Terapi Gonore
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Penyakit Kulit Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Diajukan kepada:
LEMBAR PENGESAHAN
Referat
Terapi Gonore
Disusun Oleh :
Fadli Robby Amsriza
Januari 2010
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan konjungtiva. Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian
tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri
pinggul dan gangguan reproduksi (Anonim, 2009). Gonore adalah penyakit menular
kedua yang sering dilaporkan di amerika. Pada tahun 2004 sebanyak 330,132 kasus
baru dilaporkan (Newman, 2007).
Gonore disebut juga dengan kencing nanah yang disebabkan oleh kuman
Gonokokus Gonorrhoe yang disebut juga Gonokokus karena diplokokus. Gonore
selain ditularkan dengan cara berhubungan seksual, juga dapat ditularkan melalui
barang perantara yang sudah dipakai oleh penderita, seperti misalnya : pakaian dalam,
handuk dan sebagainya (Sukmayanti, 2008).
Manusia merupakan satu-satunya tuan rumah bagi gonokokus yang hanya bisa
bertahan hidup sebentar saja di luar tubuh manusia. Gonore sendiri merupakan contoh
klasik infeksi yang ditularkan melalui kontak fisik langsung dengan permukaan
mukosa penderita, biasanya pasangan seksual. N. gonorrhoeae merupakan diplokokus
Gram negatif yang tidak menghasilkan spora dan secara alami sangat peka terhadap
antimikroba dibandingkan dengan bakteri Gram negatif lainnya, akan tetapi lambat
laun timbul mutan yang resisten terhadap antibiotika dalam klinis, khususnya terhadap
penisilin akibat mutasi kromosom independen yang mempenganthi struktur permukaan
sel dan terhadap tetrasiklin akibat efek aditif beberapa mutasi kromosom atau melalui
plasmid (Herman, 1997).
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dilakukannya pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui etiologi,
diagnosis, dan terapi gonore, dan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian
akhir stase ilmu penyakit kulit kelamin di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar nanah dari
OUE (orifisium uretra eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin (Siregar,
2005).
Sedangkan menurut kamus besar kedokteran Dorland, gonore adalah infeksi
yang disebabkan oleh nisseria gonorrhoeae yang di tularkan melalui hubungan seks
pada sebagian kasus, tetapi juga oleh kontak dengan eksudat terinfeksi pada neonatus
ketika lahir (Dorland, 2002)
B. ETIOLOGI
Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisseria pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam
kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat 3
spesies lain, yaitu N. meningitidis, dan dua lainnya yang bersifat komensal N.
catarrhalis serta N. pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali
dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi
dengan lebar 0,8 , panjang 1,6 , dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat negatifGram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat
mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C, dan tidak tahan zat
desinfektan (Dailli, 1999).
C. GAMBARAN KLINIS
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 1-5 hari,
kadang-kadang lebih lama. Pada wanita sulit ditentukan karena pada umumnya bersifat
asimtomatik. Pada pria yang sering adalah uretritis.anterior akuta dengan keluhan
berupa rasa gatal dan panas di bagian distal uretra, disuria, polakisuri, dari ujung uretra
keluar duh tubuh seromukopurulen yang kadang-kadang disertai darah. Perasaan nyeri
waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orificium uretra eksternum merah dan
10
odematus. Pada wanita keluhan hanya berupa keputihan dan perasaan gatal (Nasution,
1992)
D. PATOFISIOLOGI
Neisseria gonorrhoeae merupakan gram negatif, intraseluler, diplokokus
aerobic yang mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner host. Berbagai macam faktor
yang mempengaruhi cara gonokokus memediasi virulensi dan patogenisitasnya. Pili
dapat membantu pergerakan gonokokus ke permukaan mukosa. Membran protein luar
seperti protein opacity-associated (Opa) meningkatkan perlekatan antara gonokokus
(bentuk koloni padat pada kultur media) dan juga meningkatkan perlekatan dengan
fagosit. Produksi yang dimediasi plasmid tipe TEM-1 beta laktamase (penisilinase)
juga berperan pada virulensinya. Gonokokus melekat pada sel mukosa host (dengan
bantuan pili dan protein Opa) dan kemudian penetrasi seluruhnya dan di antara sel
dalam ruang subepitel. Karakterisitik respon host oleh invasi dengan neutrofil, diikuti
dengan pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosal, dan discharge
purulen. Apabila tidak diobati, infiltrasi makrofag dan limfosit digantikan oleh
neutrofil. Beberapa strain menyebabkan infeksi asimptomatik (Larry, 2007).
E. DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdiri atas (Anonim, 2003):
1. Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung bahan dari duh tubuh dengan pewarnaan gram di dalam dan
luar sel.
2. Kultur (biakan)
Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam media yang
dapat digunakan :
a)
11
b)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
panuretritis, litritis (radang kelenjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper).
Selain itu, infeksi dapat pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis,
vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari
uretra pars posterior, dapat mengenai trigonum kandung kemih menimbulkan
trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria terminal dan hematuria (Anonim
2003).
Pada wanita, infeksi pada serviks (servisitis gonore) dapat menimbulkan
komplikasi salphingitis, ataupun penyakit radang panggul (PRP). PRP yang
simptomatik ataupun asimptomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba
sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Selain itu, bila infeksi
mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholini akan
menyebabkan terjadinya bartholinitis. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita
dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis.
Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin secara genito-genital, pada pria dan
wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, prokitis, dan konjungtivitis
(Dailli, 2007).
G. PENATALAKSANAAN GONORE
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan
sesedikit mungkin efek toksiknya. Jalur penatalaksanaan tergantung pada fasilitas
diagnostik yang ada seperti dilihat pada tabel 1,2,3. Pemilihan regimen pengobatan
sebaiknya mempertimbankan pula temapt infeksi, resistensi galur N. gonorrhoeae
terhadap antimikrobial, dan kemungkinan infeksi Chlamydia trachomatis yang terjadi
bersamaan. Oleh karena seringkali terjadi koinfeksi dengan C. trachomatis, maka pada
seorang dengan gonore dianjurkan pula untuk diberi pengobatan secara bersamaan
12
dengan regimen yang sesuai untuk C. trachomatis sesuai dengan tabel nomor 4 (Dailli,
2007).
Terapi Standar GO
Alergi Penisilin
Sembuh
7 hari
Terapi Alternatif
Terapi NGU
7 hari
Sembuh
Rujuk
13
Gram
GO
Diplokokus intrasel (+)
Terapi Standar GO
7 hari
GO
Diplokokus (-)
Leuko < 5
Alergi Penisilin
Leuko < 5
Leuko < 5
Terapi Alternatif
Terapi (-)
Terapi NGU
Diplokokus (+)
Terapi Alternatif
Diplokokus (-)
Leuko > 5
Leuko < 5
Leuko > 5
Terapi (-)
Terapi NGU
7 hari
Rujuk
7 hari
GO
Leuko < 5
Leuko > 5
Rujuk
14
NGPP
Terapi
Alternatif
NGPP
Leuko < 5
Leuko > 5
Sembuh
7 hari
Terapi Alternatif
Non NGPP
3 hari
Diplokokus (-)
Sembuh
Leuko < 5
Leuko > 5
Sembuh
Terapi NGU
Diplokokus (+))
Sesuai Resistensi
samping itu diberikan juga obat untuk uretritis non gonore (chlamydia) secara
bersamaan (Werdiningsih, 2005).
Tabel 4. Center for Disease Control
(Untuk Daerah dengan Insidensi NGPP Tinggi)
Uretritis GO :
+
Doksisiklin 2 x 100 mg, selama 7 hari, atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg, selama 7 hari, atau
Eritromisin 4 x 500 mg, selama 7 hari
+
Doksisiklin 2 x 100 mg, selama 7 hari, atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg, selama 7 hari, atau
Eritromisin 4 x 500 mg, selama 7 hari
(Untuk daerah dengan insidensi galur NGPP rendah)
+ 1gr Probenesid
Dikutip dari : Buku Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin, Gonore, 2007
H. Rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2007 dalam
Pengobatan Gonore
Centers for Diseases Control and Prevention (2007) merekomendasikan
pengobatan infeksi gonokokus tanpa komplikasi sebagai berikut (kakoli,
2005):
Ditambah dengan
Terapi untuk Infeksi Chlamydia jika kemungkinan Infeksi Chlamydia
belum dapat disingkirkan :
Pengobatan Alternatif :
Disseminated Gonore
Pengobatan disseminated gonorrhoeae yang direkomendasikan :
terapi
17
Alternatif
- Ampisilin/Sulbactam 3 g i.v., per 6 jam +
- Doksisiklin 100 mg oral atau i.v., per 12 jam
Pengobatan Oral
- Ceftriaxone 250 mg i.m., single dose +
- Doksisiklin 100 mg oral, 2 dd 1 selama 14 hari
dengan atau tanpa
- Metronidazole 500 mg, oral, 2 dd 1 selama 14 hari
ATAU
- Cefoxitin 2 g i.m, single dose + probenesid 1 g, oral, single
dose +
dengan atau tanpa
- Doksisiklin 100 mg, oral, 2 dd 1 selama 14 hari
- Metronidazole 500 mg, oral, 2 dd 1 selama 14 hari
terhadap
fluoroquinolon
pada
pria
homoseksual,
dan
tidak
Pertimbangan Khusus
a. Alergi, Intoleransi, dan Efek Samping
Pasien yang tidak dapat mentoleransi cephalosporin atau kuinolon harus
diobati dengan spektinomisin, Karena spektinomisin tidak reliabel (efektifitas 52%)
terhadap infeksi faring, pasien yang dicurigai atau terbukti mengalami infeksi
faring harus diperiksa kultur faring 3-5 hari setelah pengobatan untuk memastikan
infeksi telah hilang
b. Kehamilan
19
Wanita hamil tidak boleh diobati dengan kuinolon atau tetrasiklin. Wanita
hamil yang terinfeksi oleh N. gonorrhoeae harus diobati dengan sefalosporin.
Wanita yang tidak dapat mentoleransi sefalosporin harus mendapat 2 g
spektinomisin
i.m.,
dosis
tunggal.
Baik
azithromisin
atau
amoksisilin
Menurut British Association for Sexual Health and HIV (BASSH) pada
National Guideline on The Diagnosis and Treatment of Gonorrhoeae in Adults
2005, indikasi terapi (Bignell, 2005) :
Tes diagnostik positif
Kultur Neisseria gonorrhoeae positif
Tes asam nukleat positif konfirmasi diagnosis dengan kultur merupakan
rekomendasi utama untuk atau saat pengobatan (recommendation grade C).
Epidemiologi, apabila terdapat konfirmasi patner sexual yang mempunyai infeksi
gonokokus
20
N. gonorrhoeae
Rekomendasi regimen :
Ceftriaxone 250 mg i. m. dosis tunggal atau
Cefixime 400 mg oral dosis tunggal atau
Spektinomisin 2 g i.m. dosis tunggal atau
Amoxicillin 3 g atau ampicillin 2 g atau 3 g + probenesid 1 g oral dosis
tunggal, dimana terdapat prevalensi daerah penisilin resisten N.gonorrhoeae
5%
baru seperti azithromycin (oral, 1g, dosis tunggal) tidak direkomendasikan untuk
gonore, tetapi dapat digunakan di beberapa tempat meskipun harganya mahal
(Karl, 2006).
24
BAB III
KESIMPULAN
Penegakan diagnosis gonore (paling banyak uretritis gonore anterior akuta)
berdasarkan anamnesis : keluhan gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar
orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh dari
ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, disertai perasaan nyeri pada waktu
ereksi. Pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa,
dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa
kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau
bilateral. Pemeriksaan penunjang : sediaan langsung, kultur, tes definitif, tes betalaktamase, tes thomson, NAATs (paling sensitif).
Penatalaksanaan gonore menurut Centers for Diseases Control and Prevention
(2007) merekomendasikan pengobatan infeksi gonokokus tanpa komplikasi sebagai
berikut :
25
DAFTAR PUSTAKA
united
states.
The
infection
disease
society control
of
America.
http//:www.journals.uchicago.edu/
Siregar, R.S., 2004.Gonore. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal : 299.
Sukmayanti. E, 2008. Penyakit Hubungan Seksual. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Dharma Husada. Bandung.
26
LAMPIRAN
Infeksi gonore
Pilihan utama
Pengobatan Alternatif :
Infeksi chlamydia
Pilihan utama
Azithromycin 1 g per oral,
single dose
Doksisiklin 100 mg per oral, 2
dd 1 selama 7 hari
Alternatif
Eritromisin 500 mg per oral, 4
dd 1 selama 7 hari
Eritromisin etisuksinat 800 mg
per oral, 4 dd 1 selama 7 hari
Ofloxacin 300 mg per oral, 2 dd
1 selama 7 hari
Levofloxacin 500 mg per oral, 1
dd 1 selama 7 hari
27
28