Bayi Alergi Susu Sapi
Bayi Alergi Susu Sapi
Setiap orang bisa saja memiliki alergi susu sapi, namun kasus ini lebih banyak ditemui pada bayi.
Statistik terakhir menyimpulkan bahwa sekitar 2-3% bayi memiliki alergi terhadap protein yang
terdapat dalam susu sapi, yang notabene merupakan bahan dasar hampir seluruh susu formula.
Namun kabar gembiranya, rata-rata alergi ini akan menghilang seiring dengan bertambahnya
usia si bayi.
Jika Anda curiga bayi Anda memiliki alergi susu sapi, segera konsultasikan dengan dokter Anda
tentang jenis pemeriksaan yang harus dilakukan dan alternatif untuk susu formulanya. Namun
tidak ada salahnya jika kita sedikit mengupas dasar-dasar mengenai gangguan kesehatan yang
satu ini
Pada alergi yang timbul langsung saat bayi meminum susu sapi, gejalanya antara lain:
1.Gelisah
2.Muntah
3.Pembengkakan
4.Nafas yang berdesing
5.Gatal-gatal dan ruam merah pada kulit
6.Diare disertai darah
Cara Mengatasinya
Jika bayi Anda terbukti memiliki alergi susu sapi dan Anda menyusuinya, maka sangatlah
penting bagi Anda sang Ibu untuk membatasi konsumsi seluruh produk yang terbuat dari susu
sapi, karena protein susu sapi bisa tersalurkan melalui ASI Anda.
Jika bayi Anda meminum susu formula, dokter Anda mungkin akan meminta Anda untuk beralih
ke susu formula yang terbuat dari kedelai. Jika bayi Anda alergi juga terhadap kedelai, maka bisa
dicoba susu formula hipalergenik, dimana proteinnya sudah diuraikan menjadi partikel-partikel,
sehingga tidak lagi dapat menyebabkan timbulnya alergi.
Setelah Anda beralih kepada susu formula yang aman, biasanya gejala alergi susu sapi akan
menghilang dalam 2-4 minggu
Alergi susu dialami oleh orang yang perutnya tak bisa mencerna gula susu yang disebut laktosa.
Jika mereka minum susu, bisa mengalami kram perut parah dan diare.
Berikut ini saran untuk mereka yang alergi susu:
1.
Pilih susu bebas laktosa. Jika tak ada, pilih susu kedelai.
2.
3. Konsumsi buah, sayur, dan produk nonsusu yang kaya kalsium. Kandungan kalsium terkaya
ada pada sayuran hijau.
4.
Coba minum yoghurt. Meskipun ini juga produk susu, biasanya yoghurt lebih mudah dicerna
5. Ingin mencicipi keju? Pilih keju keras atau lama karena kandungan laktosanya lebih sedikit.
@
Penelitian di beberapa negara menyatakan alergi susu sapi dialami 2% bayi di tahun
pertama kehidupannya. Sekitar 1-7% bayi menderita alergi terhadap protein yang
terdapat dalam susu sapi.
Bayi mempunyai sistem imum yang masih imatur dan rentan. Alergi susu biasanya terjadi saat
sistem imun bayi menyadari (atau mengganggap) bahwa kandungan protein pada susu sapi
sebagai zat yang berbahaya. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat
dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.
Kenali gejalanya. Gejala pada alergi susu sapi hampir sama dengan gejala alergi makanan
lainnya. Biasanya akan menyerang kulit, saluran cerna, dan saluran napas. Reaksi akut (jangka
pendek) yang sering terjadi adalah gatal-gatal pada kulit. Sedangkan reaksi kronis (jangka
panjang) yang terjadi adalah asma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Terdapat
3 pola klinis respon alergi protein susu pada bayi yaitu:
Rekasi cepat. Gejala terlihat dalam 45 menit setelah anak minum susu sapi. Waspadai
jika muncul bintik merah (seperti campak) atau gatal pada kulit bayi. Bisa juga terjadi
gangguan sistem saluran napas seperti napas berbunyi ngik, bersin, hidung dan mata
gatal, dan mata merah.
Reaksi sedang. Gejala terlihat antara 45 menit hingga 20 jam setelah bayi mengonsumsi
susu sapi. Gejala yang sering timbul adalah muntah atau diare.
Reaksi lambat. Gejala mulai terlihat lebih dari 20 jam setelah bayi minum susu. Tandatanda yang sering timbul adalah diare, konstipasi (sulit buang air besar) dan dermatitis
(gangguan kulit).
Penting! Bayi yang alergi susu sapi biasanya mengalami alergi terhadap makanan lainnya.
Sebisa mungkin hindari makanan pencetus alergi seperti telur, buah-buahan tertentu, makanan
yang salah satu bahannya susu sapi, kacang-kacangan, dan ikan laut. Namun bayi yang alergi
susu sapi belum tentu alergi daging sapi. Selalu konsultasikan perkembangan kondisinya pada
dokter anak.