Mesin Induksi Asinkron
Mesin Induksi Asinkron
yang sama dengan arus yang membangkitkannya). Fluks dihasilkan/ dibangkitkan oleh arus yang
diberikan oleh :
x = m sin t
y = m sin ( t - 120)
z = m sin ( t - 240)
Gambar 3.3-1
Bahan Kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
3
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)Disini m adalah fluks maksimum untuk setiap fase.
Gambar 3.3-1 memperlihatkan
diagram dari ketiga fluks. Sekarang akan ditunjukkan bahwa suplai 3-fase menghasilkan medan
putar dengan magnitude konstan sama dengan 1,5 m .
Gambar 3.3-2 Fluks yang dibangkitkan oleh arus.
(i)
Saat yang pertama [lihat gambar 3.3.2 (ii) dan (iii)], arus pada fase X adalah nol dan arus
pada fase Y dan Z sama dan berlawanan. Pada konduktor bagian atas arus mengalir keluar
dan masuk pada bagian konduktor bawah. Keadaan tersebut menghasilkan fluks kearah
kanan. Magnitude dari resultan fluks konstan dan besarnya 1,5 m ditunjukkan seperti
dibawah :
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
4Pertama kali, t = 0. Maka, ketiga fluks diberikan oleh :
x=0;
y = m sin (-120) =
3
m;
2
3
m
2
Penjumlahan fasor dari - y dan z adalah resultan fluks r (lihat gambar 3.3-3). Terlihat
jelas bahwa :
60
3
3
3
Resultan fluks, r = 2
m cos
=2
m
2
2
2
2
= 1,5 m .
z = m sin (-240) =
Gambar 3.3-3 Fasor resultan fluks saat pertama.
(ii)
Saat yang ke 2, arusnya maksimum (negative) pada fase Y dan 0,5 maksimum (positif)
pada fase X dan Z . Magnitude dari resultan fluks adalah 1,5 m seperti ditunjukkan
dibawah :
Pada saat yang kedua, t = 30, maka ketiga fluks adalah :
x = m sin 30 =
m
;
2
y = m sin (-90) = - m ;
z = m sin (-210) =
m
2
Penjumlahan fasor dari x , - y dan z adalah r .
Penjumlahan fasor x dan z , r = 2
Penjumlahan fasor r dan - y , r =
m
2
m
2
cos
120 m
=
... .....
2
2
+ m = 1,5 m ... ........
sepanjang - y
sepanjang - y ,
Sebagai catatan, resultan fluks menyimpang 30 searah jarum jam dari posisi 1.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
5Gambar 3.3-4 Fasor resultan fluks saat ke 2.
(iii)
Pada saat ke 3, arus pada fase Z adalah nol dan arus pada fase X dan Y adalah sama besar
dan berlawanan (arus pada fase X dan Y adalah 0,866 x nilai maksimum). Magnitude dari
resultan fluks adalah 1,5 m seperti ditunjukkan dibawah:
Pada saat yang ketiga, t = 60, maka ketiga fluks diberikan oleh;
3
m
2
3
y = m sin (-60) =
m
2
z = m sin (-180) = 0
x = m sin 60 =
Resultan x adalah penjumlahan fasor x dan - y ( z = 0).
r = 2 3 m cos 60 = 1,5 m
2
2
Catatan bahwa resultan fluks menyimpang 60 searah jarum jam dari posisi pertama.
Gambar 3.3-5 Fasor resultan fluks pada saat ke 3.
(iv)
Pada saat yang ke empat, arus pada fase X maksimum (positif) dan arus pada fase Y dan Z
sama dan negative (arus pada fase Y dan Z 0,5 nilai maksimum). Membentuk sebuah
resultan fluks ke arah bawah sebagai berikut:
atau
2
Siklus arus = P revolusi medan.
2
Siklus arus per detik = P revolusi medan per detik.
2
Ketika revolusi medan per detik sama dengan revolusi per menit (Ns) dibagi dengan 60 dan
jumlah siklus per detik adalah frekuensi f.
m cos 2 t ( sin t ) 2
2
1/2
=
3
m = 1,5 m = konstan
2
Gambar 3.4-2 Resultan fluks.
Maka resultan fluks mempunyai magnitude yang konstan (=1.5 m ) dan tidak berubah terhadap
waktu.
Simpangan angguler (angular displacement) dari r relatif terhadap aksis OX adalah:
3
m sin t
v
tg=
=2
= tg t
3
h
m cos t
2
= t
Maka resultan medan magnetik berputar secara konstan pada kecepatan angular (= 2f )
radian/ detik. Untuk sebuah mesin P-pole, (kita akan mencari kecepatan putar/rotasi fluks dalam
r.p.m) maka kecepatan rotasi ( m ) adalah :
2
rad/ dt
P
2Ns
2
=
2f
60
P
120 f
Ns=
P
m=
atau
NP
Frekuensi =
120
Dengan : N = Kecepatan relatif antara medan magnetik dan belitan.
P = Jumlah pole.
Untuk kecepatan rotor N , maka kecepatan relatif antara fluks putar dan rotor adalah N s
N. Sebagai akibatnya, frekuensi arus rotor f adalah:
(NsN)P
f =
120
sNsP
NsN
=
s
Ns
120
f N s P / 120
=s.f
yaitu, frekuensi arus rotor = fractional slip x frekuensi suplai
(i)
Jika rotor dalam keadaan berhenti atau stasioner (yaitu, s=1), frekuensi
arus rotor sama seperti frekuensi suplai ( f = s . f = 1 f = f ).
(ii)
Ketika rotor melaju, kecepatan relatif antara fluks putar dan rotor
berkurang. Sebagai akibatnya, slip s dan frekuensi arus rotor berkurang.
Catatan. Kecepatan relatif antara medan putar dan belitan stator adalah N s - 0 = N s . Maka
frekuensi arus induksi dan belitan stator adalah :
NsP
f=
adalah frekuensi suplai.
120
Contoh Sebuah motor induksi 3-fase, 6-pole dihubungkan pada suplai 50 Hz. Jika berputar pada
kecepatan 970 r.p.m, berapa slip-nya.
Jawab :
120 50
120 f
=
= 1000 r.p.m
6
P
NN
s=s
100 = 1000 970 100 = 3% atau 0,03
1000
Ns
Kecepatan sinkron, N s =
Slip,
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
11Contoh Sebuah alternator 6-pole berputar pada kecepatan 1000 r.p.m, menyuplai sebuah motor
induksi 8-pole. Hitung kecepatan aktual dari motor jika slip-nya 2,5%.
Jawab :
Frekuensi suplai 3-fase diberikan kepada motor induksi ditentukan dari kecepatan alternator
dan jumlah pole.
Frekuensi suplai, f = N P / 120 = 1000 6/ 120 = 50 Hz
Kecepatan sinkron, N s = 120 f / P = 120 50/ 8 = 750 r.p.m
NsN
100
Ns
750 N
2,5 =
100
750
Slip, s =
N = 731,25 r.p.m
3.8 Pengaruh Slip pada Rangkaian Rotor.
Ketika rotor dalam keadaan stasioner, s = 1. Pada keadaan tersebut, e.m.f rotor per-fase
E 2 mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi suplai f . Pada setiap slip s, kecepatan relatif
antara medan stator dan rotor berkurang. Sebagai akibatnya, e.m.f rotor dan frekuensi ter-reduksi
secara proporsional berturut-turut ke s.E 2 dan sf . Pada saat yang sama, reaktansi rotor per-fase
X 2 , menjadi tergantung frekuensi, berkurang sampai s.X 2 .
Anggap sebuah motor induksi 3-fase, 6-pole 50 Hz, mempunyai kecepatan sinkron N s
=120.f / P =120 50/6 = 1000 r.p.m. Pada keadaan stasioner, kecepatan relatif antara fluks stator
dan rotor adalah 1000 r.p.m dan e.m.f rotor per-fase = E 2 . Jika kecepatan beban-penuh motor
adalah 960 r.p.m, maka
s=
(i)
1000 960
= 0,04
1000
Kecepatan relative antara fluks stator dan rotor sekarang hanya 40 r.p.m. Sebagai
akibatnya, e.m.f rotor / fase berkurang menjadi :
E 2 40 = 0,04 E 2 atau s. E 2
1000
[Jika kecepatan relative antara fluks stator dan rotor adalah 1000 r.p.m, e.m.f rotor/ fase
= E 2 . Jika kecepatan relatif 40 r.p.m, e.m.f rotor/ fase adalah =
40
E 2 ... ...
1000
... metode unitary]
(ii)
frekuensi juga tereduksi dengan perbandingan yang sama, menjadi :
50 40 = 50 0,04 atau s . f
1000
(iii) Reaktansi rotor per-fase X 2 demikian juga tereduksi menjadi :
X 2 40 = 0,04 X 2 atau s. X 2
1000
Maka pada setiap slip s,
e.m.f rotor/ fase = s.E 2
reaktansi rotor/ fase = s.X 2
'
Arus rotor, I 2 =
=
'
Z2
R22(s.X2)2
Faktor daya (p.f) motor, cos 2 =
R2
R2
=
'
2
Z2
R2(s.X2)2
Contoh Sebuah motor 3-fase, 400 V dengan rotor tipe belitan (wound rotor motor), belitan stator
disambung secara delta dan belitan rotor disambung star. Stator mempunyai 48 belitan/ fase
sedangkan rotornya mempunyai 24 belitan/ fase. Hitung tegangan yang lewat slip-ring pada
keadaan diam/ berhenti (standstill) dan keadaan rangkaian terbuka (open circuited).
Gambar 3.9-3 Keadaan belitan.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
14Jawab :
e.m.f stator/ fase, E 1 = 400 V
belitan stator/ fase, N 1 = 48
belitan rotor/ fase, N 2 = 24
K = N 2 / N 1 = 24/48 = 1/ 2
e.m.f rotor/ fase = K.E 1 = (1/2) 400 = 200 V
tegangan antara slip ring = tegangan jalur rotor = 3 200 = 346 V
3.10 Torsi Rotor.
Torsi T
(i)
(ii)
(iii)
maka,
dihasilkan oleh rotor secara langsung dan proporsional terhadap :
arus rotor
e.m.f rotor
faktor daya rangkaian rotor
T E 2 I 2 cos 2
T = K E 2 I 2 cos 2
Dimana :
I 2 = arus rotor saat berhent
E 2 = e.m.f rotor saat berhenti
cos 2 = faktor daya rotor saat berhenti
Catatan bahwa nilai e.m.f rotor, arus rotor dan faktor daya rotor digunakan untuk memberikan
suatu keadaan.
3.11 Torsi Awal/ Torsi Pengasutan (Starting torque) Ts.
Jika
E 2 = e.m.f rotor per fase saat berhenti
2
2
R2X2
R2
R22X22
KE 2 2 R 2
=2
R2X22
Secara umum, tegangan suplai stator V konstan sehingga fluks per pole diatur (set up)
oleh stator sehingga bersifat tetap (fix). Maksudnya bahwa dalam belitan tersebut induksi e.m.f
E 2 didalam rotor akan menjadi tetap.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
15
Ts=
KR
K1R2
=122
2
2
R2X2
Z2
dimana K 1 adalah konstanta dari stator.
Hal tersebut menjelaskan bahwa magnitude torsi awal akan tergantung pada nilai relatif
dari R 2 dan X 2 , yaitu resistan rotor / fase dan reaktansi rotor/ fase saat diam.
Dapat dilihat bahwa K = 3/2 N s .
E22R2
3
,
Ts=
2NsR22X22
N s dalam r.p.s
3.12 Keadaan pada Torsi Pengasutan/Awal Maksimum.
Dapat dibuktikan bahwa torsi pengasutan/ awal akan menjadi maksimum jika resistan
rotor/ fase sama dengan reaktan rotor/ fase saat berhenti.
Sekarang
Ts=
K1R2
R22X22
... (i)
Mendeferensialkan persamaan (i) ke R 2 dan persamaan menghasilkan nol, maka akan diperoleh,
dT s
1
R(2R2)
=K1222
=0
22
dR 2
R
(
R
X
)
2
2
2
atau
atau
R 2 2 X 2 2 = 2R 2 2
R2=X2
Maka torsi awal akan maksimum jika :
Resitan rotor/ fase = Reaktan rotor/ fase saat berhenti
!!!
Pada keadaan torsi awal maksimum, 2 = 45 dan faktor daya rotor 0,707 lagging [Lihat
gambar 3.12-1(ii)].
Gambar 3.12-1
Gambar 3.12-1(i) memperlihatkan variasi torsi awal dengan resistan rotor. Terlihat
resistansi rotor bertambah dari rendah ke maksimum ketika R 2 = X 2 . Jika resistan rotor
bertambah dan melewati nilai maksimum, maka torsi awal akan turun.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
163.13 Pengaruh Perubahan Tegangan Suplai.
KE22R2
Ts=
R22X22
Kalau E 2 tegangan suplai V
KE22R2
Ts=
R22X22
Dimana K 2 adalah konstanta.
TsV2
Maka, torsi awal sangat sensitif terhadap perubahan nilai tegangan suplai. Sebagai
contoh, tegangan suplai jika turun (drop) 10% akan mengurangi torsi awal sekitar 20%. Hal
tersebut sama dengan kegagalan motor untuk mulai mengasut jika tidak dapat menghasilkan
sebuah torsi yang lebih besar dari pada torsi beban ditambah torsi gesekan (friction).
3.14 Torsi Awal Motor Induksi 3-Fase.
Rangkaian rotor motor induksi mempunyai resistan rendah dan induktan tinggi (karena
penghantar rotor seakan melekat pada besi). Pada saat asutan, frekuensi rotor sama dengan
frekuensi stator (yaitu 50 Hz) maka reaktan rotor adalah besar dibanding dengan resistan rotor.
Maka arus rotor ketinggalan terhadap e.m.f rotor dengan sudut yang besar, faktor dayanya
rendah dan sebagai akibatnya torsi awal/ asut-nya kecil. Ketika resistan ditambahkan pada
rangkain rotor, faktor daya rotor akan diperbaiki, sehingga meningkatkan torsi asut. Hal tersebut
tentu saja dikarenakan dengan menambah impedan rotor akan menurunkan besarnya arus rotor
sehingga pengaruh peningkatan faktor daya menonjol dan torsi awal bertambah.
(i) motor sangkar tupai (squirrel-cage motor). Ketika batangan rotor (rotor bars)
terhubung singkat secara permanen, hal tersebut tidak memungkinkan untuk menambah
resistan lain diluar rangkaian rotor pada saat pengasutan. Sebagai akibatnya, torsi asut
untuk motor jenis ini rendah. Motor sangkar tupai mempunyai torsi asut 1,5 sampai 2
kali nilai beban-penuh dengan arus pengasutan 5 sampai 9 kali arus beban-penuh.
(ii) motor rotor lilit (wound rotor motor). Resistan rangkaian rotor motor jenis ini dapat
ditambah melalui penambahan resistan luar (external resistance). Dengan menyisipkan
resistan luar dengan nilai yang tepat (sehingga R 2 = X 2 ), torsi asut maksimum dapat
dicapai. Sebagai percepatan motor (motor accelerates), resistan luar di turunkan
nilainya secara berangsur-angsur sampai rangkaian rotor hubung singkat, sehingga
rotor dapat berputar sendiri.
Gambar 3.14-1 Rangkaian rotor terhubung rheostat.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
17Contoh Resistan rotor dan reaktan rotor saat diam motor induksi 3-fase adalah 0,2 dan 1,0
per fase. Tegangan antara slip ring dengan rotor terkunci dan tegangan penuh pada stator adalah
110 V.
(i) Carilah arus asutan rotor/ fase jika slip ring terhubung singkat untuk membuat keadaan
putaran normal.
(ii) Berapakah nilai resistan luar per fase yang harus disisipkan pada rangkaian rotor untuk
memperoleh torsi maksimum pada asutan? Carilah juga arus rotor/ fase pada keadaan
tersebut.
Gambar 3.14-2
Jawab :
(i) Gambar 3.14-2(i) memperlihatkan keadaan kasus.
e.m.f rotor/ fase saat berhenti, E 2 = 110/ 3 = 63,5 V
Impedan rotor/ fase saat berhenti, Z 2 =
R22X22=
0 , 2 2 1 2 = 1,02
E 2 63 , 5
=
= 62,3 A
Z 2 1 , 02
(ii) Resistan luar yang perlu ditambahkan R x / fase [lihat gambar 3.14-2(ii)] untuk mendapatkan torsi asut maksimum.
Torsi asut akan menjadi maksimum jika:
Arus fase rotor saat berhenti, I 2 =
.
2NsR22(sX2)22Ns(Z2')2
Pada saat asutan s = 1, maka torsi asutan adalah :
E2R
3
.2222
Ts=
... sama seperti paragraf 3.11
2NsR2X2
3.17 Torsi Maksimum pada Kondisi Berjalan.
K2sR2
... (i)
R22s2X22
Untuk menemukan nilai resistan rotor yang memberikan tenaga putaran/ torsi maksimum
(maximum torque) pada kondisi berjalan, turunkan ekspresi (i) ke dalam s dan samakan hasilnya
terhadap nol, maka
K [ R ( R 2 s 2 X 2 2 ) 2 sX 2 2 ( sR 2 )]
dT r
=2222
=0
ds
(R2s2X22)2
Tr=
atau
atau
atau
(R22s2X22)2s2X22=0
R22=s2X22
R2=sX2
Maka untuk torsi maksimum (T m ) kondisi berjalan :
Resistan Rotor/ fase = Fractional slip x Reaktan Rotor/ fase saat diam
sR
Sekarang
... dari ekspresi (i) diatas
Tr2222
R2sX2
Untuk torsi maksimum, R 2 = s X 2 . Ambil R 2 = s X 2 dalam ekspresi diatas, maka torsi
maksimum
T m diberikan oleh :
Tm
1
2X2
Slip saling berhubungan dengan torsi maksimum, s = R 2 / X 2 .
Dengan demikian dapat ditampilkan bahwa :
E22
3
Tm=
N-m
2X 2
2Ns
T s/ R 2
s
. . . R 2 konstan
Maka kurva torsi-slip adalah garis langsung dari slip nol ke slip yang sesuai dengan beban
penuh.
(iii) Slip yang bertambah terus sampai melewati slip beban-penuh, akan membuat torsi
bertambah dan setelah mencapai maksimum akan menurun. Nilai tersebut paling sedikit
dua kali nilai ketika motor beroperasi pada tegangan dan frekuensi kerjanya.
(iv) Ketika slip bertambah melebihi torsi maksimum, faktor-faktor yang berhubungan dengan
s 2 X 2 2 bertambah sangat cepat sehingga R 2 2 dapat diabaikan sebagaimana dibanding
dengan s 2 X 2 2 .
Ts/s2X22
1/ s
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
22Maka sekarang torsi terbalik secara proporsional terhadap slip. Dengan demikian kurva
torsi-slip berbentuk hiperbola segi panjang (rectangular hyperbola).
(v) Torsi maksimum tetap sama dan tak tergantung pada nilai resistan rotor.
Maka, penambahan nilai resistan pada rangkaan motor tidak mengubah nilai
maksimum torsi tetapi hanya mengubah nilai slip pada saat terjadi torsi maksimum.
3.19 Torsi Pengasutan dan Torsi Maksimum, Beban-Penuh
Tf
sR2
. . . lihat 3.16
R22(sX2)2
R2
RX22
1
Tm
2X2
Catatan bahwa s berhubungan dengan slip beban-penuh.
R22(sX2)2
Tm
(i)
=
Tf
2sR2X2
Ts
2
2
. . . lihat 3.11
. . . lihat 3.17
Membagi pembilang (numerator) dan penyebut (denominator) pada R.H.S dengan X 2 2 , akan
diperoleh :
Tm
(R/X2)2s2
a2s2
=2
=
Tf
2s(R2/X2
2as
Dimana
(ii)
a=
R2
Resistan rotor/ fase
=
Reaktan rotor/ fase saat diam
X2
Tm
R2X22
=2
2R2X2
Ts
Membagi pembilang (numerator) dan penyebut (denominator) pada R.H.S dengan X 2 2 , akan
diperoleh :
Tm
(R2/X2)21a21
=
=
2(R2/X2)
2a
Ts
Dimana
a=
R2
kecil, yaitu regulasi kecepatan motor induksi adalah rendah. Regulasi kecepatan motor induksi
adalah 3% sampai 5%. Walaupun kecepatan motor berkurang sedikit dengan adanya
pertambahan beban, regulasi kecepatan cukup rendah, oleh karena itu motor induksi adalah
motor dengan klasifikasi kecepatan-konstan.
3.22 Kendali Kecepatan Motor Induksi 3-Fase
N = (1 s) N s
120 f
= (1 s)
P
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
. . . (i)
24Memeriksa persamaan (i) menyatakan bahwa kecepatan N dari motor induksi dapat
divariasi dengan mengubah (i) frekuensi suplai f (ii) jumlah kutub P pada stator dan (iii) slip s.
Mengubah frekuensi jala-jala biasanya tidak mungkin dilakukan karena suplai komersial
memiliki frekuensi konstan, kecuali membuat sendiri suplai dengan frekuensi dapat diubah-ubah.
Maka metode praktis pengendali kecepatan umumnya dilakukan dengan mengganti jumlah kutub
stator atau slip motor.
1. Motor sangkar tupai. Kecepatan motor sangkar tupai diubah dengan mengganti jumlah
kutub stator (slip motor induksi dapat diubah dengan mengubah karakteristik rangkaian rotor.
Jika batang-batang/ jeruji rotor sangkar tupai secara permanen terhubung-singkat, slip motor
tidak dapat diubah). Hanya dua atau empat kecepatan yang memungkinkan jika
menggunakan metode seperti ini. Motor dua-kecepatan memiliki satu belitan stator yang
memungkinkan ditukar (switched) melalui perlengkapan pengendali yang sesuai untuk
menyediakan dua kecepatan, salah satunya merupakan setengah bagian yang lain. Misalnya,
mungkin belitan untuk 4 atau 8 kutub, untuk memperoleh kecepatan sinkron 1500 dan 750
r.p.m. Motor empat-kecepatan dilengkapi dengan dua belitan stator terpisah masing-masing
menyediakan dua kecepatan. Kerugian metoda seperti ini adalah :
(i) Tidak mungkin mendapatkan kendali kecepatan kontinyu secara gradual (berangsurangsur).
(ii) Karena komplikasi disain dan pertukaran interkoneksi dari belitan stator, metoda ini
dapat menyediakan maksimum dari empat perbedaan kecepatan sinkron untuk setiap motor.
2. Motor rotor lilit. Kecepatan motor rotor lilit diubah dengan mengganti slip motor (kendali
kecepatan dengan mengubah-kutub umumnya tidak dipraktekkan pada motor rotor lilit). Hal
tersebut dapat dicapai dengan :
(i) memvariasi tegangan jala-jala stator
(ii) memvariasi resistan rangkaian rotor
(iii) menyisipan dan memvariasi tegangan lain pada rangkaian rotor
3.23 Faktor Daya Motor Induksi
Layaknya mesin a.c yang lain, faktor daya motor induksi diberikan oleh :
Komponen aktif arus ( I cos )
Faktor daya, cos =
Total arus ( I )
Kehadiran celah udara antara stator dan rotor motor induksi menambah secara besar
reluktan rangkaian maknetik. Sebagai akibatnya motor induksi mengurangi arus magnetisasi
( I m ) dalam jumlah besar untuk membangkitkan fluk yang diperlukan pada celah udara.
(i) Pada keadaan tanpa beban, motor induksi menurunkan arus magnetisasi dalam jumlah
besar dan sedikit komponen aktif untuk menutupi rugi-rugi tanpa-beban. Maka motor
induksi mengakibatkan arus tanpa-beban tinggi mengikut (lagging) pada tegangan dengan
sudut besar (sebanding dengan arus transformator tanpa-beban). Maka faktor daya motor
induksi pada keadaan tanpa beban adalah rendah, yaitu sekitar 0,1 lagging.
(ii) Ketika motor induksi dibebani, komponen aktif arus bertambah sedangkan magnetisasi
komponen lainnya kira-kira sama. Sebagai akibatnya, faktor daya motor bertambah.
Meskipun demikian, karena nilai besar arus magnetisasi yang ada kurang mendukung
beban, faktor daya motor induksi tetap pada beban penuh dan jarang melebihi 0,9 lagging.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
253.24 Tingkatan Daya pada Motor Induksi
Masukan daya elektrik ke stator motor dikonversi ke dalam daya mekanik pada batang
poros (shaft) motor. Variasi rugi-rugi selama konversi energi adalah :
1. Rugi-rugi tetap (fixed losses), meliputi :
(i) rugi-rugi besi stator
(ii) rugi-rugi gesekan (friction) dan belitan (windage)
Rugi-rugi besi rotor dapat diabaikan karena frekuensi arus rotor dibawah kondisi putaran
normal adalah kecil.
2. Rugi-rugi variabel, meliputi :
(i) rugi-rugi tembaga stator
(ii) rugi-rugi tembaga rotor
Gambar 3.24-1 memperlihatkan bagaimana daya elektrik mengumpan stator sebuah
motor induksi mengalami rugi-rugi dan akhirnya dikonversi ke daya mekanik.
Gambar 3.24-1
Dari gambar diagram diatas dapat ditandai :
(i) Masukan stator, P i = Keluaran stator + rugi-rugi stator
= keluaran stator + rugi-rugi besi stator + rugi-rugi Cu stator
(ii) Masukan stator, P r = Keluaran stator
Hal tersebut karena keluaran stator sepenuhnya ditransfer ke rotor melalui celah
udara (air-gap) dengan cara induksi elektromagnetik.
(iii) Penyedia daya mekanik, P m = P r - rugi-rugi Cu rotor
Penyedia daya mekanik ini adalah keluaran kotor rotor (gross rotor output) dan
akan menghasilkan torsi kotor (gross torque), T g .
(iv) Daya mekanik pada batang poros, P out = P m - rugi-rugi gesekan dan belitan
Penyedia daya mekanik pada batang poros menghasilkan torsi batang poros (shaft torque)
T sh .
Secara jelas, P m - P out = rugi-rugi gesekan dan belitan
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
263.25 Torsi Motor Induksi
Daya mekanik P tersedia dari setiap motor elektrik yang dapat di ekspresikan sebagai :
2NT
P=
Watt
60
Dimana
N = kecepatan motor dalam r.p.m
T = torsi yang berkembang dalam N-m
60 P
P
T=
= 9,55
N-m
2N
N
Jika keluaran kotor dari rotor motor induksi adalah P m dan kecepatannya N r.pm, maka
Masukan rotor =
2NsTg
Watt
60
Rugi-rugi tembaga rotor = Masukan rotor Keluaran rotor
2Tg
(NsN)
=
60
Rotor Cu loss
NN
(i)
=s
=s
Ns
Rotor input
Rugi-rugi tembaga rotor = s Masukan rotor
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
27(ii) Gross rotor output, P m = Rotor input Rotor Cu loss = Rotor input - s Rotor input
P m = Rotor input (1 s)
Gross rotor output
N
(iii)
=1s=
Rotor input
Ns
Rotor Cu loss
(iv)
Gross rotor output
=
s
1s
Jelaslah bahwa, jika daya masukan ke rotor adalah P r , maka s P r adalah rotor Cu loss
(rugi-rugi tembaga rotor) dan menetapkan (1 s) P r adalah konversi ke dalam daya mekanik.
Sebagai akibatnya, motor induksi yang beroperasi pada slip tinggi akan mempunyai efisiensi
rendah.
Catatan :
Gross rotor output
=1s
Rotor input
Jika rugi-rugi stator seperti rugi-rugi gesekan dan belitan dapat diabaikan, maka :
Grossrotor output = Useful output
Rotor input = stator input
Useful output
= 1 s = efisiensi
Stator input
Maka perkiraan efisiensi motor induksi adalah 1 s. Sehingga jika slip dari motor
induksi adalah 0,125, maka efisiensinya kira-kira 1 0,125 = 0,875 atau 87,5 %.
3.27 Persamaan Torsi Motor Induksi
Torsi kotor T g yang dibangkitkan oleh sebuah motor induksi disajikan sebagai :
Tg=
=
Sekarang
Rotor input =
Rotor input
... N s dalam r.p.m
2Ns
60 Rotor input
... N s dalam r.p.m
2Ns
Rotor Cu loss
s
=
3(I2')2R2
s
... (i)
Seperti diperlihatkan dalam paragraf 3.16, kondisi sedang berputar,
I1'=
sE 2
R22(sX2)2
Dimana
=
sKE1
R22(sX2)2
K = Perbandingan transformasi =
Selain itu
....
... (mengambil nilai I 2 ' dalam persamaan (i))
s2K2E12R21
3sK2E12R2
Rotor input = 3 2
....
=
R2(sX2)2s
R22(sX2)2
... (mengambil nilai I 2 ' dalam persamaan (i))
sE22R2
Rotor input
3
=
berkaitan dengan E 2
Tg=
2
2Ns
2Ns
R2(sX2)2
=
3
2Ns
3sK2E12R2
R22(sX2)2
... berkaitan dengan E 1
Catatan bahwa dalam ekspresi T g diatas, nilai E 1 , E 2 , R 2 dan X 2 menggambarkan nilai fase.
3.28 Kurva Unjuk-Kerja Motor Sangkar-Tupai
Liku (kurva) unjuk kerja motor induksi 3-fase menunjukkan variasi kecepatan, faktor
daya, efisiensi arus stator dan torsi untuk nilai beban yang berbeda. Sebelum menunjukkan kurva
unjuk kerja pada grafik, diharapkan membahas variasi torsi dan arus stator terhadap slip.
(i) Variasi torsi dan arus stator terhadap slip.
Gambar 3.28-1 memperlihatkan variasi torsi dan arus stator terhadap slip untuk motor
sangkar-tupai standard. Pada umumnya, resistan rotornya rendah, sehingga terjadi arus
beban-penuh yang rendah pada slip rendah. Oleh karena itu keadaan pada beban-penuh, f '
(= s f) dan X 2 ' (= 2 f ' L 2 ) kemudian juga rendah. Antara nol dan beban-penuh, faktor
daya rotor (= cos '2 ) dan impedansi rotor (= Z 2 ' ) secara praktis tetap konstan (Pada motor
sangkar-tupai standard, perubahan slip sangat kecil sebagai pertambahan beban dari nol ke
beban-penuh. Oleh karena itu perubahan impedansi rotor dari tanpa-beban sampai bebanpenuh dapat diabaikan), oleh karena arus rotor I 2 ' (= E 2 ' / Z 2 ' ) dan oleh karena torsi ( T r )
secara langsung bertambah terhadap slip. Sekarang arus stator I 1 menambah proporsi I 2 ' . Hal
tersebut diperlihatkan pada gambar 3.28-1 dimana T r dan I 1 ditunjukkan oleh garis
langsung (straight-lines) dari tanpa-beban (no-load) sampai beban-penuh (full-load).
Sebagaimana beban dan slip bertambah melebihi beban-penuh, pertambahan tersebut dalam
reaktan rotor menjadi cukup besar. Pertambahan nilai impedansi rotor tidak hanya
mengurangi faktor daya rotor cos '2 (= R 2 / Z 2 ' ) tetapi juga menurunkan laju (rate)
pertambahan arus rotor. Sebagai akibatnya, torsi T r dan arus stator I 1 tidak bertambah
secara langsung terhadap slip seperti ditunjukkan dalam gambar 3.28-1.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
29Gambar 3.28-1
Dengan adanya penurunan faktor daya dan penurunan laju pertambahan arus rotor,
arus stator I 1 dan torsi T r bertambah pada laju yang lebih rendah (lower rate). Akhirnya
torsi T r mencapai nilai maksimum kira-kira pada 25 % slip dalam motor sangkar-tupai
standard. Nilai maksimum torsi tersebut dinamakan pull-out torque atau breackdown torque.
Jika beban bertambah melebihi nilai titik dadal (breakdown point), maka penurunan faktor
daya lebih besar daripada pertambahan arus rotor sehingga mengakibatkan pengurangan
torsi. Akibatnya motor tersebut dengan segera melambat dan bahkan sampai berhenti.
Pada gambar 3.28-1, nilai torsi saat asutan (yaitu s = 100 %) adalah 1,5 kali torsi
beban-penuh. Arus asutan kira-kira lima kali arus beban-penuh. Motor tersebut pada
dasarnya adalah sebuah mesin kecepatan-konstan yang memiliki karakteristik mirip motor
d.c shunt.
(ii) Kurva unjuk kerja.
Gambar 3.28-2 memperlihatkan kurva unjuk kerja motor induksi sangkar-tupai 3fase.
Pada poin berikut mungkin dapat dicatat, bahwa :
(a) Pada keadaan tanpa-beban, fluks rotor mengikut (lag) terhadap stator hanya dalam jumlah
kecil, ketika torsi yang dibutuhkan hanya untuk mengatasi rugi-rugi tanpa-beban.
Sebagaimana beban mekanik ditambahkan, kecepatan rotor berkurang. Pengurangan
kecepatan rotor memberikan medan putar kecepatan-konstan untuk menyapu sepanjang
(sweep across) konduktor rotor pada laju yang lebih cepat, dengan cara demikian dapat
menginduksi arus rotor yang besar. Hal tersebut mengakibatkan, keluaran torsi lebih
besar untuk sedikit pengurangan kecepatan. Keterangan tersebut untuk kurva kecepatanbeban (speed-load) dalam gambar 3.28-2.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
30Gambar 3.28-2
(b) Pada tanpa-beban (no-load), arus yang ditarik oleh motor induksi sebagian besar adalah
arus magnetisasi; arus tanpa-beban mengikut (lagging) tegangan terpasang dengan sudut
besar. Maka faktor-daya motor induksi dengan beban yang ringan sangat rendah. Hal
tersebut dikarenakan pada celah udara (air gap) reluktan rangkaian magnetiknya tinggi
yang menghasilkan arus tanpa-beban dengan nilai tinggi pula, sebanding dengan yang
terjadi pada transformator. Sebagai beban yang ditambahkan, komponen aktif atau daya
dari arus bertambah, menghasilkan faktor daya yang lebih tinggi. Akan tetapi, karena
nilai besar arus magnetisasi yang hadir tanpa memperhatikan adanya beban, faktor daya
motor induksi tetap pada beban-penuh jarang melebihi 90%. Gambar 3.28-2
memperlihatkan variasi faktor daya terhadap beban motor induksi sangkar-tupai tipikal.
(c)
Output
Output Losses
Rugi-rugi yang terjadi pada motor induksi 3-fase adalah rugi-rugi tembaga (Cu) dalam
belitan stator dan rotor, rugi-rugi besi dalam inti stator dan rotor dan rugi-rugi gesekan
dan belitan. Rugi-rugi besi dan rugi-rugi gesekan dan belitan hampir *)independen dalam
beban. Ketika I 2 R menjadi konstan, efisiensi motor akan bertambah terhadap beban,
tetapi rugi-rugi I 2 R tergantung pada beban. Oleh karena itu, efisiensi motor bertambah
terhadap beban tetapi kurvanya menurun pada beban tinggi.
Efisiensi =
*) Rugi-rugi dalam stator tergantung pada fluks stator dan frekuensi suplai. Ketika
kedua faktor tersebut konstan, rugi-rugi-besi stator konstan pada semua beban.
Ketika frekuensi rotor kecil, rugi-rugi besi dalam rotor kecil dan bisa diabaikan.
Sebagaimana kecepatan motor tidak sangat besar terhadap beban, rugi-rugi gesekan
dan belitan bisa diasumsikan konstan.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
31(d) Ketika tanpa-beban, kebutuhan torsi hanya diperlukan untuk mengatasi rugi-rugi tanpabeban. Oleh karena itu stator mengambil sedikit arus dari suplai. Ketika beban mekanik
ditambahkan, kecepatan rotor berkurang. Pengurangan kecepatan rotor tersebut
memberikan medan putar dengan kecepatan konstan untuk menyapu melewati konduktor
rotor pada laju yang lebih cepat, dengan cara demikian menginduksi arus rotor lebih
besar. Dengan bertambahnya beban, pertambahan arus rotor dalam arah seperti pada
pengurangan fluks stator, dengan cara demikian secara temporer mengurangi hitungan
e.m.f dalam belitan stator. Berkurangnya hitungan e.m.f tersebut membuat aliran arus
stator semakin banyak.
(e)
Output = Torsi Kecepatan
Ketika kecepatan motor berubah tidak terlalu besar terhadap beban, maka torsi bertambah
dengan bertambahnya beban.
3.29 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi 3-Fase Berbagai Slip
Pada motor induksi 3-fase, belitan stator terhubung ke suplai 3-fase dan belitan rotor
terhubung-singkat. Energi ditransfer secara magnetik dari belitan stator ke belitan rotor yang
terhubung-singkat. Maka motor induksi bisa dipertimbangkan menjadi transformator dengan
bagian sekunder berputar (hubung-singkat). Belitan stator dapat disamakan dengan bagian
primer transformator dan belitan rotor disamakan dengan bagian sekunder transformator. Dalam
pandangan yang sama fluks dan tegangan juga seperti kondisi pada transformator, sehingga
merupakan suatu hal yang dapat diharapkan bahwa rangkaian ekuivalen motor induksi akan
sama dengan transformator. Gambar 3.29-1 memperlihatkan rangkaian ekuivalen (lebih dulu
tidak hanya satu) per fase untuk motor induksi. Sekarang kita akan membahas rangkaian stator
dan rotor secara terpisah.
Gambar 3.29-1 Rangkaian lengkap kesetaraan motor induksi
3.29.1 Rangkaian Stator
Pada stator, keadaan sangat persis dengan bagian primer transformator. Tegangan per
fase yang digunakan pada stator adalah V 1 , sedangkan R 1 dan X 1 berturut-turut adalah resistan
stator dan reaktan bocor per fase. Tegangan V 1 digunakan untuk membangkitkan fluks magnetik
yang membuat terjalinnya hubungan antara belitan stator (sebagai bagian primer) dengan belitan
rotor (sebagai bagian sekunder). Sebagai hasilnya, induksi diri (self-induced) e.m.f E 1
menginduksi belitan stator dan terjalin induksi imbal balik (mutually induced) e.m.f E 2 ' (= s E 2 =
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
32s K E 1 dimana K adalah perbandingan transformasi) yang menginduksi belitan rotor. Aliran arus
stator I 1 menyebabkan drop tegangan pada R 1 dan X 1 .
V1=-E1+I1(R1+jX1)
. . . penjumlahan fasor
Ketika motor tanpa-beban, belitan stator menarik arus I 0 yang memiliki dua komponen,
yaitu :
(i) I w yang menyuplai rugi-rugi motor tanpa-beban
(ii) komponen magnetisasi I m yang mengatur fluks magnetik dalam inti dan celah udara.
Kombinasi paralel dari R c dan X m , berturut-turut menggambarkan rugi-rugi motor tanpa-beban
dan pembangkitan fluks magnetik.
I0=Iw+Im
3.29.2 Rangkaian Rotor
Disini R 2 dan X 2 berturut-turut menggambarkan resistan rotor dan reaktan rotor saat
diam per fase. Pada setiap slip s , reaktan rotor akan menjadi s X 2 . Tegangan terinduksi/ fase
dalam rotor adalah E 2 ' = s E 2 = s K E 1 . Ketika belitan rotor terhubung-singkat, keseluruhan
e.m.f E 2 ' digunakan dalam sirkulasi arus rotor I 2 ' .
E '2 = I '2 ( R 2 + j s X 2 )
Arus rotor I '2 terefleksi sebagai I '2 ' (= K I 2 ' ) dalam stator. Penjumlahan fasor I '2 ' dan I 0
memberikan arus stator I 1 .
Hal yang penting untuk dicatat, bahwa masukan ke primer dan keluaran dari sekunder
sebuah transformator berujud elektrik. Oleh karena itu, di dalam motor induksi, masukan ke
stator dan rotor adalah elektrik, tetapi keluaran dari rotor adalah mekanik. Untuk memfasilitasi
perhitungan, diharapkan dan diperlukan untuk mengganti beban mekanik dengan beban elektrik
yang setara, sehingga kita dapat mempunyai rangkaian ekuivalen transformator dari motor
induksi.
Perlu dicatat juga, bahwa meskipun frekuensi stator dan rotor berbeda, keberadaan medan
magnetik masih dalam putaran pada kecepatan sinkron N s . Arus stator menghasilkan fluks
magnetik yang berputar pada kecepatan N s . Pada slip s , kecepatan putaran medan rotor relatif
terhadap permukaan rotor dalam arah rotasi rotor, yaitu
120 f ' 120 s f
=
=
=sNs
P
P
Tetapi rotor berputar pada kecepatan N yang relatif terhadap inti stator. Maka, kecepatan
medan rotor relatif terhadap inti stator
= s N s + N = ( N s - N) + N = N s
Maka tanpa adanya nilai slip s , masing-masing medan magnetik stator dan rotor adalah
sinkron jika dilihat oleh pengamat yang tetap dalam suatu tempat (space). Sebagai akibatnya,
motor induksi 3-fase dapat dipandang sebagai ekuivalen suatu transformator yang memiliki
sebuah celah udara yang memisahkan bagian besi bawaan rangkaian magnetik belitan primer dan
sekunder. Gambar 3.29.2-1 memperlihatkan diagram fasor motor induksi.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
33Gambar 3.29.2-1 Diagram fasor motor induksi.
3.30 Rangkaian Ekuivalen Rotor
Sekarang kita akan melihat bagaimana beban mekanik motor diganti dengan beban
mekanik ekuivalen. Gambar 3.30-1 (i) memperlihatkan rangkaian ekuivalen per fase dari rotor
pada slip s. Arus fase rotor dinyatakan dengan :
sE2
I2'=
R22(sX2)2
Catatan bahwa elemen (yaitu R L ' ) yang dibatasi oleh segi empat bergaris putus-putus
adalah resistan elektrik ekuivalen berhubungan dengan beban mekanik pada motor. Berikut
adalah catatan dari rangkaian ekuivalen motor induksi :
(i) Pada tanpa-beban, slip secara praktis nol dan beban R L ' tak berhingga. Kondisi ini mirip pada
transformator yang belitan sekundernya terbuka (open-circuited).
(ii) Pada saat berhenti, slip adalah satu (unity) dan beban R L ' nol. Keadaan seperti ini mirip
dengan transformator yang belitan sekundernya hubung-singkat.
(iii) Ketika motor berputar dengan beban, nilai R L ' akan tergantung pada nilai slip s. Kondisi ini
mirip transformator yang sekundernya disuplai variabel dan semata-mata berbeban resistif.
(iv) Resistan elektrik ekuivalen R L ' berkurang dan arus rotor bertambah dan motor akan lebih
menghasilkan daya mekanik. Hal tersebut yang diharapkan karena slip motor bertambah
dengan bertambahnya beban pada batang poros motor.
3.32 Hubungan Daya
Rangkaian ekuivalen transformator dari motor induksi sungguh berguna dalam
menganalisa hubungan variasi daya dalam motor. Gambar 3.32-1 memperlihatkan rangkaian
ekuivalen per-fase motor induksi yang seluruh nilainya berkenaan/ berhubungan terhadap bagian
primer (stator).
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
36Gambar 3.32-1
(i)
(ii)
R'
1
Total beban elektrik = R 2 ' 1 + R 2 ' = 2
s
s
Daya masukan stator = 3 V 1 I 1 cos 1
Ada rugi-rugi inti stator dan rugi-rugi tembaga stator. Daya tetap akan ditransfer
daya menyeberangi celah-udara, yaitu input ke rotor.
3(I2'')2R2'
s
''2'
Rugi-rugi tembaga rotor = 3( I 2 ) R 2
Daya mekanik total yang ditimbulkan oleh rotor adalah
P m = Rotor input Rotor Cu loss
Masukan rotor =
3(I2'')2R2'
1
=
- 3( I 2 ' ' ) 2 R 2 ' = 3( I 2 ' ' ) 2 R 2 ' 1
s
s
Hal tersebut sangat jelas dari rangkaian ekuivalen yang terlihat pada gambar 3.32-1.
(iii) Jika T g adalah gross torsi yang dikembangkan oleh rotor, maka
Pm=
Atau
Atau
Atau
Atau
2NTg
s
2NTg
1
3 (I 2 ' ' ) 2 R 2 ' 1 =
60
s
1s2NTg
3 (I 2 ' ' ) 2 R 2 '
=
60
s
1s2Ns(1s)Tg
3 (I 2 ' ' ) 2 R 2 '
=
60
s
''2'
3(I2)R2/s
N-m
Tg=
60
3(I2')2R2'/s
N-m
T g = 9,55
Ns
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
NNs(1s)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
37Catatan bahwa torsi batang poros (shaft) tersebut T sh akan lebih kecil daripada T g
dengan torsi yang dibutuhkan untuk menyesuaikan rugi-rugi belitan dan gesekan.
3.33 Rangkaian Ekuivalen Pendekatan dari Motor Induksi
Seperti pada kasus transformator, rangkaian ekuivalen pendekatan motor induksi
diperoleh dengan menggeser cabang shunt ( R c - X m ) ke terminal masukan pada gambar 3.33-1.
Langkah ini diambil pada asumsi bahwa drop tegangan pada R 1 dan X 1 kecil dan tegangan
terminal V 1 tidak cukup besar bedanya dari tegangan induksi E 1 . Gambar 3.33-1
memperlihatkan rangkaian ekuivalen pendekatan per fase dari sebuah motor induksi yang semua
nilainya berasal dari bagian primer (stator).
Gambar 3.33-1
Rangkaian pendekatan motor induksi diatas tidak dengan mudah/cepat memberi
kebenaran seperti pada transformator. Berikut ini adalah alasannya :
(i) Tidak seperti transformator daya, rangkaian magnetik motor induksi memiliki bagian yang
merupakan celah/ spasi udara (air gap). Maka arus eksitasi motor induksi (30 sampai 40%
arus beban-penuh) lebih tinggi daripada pada transformator daya. Sebagai akibatnya,
rangkaian ekuivalen eksak harus digunakan untuk hasil yang akurat.
(ii) Nilai relatif dari X 1 dan X 2 pada motor induksi lebih besar daripada suatu penyesuai yang
diperoleh dari transformator. Karena kenyataan ini, maka tidak dibenarkan menggunakan
rangkaian ekuivalen pendekatan.
(iii) Dalam transformator, belitan/ kumparan-nya terkonsentrasi sedangkan dalam motor induksi
belitannya terdistribusi. Hal tersebut mempengaruhi perbandingan transformasi.
Contoh Motor induksi terkoneksi-star, 3-fase, 4-pole, 400 V, 50 Hz mempunyai impedan per
fase Z 1 = (0,07 + j 0,3) dan impedan rotor per fase diambil dari sisi stator Z 2 ' = (0,08 + j 0,3)
. Reaktan magnetisasi per fase adalah 10 dan resistan yang menunjukkan rugi-rugi inti 50
. Slip 4%. Dengan menggunakan rangkaian ekuivalen pendekatan, hitunglah (i)arus stator dan
faktor daya stator (ii)torsi yang dibangkitkan (iii)efisiensi gross.
Jawab :
R 1 = 0,07 ; X 1 = 0,3 ; R 2 ' = 0,08 ; X 2 ' = 0,3
Resistan elektrik ekuivalen berkenaan dengan stator adalah
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
38 1
1
R L ' = R 2 ' 1 = 0,08
1 = 1,92
s
0 , 04
Gambar 3.33-2 memperlihatkan rangkaian ekuivalen pendekatan per fase dengan nilai
komponennya. Disini V 1 = 400/ 3 Volt.
Gambar 3.33-2
(i) Mengacu pada gambar 3.33-2, kita memiliki,
V1
( 400 / 3 ) 0 0
''
=
I2=
( R 1 R 2 ' R L ' ) j ( X 1 X 2 ' ) ( 0 , 07 0 , 08 1 , 92 ) j ( 0 , 3 0 , 3 )
( 400 / 3 ) 0 0
= 107 16 , 2 0 A
( 2 , 07 j 0 , 6 )
V
V
Arus tanpa-beban, I 0 = I w + I m = 1 + 1
Rc
jX m
=
( 400 / 3 0 0
( 400 / 3 )
( 400 / 3 )
( 400 / 3 0 0
+
=
-j
50
50
10
j 10
0
= (4,6 j 23) A = 23,4 79 A
Arus stator, I 1 = I '2 ' + I 0 = 107 16 , 2 0 + 23,4 79 0 = 119,7 26 , 3 0 A
Magnitute arus stator = 119,7 A
Faktor daya = cos (-26,3 0 ) = 0,89 lagging
=
(ii)
Kecepatan sinkron, N s = 120f / P = 120 50/ 4 = 1500 r.p.m
T st I st
=
sf
If
Tf
Ketika motor diasut secara direct-on-line, arus asutannya adalah arus short-circuit
(blocked-rotor) I sc .
2
I
T st
= sc s f
If
Tf
I
5If
T st
= sc s f =
If
If
Tf
T st = T f
2
Catatan bahwa arus asutan besarnya lima kali arus beban penuh tetapi torsi asutannya
hanya sebesar torsi beban penuh saja.
(ii) Stator resistance starting.
Dalam metoda ini, resistan eksternal disambung secara seri dengan setiap fase belitan
stator selama pengasutan. Hal tersebut menyebabkan drop tegangan melalui resistan, sehingga
tegangan yang menuju terminal tereduksi dan selanjutnya arus asutnya juga. Resistan asut secara
gradual/ bertahap dikurangi (cut out in steps) dengan cara menutup MC (Magnetik Contactor)
penghubung-singkat resistan tersebut dari rangkaian stator setelah motor memperoleh putaranya.
Ketika motor mencapai kecepatan rated-nya, semua resistan cut-out dan secara penuh motor
menggunakan tegangan jala-jala.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
41Gambar 3.36-1
Metoda ini memiliki dua kekurangan :
1. Pengurangan tegangan kerja ke motor selama periode pengasutan * ) mengurangi torsi asut dan
menambah waktu akselerasi.
* ) Seperti terlihat pada bagian 3.13, T s V 2 dimana V adalah tegangan suplai.
2. Banyak daya terbuang dalam resistan asut.
Hubungan antara pengasutan dan torsi beban-penuh (F.L).
Apabila V sebagai tegangan rated/ fase. Jika tegangan terreduksi oleh fraksi x dengan cara
menyisipkan resistan pada jala-jala, maka tegangan terpasang pada motor per fase akan menjadi
x V.
I st = x I sc
Sekarang
I
T st
= st
If
Tf
s
f
2
I
T st
Atau
= x 2 sc s f
If
Tf
Maka meskipun arus asutan berkurang oleh fraksi x dari rated-voltage arus asut ( I sc ),
torsi asut tereduksi oleh fraksi x 2 dari yang diperoleh dengan penyaklaran langsung (direct
switching). Pengurangan tegangan terpakai ke motor selama periode asutan menurunkan arus
asutan tetapi kadang-kadang menambah waktu akselerasi karena nilai pereduksi dari torsi asutan
tersebut. Oleh karena itu, metoda ini hanya digunakan untuk pengasutan motor kecil saja.
(iii) Autotransformer starting.
Metoda ini juga dimaksudkan untuk mereduksi suplai pada sambungan (terminal) motor
induksi pada saat asutan dan kemudian menghubungkannya secara langsung ke jala-jala setelah
motor cukup memperoleh kecepatannya. Gambar 3.36-2 memperlihatkan penataan rangkaian
untuk pengasutan dengan transformator. Tap penyadap (tapping) pada autotransformer diatur
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
42sedemikian sehingga rangkaian berada pada 65% sampai 80% tegangan jala-jala yang digunakan
pada motor.
Gambar 3.36-2
Permulaan pengasutan, saklar tukar (change-over switch) diatur pada posisi start. Hal tersebut
untuk meletakkan autotransformer pada rangkaian dan akan mereduksi tegangan kerja pada
rangkaian. Sebagai akibatnya, arus asutan dibatasi pada nilai yang aman. Ketika motor kira-kira
mencapai 80% kecepatan normal, saklar tukar dipindah ke posisi run. Hal tersebut untuk
melepaskan (takes-out) autotransformer dari rangkaian dan motor secara penuh mengambil
tegangan jala-jala. Pengasutan autotransformer memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. rugi-rugi daya kecil
2. arus asutan rendah
3. radiasi panas rendah
Untuk mesin besar (diatas 25 H.P), metoda pengasutan ini sering digunakan. Metoda ini
juga bisa digunakan untuk motor terhubung star dan delta.
Hubungan antara pengasutan dan torsi beban-penuh (F.L).
Anggaplah motor induksi sangkar tupai terhubung-star. Jika V adalah tegangan jala-jala,
maka tegangan melalui fase motor pada sambungan langsung adalah V / 3 dan arus asutan
adalah I st = I sc . Dalam kasus autotransformer, jika perbandingan tap sadap transformator K
(sebuah fraksi) digunakan, maka tegangan fase melalui motor adalah KV /
2
2
Sekarang I
T st
= st
If
Tf
I
T st
= K 2 sc s f
If
Tf
3 dan I st = K I sc
2
s = K I sc s = K 2 I sc s
f
f
f
If
If
2
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
43Gambar 3.36-3
Arus yang diambil dari suplai atau dengan autotransformer adalah I 1 = K I 2 = K 2 I sc .
Catatan bahwa arus motor adalah K kali, arus jala-jala suplai adalah K 2 kali dan torsi asut juga
K 2 kali nilai yang akan terjadi pada direct-on-line starting.
(iv) Pengasutan Star-Delta
Belitan stator dari motor dirancang untuk operasi delta dan dihubungkan star selama
periode pengasutan. Ketika mesin mencapi kecepatannya, sambungannya diganti menjadi delta.
Susunan rangkaian pengasutan star-delta diperlihatkan dalam gambar 3.36-4.
Gambar 3.36-4
Enam ujung sambungan (leads) belitan stator disambungkan ke saklar tukar (change-over
switch) seperti diperlihatkan gambar. Pada saat asutan, saklar tukar diatur pada posisi start
yang membuat belitan stator membentuk hubungan star. Maka, setiap fase stator akan
memperoleh V / 3 Volt dari tegangan jala-jala. Keadaan ini dapat mengurangi besarnya arus
asutan. Ketika motor menghasilkan kecepatan, saklar-tukar diganti ke posisi Run yang
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
44membuat belitan stator terhubung delta. Sekarang setiap fase stator memperoleh tegangan jalajala secara penuh, yaitu V. Kerugian metoda ini adalah :
a. Dengan sambungan-star selama asutan, tegangan fase stator menjadi I / 3 kali tegangan jalajala. Sebagai akibatnya, torsi asutan adalah (1/ 3 ) 2 atau 1/3 kali nilai ketika membentuk
hubungan delta. Hal tersebut mereduksi cukup besar torsi asutan.
b. Pengurangan tegangan adalah tetap.
Metoda pengasutan ini digunakan untuk mesin ukuran menengah (sampai sekitar 25 H.P).
Hubungan antara pengasutan dan torsi beban-penuh (F.L).
Arus asutan / fase, I sc = V / Z sc
dimana V adalah tegangan jala-jala
s = I sc
f
3I
s
f
2
Atau
Dimana
T st
1I
= sc s f
3If
Tf
I sc = arus fase asutan (delta)
I f = arus fase F.L (delta)
Gambar 8.40
Catatan bahwa pengasutan star-delta, arus jala-jala asutan berkurang sampai * ) sepertiga
dibandingkan pengasutan secara delta. Lebih jauh, torsi asutan tereduksi sampai sepertiganya
perolehan torsi ketika menggunakan pengasutan secara delta secara langsung. Metoda ini murah,
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
45tetapi terbatas penggunaannya, yaitu digunakan untuk keadaan yang tidak membutuhkan torsi
asutan tinggi seperti piranti mesin (machine tool), pompa dan sebagainya.
*)
3 I sc =
I sc
3
1
3 I sc
=
1
3
Contoh Motor induksi sangkar-tupai 3-fase membutuhkan arus pengasutan 6 kali arus bebanpenuh. Carilah torsi asutan sebagai prosentase torsi beban-penuh jika motor diasut (i) direct-online (ii) menggunakan starter star-delta. Slip beban-penuh motor adalah 0,04.
Jawab :
I sc = 6 I f atau I sc / I f = 6 ; s f = 0,04
(i) Direct-on-line starting :
2
I
T st
= sc s f = (6) 2 0,04 = 1,44 = 144 %
If
Tf
3If
3
Tf
Maka, torsi asutan 42 % dari torsi beban-penuh
(ii) Autotransformer starting :
2
I
sc s = (0,5) 2 (5) 2 0,05 = 0,31 = 31 %
f
If
lines voltage (tegangan jala-jala tertulis pada nameplate), rated freqency dan rated speed. Dalam
kondisi tersebut, arus jala-jala sesuai ketentuan pada nameplate dan temperature rise tidak keluar
dari spesifikasinya.
Kecepatan yang diberikan pada nameplate adalah kecepatan aktual dari motor induksi
bisa mencapai 1710 r.p.m. Hal tersebut adalah rated kecepatan beban-penuh.
3.40 Motor Sangkar-Tupai Ganda (Double Squirrel-Cage Motor)
Salah satu keuntungan motor slip-ring adalah resistan dapat disisipkan dalam rangkaian
rotor untuk mendapatkan torsi asut yang tinggi (pada arus asutan yang rendah) dan kemudian
mematikan rangkaian asut (cut out) untuk memperoleh keadaan putaran yang optimum.
Meskipun demikian, keadaan semacam itu tidak dapat diadopsikan pada motor sangkar tupai
karena sangkarnya terhubung singkat secara permanan. Dalam hal untuk memperoleh torsi asut
yang tinggi pada arus asut rendah, konstruksi double squirrel cage diterapkan.
(i)
(ii)
Gambar 3.40-1
Konstruksi. Sesuai namanya, rotor dari motor mempunyai dua belitan sangkar-tupai yang
masing-masing diletakkan di bagian atas seperti terlihat pada gambar 3.40-1.
(i) Belitan luar (outer winding), terdiri dari batang-batang melintang dengan penampang lebih
kecil ukurannya dan terhubung-singkat oleh end-ring. Sehingga resistan pada belitan
tersebut tinggi, maka belitan luar memiliki slot yang relatif terbuka dan lintasan fluksnya
yang lebih sedikit (kecil) berada disekeliling batang. Lihat gambar 3.40 (ii), bagian ini
memiliki induktan yang rendah. Resistan belitan sangkar-tupai bagian luar adalah tinggi
dan induktansinya rendah.
(ii) Belitan dalam (inner winding), terdiri dari batang-batang melintang dengan penampang
lebih besar yang terhubung singkat oleh end-ring, sehingga resistan belitan ini rendah.
Karena batang-batang pada belitan bagian dalam sepenuhnya terpendam dalam besi, maka
memiliki induktan yang tinggi (lihat gambar 3.40 (ii). Sehingga resistan belitan dalam
sangkar-tupai rendah dan induktansinya tinggi.
Cara kerja. Ketika medan putar magnetik menyapu melintasi dua belitan, masing-masing
terinduksi e.m.f yang sama.
(i) Saat asutan, frekuensi rotor sama dengan jala-jala (yaitu 50Hz), membuat reaktan pada
belitan bagian bawah jauh lebih tinggi daripada yang terdapat pada belitan atas. Karena
pada belitan bawah reaktannya tinggi, maka hampir semua arus rotor mengalir dalam
resistan tinggi belitan sangkar bagian luar. Hal ini memberikan karakteristik asutan yang
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
48baik dari resistan-tinggi belitan sangkar. Maka belitan luar memberikan torsi asut yang
tinggi dengan arus asut rendah.
(ii) Ketika motor makin cepat, frekuensi rotor berkurang, dengan demikian akan menurunkan
reaktan belitan bagian dalam, membuat aliran arus rotor total dalam proporsi yang lebih
besar. Pada kecepatan operasi normal motor, frekuensi rotor sangat lambat (2 sampai 3 Hz)
yang hampir semua arus rotor mengalir dalam resistan rendah belitan sangkar bagian
dalam. Hal ini mengakibatkan efisiensi operasi dan regulasi kecepatan menjadi baik.
Gambar 3.40-2 memperlihatkan karakteristik operasi motor double squirell-cage. Torsi
asut motor ini berkisar antara 200 sampai 250 persen torsi beban penuh dengan arus asut 4
sampai 6 kali nilai beban-penuh. Hal tersebut diklasifikasikan sebagai motor torsi-tinggi dengan
arus asut rendah (high-torque, low starting current motor).
Gambar 3.40-2
3.41 Rangkaian Ekuivalen Double Squirrel-Cage Motor
Gambar 3.41-1 memperlihatkan bagian dari motor sangkar-tupai ganda. Disini R o dan R i
adalah resistan belitan per fase sangkar luar dan belitan sangkar dalam dimana X o dan X i
berhubungan dengan reaktan per fase saat berhenti. Untuk sangkar luar, resistan sengaja dibuat
tinggi, untuk memperoleh torsi asut tinggi. Untuk belitan sangkar dalam, resistannya rendah dan
reaktan bocornya tinggi, memberikan torsi asut rendah tetapi efisiensi tinggi pada beban.
Catatan, bahwa dalam motor sangkar-tupai ganda, belitan luar menghasilkan asutan tinggi dan
torsi percepatan sedangkan belitan bagian dalam menghasilkan torsi putar dengan efisiensi yang
baik.
Gambar 3.41-2 (i) memperlihatkan rangkaian ekuivalen untuk motor sangkar ganda satu
fase berkenaan dengan stator. Impedansi kedua sangkar secara efektif paralel. Resistan dan
reaktan luar dan dalam rotor berkenaan dengan/ dipandang dari sisi stator. Rangkaian eksitasi
(exciting) dihitung sebagai motor sangkar tunggal. Jika arus magnetisasi ( I o ) diabaikan, maka
rangkaian menjadi sederhana seperti diperlihatkan dalam gambar 3.41-2 (ii).
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
49Gambar 3.41-1
Dari rangkaian ekuivalen, performansi motor dapat diprediksikan.
Impedansi total berkenaan dengan/ mengacu stator adalah :
Z o1 = R 1 + j X 1 +
1
1 / Z 'i 1 / Z '
=R1+jX1+
o
Z 'i Z 'o
Z 'i
Z'
o
Contoh Pada saat diam, impedan/ fase ekuivalen dari sangkar dalam dan sangkar luar suatu rotor
sangkar-ganda (double-cage rotor) mengacu stator berturut-turut adalah (0,4 + j 2) .
Hitunglah perbandingan torsi yang dihasilkan oleh kedua sangkar (i) saat diam (ii) pada slip 5 %.
Jawab :
(i) Pada saat diam (s =1)
Impedan sangkar dalam, Z i ' = ( 0 , 4 ) 2 ( 2 ) 2 = 2,04
Impedan sangkar luar, Z o = ( 2 ) 2 ( 0 , 4 ) 2 = 2,04
Daya masukan ke sangkar luar, P o = I o 2 R o ' = 2 I o 2
Daya masukan ke sangkar dalam, P i = I i 2 R i ' = 0,4 I i 2
2Io2
Io
Po
=
=
=
5
I
Torsi sangkar dalam ( T i )
Pi
0,4Ii2
i
Torsi sangkar luar ( T o )
Z'
=5i'
Zo
2
2
2 , 04
=5
=5
2 , 04
2
To
=5
Ti
Catatan,
bahwa pada saat asutan, torsi sangkar luar adalah 5 kali yang terjadi pada sangkar dalam.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
50(i)
(ii)
Gambar 3.41-3
(ii) Ketika slip s = 0,05
Z o ' = ( 2 / 0 , 05 ) 2 ( 0 , 4 ) 2 = 40
Z i ' = ( 0 , 4 / 0 , 05 ) 2 ( 2 ) 2 = 8,25
Io
8 , 25
=
= 0,206
40
Ii
Po=
Io2Ro'
Io22
=
= 40 I o 2 ;
0 , 05
s
2
Pi=
IiRi'
s
=
Ii20,4
=8Ii2
0 , 05
40 I o 2
To
Po
=
=
=5
Ti
Pi
8Ii2
Io
I
i
2
= 5 (0,206) 2 = 0,21
Catatan, bahwa selama keadaan berputar, sangkar bagian dalam menghasilkan torsi yang
lebih besar. Gambar 3.41-3 (ii) memperlihatkan karakteristik torsi-kecepatan dari sangkar
individual dan gabungan karakteristik torsi-kecepatan.
Terjemahan dari buku:
V.K. Mehta, Rohit Mehta Principles of Electrical machines, 2002.
Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron)
(diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)
51