PENDAHULUAN
Data USA Bureau of the Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan
warga lansia terbesar di seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Umur
Harapan Hidup orang Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 20152020. Transisi epidemiologi terjadi karena pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi,
namun di sisi lain penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan
semakin banyaknya proporsi warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor
penuaan sering disebut penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis, yang selanjutnya akan
disingkat OA1.
Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya,
ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat.2 Terdapat 2 kelompok OA,
yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya
abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu
lama dan
lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan penebalan tulang
subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga
sendi bersangkutan membentuk efusi.
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk
di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang
mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA.
Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab
ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan,
sekitar 10 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita OA. Dampak ekonomi, psikologi
dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan
lingkungan2.
1
BAB II
ANATOMI
Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang
dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat
rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan6.
Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh
Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha)
dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki.
Dan untuk menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain6 :
Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi
Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan
lepas bila bergerak
Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan.
Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
tulang pada permukaan sendi.
Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung
kedua buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakangerakan tubuh.
Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan dua condylus femoris
diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi , ekstensi
dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat
menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar
sendi6.
Sendi lutut terdiri dari tiga tulang dan berbagai ligamen. Lutut dibentuk oleh os femur
(tulang paha), tibia (tulang kering), dan patela (tempurung lutut). Beberapa otot-otot dan ligamen
mengontrol gerakan lutut dan melindunginya dari kerusakan pada saat yang sama. Dua ligamen
di kedua sisi lutut, yang disebut ligamen kolateral medial dan lateral, menstabilkan lutut dari sisi
satu ke sisi lainnya.3
3
Terdapat ligamentum pada sendi lutut yang terbagi menjadi ligamentum extracapsular dan
ligamentum intracapsular6.
a. ligamentum extracapsular
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada
tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian
pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi
oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil.
Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit6.
2. Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis
dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari
capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari
meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian
atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo
infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis,
ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu .
4. Ligamentum Popliteum Obliquum
4
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,
letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum
ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi
membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus , terdiri
dari
jaringan
connective,
kadang-kadang
ligamentum
ini
tertinggal
dalam
anterior cruciate ligament (ACL) adalah salah satu dari sepasang ligamen pada anatomi
lutut dari tengah sendi lutut menyilang, dan ini adalah tempat "cruciatum" berasal. Terdapat juga
anterior cruciate ligament (ACL) dan posterior cruciate ligament (PCL). Kedua ligamen
berfungsi untuk menstabilkan lutut dari depan selama kegiatan normal dan atletis. Ligamen lutut
memastikan bahwa berat badan yang ditularkan melalui sendi lutut ini berpusat di dalam sendi
meminimalkan jumlah keausan pada tulang rawan di dalam lutut3.
Penahan beban permukaan lutut ditutupi oleh lapisan tulang rawan ("kartilago artikular").
Ada juga peredam kejut kedua lutut di kedua sisi sendi antara permukaan tulang rawan femur dan
tibia. Kedua struktur ini disebut meniskus medial dan meniskus lateral. Meniscus adalah peredam
kejut berbentuk tapal kuda yang membantu untuk pusat kedua sendi lutut selama aktivitas dan
untuk meminimalkan jumlah stres pada tulang rawan artikular. Kombinasi dari meniscus dan
tulang rawan pada permukaan lutut menghasilkan permukaan yang mulus hampir tanpa gesekan3.
Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada potongan
melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas
dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsung dengan condylus femoris6.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk
menerima condylus femoris yang cekung.
1. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada
bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior
tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi.
Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap6.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat
pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.
Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang
eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior
dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris.
Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon
m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang
demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di
bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis6.
CAPSULA ARTICULARIS
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris
dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi.
Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak
yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian
atas tepi dari dua meniscus dan kebawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior .
Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai
suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi medial dan
lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang
terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi6.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada
bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa
intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.
7
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan dengan dua pasang
condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir
tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi
permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian
bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing
meniscus.
BAB III
DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan patogenesis
yang belum jelas serta mengenai populasi luas. Pada umumnya penderita OA berusia di atas 40
tahun dan populasi bertambah berdasarkan peningkatan usia. Osteoartritis merupakan gangguan
yang disebabkan oleh multifaktorial antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor
kebudayaan. Osteoartritis merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow progressive,
ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan sendi serta jaringan sekitarnya,
sehingga menyebabkan gangguan fungsi sendi1.
Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi yang dapat diikuti dengan
penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan
pada sinovium, sehingga sendi yang bersangkutan membentuk efusi1.
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu OA primer dan OA sekunder.
Osteoartritis primer disebut idiopatik, disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas
kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu
lama serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya 5.
Epidemiologi Osteoartritis Lutut
Dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA, lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan penyebab utama rasa sakit dan
ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya.8 Data Arthritis Research
Campaign menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut yang
parah dan 2 juta orang mengunjungi dokter praktek umum maupun rumah sakit karena OA lutut.
Lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di Inggris pada tahun 2000 dengan
biaya 405 juta Poundsterling8.
BAB IV
PATOGENESA
10
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada didalam tubuh manusia.
Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk
melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor
risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi1.
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri
atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat
jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi
nutrisi1,7.
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan
sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan
memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi
kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut
menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah
biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya
yang unik1.
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi
sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami
peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang
akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik1.
Perubahan yg paling mencolok pd Osteoarthritis biasanya dijumpai didaerah tulang rawan
yg mendpat beban pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada normal, tetapi seiring
dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak, integritas
permukaan terputus dan terbentuk celah vertical (Fibrilasi). Dapat terbentuk ulkus kartilago
dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan Fibrokartilaginosa, tetapi mutu
jaringan perbaikan ini lebih rendah daripada kartilago sendi hialin asli, dalam kemampuannya
menahan stres mekanis5.
Pertumbuhan kartilago dan tulang di tepi sendi menyebabkan terbentuknya osteofit (spur),
yang mengubah kontur sendi dan mungkin membatasi gerakan. Perubahan jaringan lunak terdiri
11
dari sinovitis kronik dan penebalan kapsul sendi, yang membatasi gerakan lebih lanjut. Sering
juga terjadi pengecilan otot periartikularis5.
Makroskopis
Kehilangan ruangan sendi mengakibatkan penipisan kartilago yang terlihat seperti kilauan
dan gambaran seperti karpet akibat fibrilasi / fibrosis. Selanjutnya kartilago akan menghilang
pada daerah2 ini, menimbulkan ulserasi dan memaparkan tulang subkondral dari bawahnya.
Tulang menebal oleh karena efek penopang dan meluas dari luar permukaan artikula kartilago
untuk membentuk tulang yg tumbuh keluar osteofit. Pada beberapa daerah tulang subkondral
lebih menebal dan memungkinkan masuknya cairan kistik5.
Hasil akhirnya adalah permukaan artikular yang kehilangan kartilago dan dibentuk oleh
permukaan tulang leburnasi yang banyak tergesek dengan osteopid marginal, beberapa
diantaranya dapat pecah membentuk badan longgar dalam sendi5.
BAB V
FAKTOR RESIKO
12
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu faktor predisposisi
dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk
terserang OA lutut. Sedangkan faktor biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis / gerak
tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga
meningkatkan risiko terhadinya OA lutut9.
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Demografi
Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di
sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan
menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA.
Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi
perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Perbedaan tersebut
menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut
diperkirakan karena pada masa usia 50 80 tahun wanita mengalami pengurangan
hormon estrogen yang signifikan10.
Ras / Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak
berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika Amerika
memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia.
Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan
Kaukasia9.
2. Faktor Genetik
13
Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas kode genetic untuk sintesis kolagen yang bersifat
diturunkan9.
3. Faktor Gaya Hidup
Kebiasaan Merokok
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara
merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah
dan mematikan jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan
terjadinya kerusakan tulang rawan. Rokok juga dapat merusakkan sel tulang rawan
sendi.
Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut10.
4. Faktor Metabolik
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama
berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan
akan melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan.
Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori bahwa
gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan tulang
rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa terdapat kasus OA lutut tinggi pada
penderita osteoporosis9.
Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus, hipertensi dan
hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami obesitas9.
Histerektomi
Prevalensi OA lutut pada wanita yang mengalami pengangkatan rahim
lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak mengalami pengangkatan rahim. Hal
14
15
4. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh
(2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih
setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor risiko OA lutut.
5. Kebiasaan olah raga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari maraton dan
kung fu memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut. Kelemahan otot kuadrisep primer
merupakan faktor risiko bagi terjadinya OA dengan proses menurunkan stabilitas sendi dan
mengurangi shock yang menyerap materi otot9.
Tetapi, di sisi lain seseorang yang memiliki aktivitas minim sehari-hari juga berisiko
mengalami OA lutut. Ketika seseorang tidak melakukan gerakan, aliran cairan sendi akan
berkurang dan berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi juga berkurang. Hal tersebut akan
mengakibatkan proses degeneratif menjadi berlebihan11.
16
BAB VI
DIAGNOSIS
6.1. Anamnesa
Penderita biasanya berusia lebih dari 50 tahun. Keluhan yang dirasakan adalah nyeri dan
kaku pada sendi yang terkena, terutama apabila melakukan aktivitas dan mereda apabila istirahat.
Kekakuan dipagi hari sering dirasakan. Biasanya hilang dalam waktu 30 menit. Gejalan lain
adalah krepitus atau kretek-kretek dan bengkak. Krepitus ada apabila digunakan untuk
bergerak. Bengkak disebabkan oleh deformitas tulang, misalnya pembentukan osteofit, atau
karena efusi yang disebabkan oleh akumulasi cairan synovial7.
Nyeri merupakan gejala yang paling sering dirasakan pada pasien osteoarthritis lutut.
Pada awalnya nyeri terlokalisir pada bagian tertentu, tetapi apabila berlanjut nyeri dirasakan pada
seluruh lutut. Bengkak, penurunan ruang gerak sendi dan abnormalitas mekanis sering menyertai
nyeri7.
Pada tahap awal keluhan hilang timbul, selanjutnya durasi dan keparahannya meningkat
sejalan dengan bertambah beratnya penyakit. Olahraga, aktivitas fisik yang meningkat, duduk
terlalu lama, naik tangga, jongkok atau perubahan cuaca sering menyebabkan kambuhnya
penyakit7.
Adanya gejala demam, hilangnya berat badan, anoreksia atau hasil uji darah tidak normal
harus dicurigai bahwa ada penyekit lain, misalnya infeksi atau keganasan7.
6.2 Pemeriksaan fisik
Diagnosis osteoarthritis
17
Gambar
7.
Fluctuation
Test
Detecting Cardinal Signs of Inflammation of
Knee
13
Gambar
8.
Palpation of Lateral Joint Line In Patients Wit
h Osteoarthritis of Knee
18
13
19
Bila dilakukan analisis cairan sendi juga didapatkan gambaran cairan sendi yang normal.
Bila didapatkan peninggian jumlah leukosit, perlu dipikirkan kemungkinan artropati kristal atau
artritis inflamasi atau artritis septik1.
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American College of
Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini
Classification
Normal
Doubtfull
Mild
Moderate
Severe
Description
No features of OA
Mungkin ada osteopit, Penyempitan diragukan.
Osteopit nyata. Normal joint space, tapi mulai
ada penyempitan
Osteopit
terbentuk
moderate,
multiple,
penyempitan nyata, Subchondral sclerosis,
kemungkinan ada deformitas.
Deformitas nyata, Subchondral sclerosis berat.
BAB VII
20
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding yang utama untuk pasien osteoarthritis adalah rheumatoid arthritis,
yang merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif
simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan
organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukan gejala penyakit kronik yang hilang
timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan
deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini15.
Faktor genetik, hormon seks, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam
menentukan pola morbiditas penyakit ini, walaupun etiologi rheumatoid arthritis yang sebenarnya
belum diketahui secara pasti16.
Kelainan artritis lutut di luar asteoartritis yang umumnya banyak dijadikan diagnosa
banding dengan osteoartritis adalah rheumatoid arthritis dan Gout Arthritis18.
Pada Rheumatoid Arthtitis, pembengkakan jaringan lunak dan gejala inflamasi setempat
jelas, prediksi sendi yang terkena adalah sendi-sendi kecil, bersifat poliartikuler, simetris dan
disertai gejala sistematik18.
Kriteria diagnostik untuk rheumatoid arthritis (Price & Wilson, 2006)
Nodul reumatoid
akut. Gejala Arthritis akut disebabkan oleh inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat akibat adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh. Sering
terjadi pada sendi metatarsophalangeal dan pada sendi lutut. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah serta diketahui adanya jumlah leukosit dan
laju endap darah yang meningkat18.
21
BAB VIII
PENATALAKSANAAN
22
Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami OA adalah untuk edukasi pasien,
pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi sendi yang terserang dan menghambat penyakit
supaya tidak menjadi lebih parah. Penatalaksanaan OA terdiri dari terapi non obat (edukasi,
penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal dan tindakan
bedah19.
1. Terapi Non Obat
Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja.
Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu
tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien
dapat ditingkatkan20.
Penurunan berat badan merupakan tindakan yang penting, terutama pada pasien-pasien
obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA dan meningkatkan kelincahan
pasien waktu bergerak. Suatu studi mengikuti 21 penderita OA yang mengalami obesitas,
kemudian mereka melakukan penurunan berat badan dengan cara diet dan olah raga. Setelah
diikuti selama 6 bulan, dilaporkan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami perbaikan fungsi
sendi serta pengurangan derajat dan frekuensi rasa sakit21.
Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas optimal
dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan
penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat
penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya
dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien
yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah
pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan9.
Fisioterapi
23
Fisioterapi menggunakan modalitas, seperti panas, dingin, ultrasound dan listrik dapat
dipakai sebagai terapi tambahan, digunakan bersama latihan fisik, dan obat-obatan. Efek yang
diharapkan adalah relaksasi otot dan berkurangnya nyeri7.
Latihan fisik
Pada tahap awal, program diarahkan pada latihan untuk mengatasi keluhan yang
menimbulkan masalah fungsional seperti nyeri, keterbatasan ruang gerak sendi atau kelemahan
otot. Segera setelah keluhan mulai membaik, program kebugaran untuk memperbaiki kesehatan
dan kapasitas fungsional dapat segera dimulai7.
Jenis latihan fisik
a. terapi manual
terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis dengan tujuan
meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekakuan sendi. Teknik yang dipakai adalah
melatih ROM secara pasif, melatih jaringan-jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan
otot atau mobilisasi jaringan lunak, dan massage7.
b. latihan fleksibilitas (ROM)
latihan fleksibilitas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok otot,
setidaknya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya per
kelompok otot secara bertahap. Latihan harus melibatkan kelompok otot dan tendon utama
pada ekstremitas atas dan bawah7.
c. latihan kekuatan
Latihan kekuatan mempunyai efek sama dengan latihan aerobic dalam memperbaiki
disabilitas, nyeri dan kinerja. Latihan kekuatan ada 3 macam, yaitu : latihan isometric, latihan
isotonic dan isokinetik7.
Latihan kekuatan otot secara isometric, isotonic maupun isokinetik dapat mengurangi
nyeri dan disabilitas serta memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien osteoarthritis. Latihan
isotonic memberikan perbaikan lebih besar dalam menghilangkan nyeri. Latihan ini
dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada pasien osteoarthritis dengan nyeri lutut saat
latihan. Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling besar dan
24
pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi, sehingga latihan ini disarankan
untuk memperbaiki stabilitas sendi atau ketahanan berjalan7.
Latihan isometric diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut atau sendi
tidak stabil. Kontraksi isometric memberikan tekanan ringan pada sendi dan ditoleransi baik
oleh penderita osteoarthritis dengan pembengkakan dan nyeri sendi7.
Kontraksi isotonic digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Latihan kekuatan isotonic
memperlihatkan efek positif pada metabolism energy, kerja insulin, kepadatan tulang dan
status fungsional pada orang sehat. Jika tidak terdapat peradangan akut meupun instabilitas
sendi, bentuk latihan ini ditoleransi baik oleh pasien osteoarthritis7.
d. latihan aerobic
latihan aerobic (berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobic dan latihan aerobic di
kolam renang) dapat meningkatkan kapasitas aerobic, memperkuat otot, meningkatkan
ketahanan, mengurangi berat badan dan mengurangi konsumsi obat pada pasien
osteoarthritis7.
2. Terapi Obat
Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada penderita OA dengan
dosis 1 gram 4 kali sehari, karena cenderung aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama
pada pasien usia tua. Kombinasi parasetamol / opiat seperti coproxamol bisa digunakan jika
parasetamol saja tidak membantu. Tetapi jika dimungkinkan, penggunaan opiat yang lebih kuat
hendaknya dihindari19.
Kelompok obat yang banyak digunakan untuk menghilangkan nyeri penderita OA adalah
obat anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS bekerja dengan cara menghambat jalur
siklooksigenase (COX) pada kaskade inflamasi. Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1
25
(bersifat fisiologik, terdapat pada lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada
proses inflamasi). OAINS tradisional bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2,
sehingga dapat mengakibatkan perdarahan lambung, gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan
hiperkalemia. OAINS yang bersifat inhibitor COX-2 selektif akan memberikan efek
gastrointestinal yang lebih kecil dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional19,20,21.
3. Terapi Lokal
Terapi lokal meliputi pemberian injeksi intra artikular steroid atau hialuronan (merupakan
molekul glikosaminoglikan besar dan berfungsi sebagai viskosuplemen) dan pemberian terapi
topikal, seperti krem OAINS, krem salisilat atau krem capsaicin. Injeksi steroid intra artikular
diberikan bila didapatkan infeksi lokal atau efusi sendi9.
4. Operasi
Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan tindakan yang
efektif.43 Operasi yang dapat dilakukan antara lain arthroscopic debridement, joint debridement,
dekompresi tulang, osteotomi dan artroplasti. Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan
nyeri pada sendi OA, tetapi kadang-kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat diperbaiki secara
adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik9.
5. Tindakan Alternatif Lain
Perkembangan penatalaksanaan OA yang terbaru adalah penggunaan glukosamin dan
kondroitin untuk pengobatan OA, yang digolongkan dalam makanan suplemen, namun hasilnya
masih kontroversial. Terapi lain yang masih dalam tahap eksperimen adalah cartilage repair dan
transplantasi rawan sendi. Kedua model penatalaksanaan tersebut belum dapat digunakan untuk
pengobatan OA secara umum20.
26
BAB IX
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan patogenesis yang
belum jelas serta mengenai populasi luas
2. gejala yang muncul terjadi akibat adanya gesekan antar tulang karena penyempitan celah
sendi dan pembentukan osteofit.
3. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu melalui anamnesa, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang foto X-Ray lutut.
4. Penatalaksanaan OA terdiri dari terapi non obat (edukasi, penurunan berat badan, terapi
fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal dan tindakan bedah).
27
DAFTAR PUSTAKA
1. maharani, eka. 2007. Factor-faktor resiko osteoarthritis lutut (studi kasus di rumah sakit
dokter kariadi semarang). Unuversitas diponegoro; Semarang.
2. Reginster J.Y. The Prevalence and Burden of Osteoarthritis. Rheumatology, 2002; 41
(suppl 1) : 3 6.
3. Anonym.
2010.
Anatomi
of
the
knee.
Available
at
http://www.aclsolutions.com/anatomy.php. diunduh tanggal 8 april 2012
4. Anonym.
2009.
Knee
anatomy.
Available
at
http://www.bigkneepain.com/knee_anatomy.html. diunduh tanggal 8 april 2012
5. tim penyusun. 2009. Patologi anatomi_slide_osteoarthritis.
6. lumongga, fitriani. 2008. Sendi lutut. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Available at Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara. Diunduh tanggal 8 april
2012.
7. Ambardini, RL. 2008. Peran latihan fisik dalam manajemen terpadu osteoarthritis.
Available
at
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132256204/Latihan%20FisikManajemen%20Osteoartritis.pdf.
8. Arthritis
Research
Campaign
2000.
Available
at
:
http:///www.arc.org.uk/about_arth/astats.htm,
9. Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In : Rheumatology.
United Kingdom : Mosby Year Book Europe Limited, 1994 : 2.1 10.6.
10. Felson D.T., Zhang Y. An Update on the Epidemiology of Knee and Hip Osteoarthritis
with a View to Prevention. Arthritis Rheumatology, 1998; 41 : 1343 1355
11. Oliveria S.A., Felson D.T., Reed J.L., et al. Incidence of Symptomatic Hand, Hip and
Knee Osteoarthritis among Patients in a Health Maintenance Organization. Arthritis
Rheum, 1995; 38 : 1134 1141.
12. anonym.
2007.
Joint
range
of
motion.
Available
at
http://users.rowan.edu/~stahld07/rom_lab.html. diunduh tanggal 9 april 2012.
13. Orthopaedic Clinical Examination. An Evidence-Based Approach for Physical
Therapists. Available at http://www.netterimages.com/product/9781929007875/8290.htm.
14. anonim. 2009.
Osteoarthritis a certain Joint Disease .available at
http://healthmediainfo.blogspot.com/2009/06/osteoarthritis-certain-jointdisease.html
15. anonym. 20010. Osteoarthritis. http://www.scribd.com/doc/54114528/osteoartritis
16. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2006. Ilmu Penyakit
Dalam Edisi 4. Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
17. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (Pathophysiology. Clinical Concecpt of Disease Processes). EGC, Jakarta.
28
18. Azizah. 2008 .penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi osteoarthritis genu bilateral
dengan modalitas microwave diathermi dan terapi latihan di rsud sragen. fakultas ilmu
kesehatan universitas muhammadiyah; Surakarta
19. Haq I., Murphy E., Dacre J. OsteoarthritisReview. Postgrad Med J, 2003; 79 : 377 383.
20. Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi.
Jakarta, 2003 : 27 31.
21. Messier S.P., Loeser R.F., Mitchell M.N., et al. Exercise and Weight Loss in Obese Older
Adults with Knee Osteoarthritis : A Preliminary Study. Journal of American Geriatric
Society, 2000; 48 : 1062 1072
22. anonym.
2011.
Latihan
untuk
nyeri
lutut.
Available
at
http://pmrehab.wordpress.com/2011/04/20/cara-cerdas-untuk-sembuh-dan-cegah-nyerilutut/ diunduh tanggal 9 april 2012.
23. Tim
penyusun.
2011.
The
knee.
Available
at
http://sinoemedicalassociation.org/orthopedicsurgery/theknee/. Diunduh tanggal 11 april
2012
29