Anda di halaman 1dari 8

KATA KERJA OPERASIONAL

Rangkuman ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum Fisika

Disusun Oleh :
YOSEPH KRISTIANTO GASPERSZ

3215141717

PENDIDIKAN FISIKA BILINGUAL 2014


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) KURIKULUM 2013


A. Kecakapan Kognitif
Upaya pengembangan fungsi kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap
kognitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam kecakapan
kognitif siswa yang perlu dikembangkan secara khusus oleh guru yaitu:
1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2. Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.
Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya
yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan kognitif atau kebiasaan belajar.
Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana mengaplikasikan
prinsip-prinsip tersebut. Ada dua prefensi kognitif
1. Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menggarap
belajar hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan.
Aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam
tetapi hanya sekedar lulus atau naik kelas semata
2. Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan
membutuhkan materi-materi yang disajikan gurunya.
Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan kognitif siswa dalam
memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap
pesan moral yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.

B. Kecakapan Afektif
Keberhasilan pengembangan kognitif tidak hanya membuahkan kecakapan kognitif akan
tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting
materi serta preferensi. Kognitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan
kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa
kesadaran beragama yang mantap

C. Kecakapan psikomotor
Keberhasilan pengembangan kognitif berdampak positif pada perkembangan psikomotor.
Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati
baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor merupakan manifestasi
wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus
senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat
pada diri peserta didik, yaitu:
1. Ranah proses berpikir (cognitive domain)
2. Ranah nilai atau sikap (affective domain)

3. Ranah keterampilan (psychomotor domain)


CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl C6)
Pengetahuan
(Cl)

Pemahaman
(C2)

Penerapan
(C3)

Analisis
(C4)

Sintesis (C5)

Penilaian
(C6)

Mengutip

Memperkira
kan

Menugaskan

Menganalisi
s

Mengabstraks
i

Membanding
kan

Menyebutkan Menjelaskan

Mengurutka
n

Mengaudit

Mengatur

Menyimpulk
an

Mengkatego
rikan

Menentukan

Memecahka
n

Menganimasi

Menilai

Menggambar Mencirikan

Menerapkan

Menegaska
n

Mengumpulka
n

Mengarahka
n

Membilang

Menyesuaik
an

Mendeteksi

Mengkategori
kan

Mengkritik

Mengidentiflk Mengasosias
asi
ikan

Mengkalkula
si

Mendiagnos
is

Mengkode

Menimbang

Membanding
kan

Memodifikas
i

Menyeleksi

Mengkombina
sikan

Memutuskan

Menunjukkan Menghitung

Mengklasifik
asi

Memerinci

Menyusun

Memisahkan

Memberi
label

Mengkontras
ikan

Menghitung

Menominasi
kan

Mengarang

Memprediksi

Memberi
indek

Mengubah

Membangun

Mendiagra
mkan

Membangun

Memperjelas

Memasangka Mempertaha
n
nkan

Mengurutka
n

Mengkorela
sikan

Menanggulan
gi

Menugaskan

Menamai

Menguraikan

Membiasaka
n

Merasionalk
an

Menghubungk
an

Menafsirkan

Menandai

Menjalin

Mencegah

Menguji

Menciptakan

Mempertaha
nkan

Membaca

Membedaka
n

Menentukan

Mencerahka
n

Mengkreasika
n

Memerinci

Menyadap

Mendiskusik
an

Menggamba
rkan

Menjelajah

Mengoreksi

Mengukur

Menghafal

Menggali

Menggunak
an

Membagank
an

Merancang

Merangkum

Menim

Mencontohk
an

Menilai

Menyimpulk
an

Merencanaka
n

Membuktika
n

Mencatat

Menerangka
n

Melatih

Menemukan

Mendikte

Memvalidasi

Menjelaskan

Mendaftar

Merinci

Mengulang

Mengemuka
kan

Menggali

Menelaah

Meningkatkan

Mengetes

Mereproduksi Mempolakan

Mengemuka
kan

Memaksima
lkan

Memperjelas

Mendukung

Meninjau

Memperluas

Mengadapta
si

Memerintah
kan

Memfasilitasi

Memilih

Memilih

Menyimpulk
an

Menyelidiki

Mengedit

Membentuk

Memproyeks
ikan

Menyatakan

Meramalkan

Mengoperas
ikan

Mengaitkan

Merumuskan

Mempelajari

Merangkum

Mempersoal
kan

Memilih

Menggenerali
sasi

Mentabulasi

Menjabarkan

Mengkonsep
kan

Mengukur

Menggabungk
an

Memberi
kode

Melaksanak
an

Melatih

Memadukan

Menelusuri

Meramalkan

Mentransfer

Membatasi

Menulis

Memproduk
si

Mereparasi

Memproses
Mengaitkan

Menampilkan

Mensuimula
sikan

Menyiapkan

Memecahka
n

Memproduksi

Mel.akukan

Merangkum

Mentabulasi

Merekonstruk
si

Menyusun
Memproses
meramalkan

Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang
terendah sampai yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali
kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berpikir yang paling rendah.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal
surat al-Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah
satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di
sekolah.
2. Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan
jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:
Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang
makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashar secara lancar dan jelas.
3. Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,
dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berpikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif
jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep
kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
4. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis
adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata
dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di
tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
5. Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada
jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta
didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah
diajarkan oleh islam.

6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan
pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
CONTOH DAFTAR KKO UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)
Menerima (Al)

Menanggapi
(A2)

Menilai (A3)

Mengelola (A4)

Menghayati (A5)

Memilih

Menjawab

Mengasumsi
kan

Menganut

Mengubah prilaku

Mempertanyak
an

Mem bantu

Meyakini

Mengubah

Berakhlak mulia

Mengikuti

Mengajukan

Melengkapi

Menata

Mempengaruhi

Memberi

Mengkompromi
kan

Meyakinkan

Mengklasifikasik
an

Mendengarkan

Menganut

Menyenangi

Memperjelas

Mengkombinasik
an

Mengkualifikasi

Mematuhi

Menyambut

Memprakarsa
i

Mempertahanka
n

Melayani

Meminati

Mendukung

Mengimani

Membangun

Menunjukkan

Mendukung

Mengundang

Membentuk
pendapat

Membuktikan

Menyetujui

Menggabung
kan

Memadukan

memecahkan

Menampilkan

Memperjelas

Mengelola

Melaporkan

Mengusulkan

Menegosiasi

Memilih

Menekankan

Merembuk

Mengatakan

Menyumbang

Memilah
Menolak

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
1. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi
yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.

2. Pemberian respon atau partisipasi (responding)


Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif,
menjadi peserta dan tertarik.
3. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian
tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap dan opresiasi.
4. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih
konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai
internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
5. Karakterisasi /pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan.
Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi
jiwa
CONTOH KKO UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4)
PENIRUAN (PI)

MANIPULASI (P2)

KETETAPAN (P3)

ARTIKULASI (P4)

Mengaktifkan

Mengoreksi

Mengalihkan

Mengalihkan

Menyesuaikan

Mendemonstrasika
n

Menggantikan

Mempertajam

Menggabungkan

Merancang

Memutar

Membentuk

Melamar

Memilah

Mengirim

Memadankan

Mengatur

Melatih

Memindahkan

Menggunakan

Mengumpulkan

Memperbaiki

Mendorong

Memulai

Menimbang

Mengidentifikasikan

Menarik

Menyetir

Memperkecil

Mengisi

Memproduksi

Menjelaskan

Membangun

Menempatkan

Mencampur

Menempel

Mengubah

Membuat

Mengoperasikan

Menskestsa

Membersihkan

Memanipulasi

Mengemas

Mendengarkan

Memposisikan

Mereparasi

Membungkus

Menimbang

Mengkonstruksi

Mencampur

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
1. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan
yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

2. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakangerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku
saja.
3. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
4. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang
berbeda.
5. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Anda mungkin juga menyukai