FIQH SUNNAH 1
KARANGAN
SAYYID SABIQ
BAB
WUDHUK
demi
shalat.
Nah
itulah
dia
perjuangan,
perjuangan
sekali
lagi
3. FARDHU- FARDHUNYA :
Wudhuk itu mempunyai fardhu dan rukun- rukun, dari mana hakikatnya dapat
tersusun dan seandainya salah satu di antranya ketinggalan, tidaklah wudhuk itu
terwujud dan tiada dipandang sah menurut agama.
Perinciannya sebagai berikut :
a. Fardhu Pertama Niat
Maksudnya ialah kemauan yang tertuju terhadap perbuatan, demi mengaharap
keridhaan Allah dan mematuhi peraturannya.
b. Fardhu Kedua :
Membasuh muka satu kali, artinya mengalirkan air ke atasnya, karena arti
membasuh itu ialah mengalirkan. Batasan muka itu panjangnya ialah dari puncak
kening sampai dagu, sedang lebarnya dari pinggir telinga sampai kepinggir
telinga yang satu lagi.
c. Fardhu Ketiga :
Membasuh
kedua
tangan
sampai
kedua
siku-
siku
ialah
engsel
yang
menghubungkan tangan dengan lengan dan kedua siku itu termasuk yang wajib
dibasuh, karena selalu dilakukan oleh Nabi saw.
d. Fardhu Keempat :
Menyapu kepala, menyapu maksudnya ialah melapkan sesuatu yang basah. Dan
ini tidak akan terwujud kecuali adanya gerakan dari anggauta yang menyapu
dalam keadaan lekat dengan yang disapu. Maka meletakkan tangan atau jari ke
atas kepala atau lainnya, tidak dapat dikatakan menyapu.
Kemudian firman Allah swt : Dan hendaklah kamu sapu kepalamu pada lahirnya
tiadalah berarti wajibna menyapu keseluruhan kepala, sebaliknya makna yang
dapat difahami ialah bahwa menyapu sebagian kepala sudah cukup untuk
mentaati perintah. Dan yang diterima dari Rasulullah saw menganai hal ini ada
tiga cara:
a) Menyapu seluruh kepala.
Terdapat dalam hadits Abdullah bin Zaid
berwudhuk dan membasuh kaki kami. Nabi pun berseru sekeras suaranya dua
atau tiga kali; Celakalah mata- mata kaki disebabkan api neraka
Dan berkata Abdurrahman bin Abi Laila : Para sahabat Rasulullah saw, sama
sepakat atas wajibnya membasuh kedua mata kaki.
Semua fardhu yang tersebut diatas itu ialah yang tercantum dalam firman Allah
Taala :
f.
Fardhu KeEnam :
Tertib , berurutan, karena Allah Taala menyebutkan dalam ayat tersebut fardhufardhu wudhuk secara berururtan dengan memisah kedua kaki dari kedua tangan,
kedua- duanya sama- sama wajib dibasuh dengan kepala yang wajib disapu.
Sedang orang Arab biasanya tiada memisah- misah sesuatu dari kawan
sebandinganya kecuali karena suatu maksud tertentu, yang kalau di sini ialah
supaya berurutan dan ayat tadi tiadalah dikemukakan kecuali untuk menerangkan
yang wajib.
Begitu pun karena umumnya sabda Nabi saw. dalam sebuah hadits shahih :
Mulailah dengan apa yang dimulai oleh Allah
Disamping itu sunnah amaliyah telah berlangsung dengan rukun- rukun yang
berurutan seperti ini, dan tidak pernah di terima berita Rasulullah bahwa ia
berwudhuk tanpa berurut. Dan wudhuk merupakan suatu ibadat, sedang prinsip
utma dari ibadat itu ialah ittiba, artinya mengikut. Maka tidaklah boleh menyalahi
sunnah yang sah mengenai tata cara wudhuk Nabi saw. terutama tata cara yang
tetap tidak berobah- obah.