PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan di dunia sebagai profesi lahir sejak tahun 1858 ketika Florence
Nightingale yang dikenal sebagai The Lady of The Lamp memberikan
pelayanan keperawatan yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Di Indonesia,
keperawatan telah lahir sejak tahun 1816 ketika penjajahan Belanda dan
berkembang dengan dibukanya sekolah keperawatan setara diploma pada
tahun 1962 dan setara sekolah keperawatan setara sarjana pada tahun 1985
(Hidayat, 2012). Keperawatan sebagai profesi terus berubah sejalan dengan
masyarakat yang terus berkembang dan mengalami perubahan.
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
menyeluruh. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra institusi pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan utamanya di Rumah Sakit, pelayanan keperawatan
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam menentukan mutu karena
jumlah perawat terbanyak dari profesi lain dan paling lama kontak dengan
klien, sehingga keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dan
sering digunakan sebagai indikator pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
berperan dalam menentukan tingkat kepuasan klien (Priyanto, 2005).
Pelayanan kesehatan telah memberikan peluang pada tenaga kesehatan untuk
memperoleh status profesionalismenya dengan cara proaktif berespon
terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat. Masyarakat sebagai obyek
pelayanan
Salah satunya peran perawat diterapkan di Rumah Sakit adalah peran perawat
sebagai educator. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien.
Perawat membantu pasien untuk meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis
yang diterima sehingga pasien atau keluarga dapat menerima tanggung jawab
terhadap hal-hal yang diketahuinya. Peran perawat sebagai pendidik juga
dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang
berisiko, kader kesehatan, dan masyarakat.
Peran educator perawat dalam memberikan pendidikan kepada pasien
menunjukkan
potensinya
untuk
meningkatkan
kepuasan
konsumen,
pentingya
diberikan
intervensi
pendidikan
kesehatan
untuk
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 18 hari,
mahasiswa
program
Profesi
Ners
mampu
melaksanakan
tugas
Terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan khusus, waktu dan tempat
praktik, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori
Terdiri dari pengertian konsep peran perawat sebagai educator, konsep
pendidikan kesehatan, konsep sikap, konsep sampah medis.
BAB III Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Ruang Hemodialisa
Uraian kegiatan terdiri dari kajian situasi Ruang Hemodialisa, berisi profil
Rumah Sakit, profil ruangan, pengkajian situasi lingkungan. Analisis SWOT,
Matriks strategi, Matriks SWOT, Prioritas masalah dan Fish Bone dan
Planning of Action (POA).
BAB IV Implementasi dan Evaluasi Hasil
Terdiri dari implementasi dari masalah yang ditemukan di Ruang Hemodialisa
serta terdapat evaluasi hasil dari Implementasi yang dilakukan.
BAB V Penutup
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Peran Educator Perawat Profesional
1. Pengertian Peran Perawat
Pengertian perawat menurut Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang
registrasi dan praktik perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perawat juga
dituntut melakukan peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh
profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan
(Kusnanto, 2004).
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya berhubungan dengan
manusia, terjadi proses interaksi antara individu, saling mempengaruhi antar
individu dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang
bersangkutan (Suhaemi, 2004). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang
2. Peran Perawat
Peran perawat profesional meliputi (Doheny, 1982 dalam Kusnanto, 2004):
a. Peran care giver
Perawat bertindak sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat dapat
memberikan pelayanan secara langsung dan tidak langsung kepada
pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi: pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan
hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan
masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Pemberian asuhan
keperawatan, perawat melihat individu sebagai mahluk yang holistik dan
unik.
b. Peran client advocate
Perawat bertindak sebagai pembela untuk melindungi pasien. Perawat
berfungsi sebagai penghubung antara pasien dengan tim kesehatan lain
dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien, membela kepentingan pasien,
dan membantu pasien memahami semua informasi dan upaya kesehatan
yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun profesional. Peran advokasi mengharuskan perawat bertindak
mendidik
dan
mengajarkan
individu,
keluarga,
kelompok,
kesehatan
kepada klien
dengan
evaluasi
yang
dapat
optimum,
mencegah
penyakit,
menangani
penyakit,
dan
metode
dan peralatan
11
memperbaiki
kualitas
kehidupan,
memastikan
12
atau
diagram.
Metode
13
B. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2012).
2. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo 2012 mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengertahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengethuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama. Contohnya ibu-ibu menjadi peserta KB, kkarena
diperintahkan oleh lurah atau ketua RT tanpa mengetahui makna dan tujuan
KB, maka mereka akan segera keluar dari keikutsertaanya dalam KB setelah
beberapa saat perintah tersebut diterima (Notoatmodjo, 2007).
3. Tingkat pengetahuan
14
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan,
dan
sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini
dapat
dilihat
dari
penggunaan
kata
kerja,
seperti dapat
15
pada
suatu
kriteria
yang
ditentukan
sendiri,
atau
16
17
d.
18
f.
D. Konsep Sampah
1. Pengertian
Sampah menurut WHO adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam
pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan
manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2005).
2. Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan
sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastic
2) Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan
sebagainya
b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu
2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas
c. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan dagin
2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca
3. Karakteristik Sampah
a. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan
atau sayuran dari hasil pengo lahan yang sebagian besar terdiri dari zatzat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air
bebas.
b. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat
terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor
tapi yang tidak termasuk garbage
19
20
c. Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan limbah padat non medis.
Definisi
yang
terkontaminasi Kultur
Contoh
laboratorium,
dari
bangsal
parasit, atau jamur) yang tidak secara isolasi, kapas, materi, atau
rutin ada lingkungan dan 21rganism
Patologis
cukup
untuk
terinfeksi,
menularkan ekskreta.
yang
hewan
(limbah
yang Dari
materi
yang
obat
sitotoksis
obat,
ampul,
mengahambat
hidup.
pertumbuhan
misalnya
spuit,
kemasan,
obat
tinja,
muntahan
obat sitotoksik.
Materi yang dapat menyebabkan luka Jarum,
jarum
suntik,
bedah,
pisau
21
dapat
melalui
menyebabkan
sobekan
atau
infus,
gergaji
serum
kedaluarsa,
yang
sudah
tidak
Reagent di laboratorium,
film
untuk
rontgen,
eksperimen
serta
dari kadaluarsa
yang
berasal
yang
atau
sudah
diperlukan
lagi,
solven
Cairan yang tidak terpakai
dilaboratorium,
peralatan
radio-imunoassay
bertekanan
berat
tinggi/ berat
dalam
konsetrasi
dari
ruang
22
gigi,
dan
Limbah
bertekanan
berbagai
yang
jenis
berasal
gas
gas cartridge.
senyawa-
senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang
berasal dari bagian kedokteran gigi.
e. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara
pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,
bahan radioaktif.
8. Jenis Tempat Sampah
23
sampah ini tentu saja agar nantinya tidak membahayakan bgi orang lain.
Tempat sampah khusus Kertas ditandai dengan warna BIRU. Dengan
24
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN RUANG HEMODIALISA
A. Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung
Rumah Sakit Immanuel adalah Rumah Sakit swasta yang diselenggarakan oleh
Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan. Rumah Sakit Immanuel
sebagai Rumah Sakit pendidikan swasta yang mempunyai tugas untuk
memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan serta penelitian di bidang
kedokteran, keperawatan dan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan
mengutamakan
upaya
penyembuhan
dan
pemulihan
serta
25
Rumah Sakit Immanuel mempunyai falsafah, visi, misi, tujuan, dan mutu
kebijakan yaitu:
1. Falsafah Rumah Sakit Immanuel Bandung
Pelayanan keperawatan professional berdasarkan cinta kasih, hormat dan
peduli, dengan visi; menjadikan keperawatan sebagai unggulan Rumah
Sakit Immanuel yang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan terkini yang mampu bersaing secara nasional dan
internasional atas dasar kasih Kristus serta misi; membangun landasan yang
kuat untuk menciptakan pelayanan keperawatan profesional yang memiliki
komitmen untuk melayani secara holistik, memberikan askep secara
profesional yang bertanggungjawab dan bertanggung gugat berdasarkan
standar dan etika profesi, menjadikan keperawatan di Rumah Sakit
Immanuel
sebagai
sarana
pembelajaran
dan
pengembangan
ilmu
28
ruang hepatitis B, 5 mesin dan 5 bed di ruang hepatitis C aktif serta 1 mesin
Back up. Waktu kerja ruang Hemodialisa dibagi menjadi 2 shif yakni pagi
(06.30-14.00) dan shif sore (12.00-19.00). Jumlah tenaga kerja di ruang
Hemodialisa diantaranya 1 dokter konsulen, 2 dokter umum, 1 orang kepala
ruangan Hemodialisa, 5 orang penanggung jawab shif, 10 orang perawat
pelaksana, 2 orang inverntaris, dan 2 orang klining servis.
C. Kajian Situasi Ruang hemodialisa
Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 s/d 07 Mei 2016, meliputi ketenagaan
(Sumber daya Manusia), struktur, denah ruangan, sarana dan prasarana, metode
pemberian asuhan keperawatan di Hemodialis
1. Sumber Daya Manusia (Ketenagaan)
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Tenaga Kerja
Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Ruang Hemodialisa
No
1
2
3
4
Jenjang Pendidikan
Jumlah
Persentase
Dokter
3
14 %
S1 Keperawatan Ners
2
10%
DIII Keperawatan
14
67%
SMA
2
9%
(Sumber : Data Kepegawaian Ruang Hemodialisa, 2016)
29
dr.UMUM
( dr. Rita dan dr. Mulyawan)
30
3. Denah Ruangan
Bagan
Denah Ruang Hemodialisa
(Sumber : Data Ruang Hemodialisa, 2016)
31
4. Fasilitas Ruangan
Tabel 3.3 Fasilitas ruangan
No
1
2
3
4
6
7
8
9
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
28
30
31
32
33
34
35
36
37
38
NAMA BARANG
Barang Habis Pakai
Alkohol 70 % One Med 1 l
Braunoderm Spray 250 ml
Braunoderm Spray 1 liter
Dializer Dora
Dializer F7
Hemoclean
Fresco Handrub 500 ml
Viorex No Rinse pink Galon
Renalin (Haemodialisa)
Sod Chloride 0,9% 1 liter
Heparin Inviclot 5 ml
Hansaplast
Masker E care tali
Masker 3 Fly karet
ST Non steril Maxter (M)
AV Fistula Renaltech
Acid Concentrate Fresenius
Bloodline Renaltech
Bikarbonad Cair Renaltech
Bloodline MLH (Gambro)
General P Apron
Infusion set (Renaltech)
Micropore 0,5 cm
Pastik (1 karton=20 box)
Spuit 3 cc one med
Spuit 10 cc one med
Set HD
Extradine 1 liter
Cavirub NR (Alkohol)
Infus Set
Blood line ABN
Blood line F
Mesin Toray f
Non reaktif
Reaktif
Isolasi
ICU Reaktif dan Non
Back up
Mesin Re-use
JUMLAH SATUAN
2
3
3
30
15
6
1
1 galon
1
3.020
400
61
100
700
8000
800
930
1.050
930
272
100
1050
240
1000
1.200
1.200
1200
1
1
1200/b
150/m
120/m
Fls
Fls
Fls
Buah
Buah
Galon
Galon
Galon
Galon
Fls
Vial
Buah
Buah
Buah
Box
Buah
Galon
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Fls
Buah
buah
Buah
11
5
1
2
2
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
KET
32
39
40
41
42
43
44
45
Lemari Dializer
Lemari alkes
Lemari linen
Troly tindakan
Troly emergency
Meja counter
Computer
2
3
1
5
2
2
2
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
5. Prosedural
Ruang Hemodialisa memiliki SOP sebanyak 35, dan SOP Rumah Sakit
Immanuel sebanyak 189.
6. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat
a. Perhitungan BOR
Di Ruang Hemodialisa, dalam sehari jumlah pasien rata-rata berjumlah
50 orang.
Perhitungan BOR dalam seminggu yang dilakukan oleh kelompok
adalah sebagai berikut:
Shif Pagi
BOR =
Jumlah Pasien x 100 %
Jumlah Tempat Tidur
= 152 x 100% = 93,82 %
162
Shif Siang
BOR = 124 x100% = 76,54%
162
Jadi, BOR Ruang Hemodialisa dalam 6 hari shif pagi 93,82 % dan shif
siang 76,54%
33
pelatihan
21) Adanya kerja sama dalam pengadaan alat-alat hemodialisa
b. Kelemahan/ Weakness
1. Kurangnya pendidikan kesehatan pola hidup bagi pasien.
2. Belum optimalnya pelaksanaan tindakan hemodialisa sesuai dengan
SOP.
34
terpasang).
4. Masih kurangnya tenaga perawat di ruangan Hemodialisa.
5. Belum maksimalnya sepenuhnya perawat yang bertugas di Ruang
Hepatitis B yang menggunakan APD sesuai prosedur
6. Belum optimalnya pelaksanaan tindakan sesuai dengan standar
operasional prosedur identifikasi pasien.
7. Masih kurang optimalnya pengisian dokumentasi rekam medis
pasien.
8. Belum adanya pelabelan ruangan.
9. Belum adanya papan stuktur organisasi ruangan Hemodialisa.
10. 14 tenaga perawat pendidikan D III Keperawatan.
11. Ruang tunggu keluarga yang belum memadai.
12. Belum optimalnya penempatan alat kesehatan dalam troli di ruang
hepatitis c aktif dan reaktif.
13. Belum terciptanya kenyamanan dan rasa aman di ruang tunggu
keluarga pasien.
14. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada alat tenun.
15. Kurang optimalnya pemberian pendidikan kesehatan mengenai
16. Belum optimalnya perilaku pasien dan keluarga dalam membedakan
pembuangan sampah secara infeksius maupun non infeksius
17. Kurang optimalnya pembagian perawat di ruang Hepatitis B (Isolasi)
18. Kurang optimalnya prosedur pembuangan AV-Vistula pada saat
terminasi
2. Faktor-faktor Eksternal
a. Kesempatan/ Opportunity
1) Adanya undang-undang konsumen untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
2) UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.
3) Adanya pengadaan BPJS untuk pasien Hemodialisa
b. Ancaman/ Threat
35
4) Adanya
tuntutan
yang
lebih
tinggi
dari
masyarakat
untuk
3. Matriks SWOT
Tabel 3.4
Matriks SWOT
Eksternal
Kekuatan/ Strength :
1) Memiliki visi, misi dan
filosofi Rumah Sakit.
2) BOR dalam sehari pada
shif pagi 93,82 % dan shif
yang
berpendidikan
DIII
Keperawatan sebanyak 14
berpendidikan
optimalnya
tindakan
optimalnya
perawat
bersertifikat
yang
pelatihan
Hemodialisa sebanyak 13
orang,
pendidikan
pelaksanaan
siang 76,54%
3) Tenaga perawat
orang,
Weakness (W) :
1. Kurangnya
sertifikat
ini
jatuh
(bed
plang
terpasang).
4. Masih kurangnya
perawat
di
tidak
tenaga
ruangan
Hemodialisa.
5. Belum
maksimalnya
36
spuit/vial).
6) Kapasitas tempat
tidur
memadai, tempat
sesuai prosedur
6. Belum
optimalnya
yang
Internal
dokumentasi
ruang Hemodialisa.
8) Adanya
pembagian
ruangan
9. Belum adanya papan stuktur
Immanuel
mengadakan
dalam
pelatihan-
Rumah
Immanuel.
11) Sarana dan
Sakit
prasarana
organisasi
ruangan
Hemodialisa
10. 14
tenaga
perawat
pendidikan D III.
11. Ruang tunggu keluarga yang
belum memadai
12. Belum
optimalnya
penempatan alat kesehatan
dalam
troli
di
ruang
keluarga
pasien.
14. Resiko tinggi penyebaran
infeksi pada alat tenun.
15. Kurang
optimalnya
pemberian
pendidikan
Immanuel
kesehatan mengenai
16. Belum optimalnya perilaku
dan
Stik
37
mahasiswa
praktek
sebanyak 6 orang.
14) Adanya
peningkatan
membedakan
sampah
pembuangan
secara infeksius
keperawatan
tindakan
dari
bulan
sebanyak
Februari
1123,
bulan
sebanyak
tindakan.
15) Terdapat
perawat
1292
ruang
ganti
laki-laki
dan
Hepatitis B (Isolasi)
18. Kurang optimalnya prosedur
pembuangan
AV-Vistula
perempuan
16) Terdapat ruang sterilisasi
untuk dialysis
17) Terdapat ruang
status
hemodialisa
kerja
sama
konsumen
untuk
meningkatkan
mutu
pelayanan
WO Strategi :
S.Kep 1) Adanya
undang-undang
konsumen
untuk
tenaga
meningkatkan
mutu
kesehatan
profesional
yang
diharapkan
38
kesehatan.
2) UU No. 38 tahun 2014
tentang keperawatan.
3) Adanya
pengadaan
BPJS
untuk
pasien
Hemodialisa
4) Adanya pelatihan bagi
perawat
hemodialisa
dapat
merah
kerjasama
pelayanan
RS
dokumentasi
asuhan
menuntut
ruangan
keperawatan
lengkap
meningkatkan
dengan
tindakan
SOP
keperawatan
pelatihan.
5) Adanya kerja
merupakan
sama
alat hemodialisa.
pelayanan
1
kesehatan
Immanuel.
2) SDM dengn
standar
prosedur
kualifikasi
S1 dan DIII
merupakan
kekuatan
menangkap
jumlah
operasional
dalam
diruangan
dengan
menangkap
cara
peluang
kebijakan
rumah
dalam
sakit
mengadakan
pelatihan-pelatihan
perawat.
perawat.
3) Pemanfaatan
semua
perawat-perawat
untuk
tindakan keperawatan.
3) Meningkatkan pengalaman
kerja
pendidikan
untuuk
dan
Immanuel
bagi
bagi
sistem
untuk
meningkatkan
pelayanan.
ST Strategi:
undang- 1. Adanya perawat
Threats (T) :
1. Adanya
undang
tentang
perlindungan
hak
konsumen.
2. Pembandingan
pelayanan
kualitas
WT Strategi :
dengan 1. Meningkatkan
jumlah
kualifikasi pendidikan S1
dan
merupakan
pendidikan
melindungi
D3
Ners
untuk
hak-hak
hak-hak konsumen.
konsumen.
kesehatan 2. Kapasitas tempat tidur yang 2. Meningkatkan
39
perawat
oleh
masyarakat
dengan
dengan
RS
dan
merupakan
memperkecil
adanya
untuk
perbandingan
pelayanan
memiliki
yang
standar
internasional.
3. Adanya Rumah Sakit
lain
yang
kualitas
memiliki
lebih
dengan
baik
kekuatan
mendapatkan
pelayanan
standar
akreditasi
yang profesional.
Joint 3. Perawat yang memiliki
Commission
International (JCI) .
4. Adanya tuntutan yang
lebih
bersih
tinggi
masyarakat
dari
untuk
mendapatkan
pelayanan
profesional.
standar internasional.
3. Meningkatkan fasilitas
di
kualifikasi pendidikan S1
memperkecil
dan
D3
kekuatan
memperkecil
merupakan
untuk
persaingan
yang
kualifikasi
ancaman
memiliki
standar
internasional
dan
Joint
kualitas
Commission
International.
4. Mengoptimalkan pendidikan
kesehatan
yang
diberikan
untuk
memperkecil
40
4. Matriks
a. Matriks IFE
Tabel 3.5
Matriks IFE
No
1.
Faktor
Bobot
Rating
Skor
Strength
a. Memiliki visi, misi dan filosofi Rumah Sakit.
b. BOR dalam sehari pada shif pagi 93,82% dan
shif siang 76,54%
0,08
0,07
4
3
0,24
0,21
0,04
0,12
0,04
0,12
0,01
0,02
0,02
0,04
0,01
0,02
0,02
0,06
0,02
0,06
0,01
0,03
0,01
0,03
3
3
0,03
0,09
0,02
0,06
41
0,03
0,06
0,01
0,01
perempuan
Terdapat ruang sterilisasi untuk dialysis
Terdapat ruang status klien yang tersusun rapi
Terdapat tolit untuk pasien dan karyawan
Adanya peningkatan pasien baru 4-5 orang
0,02
0,01
0,01
0,01
1
1
1
1
0,02
0,01
0,01
0,01
dalam sebulan.
t. Adanya pelatihan bagi perawat hemodialisa
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
0,04
0,04
0,12
0,04
0,12
0,05
0,15
0,03
0,09
0,03
0,09
0,01
0,01
0,01
0,03
0,01
0,02
0,03
0,04
2
3
0,06
0,12
p.
q.
r.
s.
2.
alat hemodialisa
Kelemahan
a. Kurangnya pendidikan kesehatan pola hidup
bagi pasien
b. Belum optimalnya penempatan troli dan alat
kesehatan di ruang hepatitis C aktif dan reaktif
c. Belum optimalnya ketenagaan perawat di
ruang hepatitis b
d. Masih kurangnya tenaga perawat di ruangan
Hemodialisa
e. Tidak sepenuhnya perawat yang bertugas di
Ruang HBsAG yang menggunakan APD
sesuai prosedur
f. Belum optimalnya sarana prasarana tempat
tunggu keluarga
g. Masih
kurang
optimalnya
pengisian
dokumentasi rekam medis pasien.
h. Tidak adanya pelabelan troli alat kesehatan
diruangan hepatitis C aktif dan reaktif
i. Tidak adanya papan stuktur organisasi
ruangan Hemodialisa
j. tenaga perawat pendidikan D III Keperawatan.
k. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada alat
tenun.
42
0,03
0,09
reaktif.
m. Belum terciptanya kenyamanan dan rasa aman
0,03
0,09
0,03
0,09
0,02
0,06
infeksius
p. Kurang optimalnya pembagian perawat di
0,03
0,09
0,03
0,09
kesehatan mengenai
dan Av-Shunt
o. Belum optimalnya
perawatan dabulumen
perilaku
pasien
dan
pembuangan
2,52
43
berada diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti pada
matriks EFE, Matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktorfaktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah
1,0.
b. Matriks EFE
Bagan 3.6
Matriks EFE
No
1.
2.
Faktor
Kesempatan/ Opportunity
1. Adanya undang-undang konsumen
untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan..
2. UU No. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan
3. Adanya pengadaan BPJS untuk pasien
Hemodialisa
Bobot
Rating
Skor
0,2
0,6
0,3
0,9
0,19
0,19
0,1
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,2
Ancaman/ Threat
2,29
Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing factor yang memiliki nilai:
1 = Sangat Lemah
2 = Tidak Begitu Lemah
3 = Cukup Kuat
4 = Sangat Kuat
44
Jadi, rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot mengacu pada
industry dimana perusahaan berada.
a. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing factor untuk menentukan
nilai skornya.
b. Jumlah semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang
dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan
bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada
diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks
EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya
tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.
c. Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU perusahaan ke dalam
matriks yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total EFE dan IFE.
Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis,
sehingga disebut matriks porto folio. Matriks IE dengan sumbu horizontal X
adalah nilai IFE yang dibagi menjadi 3 daerah yaitu :
1,0 1,99 = IFE lemah
2,0 2,99 = IFE rata-rata
3,0 4,0 = IFE kuat
Matriks IE dengan sumbu vertical Y adalah nilai EFE yang dibagi menjadi 3
daerah, yaitu :
1,0 1,99 = EFE rendah
2,0 2,99 = EFE rata-rata
3,0 4,0 = EFE kuat
Berdasarkan data diatas matriks IFE: 2,52 dan matriks EFE 2,29
45
Skema 3.1
Matriks EFE dan IFE
S K O R TOTAL I F E
Kuat
3,0 4,0
Sedang
2,0 2,99 2,0
Lemah
1,0 - 1,99
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
46
4,0
S
K
O
R
T
O
T
A
L
Tinggi
3,0 - 4,0
3,0
Sedang
2,0 2,99
2,0
Rendah
1,0 1,99
E
F
E
1,0
= T + O = 2,29
XAksis = S + W = 2,51
Diagram Cartesius Matrik Space
Opportunity
Y
Strategi pembenahan
Strategi agresif
X axix, (2,51)+Yaxix : (2,29)
47
Weaknesess
Strategi bertahan
Strengths
Strategi diversivikasi
Threats
MASALAH
Mg
Sv
Mn
Nc
Af
SKOR
KET
48
1.
Belum
perilaku
optimalnya
pasien
keluarga
dan
dalam
membedakan
pembuangan
19
IV
sampah
49
A : ACCEEABILITY
R : READINESS
= Sangat mampu
= Mampu
= Cukup mampu
= Kurang mampu
= Tidak mampu
50
Tabel 3.8
Scoring CARL
No
1.
A
4
R
4
L
3
Score
15
Ket
III
secara
infeksius
dan
non
infeksius
e. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Hasil scoring di atas merupakan penyelesaian masalah dari yang tertinggi sampai
yang terendah didapatkan
1. Berkolaborasi dengan kepala ruangan untuk melakukan re-sosialisasi kepada
keluarga dan pasien dalam pembuangan sampah secara infeksius dan non
infeksius
6. Analisis Fish Bone
Sebelum rencana intervensi disusun maka dilakukan suatu analisis terhadap aspek
man (sumber daya manusia), money ( uang atau dana), Material (materi atau
bahan), methode (metode), Machine (Mesin), dan environment (lingkungan)
sebagai penyebab dari masalah yang muncul menggunakan metode analisis
Fishbone.
51
52
1. Belum optimalnya perilaku pasien dan keluarga dalam membedakan pembuangan sampah secara infeksius maupun
non infeksius
MAN
Material
pemilahan sampah.
MONEY
-
lefleat pembuangan
sampah infeksius dan
non infeksius
PROBLEM
Mechine
ENVIRONMENT
Ruangan dalam
memberikan pendidikan
edukasi, suasana di
ruangan hemodialisa
nyaman
kesehatan
53
Masalah
Tujuan
Belum
Tujuan
optimalnya
Panjang:
Setelah
perilaku
pasien
dan
keluarga
dalam
membedakan
pembuangan
sampah baik
secara
infeksius
maupun non
infeksius
Strategi
Jangka Melibatkan kepala ruangan
maupun
dilakukan
intervensi
selama
minggu
diharapkan
pasien
Kegiatan
dan
pasien
keluarga
dapat
PJ
mengingatkan
shift
tata
untuk
cara
a. Mengobservasi
dalam
pembuangan
sampah sesuai
kepada
pembuangan
sampah
ruangan
ruangan
memberikan
2016
tempatna
b. Berkonsultasi
tempat
dilakukan
PJ
melakukan
membedakan
Pendek:
Setelah
Waktu
Sasaran
kepala
dan
ci
untuk
pendidikan
kesehatan mengenai
perbedaan
pembuangan sampah
infeksius
dan
54
Biaya
membedakan
tempat
pembuangan
sampah
infeksius
infeksius
dan
non
noninfeksius.
c. Membuat
leaflet
mengenai
pembuangan sampah
infeksius
dan non
infeksius
d. Mengkonsultasikan
leaflet
kepihak
Promkes
e. Mengkonsultasikan
leaflet
ke
pihak
PPRS.
f. Mengkonsultasikan
poster
ke
pihak
Promkes.
g. Memberikan
pendidikan
kesehatan mengenai
perbedaan
tempat
buang sampah.
h. Mengevaluasi
dengan
berdiskusi
55
mengenai
pembuangan sampah
infeksius
dan
noninfeksius.
i. Penempelan Poster
didepan pintu masuk
pasien dan keluarga
serta
ditempat
pencucian
tangan
dekat
tempat
sampah.
56
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Setelah rencana kegiatan atau Planning Of Action tersusun dan disepakati maka
implementasi atas kegiatan dilaksanakan. Implementasi kegiatan berlangsung pada
tanggal 09 April 2016 14 April 2016, dilakukan evaluasi atas seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan mengacu pada tujuan dari pelaksanaan kegiatan.
A. Masalah
1. Belum optimalnya perilaku pasien dan keluarga dalam membedakan
pembuangan sampah baik secara infeksius maupun non infeksius
a. Pada tanggal 11 Mei 2016 berkoordinasi dengan Kepala ruangan untuk
membuat surat kepada pihak Promkes dan PPRS Rumah Sakit Immanuel
Bandung.
b. Pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 09.00 konsultasi leaflet kepada pihak
Promkes RS. Immanuel Bandung mengenai pembuangan sampah infeksius
dan non infeksius di Ruang Hemodialisa
Hasil konsultasi : Ibu T. mengatakan alangkah baiknya untuk pembuatan
poster agar selalu dibaca oleh pasien dan keluarga dan tetap melakukan
penyuluhan kepada keluarga dan pasien.
c. Pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 13.00 konsultasi leaflet kepada pihak
PPRS Immanuel mengenai pembuangan sampah infeksius dan Non
infeksius.
Hasil konsultasi: Ibu A. mengatakan untuk penyuluhan mengenai sampah
alangkah baiknya untuk menggunakan poster dan me-resosialisasi kepada
semua perawat di Ruang Hemodialisa untuk selalu meberikan orientasi
kepada setiap pasien baru.
d. Pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 09.00 kami melakukan konsultasi poster
kepada pihak promkes.
57
58
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi
pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah
tercapainya sesuatu tujuan. Setelah melakukan kajian situasi, mahasiswa
melakukan pengolahan data dengan melakukan analisis setiap data yang didapat
membuat analisis SWOT dan menetukan masalah yang akan disosialisasikan ke
ruangan dan melakukan intervensi serta implementasi keperawatan, Nursalam
2012.
Berdasarkan pada kajian di Ruang Hemodialisa RS Immanuel dan hasil analisis
SWOT yang mencakup kekuatan, kelemahan serta ancaman dan peluang dari
SWOT analisis ini disimpulkan dalam beberapa masalah yaitu menyangkut
dengan Belum optimalnya perilaku pasien dan keluarga dalam membedakan
pembuangan sampah baik secara infeksius maupun non infeksius. Dari hasil
59
B. SARAN
60
DAFTAR PUSTAKA
61
62