarjana muslim.


Dalam buku Islamisasi Sains karangan Budi (2010) Barat mengambil ilmu-ilmu
tersebut dan mengembangkannya sehingga terciptalah revolusi ilmiah abad 17-18.
Mereka juga mengabil model pembelajaran Universitas Perguruan Tinggi Islam
seperti Universitas Qarawiyyin (University of Al Karaounie) di Fez, Maroko yang
berdiri pada tahun 859, tak terkecuali Universitas Al-Azhar di Cairo tahun 1171.
Nama-nama ilmuwan Islam dikutip dengan cara di baratkana tau di latin kan
sehingga beberapa nama tersebut menjadi asing di telinga kita.
Setelah sains mengalami transformasi dari sains Islam kepada sains Barat
yang secular maka beberapa ilmuwan atau intelektual muslim berupaya untuk
mengislamkan kembali. Pada kurun inilah dimulai kembali projek Islamisasi yang
biasa disebut dengan Islamisasi Ilmu pengetahuan Kontemporer. Jauh setelah
proses Islamisasi ilmu di awal Islam, umat Islam mengalami kemunduran dan
kemerosotan. Di lain pihak, ilmu atau sains yang dikembangkan di dunia Barat
mengalami kemajuan yang sangat pesat dan signifikan. Sedangkan sains yang
berkembang maju sekarang, secara diametral

berbeda dengan ilmu dalam

pandangan Islam.
Menurut Osman Bakar dalam buku Islamisasi Sains (2010) istilah definisi
islamisasi diperlukan manakala kita harus membedakan antara segala sesuatu
yang dipandang Islami dan yang dipandang tidak Islami Ini khususnya berlaku
ketika segala sesuatu itu demikian sangat penting sehingga ketidakmampuan
dalam melakukan pembedaan yang diperlukan bisa menimbulkan kebingungan dan
kerancuan

dalam

pikiran

kaum

muslimin

dan

berdampak

negative

pemahaman mereka dan pemahaman agama Islam berikut peradabannya.

pada

Banyak

para

ilmuwan

mendefinisikan

Islamisasi

Ilmu

Pengetahuan.

Diantaranya, Md Golam Mohiuddin asisten Profesor Department of Managemen


Islamic University, Kushtia Bangladesh (2010) menyatakan Makna dari Islamisasi
ilmu

pengetahuan

pengetahuan,

yang

ketidakpercayaan,

adalah

membebaskan

berhubungan
keragu-raguan,

aspek-aspek

dengan

bentuk

dan

rasa

umum

kehidupan
pesimistik,

dari

ilmu

praktis,

rasa

kemudian

merestrukturisasikannya melalui analisa-analisa dan penjelasan dalam kalimat Allah


dan hadits Rasulullah. Bebarapa ilmuan muslim mencoba mendefinisikan Islamisasi
ilmu pengetahuan. Namun demikian, keragaman definisi tersebut tidak lepas dari
penggagas awal yaitu Al-Attas dan Al-Faruqi. Para ilmuan berikutnya dalam berbagai
karyanya

sering

meneliti,

membandingkan,

menghubung-hubungkan

dan

mengkritisi ide Islamisasi ilmu pengetahuan. Mereka adalah Seyed Muhammad


Naquib Al-Attas, Ismail Raji Al-Faruqi dan Seyyed Hossein Nasr.
Dengan demikian, konsep Islamisasi sains secara paradigma ini akar berakar
kuat dan sesuai dengan jiwa Islam. Umat akan terbebas dari penyakit yang selama
ini menghinggapi pikiran mereka akibat kesalahan memahami konsep ilmu. Dan
umat akan membangun kembali superioritas mereka di bidang ilmu sebagaimana
dilakukan oleh umat Islam terdahulu seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Biruni, Ibnu
Haytsam, Fakhruddin Ar-Razi dan sebagainya. Konsep Islamisasi ini akan melahirkan
umat yang kuat karena di masyarakat terdapat banyak ulama-ulama yang saintis
dan saintis-saintis yang ulama
Setelah mengggali ide-ide tentang islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer
yang berkembang hingga saat ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan moderenlah yang harus di Islamkan. Ilmu
pengetahuan modern yang dimaksud adalah sains Barat yang sekarang ini
berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Azzaino, Zuardin. Ilmu Ilahiah Beberapa Langkah Kearah Islamisasi Sains


Handrianto, Budi. (2010). Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamisasikan
Sains Barat Modern. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta
Faruqi, Ismail Rajial. Islamisasi Pengetahuan. Pustaka: Bandung
Mujib, Abdul.(2006). Ilmu Pendidikan Islam. Kencana Prenada Media: Jakarta
Saefuddin, Ahmad M. (1993). Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi.
Mizan: Bandung
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. (2011). Islam dan Sekularisme. Institut
Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (PIMPIN): Bandung

Anda mungkin juga menyukai